Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada
umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya
memerlukan tindakan operasi. Hernia adalah pembukaan atau kelemahan
dalam struktur otot dinding perut. Hernia merupakan penonjolan isi rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada
hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeuretik dinding perut. Hal ini lebih terlihat ketika otot-
otot perut dikencangkan, sehingga meningkatkan tekanan dalam perut. Setiap
kegiatan yang meningkatkan tekanan intra-abdomen dapat memperburuk
penyakit hernia; misalnya kegiatan tersebut mengangkat, batuk, atau bahkan
berusaha untuk buang air besar.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia
dapat keluar-masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan, dan masuk lagi
jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut disebut hernia irreponibel. Biasanya disebabkan oleh perlekatan
isi kantong pada peritoneum kantong hernia disebut hernia akreta, yang tidak
memberikan keluahan rasa nyeri dan tanda sumbatan usus. Apabila isi hernia
terjepit oleh cincin hernia yang menyebabkan isi kantong terperangkap dan
tidak dapat kembali ke rongga perut dan dapat menyebabkan gangguan
passase usus atau vaskularisasi maka disebut hernia inkarserata atau
strangulata. Hernia inkarserata lebih dikhususkan pada hernia irreponibel
yang disertai gangguan passase usus sedangkan hernia starngulata merupakan
hernia irreponibel yang disertai dengan gangguan vaskularisasi.
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
kongenital dan hernia didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut
letaknya, misalnya hernia diafragma, hernia inguinal, hernia umbilikal, hernia

1
femoral. Hernia Femoralis, meskipun hanya meliputi 10 persen seluruh hernia
daerah lipat paha (groin hernia), merupakan suatu keadaan patologis yang
sangat penting karena sekitar 40% penderita penyakit ini datang ke rumah
sakit dalam keadaan emergensi dengan strangulasi atau inkarserasi. Penderita
– penderita semacam ini memiliki angka mortalitas yang besar sekitar 20%,
bahkan bisa mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami
nekrosis.
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu
tindakan konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada
tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang
untuk memepertahankan isi hernia yang telah direposisi. Sedangkan
penanganan operatif yang dilakukan adalah herniotomi dan hernioplastik.
Namum pada hernia femoralis hampir semua memerlukan tindakan operatif
kecuali jika ada kelainan lokal atau umum yang merupakan kontra indikasi

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi dan cara
mendiagnosis hernia femoralis.
2. Untuk mengetahui diagnosis banding dari hernia femoralis
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi dari hernia femoralis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI5,7,9
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lakuna
vasorum, dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna
bermuara di dalam v. femoralis dengan panjang kira-kira 1.5 cm dengan basis
di anulus femoralis setinggi ligamentum Cooper. Foramen ini sempit dan
dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh
ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis dari ligamentum
iliopektineale (ligamentum Cooper), sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis,
dan di sebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.
Keadaan anatomi ini mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.9
Ligamentum Ingunale merupakan bagian bawah dari aponeurosis
musculus abliquus externus yang mengalami penebalan, mulai dari SIAS
sampai tuberculum pubicum. Sepertig medial memiliki tepi bebas, sedangkan
2/3 lateral melekat kuat pada fascia iliopsoas di bawahnya. ligamentum
lecunare merupakan bagian paling bawah dari ligamentum inguinale dan
terbentuk oleh serabut tendon musculus obliquus externus, melekat pada
ligamentum pectineale. Ligamentum pectineale merupakan suatu pita
tendinous yang kuat dan tebal, terfiksasi pada periosteum ramus superior
ossis pubis dan periosteum osiis ilii.5
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi
hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar
dengan v. Femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis
di lipat paha.7

3
Gambar 3. Kanalis femoralis
Kantung hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu
defek pada sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis
berisi satu atau dua kelenjar limfe, yang terbesar disebut dengan Cloquet.
Nodus-nodus ini didesak keluar dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan
peritoenal dan seringkali membentuk massa yang dapat dipalpasi.7
Pada pria, lewatnya testikel melalui dinding abdomen selama tahap
embrionik, melemahkan dan memperbesar orifisium miopektineal di atas
ligamentum inguinalis dan merupakan predisposisi terhadap hernia inguinalis
indirek dan direk. Pada wanita, diameter pelvis sejati yang membesar, bila
dibandingkan dengan pria, secara proporsional memperbesar kanalis
femoralis dan mungkin merupakan predisposisi dari hernia femoralis.7
Kelainan fundamental yang memungkinkan protrusi atan penonjolan
kantong peritoneal melalui dinding abdomen adalah adanya defek pada fascia
transversa. Protrusi kantong peritoneal melewati posterior dari iliopubic tract
dan ligamentum inguinale, anterior dari ligamentum Cooper, medial dari vena
femoralis dan tepat di lateral dari pelekat dinding inguinal posterior
(aponeurosis tranversus) dan fascia transvers) pada ligamentum Cooper.
Setelah melalui annulus femoralis penonjolan turun sampai muncul pada
fossa ovalis.5

4
Gambar 4 : Hernia Femoralis

2.2.DEFINISI7,4
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan
muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan
isi hernia.7
Hernia adalah tonjolan (protusion) dari organ intra peritoneal keluar
dari rongga perut melalui lubang (defek) dan masih diliputi peritoneum.4
Hernia diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal,
umbilikal, femoral. Hernia femoralis adalah suatu protrusi atau penonjolan
lemak preperitoneal atau organ intraperitoeal melalui pascia transversa yang
lemah masuk ke dalam annulus femoralis dan canalis femoralis.7

5
2.3.EPIDEMIOLOGI1,2,6
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada
hernia direct yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang
lebih sedikit.1
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi. Pada keadaan ini, penderita memiliki angka mortalitas sekitar
20%, bahkan bisa mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami
nekrosis. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang
pernah menjalani operasi hernia inguinal. meskipun kasus hernia femoralis
pada pria dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan wanita
4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan pria, karena secara keseluruhan
sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.2
Hernia femoralis jarang ditemukan pada usia dibawah 40 tahun dengan
umur rata-rata adalah 50 tahun namun tidak sesering hernia ingunalis. Hernia
sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnya di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000
untuk hernia femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi
dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.6

2.4 KLASIFIKASI

1. Berdasarkan proses terjadinya, hernia terbagi atas :


a. Hernia Inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela
paha.
b. Hernia Femoralis adalah hernia isi perut yang nampak di daerah fosa
femoralis.
c. Hernia Umbilicus adalah hernia isi perut yang tampak di daerah pusar.

6
d. Hernia Diafragma adalah hernia isi perut yang masuk melalui
diafragma ke dalam rongga dada.
e. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dalah hernia yang terjadi pada
sumsum tulang belakang.

2. Hernia dapat pula dibagi berdasarkan dapat tidaknya isi hernia masuk
kembali:
a. Hernia Reponible adalah bila isi hernia dapat keluar masuk.
b. Hernia Irreponible adalah bila isi kantong hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam.
c. Hernia Strangulata adalah hernia irreversible yang pembeku darah,
yang menuju ke alat-alat yang keluar itu, terjepit dan tersumbat.

3. Hernia dapat pula di bagi berdasarkan dapat tidaknya terlihat dari luar :
a. Hernia Interna adalah hernia terjadi didalam rongga badan, misal :
hernia diafragma.
b. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar sehingga tampak
dari luar.

4. Pembagian menurut isi :


a. Hernia Adipose adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
b. Hernia Littre adalah hernia inkarsetara atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja terjepit didalam cincin hernia.
c. Sliding Hernia adalah hernia yang isi hernia menjadi sebagian dari
dinding kantong hernia.
d. Hernia Scrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke
scrotum secara lengkap

7
2.5 ETIOLOGI2,3,8
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia antara lain3,8:
1. Kelemahan otot dinding perut karena usia
2. Akibat pembedahan sebelumnya
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karna adanya defek pada tempat tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai
defek pada tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (batuk, menangis).
4. Aquisial
Hernia yang disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia selama
hidupnya, antara lain: hancurnya jaringan penyambung oleh karena
merokok, penuaan atau penyakit sistemik, tekanan intra abdomen yang
meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites,
defisiensi otot.
5. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis

8
6. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat.
Etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya perlekatan dinding
posterior inguinal pada ligamentum iliopectineale (ligamentum Cooper)
dengan akibat melebarnya anulus femoralis. Sedangkan etiologi sekundernya
adalah peningkatan tekanan intraabdominal yang mendorong lemak
preperitoneal masuk kedalam anulus femoralis yang melebar secara
congenital.2

2.6 PATOFISIOLOGI8
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui
kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil,
batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya
isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan
menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma
pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara
spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.8
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin
hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate
yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga
menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya
suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi
nekrosis.8
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan
dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik

9
usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan
timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan
menjadi merah.8

2.7 GAMBARAN KLINIS5,8


a. Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan
lanjut dapat menetap (irreponible), kecuali pada hernia inguinalis
medialis tidak terjadi irreponibilis.
b. Penonjolan timbul jika tekanan intraabdomen naik.
c. Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan
tangan (manual).
d. Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada
herinia inkarserata.
e. Nyeri pada keadaan strangulasi.
f. Terdapat faktor-faktor predisposisi.

2.8 PEMERIKSAAN FISIK8


1. Inspeksi : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
2. Palpasi : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
3. Perkusi : Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi : hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada
hernia yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
5. Colok dubur : tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship
- romberg (hernia obtutaratoria).
6. Tanda-tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat.
7. Pemeriksaan Ziemen Test:
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita). Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

10
Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada:
- Jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
- Jari ke 3 : Hernia Inguinalis Medialis.
- Jari ke 4 : Hernia Femoralis

Gambar 3 : pemeriksaan Ziemen Test

2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG2


a. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
1) Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
2) Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah
dan menjadi dehidrasi.
3) Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

b. Pemeriksaan Radiologis3
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT

11
scan, maupun MRI dapat dikerjakan guna melihat lebih lanjut keterlibatan
organ-organ yang “terperangkap” dalam kantung hernia tersebut.
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi.
Pemeriksaan USG pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi
supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan
ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari
suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal.

2.10 DIAGNOSIS BANDING8

HIL HIM H-FEMORALIS

USIA Semua umur Orang tua Dewasa/tua

JENIS Terutama pria Pria dan wanita Terutama wanita


KELAMIN
LOKASI Diatas lig Diatas lig Dibawah lig.
inguinal inguinal
THUMB TEST Tonjolan - Tonjolan + Tonjolan +

FRINGER Ujung jari + Sisi jari +


TEST
ZIEMAN TEST Jari II + Jari III + Jari IV +

2.11 PENATALAKSANAAN5,6,7,9
Penatalaksanaan hernia secara umum adalah yang dapat dilakukan yaitu
tindakan konservatif dan operatif
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi

12
hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
inguinalis strangulasilata kecuali pada anak-anak. Hal ini disebabkan oleh
cincin hernia lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia.
Jika berhasil dilakukan operasi hari berikutnya, jika bila tidak berhasil
dalam waktu enam jam dilakukan operasi segera.5
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus
dipakai seumur hidup. Cara ini pada anak-anak dapat menimbulkan atrofi
testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah
testis. Pemberian sabuk hernia merupakan kontaindikasi bagi hernia
femoralis.7
2. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
femoral yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan kecuali kalau ada kelainan lokal atau umum yang merupakan
kontraindikasi operasi. Operasi terdiri atas herniotomi disusul
hernioplastik dengan tujuan menjepit anulus femoralis6.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke
lehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.7
b. Hernioplasti
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.7
Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dapat
dikelompokan dalam tiga tipe ; (1) low approach (pendekatan
bawah) melalui irisan dibawah ligamentum inguinale, meliputi
teknik Bassini dan Kirschner; (2) high approach (pendekatan atas)
melalui irisan di atas ligamentum inguinale, meliputi teknik

13
oschowitz dan Lotheissen-McVay; dan (3) preperitoneal approach
(pendekatan preperitoneal) yang meliputi teknik MvEvedy dan
Henry.5
Teknik-teknik operasi hernia
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen.

1. Mercy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi


kantungnya melewati ingunal yang dikombinasi dengan pengikatan cincin
interna.
2. Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara
conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic
cord diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus
oblikuus eksterna.

Gambar 4. Teknik Operasi Bassin


3. Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord
kebalikannya cara Bassini.

14
Gambar 5. Teknik Operasi Halsted

4. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint


tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper.12

Gambar 6. Teknik Operasi Mc Vay

15
5. Shouldice
Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar teknik Shouldice adalah
Bassini multi layer.

2.12 KOMPLIKASI3,6,9
Komplikasi dari hernia jika tidak segera dilakukan penanganan adalah:
1. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis ireponibilis. pada keadaan ini belum ada ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponibilis adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia
dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar
lebih sering menyebabkan ireponibilis daripada usus halus.6
2. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada
hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.
Jarang terjadi inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap
didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga
peritoneum seperti hurup Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan
perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi
kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat
berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat
terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Gambaran klinik
hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa.3
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti

16
dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut
hernia inguinalis strangulata. Bila sudah terjadi strangulasi karena
gangguan vaskularisasi terjadi gangguan toksik akibat gangrene,
gambaran klinik menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh
nyeri lebih hebat ditempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang ditemukan benjolan yang tidak
dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan tergantung keadaaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulate merupakan keadaan gawat darurat karena perlu mendpat
pertolongan segera.3

Komplikasi lainnya dapat timbul setelah dilakukan operasi yakni9:


1. Komplikasi operasi hernia dapat berupa cedera V. femoralis, N.
ilioinguinalis, N. iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli bila masuk
pada hernia geser.9
2. Komplikasi dini beberapa hari setelah herniorafi dapat pula terjadi berupa
hematoma, infeksi luka, bendungan V. Femoralis, terutama pada operasi
hernia femoralis, fistel urin atau feses, dan hernia residif.9
3. Komplikasi lanjut berupa atrofi testes karena lesi A.spermatika atau
bendungan pleksus pampiniformis, dan komplikasi yang paling penting
adalah hernia residif.

2.13 PROGNOSIS11
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.

17
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. X
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Padang
Agama : Islam
Suku bangsa : Minang

3.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama : Perut makin kembung sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan perut makin kembung sejak 1
hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan adanya
benjolan di bawah lipat paha kanan sejak 1 hari yang
lalu, benjolan disertai nyeri hebat, warna kulit pada
benjolan merah. Pasien merasa mual-mual dan sempat
muntah 2x. Pasien mengaku tidak nafsu makan tidak
terjadi penurunan berat badan. Pasien sering mengejan
saat BAB, karena konsistensi yang keras. BAB
biasanya 2 hari sekali dan masih bisa kentut.
Riwavat Penyakit Dahulu : Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama,
DM, tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat
hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang
sama seperti pasien.
Riwayat Pengobatan :-
Riwayat Sosial : Pasien seorang ibu rumah tangga

18
3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit sedang Kesadaran: Composmentis
VS : TD : 120/80 x/menit RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit T : 36,5ºC

Status generalis:
Kepala:
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada secret, tidak ada perdarahan
Telinga : tidak ada secret, tidakada perdarahan
Mulut : bibir tidak sianosis, mukosa tidak pucat.

Leher:
KGB : tidak membesar
Tiroid : tidak membesar
JVP : 5-2 cmH2O

Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus cordis teraba 1 jari medial Linea Midclavikularis Sinistra
P: batas jantung dalam keadaan normal
A: irama regular, murmur (-), gallop

Pulmo:
I: Simetris kanan sama kiri, tidak ada retraksi
P: Fremitus taktil kanan sama dengan kiri
P: Sonor
A: Vesikuler +/+, Ronkhi -/- Wheezing -/-

19
Abdomen:
I: Distensi (+)
P: Supel, nyeri tekan (-), nyeli lepas (-), muscle rigid (-) hepatomegali (-),
splenomegali (-)
P: Hypertimpani
A: BU (+) meningkat

Ekstremitas:
Akral hangat + + Oedem - -
+ + - -
Motorik 555 555
555 555

Status Lokalis:
Inspeksi : tempak benjolan dibawah lipat paha, warna kulit kemerahan.
Palpasi : teraba benjolan, ukuran 3x4 cm, kenyal, mobile, tidak teraba
hangat, batas tegas, nyeri.

20
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hb : 13,2 gr/dl
Lekosit : 12.000/uL
Hematokrit : 36%
Trombosit : 389.000/uL
GDR : 121 gr/dl

3.5 DIAGNOSIS
Hernia Femoralis Strangulata Dekstra

3.6 PENATALAKSANAAN

1. IVFD RL 500 cc 15 tts/menit


2. Injeksi Ceftiaxon 1x2 gr
3. Inj. Ketorolac 30 mg
4. Konsul dokter spesialis bedah

Rencana : Herniography

21
BAB IV
KESIMPULAN

Dari penulisan di atas, dapat disimpulkan :


1. Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia diberi nama
menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilikal, femoral.
2. Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi
40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau
strangulasi.
3. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada usia dewasa/tua dan insedensi
pada wanita lebih tinggi daripada pria.
4. Etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya perlekatan dinding
posterior inguinal pada ligamentum iliopectineale (ligamentum Cooper)
dengan akibat melebarnya anulus femoralis. Sedangkan etiologi
sekundernya adalah peningkatan tekanan intraabdominal yang mendorong
lemak preperitoneal masuk kedalam anulus femoralis yang melebar secara
congenital.
5. Pemeriksaan fisik dan penunjang dilaksanakan untuk menyingkirkan
hernia femoralis dari diagnosis banding lainnya
6. Penatalaksanaan terhadap hernia femoralis adalah dengan operatif dengan
teknik herniotomi dan dilanjutkan dengan hernioplasty.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. 2000. Kapita


Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Jakarta: Penerbit Media
Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 313-317
2. Hachisuca, takehiro. 2003. Femoral Hernia Repair. Surg Clin N Am 83
(2003) 1189–1205.http://medicina.iztacala.unam.mx/medicina/Femoral
%20hernia%20repair.pdf
3. Henry, MM, Thompson JN. 2005. Principle of Surgery 2nd edition. Elsevier
Sounders. page: 431 – 445
4. Lesmana, Tommy. 2008. Buku Bedah. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga
5. Mansyah. 2010. Hernia Femoralis. http://ml.scribd.com/doc/23700291/
Hernia-Femoralis//
6. Schwartz, Shires, Spencer. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.
Jakarta: EGC. Hal : 509 – 517
7. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2011, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2,
Jakarta: EGC. Hal: 523-537
8. Syarifuddin.2013. Hernia Femoralis Lateralis. http://ml.scribd.com/pdf/
145473198/Hernia-Femoralis-lateralis//
9. Utama, HSY. 2013. Jenis Jenis Hernia Dan Penanganannya (Hernia And
Treatment).http://herrysetyayudha.wordpress.com/tag/herry-setya-
yudha-utama/

23

Anda mungkin juga menyukai