Bab I-Daftar Pustaka Fix
Bab I-Daftar Pustaka Fix
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rektum adalah bagian akhir dari usus besar yang terletak di antara kolon
sigmoid dan kanalis analis yang berawal dari rectosigmoid junction setinggi S3
atau promontorium sacrum dan berakhir setinggi cincin anorectal. Panjang rektum
berkisar 12-15 cm dengan kaliber internal yang mirip dengan kolon sigmoid pada
bagian awal. Kemudian rektum akan dilatasi pada daerah yang lebih akhir
1
membentuk ampula rektum.
Pada rektum, dapat terbentuk tumor yang sering bermanifestasi sebagai
karsinoma rektum. Karsinoma rektum adalah salah satu keganasan tersering pada
manusia dan tersering kedua pada keganasan di usus besar. Sebelum tahun 1900
an, insiden kanker kolon dan rektal sering diabaikan, namun kini insiden kanker
kolorektal telah meningkat secara dramatis mengikuti perkembangan ekonomi dan
industrialisasi. Saat ini, kanker kolorektal adalah penyebab utama ketiga kematian
1, 2, 3
akibat kanker pada pria dan wanita di Amerika Serikat.
Di Indonesia kanker kolorektal adalah keganasan yang sering terjadi baik
pada pria dan wanita setelah kanker prostat dan kanker payudara dengan
persentase 11,5% dari jumlah seluruh pasien kanker di Indonesia. Insidensi
kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya.
Data lainnya dari Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan insidensi kanker
kolorektal dengan usia kurang dari 45 tahun pada 4 kota besar di Indonesia
sebagai berikut, 47,85% di Jakarta, 54,5% di Bandung, 44,3% di Makassar dan
48,2% di Padang.4
1
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang Ca Rekti.
1.3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Ca Rekti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Rektum
fascia ini penting karena menjadi barrier/ pembatas dari invasi keganasan.10
3
Gambar 2.2 Potongan sagital rektum dan visera yang terkait pada pria
Gambar 2.3 Potongan sagital rektum dan visera yang terkait pada wanita
4
sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah
6,10
berwarna merah segar.
5
terutama untuk mencapai reseksi luas nodus limfe proksimal. Meskupun
demikian, jika aliran ke atas yang seperti biasanya, diblok (contohnya oleh
karsinoma), aliran dapat berbalik dan selanjutnya mungkin ditemukan metastasis
nodus limfe pada sisi dinding pelvis (sepanjang pembuluh rectalis medial) atau
10
bahkan pada regio inguinal ( sepanjang arteri rectalis inferior).
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur
simpatis pleksus ini menuju ke arah sistem genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi
erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat. Serabut saraf ini
menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan
cara mengatur aliran darah ke jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang
terjadi pada waktu operasi radikal paanggul seperti ekstirpasi rektum dapat
6
menyebabkan gangguan fungsi vesika urunaria dan gangguan fungsi seksual.
6
lapisan. Ketika kanker berada di dinding rektum, mereka selanjutnya dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau pembuluh limfe. Dari sana mereka dapat
3,10
menyebar ke kelejar getah bening terdekat atau bagian tubuh yang jauh.
7
dan menginduksi perubahan ke arah keganasan. Sebaliknya diet tinggi serat
dapat menurunkan risiko. Konsumsi kalsium, selenium, vitamin A, C, E,
karotenoid, dan fenol tumbuhan dapat menurukan risiko. Obesitas dan gaya
c. Merokok
Meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan
kejadian KKR, tetapi penelitian terbaru perokok jangka lama (periode induksi
30-40 tahun) mempunyai risiko relatif berkisar 1,5-3 kali. Diestimasikan
bahwa satu dari lima kanker kolon dan rektum di Amerika dikaitkan dengan
merokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik
menunjukkan bahwa merokok berhubungan dengan kenaikan risiko
terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi
karsinoma.9
8
growth factor-1 juga menjadi faktor risiko. Radiasi pelvis juga diketahui
meningkatkan risiko karsinoma rekti.7 Kurangnya aktifitas fsik juga
Saat ini diketahui bahwa kanker rektum berasal dari adenoma dan tumbuh
bertahap dengan meningkatkan displasia pada adenoma akibat akumulasi
abnormalitas genetik (adenoma-carcinoma sequence. Biasanya karsinoma ini
muncul sebagai ulkus, tetapi bertangkai (polyploid) dan memilki sifat infiltratif.
Berawal dari polip jinak pada rektum, tumor akan menjadi ganas dengan
menyusup kedalam lapisan dan struktur sekitar dan terlepas dari tumor primer,
menyebar dan bermetastasis ke bagian tubuh lain.6
Penyebaran karsinoma melalui berbagai cara, antara lain :
1. Penyebaran lokal
Penyebaran lokal lebih sering muncul secara sirkumferensial atau
melingkar daripada longitudinal. Setelah selubung otot ditembus, tumor
akan menyebar ke mesorektum sekitar, tetapi awalnya terbatas pada fascia
mesorectal. Jika penetrasi muncul di anterior, maka prostat, vesikula
seminalis atau buli-buli akan terlibat pada pria. Pada wanita, vagina atau
uterus dapat terlibat. Sedangkan penetrasi di posterior bisa mencapai
sacrum dan plexus sacralis. Penyebaran kebawah lebih dari beberapa
10
centimeter jarang terjadi.
9
3. Penyebaran secara hematogen
10
2.7 Gejala Klinis Kanker Rektum
Karsinoma rektum dapat muncul pada fase awal kehidupan, tetapi usia diatas 50
tahun adalah ketika insidens meningkat dengan cepat. Gejala awal sering tidak
signifikan sehingga pasien tidak berobat selama 6 bulan atau lebih., dan diagnosis
sering tertunda pada pasien yang lebih muda karena gejala yang muncul dikaitkan
10
dengan tumor jinak.
Perdarahan adalah gejala paling awal dan tersering pada kanker rektum.
Tidak ada karakteristik mengenai waktu munculnya, ataupun warna dan jumlah
kehilangan darah. Perdarahan sering jelas terlihat di akhir defekasi, atau diketahui
karena memberikan warna pada pakian dalam. Memang perdarahan melalui anus
sering terjadi pada hemoroid interna (hemoroid dan karsinoma kadang terjadi
bersama). Seiring berjalannya waktu, kehilangan darah dapat menyebabkan
penurunan jumlah sel darah merah (anemia). Terkadang, pasien datang karena
gejala anemia berupa rasa lemah dan lemas.
Tenesmus adalah gejala yang biasa didapat pada kanker rektum. Adanya
sensasi berupa feses lebih yang harus dikeluarkan atau sulit mengedan untuk
mengosongkan isi usus tanpa hasil pengosongan berupa feses. Hal ini sangat
penting untuk gejala awal dan hampir selalu muncul pada tumor distal rektum.
Pasien akan berusaha keras mengosongkan isi rektum beberapa kali sehari (diare
palsu), sering dengan sedikit flatus dan sedikit lendir dengan bercak darah darah
10
(lendir berdarah/ bloody slime).
Perubahan kebiasan BAB (Change bowel habit) merupakan gejala
tersering selanjutnya Perubahan yang terjadi antara lain diare, konstipasi, atau
feses kecil seperti kotoran kambing yang terjadi lebih dari beberapa hari. Pasien
harus bangun lebih awal untuk defekasi dan mengeluarkan feses berdarah dan
berlendir (early morning bloody diarrhea). Seringkali gejala ini terdapat pada
pasein dengan karsinoma annular pada rectosigmoid junction yang mengalami
peningkatan konstipasi, dan dengan pertumbuhan di ampula recti yang mengalami
11
carcinomatous rektum yang dalam mengikis prostat atau buli, mungkin akan
terjadi nyeri yang berat. Nyeri punggung, atau nyeri panggul muncul ketika
kaknker menginvasi plexus sacralis. Penurunan berat badan sugestif pada
metastasis hepar.9
2.8.1 Anamnesis
Tanda dan gejala berikut ini merupakan temuan yang sering menjadi awal
dugaan adanya karsinoma rekti:
- Perdarahan melalui anus disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
diare selama minimal 6 minggu pada semua umur
- Defekasi seperti kotoran kambing
- Perdarahan melalui anus tanpa gejala anal pada individu berusia di atas 60
tahun
- Peningkatan frekuensi defekasi atau buang air besar berlendir
- Massa intra-luminal di dalam rektum
- Tanda-tanda obstruksi mekanik usus
- Anemia
- Penurunan berat badan
diraba.10
Pemeriksaan colok dubur adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada
setiap penderita dengan gejala anorektal. Pada banyak kasus, neoplasma dapat
12
dirasakan dengan jari. Pada awalnya akan terasa nodul dengan dasar yang
menegeras. Ketika bagian tengah mengalami ulserasi, cekungan dangkal akan
ditemukan, pinggirnya meninggi dan terbalik. Pada pemeriksaan bimanual,
mungkin dirasakan bagain bawah karsinoma terletak di rectosigmoid junction.
Setelah jari dikeluarkan, jika berkontak secara langsung dengan karsinoma, jari
akan berlumur darah atau material mukopurulen dengan bercak darah. Ketika
ulkus carcionomatous terletak di 1/3 distal rektum, melibatkan kelenjar getah
bening terkadang dapat dirasakan massa satu atau lebih, keras, oval, bengkak di
13
- Kimia darah ; Enzim hepar. Tes ini untuk memeriksa fungsi hepar, karena
kanker rektum yang dapat metastasis ke hepar.
- Tumor marker. Sel kanker rektum kadang menghasilkan substansi dikenal
dengan tumor marker yang dapat ditemukan di darah. Tumor marker yang
paling sering pada kanker rektum adalah Carcioembryonic antigen (CEA).
10
2.10.2 Pemeriksaan Radiologi
14
- Angiografi, adalah pemeriksaan dengan sinar x untuk melihat pembuluh
darah. Kontras diinjeksikan ke dalam arteri, dan gambar diambil dengan
sinar x. Zat warna kontras akan mengisi pembuluh darah. Jika kanker
menyebar ke hepar, pemeriksaan ini akan menunjukan arteri yang
memberi suplai darah ke tumor. Pemeriksaan ini dapat membantu ahli
bedah apakah tumor hepar dapat dibuang, dan jika bisa hal ini dapat
membantu tindakan bedah.
15
- Sigmoidoskopi dan biopsi
- Kolonoskopi jika mungkin ( atau CT colonography atau barium enema)
2.11 Tatalaksana
10
Tatalaksana kanker rektum dilakukan berdasarkan stadium kanker, yaitu :
a. Stadium 0
Pada stadium ini, kanker rektum belum tumbuh diluar lapisan dalam
rektum. Membuang atau mengancurkan kanker adalah tindakan yang dibutuhkan.
Pasien dapat ditatalaksana dengan tindakan bedah seperti polipektomi (membuang
polip), eksisi lokal, atau reseksi transanal dan juga membutuhkan tatalaksana
lanjut.
b. Stadium I
Pada stadium ini, kanker rektum sudah tumbuh di lapisan dinding rektum
yang lebih dalam tetapi belum menyebar diluar rektum. Stadium ini termasuk
kanker yang merupakan bagian dari polip. Jika polip dibuang komplit selama
kolonoskopi, dengan tidak adanya kanker di bagian pinggir, terapi lain tidak
diperlukan. Jika kanker pada polip merupakan kanker high grade (grade IV) atau
terdapat sel kanker pada pinggir polip, pasien disarankan untuk operasi lebih
sekali. Operasi lebih sekali juga disarankan jika polip tidak dapat dibuang komplit
atau jika harus dibuang akan sulit melihat sel kanker pada bagaian pinggirnya.
Untuk kanker stadium I lain, tindakan bedah biasanya merupakan terapi utama.
Beberapa kanker kecil stadium I dapat dibuang melalui anus tanpa menyayat
abdomen dengan reseksi transanal atau transanal endoscopic microsurgery
(TEM). Untuk kanker lain, low anterior resection (LAR), proctectomy dengan
colo-anal anastomosis, atau abdominoperineal resection (APR) dapat dilakukan
tergantung dimana tepatnya lokasi kanker dalam rektum.
Terapi tambahan tidak diperlukan setelah operasi ini, kecuali ahli bedah
menemukan kanker lebih lanjut dari yang diperkirakan. Jika kanker lebih dari
yang diperkirakan, kombinasi kemoterapi dan radioterapi biasanya diberikan. 5-
FU adalah obat kemo yang sering digunakan. Jika pasien terlalu lemah atau sakit
16
untuk melakukan operasi, dapat ditatalaksana dengan radioterapi meskipun terapi
ini belum terbukti sama efektif dengan terapi pembedahan.
c. Stadium II
Pada stadium ini, kanker rektum telah tumbuh melewati dinding rektum
dan dapat meluas ke jaringan terdekat. Tumor mungkin belum menyebar ke KGB.
Kebanyakan pasien dengan stadium II kanker rektum ditatalaksana dengan
kemoterapi, radioterapi, dan pembedahan, meskipun jenis terapi mungkin berbeda
pada beberapa orang.
d. Stadium III
Pada stadium ini, kanker rektum telah menyebar ke KGB terdekat tetapi
tidak pada bagain tubuh lain. Kebanyakn pasien dengan stadium III akan
ditatalaksana dengan kemoterapi, radioterapi, dan tindakan pembedahan.
Kebanyakan pasien mendapatkan baik kemo dan radioterapi (kemoradiasi)
sebagai terapi pertama mereka. Hal ini dapat memperkecil kanker, sering
membuat pembedahan lebih efektif untuk tumor yang lebih besar. Tindakan ini
juga menurunkan kesempatan untuk kanker kembali ke pelvis. Pemberian radiasi
sebelum pembedahan juga cenderung memperkecil masalah dibandingkan
diberikan setelah pembedahan.
e. Stadium IV
Pada stadium ini, kanker rektum telah metastasis jauh ke organ dan
jaringan lain seperti hepar dan paru. Pilihan terapi untuk stadium IV bergantung
pada bagaimana dan seberapa luas kanker menyebar.
17
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Minang
18
Status Perkawinan : Kawin
Masuk RS : 02 Desember 2017
Dirawat di : Bangsal bedah pria
Alamat : Balai Baru,Padang
Riwayat Pengobatan
Pasien tidak ada riwayat operasi sebelumnya
19
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama atau penyakit
keganasan tidak ada.
Riwayat Kebiasaan
Pasien jarang mengkonsumsi buah dan sayur, aktifitas fisik sehari-hari
ringan. Kebiasaan merokok dan alkohol disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Keadaan gizi : Sedang
Vital Sign
Status generalisata
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 68x/menit
- Nafas : 20x/menit
- Suhu : 36,50 C
Kepala : Normocephal
Mata : pupil isokor, konjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/-), reflek
cahaya (+/+)
Telinga: normotia (+/+), otorhea (-/-), nyeri tekan pre/retroaurikula (-/-),
nyeri tarik aurikula (-/-)
Hidung : normosepta (+/+), rinorhea (-/-), devisi septum (-/-)
Mulut : oral hygine cukup baik, faring hiperemis (-)
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar
Thorax
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Jantung dalam keadaaan normal
Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-/-), gallop (-/-)
Paru
20
Inspeksi : bentuk dada kanan dan kiri simetris, gerak
dinding dada simetris
Palpasi : vocal fremitus simetris
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (- /-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Ekstremitas : akral hangat. udema tidak ada
Regio Anal
Pemeriksaan Colok dubur
Sfingter anus : Menjepit kuat
Mukosa : Teraba massa pada arah jam 3-6, 5 cm dari anocutaneus
line, konsistensi keras, terfiksir, berbenjol-benjol, nyeri
tekan (+)
Ampula recti : tidak kolaps
Handscoen : Feses (+), darah (+), lendir (+)
DIAGNOSA KERJA
Susp. Kanker rekti
TINDAKAN PENGOBATAN
- Belum bisa ditentukan
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Fazeli MS, Keramati MR. Rectal Cancer: a review. Medical Journal of the
Islamic Republic of Iran (MJIRI). 2015
2. Giovannucci E, Wu K. Cancers of the colon and rectum. Schottenfeld
D, Fraumeni J, eds. Cancer. Epidemiology and Prevention. 3rd ed. Oxford
University Press; 2006.
3. Paulse F, Waschke J. 2010. Atlas Anatomi Sobotta. Edisi ke-23. Jilid 2.
Jakarta : EGC
4. Rizqan, M. 2014 Kanker Kolorektal. Skripsi, Universitas Diponegoro,
Semarang, Jawa tengah.
23
10. Williams NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR. 2013. The Rectum, in Bailey
& Love’s Short Practice of Surgery. Edisi ke-26. New York : Taylor &
Francis Group.
24