Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA ANAK USIA SEKOLAH

Di Susun Oleh :
Kelas : D
Kelompok 4
1. Cahyono Ady Saputra (201501134)
2. Yeni Nur Azizah (201501138)
3. Lenny Puspita Sari (201501143)
4. Rosmina Dewi Caputri S. (201501160)
5. Heru Siswanto (201401148)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas I ini
dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga pada Anak Usia Sekolah” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.

Penyusun menyadari bahwa tiada kesempurnaan yang abadi melainkan kesempurnaan


itu sendiri. Pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi pembaca dimasa sekarang,
maupun masa yang akan datang.

Mojokerto, 06 April 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 3

2.1 Definisi Keluarga ...................................................................................................... 3

2.2 Ciri-Ciri Keluarga .................................................................................................... 3

2.3 Struktur Keluarga ..................................................................................................... 3

2.4 Ciri-Ciri Struktur Keluarga ....................................................................................... 4

2.5 Peran Keluarga .......................................................................................................... 4

2.6 Tipe Keluarga .......................................................................................................... 5

2.7 Fungsi Keluarga ........................................................................................................ 6

2.8 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan ...................................................................... 6

2.9 Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan .................................. 7

2.10 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga .......................................................... 8

2.11 Tahap Keluarga Dengan Anak Sekolah ................................................................. 9

2.12 Definisi Anak Usia Sekolah ................................................................................... 9

2.13 Kelompok Anak ..................................................................................................... 9

2.14 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah .................................................................................. 10

iii
2.15 Perkembangan Anak Usia Sekolah ........................................................................ 11

2.16 Tugas Perkembangan Orangtua dengan Anak Usia Sekolah ................................ 14

2.17 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah ................................. 16

2.18 Promosi Kesehatan Selama Periode Usia Sekolah ................................................ 21

2.19 Masalah Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah ......................................... 22

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ..................................... 26

3.1 Pengkajian ................................................................................................................. 26

3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 28

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ...................................................... 31

4.1 Pengkajian ................................................................................................................ 31

4.2 Analisa Data ............................................................................................................. 41

4.3 Prioritas Diagnosa Masalah ..................................................................................... 43

4.4 Perencanaan ............................................................................................................. 43

4.5 Implementasi ............................................................................................................ 47

4.6 Evaluasi .................................................................................................................... 49

BAB V PENUTUP ............................................................................................................... 51

5.1 Simpulan .................................................................................................................. 51

5.2 Saran ........................................................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 52

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang secara unik dan
tidak dapat diulang setelah usianya bertambah. Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21
tahun dan belum pernah menikah. Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21
tahun, tetapi berumur 18 tahun, seperti yang ditulis Hurlock (1980) masa dewasa dini dimulai
umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan
kelompok usia, yaitu: usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah; usia 6-12 tahun disebut usia
sekolah; dan usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir dari masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun
atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Selama “pertengahan tahun” masa kanak-kanak ini, dasar-dasar untuk peran dewasa
dalam pekerjaan, rekreasi, dan interaksi sosial terbentuk. Dinegara-negara industri periode ini
dimulai saat anak mulai masuk sekolah dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun
merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Langkah perkembangan selama anak
mengembangkan kompetensi dalam ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa
ini anak menjadi lebih baiak dalam berbagai hal; misalnya, mereka dapat berlari lebih cepat
dan lebih jauh sesuai perkembangan kecakapan dan daya tahannya.
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan transisi
dari kehidupan yang secara relatif bebas bermain ke kehidupan dengan bermain, belajar, dan
bekerja yang terstruktur. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, anak harus belajar menghadapi
peraturan dan harapan yang dituntut oleh sekolah dan teman sebaya. Orang tua harus
membiarkan anak-anak membuat keputusan menerima tanggung jawab dan belajar dari
pengalaman kehidupan.
Saat anak melalui penyesuaian ini, perawat membantu meningkatkan kesehatannya.
Hal ini dilakukan dengan membantu orang tua dan anak mengidentifikasi stresor potensial dan
merancang intervensi untuk meminimalkan stres dan respons stres anak. Intervensi melibatkan
orang tua, anak dan guru untuk mencapai keberhasilan yang maksimal.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari keluarga?
2. Bagaimana tugas perkembangan sesuai dengan tugas perkembangan?
3. Bagaimana tahap keluarga dengan anak usia sekolah?
4. Apa definisi dari anak usia sekolah?
5. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari keluarga.
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan sesuai dengan tugas perkembangan.

3. Untuk mengetahui tahap keluarga dengan anak usia sekolah.

4. Untuk mengetahui definisi dari anak usia sekolah.

5. Untuk mengetahui tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keluarga


Pengertian keluarga akan berbeda-beda. Hal ini bergantung pada orientasi yang
digunakan dan orang yang mendefinisikannya. Marilyn M. Friedman (1998) mendefinisikan
bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan
dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut UU No. 10 1992, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Definisi lain keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota
keluarga dan masyarakat serta lingkungannya (BKKBN 1999, cit Setyowati 2008).

2.2 Ciri-Ciri Keluarga


1. Diikat tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Tanggung jawab masing–masing
5. Ada pengambil keputusan
6. Kerjasama
7. Interaksi
8. Tinggal dalam suatu rumah

2.3 Struktur Keluarga


1. Struktur peran keluarga, formal dan informal
2. Nilai/ norma keluarga, norma yg diyakini oleh keluarga. Berhubungan dengan kesehatan
3. Pola komunikasi keluarga, bagaimana komunikasi orangtua anak, ayah ibu, & anggota
lain
4. Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan orang lain
untuk kesehatan

2.4 Ciri - Ciri Struktur Keluarga


3
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Terorganisasi: Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing - masing.

Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :


1. Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan Itu berasal dari jalur ayah.
2. Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan Itu berasal dari jalur ibu.
3. Matrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri.
4. Patrilokal, suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.

2.5 Peran Keluarga


Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998), adalah
sebagai berikut :
1. Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak – anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak – anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
3. Peran anak: Anak – anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

4
2.6 Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi: (Suprajitno,
2004)
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
2. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang
tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother).
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (the
single adult living alone). Kecendrungan di Indonesia juga meningkat dengan dalih tidak
mau direpotkan dengan pasangan atau anaknya kelak jika menikah.
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual
cohabiting family).
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)

5
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk satu keluarga.

2.7 Fungsi Keluarga


Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function)
adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi
dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga
berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan
(Setyowati, 2008).

2.8 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan


Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi: (Suprajitno, 2004)
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa
kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh
kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan
kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil

6
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/
keluarga.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara anggota keluarga
yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga.
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi bahkan teratasi. Dalam hal ini termasuk mengambil keputusan untuk
mengobati sendiri.
3. Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar. Tetapi keluarga
mempunyai keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau
perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di
institusi pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

2.9 Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan (Duval)


(Sociological Perspective)
1. Keluarga baru menikah
 membina hubungan Intim
 bina hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial
 mendiskusikan rencana punya anak
2. Keluarga dengan anak baru lahir
persiapan menjadi orang tua
adaptasi keluarga baru , interaksi keluarga, hubungan Seksual
3. Keluarga dengan anak usia pra sekolah
memenuhi kebutuhan Anggota keluarga : rumah, rasa aman
membantu anak untuk bersosialisasi
mempertahankan hubungan yg sehat keluarga intern dan luar
pembagian tanggung jawab
kegiatan untuk stimulasi perkembangan Anak

7
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
membantu sosialisasi anak dengan lingkungan luar
mempertahankan keintiman pasangan
memenuhi kebutuhan yang meningkat
5. Keluarga dengan anak remaja
memberikan kebebasan seimbang dan bertanggug jawab
mempertahankan hubungan Intim dengan keluarga
komunikasi terbuka : hindari, debat, permusuhan
persiapan perub. Sistem peran
6. Keluarga mulai melepas anak sebagai dewasa
perluas jar. Keluarga dari keluarga inti ke extended
pertahnakan keintiman pasanagan
mabantu anak untuk mandiri sbg keluarga baru
penataan kembali peran orang tua
7. Keluarga usia pertengahan
pertahankan keseh. Individu dan pasangan usia pertengahan
hubungan Serasi dan memuaskan dengan anak- anaknya dan sebaya
meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia tua
pertahankan suasana saling menyenangkan
adapatasi perubahan : kehil.pasangan,kek. Fisik,penghasilan
pertahankan keakraban pasangan
melakukan life review masa lalu

2.10 Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga


1. Bahaya fisik
Penyakit
Kegemukan
Kecelakaan
Kecanggungan
Kesederhanaan
2. Bahaya Psikologis
Bahaya dalam konsep diri
Bahaya moral

8
Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya dalam penggolongan peran seks
Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Bahaya hubungan keluarga

2.11 Tahap Keluarga Dengan Anak Sekolah / Family With School Children ( Oldest Child
6 - 12 Years )
1. Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal, keluarga sangat sibuk
2. Aktivitas sekolah, anak punya aktivitas masing-masing
3. Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
4. Orang tua belajar menghadapi/ membiarkan anak pergi ( dengan teman sebayanya )
5. Orang tua mulai merasakan tekanan yg besar dari komunitas di luar rumah (sistem
sekolah)

2.12 Definisi Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12 tahun.
Langkah perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam
ketrampilan fisik, kognitif, dan psikososial. Selama masa ini anak menjadi lebih baik dalam
berbagai hal, misalnya mereka dapat berlari dengan cepat dan lebih jauh sesuai perkembangan
kecakapan dan daya tahannya.

2.13 Kelompok Anak


1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. Usia sekolah : 6 – 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan
sosial meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a. Anak usia 6-7 tahun :
membaca seperti mesin
mengulangi tiga angka mengurut ke belakang
membaca waktu untuk seperempat jam
anak wanita bermain dengan wanita
anak laki-laki bermain dengan laki-laki
cemas terhadap kegagalan

9
kadang malu atau sedih
peningkatan minat pada bidang spiritual
b. Anak usia 8-9 tahun:
kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
menggunakan alat-alat seperti palu
peralatan rumah tangga
ketrampilan lebih individual
ingin terlibat dalam segala sesuatu
menyukai kelompok dan mode
mencari teman secara aktif
c. Anak usia 10-12 tahun:
pertambahan tinggi badan lambat
pertambahan berat badan cepat
perubahan tubuh yang berhubungan dengan pubertas mungkin tampak
mampu melakukan aktivitas seperti mencuci dan menjemur pakaian sendiri
memasak, menggergaji, mengecat
menggambar, senang menulis surat atau catatan tertentu
membaca untuk kesenangan atau tujuan tertentu
teman sebaya dan orang tua penting
mulai tertarik dengan lawan jenis
sangat tertarik pada bacaan, ilmu pengetahuan
3. Usia remaja : 13 - 18 tahun

2.14 Ciri-Ciri Anak Usia Sekolah


Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
 Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar.
1. Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
2. Pola kecenderungan memuji diri sendiri.
3. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain.
 Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar/anak mulai memasuki masa puber.
1. Adanya perhatian kepada kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret.
2. Amat realistik, selalu ingin tahu dan ingin belajar.

10
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.

2.15 Perkembangan Anak Usia Sekolah


A. Perkembangan Fisik
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir
tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola
secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat
perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok
besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama
kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang
tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki
laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama
sekolah. Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang
cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata-
rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan
stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam,
dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan
umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian
penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik
terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang
terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi
berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan
tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus

11
pada anak dalam pertengahan masa kanak – kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri
dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini
akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini.
Maka sangat penting mengizinkan mereka untuk berpartisipasi dalam perawatan dan
mempertimbangkan kemandirian sebanyak mungkin.
4. Nutrisi
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi
defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar
banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan
makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah
yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.

B. Perkembangan Kognitif
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir
dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya
dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki
tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret,
ketika merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam
pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi
konkret. Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu
mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah
memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan
dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi,
lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama
manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu
sebagai berikut :
a. Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara /
bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.

12
b. Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata
yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian
berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata
sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya
dan orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa
dan mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari aturan
sintaksis, aturan merangkai kta menjadi kalimat.

C. Perkembangan Psikososial
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga
yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan
kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar
kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang
di terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya sejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender
yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh
anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin
yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap
perkembangan ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara
yang di dorong dan dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat,
seiring perubahan anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada
periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak

13
peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada
seksualitasnya.
4. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak
adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk
kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.

2.16 Tugas Perkembangan Orang Tua dengan Anak Usia Sekolah


Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini
lebih berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin.
Anak secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat
dalam aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk
pergi dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit
waktu anak tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah,
kemudian setelah itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu
bersama dengan grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam
hari untuk beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur
bersama, ikut camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas
sangat baik untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan
untuk perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai
berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena penelitian
membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan
memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka
sedang berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang memiliki
hubungan pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung
dengan dunia luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas.
Anak akan sering berkata “…tapi kata bu guru begini…” pada orangtuanya. Hal ini
mengindikasikan bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan

14
model baru, sikap baru, dan pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua
yang dapat berempati terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak
akan lebih mudahuntuk tidak terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah
untuk membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan orangtua
yang memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan istri lebih
sering bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya masih preschool
ataupun remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-
anak juga, seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan istri
untuk meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre
mengindikasikan bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat membawa
efek yang negatif. Hal ini ditemukan pada semua ras, agama, level pendidikan, dan status
pekerjaan (Davis, 1978). Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978
menemukan bahwa kehadiran anak cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam hal:
1. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3. Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu
dan perhatian,
4. Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat
(Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih
sering terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem
lebih sering. Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah,
sehingga mengurangi ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua
(Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal
ini biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam
berhubungan, dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang
didasarkan pada kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model
pernikahan seperti ini lebih baik menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam
penyelesaian konfliknya, dan yang lebih pentingberusaha untuk mengekspresikan cintanya
secara spontan (Swensen,Eskew,&Kohlhepp, 1981). Menjaga hubungan pernikahan pada

15
saat usia anak memasuki usia sekolah sangatlah penting, tidak hanya untuk kepentingan
suami dan istri saja, tetapi juga demi kepentingan anak kelak

2.17 Tugas Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah


1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan Kesehatan Anak
Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang sesuai dengan
kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang dapat diperluas dan memungkinkan
penggunaan energi secara efisien yang dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein
dalam penelitiannya membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan, keluarga mengalami
kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-jalan
yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang
tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa.
Yang sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja
(pengangguran) dan punya masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa
menyediakan tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi
tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai rumah
sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke
waktu. Adanya biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga
yang tetap berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat
tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga
muda mampu membeli sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh
karena biasanya keluarga muda paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah
adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan.
Banyak sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima
mereka ke sekolah tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan
rubella (MMR) adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai
SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga
atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.

16
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab
keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan
gigi pada anak. Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan
gigi anak pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering
memerlukan monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia
sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami
kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah
karena kecelakan kendaraan motor. Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan
permanen, kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam
beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang,
menggigit, memukul dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau
senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan
tetapi sering menerima pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami
abuse pada waktu anak-anak lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka
sendiri. Physical abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga
kaya menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi bawah yang
stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka. Child abuse sering juga dipicu
oleh respon anak yang membantah, menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang
tua frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan
meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi nasional yang siap
membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan secara teratur dan
menggunakan sarana telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua kelas
sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang menjadi korban
incest biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah
penarikan diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya
masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban incest dan keluarganya dapat
ditemukan di tempat layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s
centers. Untuk mencegah incest dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di
rumah dan di sekolah.

17
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga
yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit dan
membayar dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang
memiliki asuransi kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian
untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira
membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga.
Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan
ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan
yang mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi
mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika anakberada
di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split shifts memungkinkan
banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan ibu bekerjatergantung
pada pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami, usia anak,
kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya
harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak
sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian perkembangan dan
keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari
mereka mempunyai kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk
istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah,
mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya
mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang pergi
kerja selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang
besar adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk
keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam masalah
perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami
istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi masalah,
fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).

18
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang bekerja
ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan ibu,
mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu
kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-
hari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan makan
malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang tuanya pulang
ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi ayah
dan anak yang lebih tua.
a. Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung bagaimana
keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Anak laki-
laki dan perempuan dapat saling membantu untuk memasak dan membersihkan rumah. Seperti
perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengurus
pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam
mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
b. Bantuan dari suami
Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa pasangan kulit hitam
menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga daripada pasangan kulit putih (Ericksen,
Yancey, & Ericksen 1979). Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing,
bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan suami istri. Suami menganggap
mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat atau pengingat dari istri. Istilah kedua yaitu
task sharing, bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-peran dari
pasangan yang menikah. Task sharing, suami membantu istrinya jika hanya seorang istri
membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga business class
& working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih banyak daripada suami
sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang
lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam
studi keluarga.

19
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika
anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak
bersikap disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung
(Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling
berbagi tugas dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a. diterima dalam anggota suatu kelompok
b. mengembangkan sense-nya sebagai social being
c. berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
d. antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e. persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam mengembangkan skills,
attitude dan potensi seseorang di masyarakat. Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam
kehidupan sebagai suatu peran baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu tersebut
baru memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan dengan orang
lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan cara saling
mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll. Anak-anak usia sekolah
dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat anak tersebut sudah bisa menjaga dirinya,
siap menghadapi tantangan dan tertarik dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang
berteman dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman yang
berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. “undesirable
friends” menurut orangtua
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan

Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua mempercayai


anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda ras, etnik, dan kelas sosial dapat
memiliki pengalaman lebih banyak daripada anak yang hanya berhubungan dengan “orang-
orang satu jenis” dengannya, karena dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka
dalam hidup bermasyarakat.

20
Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan orangtua-guru dan kegiatan lain yang
ditekuni oleh anaknya.

5. Komunikasi Di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah


Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah. Kebanyakan
anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak bertanya, dan mengekspresikan
sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan masalah awal seperti destructiveness, temper
tantrums dan overactivity menurun secara cepat di usia sekolah
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas menanyakanatau
berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang dialami dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1. Apa yang terjadi di dalam tubuh
2. perbedaan antara 2 sex
3. perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4. bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi pada perempuan dan
seminal emissions pada laki-laki
5. bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya
fungsi glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan
menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real mereka sama
baiknya pada anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear(takut),
anxiety (cemas), resentment, anger(marah), dan cemburu.

2.18 Promosi Kesehatan Selama Periode Usia Sekolah


Periode usia sekolah merupakan periode klinis untuk penerimaan latihan perilaku dan
kesehatan menuju kehidupan dewasa yang sehat. Jika tingkat kognisi meningkat pada periode
ini, pendidikan kesehatan yang efektif harus dikembangkan dengan tapat. Promosi praktek
kesehatan yang baik merupakan tanggung jawab perawat.
Selama progam ini, perawat berfokus pada pengembangan perilaku yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan anak. Perawat dapat berperan untuk memenuhi
tujuan kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk
nutrisi. Anak usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang memungkinkan
mereka untuk merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga

21
mengikutsertakan orang tua tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah.
Orang tua perlu mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.

2.19 Masalah Kesehatan Spesifik Pada Anak Usia Sekolah


Kecelakaan dan cedera merupakan masalah kesehatan utama yang terjadi pada anak.
Anak usia sekolah juga secara signifikan mengalami kanker, cacat lahir, pembunuhan, dan
penyakit jantung. Pada kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi jumlah
infeksi hamper 80% dari seluruh penyakit anak. Infeksi pernafasan merupakan prevalensi
terbanyak, flu biasa tetap merupakan penyakit utama pada masa ini.
Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering
kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental,
gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di antara
anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik
dan psikologis.
1. Bahaya Fisik
a. Penyakit
Penyakit palsu/khayal untuk menghindari tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Penyakit yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri
b. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
keberhasilan social
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
c. Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan
dan anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa
takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan
social
d. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan
tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku

22
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah yaitu
:
Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi
sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain,
membual akan ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang
menyenangkan seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang
berkhayal, dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri sendiri
dan tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada pelbagai
stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan
orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-
konsep media massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang
dewasa

23
Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan
Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak
Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga
menjadi perilaku kebiasaan
Tidak sabar terhadap perilaku orang lain yang salah
f. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak :
Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi
dirinya, misal kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan
merasa bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai
hubungan yang buruk dengan anak-anaknya
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas
sekolah dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi
dan bahkan menghukum anak

Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak
pada keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan
meyebabkan kebencian pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan
hubungan keluarga yang baik.
Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari
temannya maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci
hal itu
Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak
dan bila ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-
temannya mengenai wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di
rumah.

24
Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya
anak, anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang
tua teman-temannya.
Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap
saudara-saudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap
kesayangan orang tua
Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak
keluarga yang terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak
serta sanak keluarga membenci sikap sianak
Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung
yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang
sulit.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

3.1 Pengkajian
Dalam tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat yaitu data yang
berhubungan dengan keluarga dan anak.

25
Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga
a. Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga ( nama, seks, hubungan keluarga,
pendidikan, pekerjaan ).
Tipe keluarga : mengenai jenis dan tipe keluarga
Suku bangsa : mengkaji asal / suku bangsa keluarga.
Agama : agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
Status social ekonomi keluarga, ditentukan oleh penghasilan seluruh anggota keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini : tahap perkembangan keluarga
ditentukan oleh usia anak tertua dari keluraga inti.
 Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tugas keluarga yang
belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi keluarga.
 Riwayat kesehatan keluarga inti : riwayat kesehatan keluarga inti. Riwayat
kesehatan masing – masing anggota keluarga, perhatian terhadap upaya
pencegahan penyakit.
 Riwayat kesehatan keluarga suami istri yang menjelaskan riwayat kesehatan
generasi diatas, tentang riwayat penyakit keturunan , upaya generasi tersebut
tentang upaya penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang diperhatikan
sampai saat ini.
c. Lingkungan
 Karakteristik rumah : tentang rumah yang dihuni keluarga meliputi luas, tipe, jumlah
ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah ventilasi, perletakan perabot rumah, sarana
pembuangna air limbah dan MCK, sarana air bersih danh minum yang digunakan.
 Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan komunitas setempat, yaitu
tempat keluarga bertempat tinggal
 Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas keluarga dan anggita
keluarga, mungkin keluarga sering berpindah tempat.
 Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang adadan
sejauh mana keluarga berinteraksi
d. Struktur keluarga

26
 Struktur peran yang menjelaskan peran masing – masing anggota keluarga secara
formal maupun informal baik dikeluarga maupun dimasyarakat.
 Nilai atau norma keluarga yang dianut oleh keluarga.
 Pola komunikasi keluarga, bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa
pengambil keputusan utama dan bagaimana peran anggota keluarga dalam
menciptakan komunikasi.
 Struktur kekuatan keluarga, kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
 fungsi afeksi, gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
anggota keluarga , dukunagn anggota keluarga, hubungan psikososial dalam anggota
keluarga, bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
 Fungsi sosialisasi, hubungan anggota keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya dan perilaku yang berlaku dikeluarga
dan masyarakat.
 Fungsi perawatan kesehatan, mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan, merawat anggota keluarga,
memodifikasi lingkungan, menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
f. Stress dan koping keluarga
 Stressor jangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan penyesuaian lebih
kurang 6 bulan. Stressor jangka panjang memerlukan waktu penyesuaian lebih 6
bulan.
 Kemamapuan keluarga berespon terhadap stressor
 Strategi koping
 Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan kesehatan
h. Harapan keluarga
Pengkajian yang berhubungan dengan anak prasekolah
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamulan sampai kelahiran
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini

27
d. Kebiasaan saat ini ( pola perilaku dan kegiatan sehari – hari )
e. Pertumbuhan dan perkembangan saat ini ( termasuk kemampuan yang telah dicapai).
f. Periksaan kesehatan

Pengkajian fokus anak prasekolah


a. Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama dirumah dan adakah sarana
stimulasinya
b. Sudahkah anak dikutkan kegiatan play group
c. Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan anak setiap hari
d. Siapakah orang – orang yang setiap hari dengan anak.
e. Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
f. Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini
g. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang muncul terdapat 2 sifat, yaitu:
1. Berhubungan dengan anak, dengan tujuan anak dapat tumbuh dan berkembang
secara maksimal sesuai dengan usia anak.
2. Berhubungan dengan keluarga, dengan etiologi berpedoman pada lima tugas
keluarga yang bertujuan agar keluarga memahami dan memfasilitasi perkembangan
anak.

Penilianan (skroing) diagnosa keperawatan


1. Skoring dilakukan bila diagnosa keperawatan lebih dari satu
2. Proses skoring menggungkan skala yang dirumuskan oleh bailon dan maglaya (1978)
dengan cara :
 Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh perawat
 Skor dibagi dengan skor tertinggi dikaitan dengan bobot
Skoring :
Skor yang diperoleh x bobot
Angka tertinggi
Catatan : skor di hitung bersama keluarga

28
No Kriteria Skor BOB
1. Sifat masalah
 Actual (tidak/kurang sehat) 3
 Ancaman kesehatan 2 1
 Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
 Mudah 2
 Sebagian 1 2
 Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
 Tinggi 3
 Sedang 2 1
 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah skala :
masalah berat , harus segera 2
ditangani berat harus segera 1 1
ditangani dan masalah tetapi 0
tidak perlu segera ditangani
masalah tidak dirasakan

Masalah yang digunakan untuk perumusan diagnosa keperawatan yaitu:


1. Masalah actual/resiko
a. Gangguan pemenuhan nutrsi: lebih kurang dari kebutuhan tubuh
b. Menarik diri dari lingkungan sosial
c. Ketidakberdayaan mengerjakan tugas sekolah
d. Mudah dan sering marah
e. Menurunnya atau berkurangnya minat terhadap tugas sekolah yang
dibebankan
f. Berontak/menentang terhadap peraturan keluarga

29
g. Keengganan melakukan kewajiban agama
h. Ketidakmampuan berkomunikasi verbal
i. Gangguan komunikasi verbal
j. Gangguan pemenuhan kebersihan diri (akibat banyak waktu yang
digunakan untuk bermain)
2. Potensi atau sejahtera
a. Meningkatnya kemandirian anak
b. Peningkatan daya tahan tubuh
c. Hubungan dalam keluarga yang harmonis
d. Terpenuhinya kebutuhan anak sesuai dengan perkembangan anak
e. Pemeliharaan kesehatan yang optimal

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN MASALAH

4.1 Pengkajian
4.1.1 Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
2. Umur Kepala Keluarga : 37 tahun
3. Alamat Kepala Keluarga : Jln. Baji minasa, Kel. Tamarunang, Kec. Mariso

30
4. Pekerjaan Kepala Keluarga : Pedagang
5. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTP
6. Komposisi Keluarga :
No Nama J Hub.D Um Pend. STATUS IMUNISASI
Anggot K g. Kep. ur terak BC POLIO DPT HEPATIT CAMP
a Keluar (thn hir G IS AK
keluar ga ) 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
ga
1 Ny.K P ISTRI 35 SMP
2 An.M P Anak 1 12 SMP
3 An.N L Anak 2 9 SD

7. Genogram

Keterangan :

8. Tipe Keluarga : Keluarga Tn. A termasuk keluarga kecil yang terdiri dari Kepala
Keluarga, istri, 2 orang anak
9. Suku Bangsa : Seluruh Anggota Keluarga berasal dari suku Makassar, Indonesia

31
10. Agama : Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka taat beribadah dan
menjalankan perintah Allah SWT
11. Status Sosial Ekonomi keluarga :
Kepala Keluarga : 500.000,-/bln
Istri (ibu K) : 250.000,-/bln
Anak ke-1 :-
Anak ke-2 :-
Untuk pendapatan KK dengan Istri, dijadikan satu sehingga menjadi Rp.750.000,-
/bln dengan rata-rata pengeluaran Rp.600.000,-/bln. Dilihat dari penghasilan anggota
keluarga dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai
status social ekonomi rendah
12. Aktivitas rekreasi keluarga : Setiap hari KK dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
akan rekreasi dan hiburan biasanya menonton TV,
berkumpul dengan keluarga dan melepas lelah diruang
keluarga, untuk anak ke-1 dan ke-2 sering keluar bermain
dengan teman-temannya disore hari.

4.1.2 Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Keluarga Tn.A mempunyai 2 orang anak, anak pertama perempuan dengan umur 14 thn,
anak kedua laki-laki dengan umur 12 thn, maka keluarga Tn.A berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.

2. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi


Adanya masalah kesehatan yang dihadapi oleh Ny.K menderita gastritis, dan adanya
stress/trauma keluarga yang mengganggu anak-anaknya.
3. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menular, menahun, dan menurun. Riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga adalah sebagai berikut :
Kepala Keluarga : Klien pernah sakit apendisitis sehingga harus operasi dan rawat
inap selama 8 hari di Rumah Sakit dan sekarang sudah sembuh.
Istri : Klien memiliki penyakit magh/gastritis, namun jika penyakitnya kambuh tidak
mengharuskan klien berobat dan rawat inap di RS akan tetapi cukup membeli obat diapotek

32
Anak ke-1 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan
rawat inap di RS
Anak ke-2 : klien pernah mengalami cedera di kepala dan pergelangan tangan
dislokasi akibat jatuh pada saat bermain, tapi tidak dibawa ke RS untuk berobat akan tetapi
hanya diberi obat gosok dan diurut saja pergelangan tangannya dan kepala yang cedera hanya
diberikan antiseptic yang dibeli sendiri dari apotek. Namun klien masih terkadang
mengeluhkan tangannya terasa nyeri apabila banyak digerakkan saat bermain. Biasanya saat
kambuh, klien cukup diberi minyak gosok pada daerah yang terasa sakit yang kemudian
digunakan untuk istirahat sampai sembuh dengan sendirinya.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Dari keluarga Tn.A tepatnya anak ke-2 (kakak KK) pernah mengidap sakit DBD,
sedangkan dari keluarga Ny.K tepatnya anak ke-2 (adik Ny.K) mengidap penyakit diare.

4.1.3 Pengkajian Lingkungan


Lingkungan
1. Karakteristik rumah

Luas rumah yang ditempati ±24 meter/kubik (lebar , panjang ) terdiri dari ruang
tamu, ruang tengah, ruang keluarga, 4 kamar tidur,dapur, kamar mandi dan WC.
Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air
minum juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC cemplung). Status
rumah adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat dari seng.
Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan dan air
minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah dipekarangan rumah
kemudian dibakar. Keadaan halaman rumah banyak ditumbuhi rumput dan keluarga
mengatakan jarang membuka jendela karena keluarga jarang dirumah.

8 6 4 3

9 1

7 5 2

10
33
Keterangan Denah :
11
1. Ruang tamu
2. Ruang tengah
3. Kamar 1
4. Kamar 2
5. Ruang keluarga
6. Kamar 3
7. Ruang makan
8. Kamar 4 ( ruang shalat keluarga )
9. Dapur
10. Kamar mandi
11. WC

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Tetangga depan dan samping kanan hubungannya baik dengan keluarga Tn.R dan
juga warga dari lingkungan Tn.R akrab kepada tetangga sebelah kanan dan kiri.
3. Mobilitas geografis Keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah.Tn.R bekerja dari
pagi sampai jam 16.00 wit sebagai supir.Sedangkan Ny.A membantu suaminya
berjualan dari jam 08.00 sampai 14.00 wit.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini rajin melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian.
Anaknya juga rajin mengaji.
5. Sistem pendukung keluarga
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan
keluarga dan dalam pemecahan masalah.
6. Sistem Pendukung Keluarga
Semua anggota keluarga dalam kondisi sehat. Antara anggota keluarga saling
menyayangi satu sama lain keluarga klien memiliki fasilitas kesehatan MCK,
tempat tidur, sumber air bersih, dan sepeda sebagai sara transportasi, sedangkan
fasilitas sosialnya berupa mengikuti penyuluhan kesehatan diposyandu misalnya :
penyuluhan tentang DBD,diadakannya imunisasi, sedangkan dukungan psikologi
dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik.

34
4.1.4 Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat adalah
bahasa makassar dan Indonesia. Komunikasi antara keluarga lebih sering mulai sore hari
karena hampi semua anggota keluarga pulang kerja disore hari.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku yang baik ,
sopan santun, tata karma, cara menjaga hubungan baik dengan orang lain. Untuk kekuatan
keluarga masih tetap berada pada Tn.A jika ada masalah diselesaikan dengan baik oleh Tn.A
dan istrinya beserta kedua anaknya.
3. Struktur Peran
 Tn.A :
- peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat
- peran formal : menjadi kepala keluarga, suami, ayah
 Ny.K :
- peran informal : hanya sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan ibu-ibu
dilingkungan tempat tinggal
- peran formal : sebagai ibu rumah tangga, istri. ibu
 Anak ke-1 :
- peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar
- peran formal : sebagai anak
 Anak ke-2 :
- peran informal : sebagai anggota masyarakat dan pelajar
- peran formal : sebagai anak
4. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga kurang menyadari pentingnya menjaga kesehatan, mereka membiasakan cuci tangan
sebelum makan, akan tetapi kebersihan lingkungan disekitarnya tidak dijaga dengan baik,
kecukupan gizi dalam keluarga juga kurang terpenuhi dilihat dari makanan yang sering
dikonsusmsi tiap harinya dikarenakan ekonomi rendah (tidak memenuhi 4 sehat 5 sempurna).

4.1.5 Fungsi Keluarga


1. Fungsi Afektif

35
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih saying. Klien selalu mendukung
apa yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak melangga etika dan sopan
santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi permasalahan keluarga.
2. Fungsi Sosial
Interaksi antara anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota keluarga masih
memperhatikan dan menerapkan etika sopan santun dalam berperilaku.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit, namun pengetahuan mengenai penanganan
jika mengalami kekambuhan penyakit kurang. Terbukti saat Ny.K kambuh penyakitnya dia
hanya membeli obat di apotek tanpa berobat ke dokter dulu, dan juga ketika anaknya
mengalami cedera hanya diberi minyak gosok di area yang sakit, lalu digunakan untuk istirahat
sampai terasa baik.
b. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
- anggota kelurga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota kelurga dan mengerti
tentang sumber-sumber kelurga yang dimiliki
- keluarga kurang menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih dapat
mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit. Terbukti dari lingkungan sekitar banyak
terdapat tumpukan sampah, tidak terdapat juga empat sampah.
- Keluarga kurang mengerti dan menyadari tentang pentingnnya hygien sanitasi untuk
menciptakan rumah yang sehat. Terbukti jendela rumah jarang dibuka.
- Keluarga secara keseluruhan kurang mampu mempertahankan kondisi kesehatan mereka.
Terbukti pemenuhan gizi seimbang kurang, tidur tidak teratur, mengatur waktu antara bekerja
dan berkumpul dengan keluarga kurang baik, terbukti keluarga mengutamakan pekerjaan.
c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
- pegetahuan keluarga mengenai penyakit terbatas, keluarga sedikit mengerti mengenai
hal-hal yang dapat menyebabkan kekambuhan dan yang perlu dilakukan untuk mencegah
kekambuhan
- jika anggota keluarga ada yang sakit dan sekiranya perlu penanganan tenaga kesehatan,
maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan penyembuhan pada tenaga kesehatan.
Namun bila sakitnya masih tergolong ringan, keluarga cukup menganjurkan istirahat,
pemenuhan kebutuhan dan konsumsi obat antiseptic, generic, dll dari apotek atau warung
kepada anggota keluarga yang sakit.

36
- Untuk berjaga-jaga, keluarga hanya menyediakan obat-obatan yang sering dikonsumsi
dan cocok bagi masing-masing anggota keluarga. Apabila penyakit yang diderita dirasa parah,
keluarga langsung membawa ke tenaga kesehatan.
- Keluarga memberikan perhatian, kasih saying dan support agar dapat membantu proses
penyembuhan.
d. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat :
- keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya
- anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit. Namun, terkadang
maslah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak begitu diperhatikan secara lebih lanjut.
- Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang diderita tidak kambuh dan selalu mencari
solusi jika keluarga sakit.
- Keluarga sangat cemas dengan kemungkinan penyakit yang menyerang anggota
keluarga yang lain.
- Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif
- Keluarga kurang mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang dilakukan jika
maslah kesehatan muncul dalam keluarga, sehingga tidak dapat mengambil keputusan.
4. fungsi reproduksi
a. jumlah anak yang dimiliki Tn.A ada 2 orang yaitu 1 perempuan dan 1 laki-laki
b. keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak kelahiran anak
yang satu dengan yang lainnya.
c. Tn.A dan Ny.K menggunakan metode program KB alami

5. fungsi ekonomi
- keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dari pendapatan
yang diterima per bulan, namun keluarga kurang mampu menyisihkan pendapatannya untuk
keperluan yang tidak terduga
- keluarga kurang mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, seperti posyandu,
puskesmas dll.

4.1.6 Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang
- stressor jangka pendek : kerusakan rumah akibat banjir dan trauma adanya banjir
susulan
- stressor jangka panjang : kekambuhan penyakit magh/gastritis pada Ny.K

37
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas karena tidak dapat tenang dan
nyaman beristirahat dirumahnya.meskipun demikian keluarga telah berusaha memperbaiki
rumahnya sehingga layak untuk dihuni dan tetap waspada dengan adanya banjir susulan yang
bisa datang lagi. Untuk stressor jangka panjang keluarga (terutama Ny.K) berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya. Namun terkadang Ny.K tetap mengkonsumsi makanan yang
menjadi pantangannya misalnya makanan pedas dan asam.
3. strategi koping yang digunakan
Bila ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan musyawarah.
4. strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah melakukan kekerasan, perlakuan kejam terhadap anak,
mengkambinghitamkan anak, memberikan ancaman dalam menyelesaikan masalah.

4.1.7 Pemeriksaan Fisik


1. Tn.A (kepala keluarga)
TD : 120/70 mmHg
R : 24 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36 0C
KEPALA
- Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : rambut lurus, kulit sawo matang
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
- Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
- Mulut dan faring
- Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat
palpitasi, suara mur – mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).

38
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari
tangan dan kaki.
2. Ny.K (Istri)
TD : 120/80 mmHg
R : 26 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36 0C
KEPALA
- Rambut dan kulit kepala
Inspeksi : rambut lurus, kulit putih bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat
- Hidung
Inspeksi : hidung simetris, tidak ada pembesaran polip
- Mulut dan faring
- Telinga
Inspeksi : kedua telinga simetris
LEHER
Inspeksi : tidak ada nodul
DADA
Pergerakan dada terlihat saat inspirasi, Suara jantung S1 dan S2 tunggal, tidak terdapat
palpitasi, suara mur – mur tidak ada ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-).
ABDOMEN
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, pergerakan peristaltik
usus baik.
EKSTREMITAS
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada kelainan pada jari
tangan dan kaki.

4.1.8 Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan


39
Keluarga berharap agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat pada siapa saja
yang membutuhkan tidak hanya pasien yang di RS tetapi juga warga masyarakat yang
membutuhkan bantuan pelayanan kesehatan. Jangan membeda-bedakan dalam memberikan
pelayanan antara masyarakat miskin dengan kaya.

4.1.9 Pengkajian Fokus


- Hubungan anak terhadap orang tua baik, walau pun sibuk bekerja ibu dan ayah selalu
meluangkan waktu disela- sela pekerjaan untuk pulang kerumah memberi makan dan melihat
keadaan anaknya
- Hubungan anak dengan adiknya sangat baik, selalu bermain bersama meski orang tua
pergi bekerja (saling menjaga satu sama lain)
- Orang tua membentuk jaringan dengan anak dengan cara tiap hari selalu meluangkan
waktu disela-sela pekerjaan menjenguk anaknya dirumah, tetap memberikan kasih sayang,
perhatian kepada seluruh keluarga dan tetap menjaga komunikasi dengan baik.
- Pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tetap terjaga dengan baik kedua orang tua
memiliki tugas sebagai kepala keluarga, isri, ayah dan juga ibu.

4.2 Analisa Data


SIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DO: bila lelah dan Ketidak mampuan keluarga untuk Nyeri Akut
makannya tidak teratur mengenal mengenai masalah kesehatan (Ny.K)
Ny.K nampak menahan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,
nyeri factor penyebab yang mempengaruhinya
DS: pasien mengatakan serta persepsi keluarga terhadap masalah
bila lelah dan makan
tidak teratur perutnya
terasa nyeri. Lalu
biasanya cukup minum

40
obat magh (antasida),
tidak pernah ke dokter
periksa
Skala nyeri : 4 (1-5)
DO: keluarga tampak Ketidak mampuan keluarga dalam Sindrom
sering tiduran dan mengambil keputusan mengenai tindakan pasca
berkumpul diruang tamu. yang tepat atas kecemasan atau trauma trauma
DS: keluarga mengaku yang dirasakan.
masih sedikit cemas dan
keluarga tidak dapat
berada didalam rumah
dengan nyaman dan
tenang. Keluarga tetap
waspada dengan adanya
banjir susulan akibat
cuaca yang tidak
menentu dan tidak
disangka-sangka.

4.2.1 Skoring
1. Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidak mampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

No Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 3/3x1 = 3/3 3/3=1 Masalah sudah terjadi
actual
2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 1 Kebiasaan klien yang dapat
masalah dapat mendorong kekambuhan
diubah: akan terulang kembali saat
sebagian klien merasakan dalam
keadaan sehat

41
3 Potensial 2/3x1 = 2/3 2/3 Sumber-sumber dan
masalah untuk tindakan yang mencegah
dicegah : cukup kekambuhan dapat
dijangkau oleh klien
4 Menonjolnya 0/2x1 = 0 0 Kebiasaan dalam mengatasi
masalah: masalah yang sedederhana
masalah tidak menyebabkan masalah tidak
dirasakan dianggap serius oleh klien
dan keluarga
∑ :22/3

2. Sindrom pasca trauma pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat atas kecemasan atau
trauma yang dirasakan.

No. Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran


1 Sifat masalah: 3/3x1 = 1 1 Masalah actual karena
aktual mekanisme koping
keluarga kurang adekuat
dan stressor sangat
dirasakan keluarga
2 Kemungkinan 1/2x2 = 1 1 Semakin lama, stressor
masalah dapat makin sedikit sehingga
diubah: sebagian trauma dapat diatasi
sebagian.
3 Potensial masalah 2/3x1 = 1 2/3 Penerimaan dan keikhlasan
untuk dicegah: terhadap suatu peristiwa
cukup dapat mengurangi trauma
4 Menonjolnya 2/2x1 = 1 1 Trauma merupakan salah
masalah: masalah satu tanda keadaan
berat, perlu psikologis yang terganggu
penanganan
serius

42
∑ :32/3

4.3 Prioritas Diagnosa Masalah


1. Sindrom pasca trauma pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat atas kecemasan atau
trauma yang dirasakan
2. Nyeri akut pada Ny.K pada keluarga Tn.A berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga untuk mengenal masalah kesehatan anggota keluarga.

4.4 Perencanaan Asuhan Keperawatan


No. Tgl Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
keperawatan

Rab
1. 1Sindrom pasca 1. Anjurkan keluarga 1. Dengan
u/ 1trauma pada Tujuan umum: untuk mengungkapkan
22/1 keluarga Tn.A Setelah dilakukan mengungkapkan apa yang
2/16 berhubungan tindakan selama 2 kecemasannya dirasakan kepada
dengan hari diharapkan perawat, dapat
ketidakmampuan keluarga mampu 2. Anjurkan keluarga mengurangi
keluarga dalam mengatasi sindrom untuk mengurangi beban yang
mengambil pasca stressor yang dirasakan.
keputusan traumaTujuan menyebabkan 2. Dengan tidak
mengenai khusus: kecemasan seperti selalu mengingat
tindakan yang . Keluarga mampu anjurkan keluarga dan mengenang
tepat atas mengenal masalah untuk tidak masa lalu yang
kecemasan atau trauma dalam berfokus terhadap menyedihkan dan
trauma yang keluarga kejadian banjir menakutkan,
dirasakan 2. Keluarga mampu yang paling keluarga dapat
memutuskan berkesan dan mengurangi
tindakan yang merusak harta trauma.
tepat untuk benda.
mengatasi 3. Anjurkan keluarga 3. Mekanisme
kecemasan dan untuk tetap koping keluarga
trauma mempertahankan yang adekuat

43
3. Keluarga mampu mekanisme koping dapat mencegah
melakukan keluarga dalam trauma yang
tindakan menghadapi berlebih.
keperawatan masalah 4. Keadaan fisik,
mencegah trauma 4. Anjurkan keluarga social dan psikis
yang berlebih untuk menjaga anggota keluarga
4. Keluarga mampu hubungan social dapat
memelihara dengan tetangga mempengaruhi
lingkungan fisik, yang memiliki derajat kesehatan
psikis, dan social kesamaan senasib keluarga.
untuk dan 5. Pelayanan
mempertahankan sepenanggungan, kesehatan
derajat kesehatan menjaga keadaan merupakan salah
5. Keluarga mampu psikis dengan satu bentuk
memanfaatkan mampu menerima sumber daya yang
sumberdaya yang dengan ikhlas ada dimasyarakat.
ada dimasyarakat keadaan yang
seperti puskesma, menimpanya.
posyandu untuk 5. Anjurkan keluarga
memperoleh untuk meminta
pelayanan bantuan dari tega
kesehatan. kesehatan dalam
upaya mengurangi
masalah kesehatan

44
1. Klien mampu
memahami
penyakit
Rab 1. Jelaskan tentang gastritis, meliputi
u/ Umum : Setelah penyakit gastritis, : pengertian,
22/1 dilakukan tindakan meliputi: tanda dan gejala,
2/16 selama 2 hari pengertian, tanda penyebab,
diharapkan Ny.K dan gejala, penanganan dan
mampu mengatasi penyebab, pencegahan serta
nyeri penanganan dan akibat bila
Nyeri akut pada Khusus : pencegahan serta penanganan tidak
Ny.K pada Keluarga mampu akibat bila tepat atau tdk
keluarga Tn.A mengenal penyakit penanganan tidak segera ditangani.
berhubungan gastritis. tepat atau tdk 2. Keluarga mampu
dengan 2. Keluarga mampu segera ditangani memberikan
ketidakmampuan memutuskan dengan bahasa yang tindakan yang
keluarga untuk tindakan yang mudah dipahami. tepat bagi klien
mengenal tepat untuk 2. Jelaskan kepada 3. Keikutsertaan
masalah mengatasi keluarga mengenai keluarga secara
kesehatan kekambuhan Ny.K hal-hal yang dapat optimal dapat
anggota keluarga.3. Keluarga mampu dilakukan saat membantu klien
melakukan penyakit Ny.K untuk
tindakan kambuh mempertahankan
keperawatan kesehatannya.

45
pencegahan 3. Anjurkan kepada 4. Dorongan dan
penyakit Ny.K keluarga untuk motivasi dari
4. Keluarga mampu membantu klien keluarga dapat
memelihara dalam menghindari membantu
lingkungan fisik, dan meningkatkan
psikis, dan social meminimalisasikan derajat kesehatan
sehingga dapat segala bentuk Ny.K
menunjang makanan dan 5. Pemeriksaan
peningkatan minuman yang yang teratur dapat
kesehatan Ny.K dapat menyebabkan mencegah
5. Keluarga mampu penyakit Ny.K keadaan penyakit
memanfaatkan kambuh yang lebih berat
sumberdaya yang 4. Anjurkan kepada dan dapat
ada dimasyarakat keluarga untuk mengontrol
seperti puskesmas, tidak membiarkan kesembuhan
psyandu, kartu Ny.K kecapean dan klien.
sehat untuk banyak pikiran.
memperoleh 5. Anjurkan kepada
pelayanan keluarga untuk
kesehatan bagi memeriksakan
Ny.K Ny.K kepelayanan
kesehatan terdekat
baik saat kambuh
maupun tidak untuk
mengetahui
perkembangan
penyakit Ny.K

46
4.5 Implementasi
Hari/tgl No. IMPELEMENTASI Ket
Dx
Kamis/ 1 1. Menganjurkan keluarga untuk mengungkapkan
23/12/2010 kecemasannya
Hasil : keluarga mengungkapakan kecemasannya
2. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi stressor yang
menyebabkan kecemasan seperti anjurkan keluarga untuk
tidak berfokus terhadap kejadian banjir yang paling
berkesan dan merusak harta benda.
Hasil ; keluarga mendengarkan dengan baik apa yang
disrankan, dan ingin mencoba melaksanakan apa yang
telah dingajurkan perawat
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mempertahankan
mekanisme koping keluarga dalam menghadapi masalah

47
Hasil : keluarga mendengarkan dengan seksama anjuran
yang diberikan perawat dan ingin memperbaiki koping
keluarganya.
4. Menganjurkan keluarga untuk menjaga hubungan social
dengan tetangga yang memiliki kesamaan senasib dan
sepenanggungan, menjaga keadaan psikis dengan mampu
menerima dengan ikhlas keadaan yang menimpanya.
Hasil : kelurga menjaga hubungan social dengan tetangga
yang memiliki kesamaan senasib dan sepenanggungan,
menjaga keadaan psikis dengan mampu menerima dengan
ikhlas keadaan yang menimpanya, meskipun jarang
berkumpul dan berkomunikasi dengan mereka.
5. Menganjurkan keluarga untuk meminta bantuan dari
tenaga kesehatan dalam upaya mengurangi masalah
kesehatan.
Hasil : keluarga menerima saran untuk meminta bantuan
kepada tenaga kesehatan dan keluarga mengatakan akan
melaksanakannya.
Kamis/ 2 1. Menjelaskan tentang penyakit gastritis, meliputi:
23/12/2010 pengertian, tanda dan gejala, penyebab, penanganan dan
pencegahan serta akibat bila penanganan tidak tepat atau
tdk segera ditangani dengan bahasa yang mudah dipahami.
Hasil : klien tampak mendengarkan dan dengan seksama
dan klien mengatakan agak mengerti dengan penjelasan
yang diberikan.
2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai hal-hal yang
dapat dilakukan saat penyakit ny.x kambuh.
Hasil : klien tampak mengerti dengan penjelasan yang
diberikan perawat, dan klien mengatakan akan
melaksanakan apa yang disarankan.
3. Menganjurkan kepada keluarga untuk membantu klien
dalam menghindari dan meminimalisasikan segala bentuk

48
makanan dan minuman yang dapat menyebabkan penyakit
Ny.K kambuh
Hasil : keluarga tampak mengerti dan bersedia membantu
klien
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk tidak membiarkan
ny.x kecapean dan banyak pikiran.
Hasil ; keluarga mengatakan akan selalu mengingatkan
klien untuk menjaga kebiasaan dan aktivitas yang
menyebabkan kekambuhan penyakit klien.
5. Menganjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan
Ny.K kepelayanan kesehatan terdekat baik saat kambuh
maupun tidak untuk mengetahui perkembangan penyakit
Ny.K
Hasil : keluarga mendengarkan dengan baik dan menerima
saran yang diberikan dan akan mengaplikasikannya.

4.6 Evaluasi
No. Hari/tgl DIAGNOSA EVALUASI

1 sabtu / Sindrom pasca trauma S : keluarga mengatakan kini sudah tidak


25/12/2010 pada keluarga Tn.A secemas hari-hari kemarin karena rumah
berhubungan dengan yang rusak sudah diperbaiki, danada info
ketidakmampuan bahwa akan ada perbaikan selokan dan
keluarga dalam pembuangan air bah oleh pemerintah
mengambil keputusan setempat secepatnya.
mengenai tindakan O : keluarga tampak lebih tenang
yang tepat atas A : masalah teratasi sebagian (intervensi 1
kecemasan atau dan 5 = berhasil/ intervensi 2, 3, 2 = belum
trauma yang dirasakan berhasil)
P: lanjutkan intervensi : 2, 3,dan 4
2 sabtu / Nyeri akut pada Ny.K S : Ny.x mengatakan kini telah memahami
25/12/2010 pada keluarga Tn.A penyakitnya dan apa saja yang perlu
berhubungan dengan

49
ketidakmampuan dilakukan untuk mencegah kekambuhan dan
keluarga untuk yang perlu dilakukan saat kambuh
mengenal masalah O : - klien tampak mengangguk saat diberi
kesehatan anggota penjelasan
keluarga. - klien mengatakan mengerti dengan
penjelasan perawat
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

50
 Keluarga adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya atau
ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
 Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk sekolah
dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak yaitu 12
tahun.
 Faktor menarik dalam sebuah situasi spesifik membangkitkan minat baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang.
 Minat seorang individu berhubungan erat dengan sistem dirinya

5.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu untuk melakukan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan anak usia sekolah sesuai dengan prosedur keparawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di
http:/www.scribd

51
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah
KB. Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan- keluarga/

Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton
And Lange.

_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah

_______. 2009. Konsep Keluarga. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di


http://lensaprofesi.blogspot.com/2009/01/konsep-keluarga.html

_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12
September 2012 di

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan praktik Edisi 4
Volume 1. Jakarta : EGC
Sudiharto, S.Kp, M.Kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan Transkultural. Jakarta : EGC

52

Anda mungkin juga menyukai