Anda di halaman 1dari 75

Askep Kebutuhan Cairan akibat

Patologis System Perkemihan dan


Metabolik Endokrin

I Wayan Sukawana
Pembina Tk. I/ Lektor Kepala
JKP Poltekkes Denpasar
Struktur Ginjal
Fisiologi Ginjal

Tekanan Hidrostatik =
10 mmHg

-P. Hidros = 40%


tekanan sistole
-P. Osm = 20 nnHg

Solute < 3 nm/ 15 kDa


terfiltrasi
Filtrasi, sekresi, reabsorp, & Eksr
Senyawa Filtr Sekresi Ekskr % Abs
Na+ (mEq) 26000 150 99,1
K+ (mEq) 600 50 90 93,3
Cl- (mEq) 18000 150 99,2
HCO3- (mEq) 4900 100
Urea (mmol) 870 410 53
Kreatinin (mmol) 12 1 12 0
As. Urat (mmol) 50 4 5 98
Glukosa (mmol) 800 100
Solut total (mmol) 54000 100 700 87
Air (cc)
9/11/2017 180000W. Sukawana 1000 99 6
Patologi Ginjal
1. Gangguan fungsi
2. Infeksi
NTA
• Mrp penurunan GFR mendadak krn kerusakan
tubular, akibat hipoperfusi ginjal
• Penyebab: iskhemik, nefrotoksik
• Tanda: urin coklat tua, uremia, kreatinin
serum ↑, hiperkalemia, hiperfosfatemia, urine
spt normal, dsb.
• Pencegahan: pertahankan kecukupan cairan
dg normal saline

9/11/2017 W. Sukawana 8
GGA
• Terjadi penurunan fungsi ginjal scr tiba-tiba
• Terjadi peningkatan BUN (Normal: 7 – 18
mg/dl)
• Terjadi peningkatan Creatinin
➢pria, normal: 0,93 – 1,32
➢Wanita, normal: 0,85 – 1,23

9/11/2017 W. Sukawana 9
Penyebab GGA
1. Pre-Renal: semua kejadian yg
mengakibatkan penurunan sirkulasi/
penurunan oksigenasi/ perfusi ke ginjal.
2. Intra-Renal: kejadian yg merusak jaringan
interstium atau nefron, spt: NTA
3. Post-Renal: obstruksi dari ductus koligens –
orifisium uretra.

9/11/2017 W. Sukawana 10
Penyebab Pre Renal
1. Hipovolemia:
➢ kehilangan darah/plasma
➢ Kehilangan cairan :GIT,luka bakar
➢ redistribusi intra ekstravaskular, krn:
hipoalb.,peritonitis, kerusakan otot yg luas
➢ kekurangan asupan cairan.
2. Vasodilatasi sistemik: sepsis, sirosis, anafilaksis
3. Penurunan CO: shock, infark, dekomp.,aritmia,
tamponade jantung.

9/11/2017 W. Sukawana 11
GGA Renal
A. Peny.ginjal primer: GNA, nefritis,
nefrosklerosis, hipertensi maligna.
B. Nekrosis tubuler akut (NTA)
C. Nefropati

9/11/2017 W. Sukawana 12
GGA Post Renal
- terjadi krn obstruksi aliran urin
- Kerusakan permanen tergantung pd Berat &
lama obstruksi:
> 72 jam : kehilangan nefron permanen
< 7 hari: laju filtr.masih dpt.normal kembali
- Penyebab obstruksi: urolitiasis, BPH, tumor

9/11/2017 W. Sukawana 13
Tanda gejala
• An-uria (< 100 cc/24 jam), oliguria (100 – 500 cc/24 jam).
Normal: 1-2 cc/kgBB/24 jam
• Osmolalitas urine ↑ (BJ > 1,030)
• BUN ↑ (> 18 mg/dl), Creatinin plasma↑ (>1,2 mg/dl)
• Hemokonsentrasi (↑ HCT, ↑ Albumin)
• Hipotensi orthostatik
• Takikardia
• Vena leher supinasi: kolaps. CVP: turun
• Kulit mukosa: kering, turgor kulit: turun
• Ekskresi Na < 1% (Na urine < 20 MEq)
• ↑ BB (retensi air)

9/11/2017 W. Sukawana 14
Prinsip Penanganan
• Semasih syok: cegah NTA dg normal saline 300 – 500
cc/ 30 – 60 mnt iv (dpt diulang a’ jam)  monitor V.
urine
• Pada fase GGA: CM = CK + IWL, Na < 2 gr/ hr, K < 1,5
gr/ hr, protein 0,6 gr/ kg BB/ hr, kalori > 35 k.kal/
kgBB/hr, cegah hiponatremia, atasi hiperkalemia dg
Natrium Bikarbonat, pertahankan HC03- > 20 mEq,
pertahankan PH > 7,2, hati-hati dg obat yg
mengandung Mg.
➢ Jika BUN > 100, Sc > 8, PH < 7,2, edema paru,
hipertensi berat, K > 5,5  HD
9/11/2017 W. Sukawana 15
GGK
• Penurunan produksi hormon:
➢Testosteron
➢Eritropoetin  anemia
➢1,25 OH2D3
• ↑ Renin  Angiotensin II  Hipertensi
(sekunder)
• Jika BUN > 150 mg/dl  lelah, mual, muntah

9/11/2017 W. Sukawana 16
Gejala
• Dermal: pruritus, edema, mudah memar
• Kardiovaskular: dispnea saat beraktivitas, nyeri
retrosternal saat inspirasi
• Gastrointestinal: anoreksia, mual, muntah
• Genito-urinarius: nokturia, impoten
• Neuromuskular: kelelahan pd tungkai, kaku dan kram
pd tungkai
• Neurologi: iritabilitas umum, penurunan konsentrasi,
penurunan libido
• Fisik: pucat, lemah
9/11/2017 W. Sukawana 17
Penatalaksanaan
• Monitor kenaikan BB
• Garam < 5 gr/ hr (maks 1 sendok teh)
• Pertahankan P CO2 > 20 mEq/ l

9/11/2017 W. Sukawana 18
II. INFEKSI SALURAN KEMIH
• Pengertian: infeksi yang terjadi pada saluran air kemih: mulai dari
uretra, buli-buli, ureter, piala ginjal sampai jaringan ginjal.

• Macam:
1. ISK Atas
a. Pielonefritis
b. Pielitis

2. ISK Bawah
a. Sistitis
b. Prostatitis dan epidedimis
c. Uretritis
d. Sindrom uretra

9/11/2017 Sukawana 19
Penyebab dan Faktor Predisposisi
• penyebab infeksi saluran air kemih :
➢ Kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus,
dan Pseudomonas.
➢ Stafilokokus Aureus, Streptokokus fecalis, kuman anaerob, TBC, jamur,
virus dan bentuk L bakteri protoplas

• faktor predisposisi
a. Obstruksi intrarenal dan saluran kemih akibat litiasis (laki & wanita)
b. Neuropati viseral pada diabetes (laki & wanita)
c. Prostat hipertrofi / keganasan (laki)
d. Hidroureter akibat progesteron (kehamilan dan kontrasepsi)
e. Polikistik (laki & wanita)
f. Refluk vesiko ureter (laki & wanita)
g. Instrumentasi selama sistoskopi dan kateterisasi (laki & wanita)

9/11/2017 Sukawana 20
Patofisiologi
• Mukosa kandung kemih dilapisi oleh glycoprotein mucin
layer yang berfungsi sebagai anti bakteri.
• Robeknya lapisan ini,menyebabkan bakteri dapat melekat,
membentuk koloni pada permukaan mukosa, masuk
menembus epitel dan selanjutnya terjadi peradangan.
• Bakteri yg melekat pada pada sel uroepitelial,
mempengaruhi kontraktilitas otot polos dinding ureter, dan
menyebabkan gangguan peristaltik ureter
• Buli-buli yang terinfeksi, mengakibatkan iritasi dan spasme
otot polos vesika urinaria shg timbul rasa ingin miksi terus
menerus (urgency), miksi berulang kali (frequency), sakit
waktu miksi (dysuri). Mukosa vesika urinaria menjadi
edema, meradang dan perdarahan (hematuria).

9/11/2017 Sukawana 21
Patofisiologi lanjutan ….
• Bakteri dari kandung kemih dapat naik ke ureter dan
sampai ke ginjal, apalagi bila ada refluks vesikoureter
maupun refluks intrarenal  Inflamasi
• Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan dimulai dari
papilla dan menyebar ke daerah korteks
• pielonefritis akut mengakibatkan ginjal membengkak,
infiltrasi lekosit polimorfonuklear dalam jaringan
interstitial sehingga fungsi ginjal dapat terganggu.
• pielonefritis kronik: inflamasi berulang menimbulkan
parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure
(gagal ginjal)

9/11/2017 Sukawana 22
Gejala
• Infeksi saluran air kemih bagian bawah:
➢nyeri bila buang air kecil (dysuria)
➢sering buang air kecil (frequency) dan
ngompol.
➢Demam tinggi
➢nyeri di daerah pinggang belakang
• sulit membedakan ISK bagian atas dan bagian
bawah hanya berdasarkan gejala klinis saja
9/11/2017 Sukawana 23
Gejala spesifik
1. Uretritis :
➢ Mukosa memerah dan edema
➢ Terdapat cairan eksudat yang purulent
➢ Ada ulserasi pada urethra
➢ Adanya rasa gatal yang menggelitik
➢ Adanya nanah awal miksi
➢ Dysuria (nyeri waktu berkemih)
➢ Kesulitan memulai kencing, kurang deras dan
berhenti sementara miksi (prostatismus).
➢ Nyeri pada abdomen bagian bawah (supra pubic)
9/11/2017 Sukawana 24
2. Cystitis:
➢Dysuria (nyeri waktu berkemih)
➢Peningkatan frekuensi berkemih
➢Sering kencing pada malam (nocturia)
➢Keinginan kuat untuk berkemih (urgency)
➢Kencing yang susah dan disertai kejang otot
pinggang (stranguria)
➢Nyeri pinggang bawah atau suprapubic
➢Demam yang disertai adanya darah dalam
urine pada kasus yang parah
9/11/2017 Sukawana 25
3. Pielonefritis akut:
➢ Demam
➢ Menggigil
➢ Nyeri pinggang
➢ Mual sampai muntah
➢ “Irritative voiding symptoms” (sering miksi,
mendesak dan dysuria)
➢ Tanda penting: nyeri ketok pada pinggang
(ginjal) yang terkena
4. Pielonefritis kronik:
➢ gambaran mirip dengan pielonefritis akut
➢ Kadang-kadang hipertensi

9/11/2017 Sukawana 26
Pemeriksaan Laboratorium
1. Analisa Urin (urinalisis)
• Leukosuria (positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit / LP
• Hematuria (ISK: Eritrosit > 5-10 per lapangan pandang)
• Bakteri (Positif jika 1 bakteri per lapangan pandang)
2. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
• biakan kuman dari urin tampung porsi tengah (positif jika
jumlah kuman ≥105/ml, 2 kali berturut-turut).
• Biakan kuman dari urine tampung dengan pungsi buli-buli
suprapubik (infeksi jika ada kuman patogen yang tumbuh
 sebagai gold standar)
3. Tes penyaring kuman
4. Pemeriksaan penunjang lain

9/11/2017 Sukawana 27
Penatalaksanaan
• Ada 3 prinsip penatalaksanaan ISK:
➢Memberantas infeksi: dengan pemberian
antibiotika
➢Menghilangkan faktor predisposisi: Koreksi
bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih
➢Suportif: asupan cairan cukup, perawatan
higiene daerah perineum dan periuretra,
pencegahan konstipasi

9/11/2017 Sukawana 28
5. Nefrotik Sndrom
• Mrp penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak
dengan kumpulan gejala-gejala klinis: proteinuria
masif, hipoalbuminemia, hiperkholesterolemia serta
sembab (Oedema anasarka).
➢ proteinuria masif: proteinuria 50-100 mg/kgBB/hr
➢ Hipoalbuminemia < 2,5 gram/dl.
➢ kadang-kadang dijumpai gejala: hipertensi, hematuri,
bahkan kadang-kadang azotemia

11/09/2017 w. sukawana 29
Macam
• Sindrom Nefrotik Primer: terjadi kelainan pd
glomerulus tanpa ada penyebab lain
(termasuk kongenital)
• Sindrom nefrotik sekunder, timbul sebagai
akibat dari suatu penyakit sistemik atau
sebagai akibat dari berbagai sebab yang nyata
seperti misalnya efek samping obat

11/09/2017 w. sukawana 30
Penyakit sistemik  NS
• Penyakit metabolik atau kongenital: diabetes mellitus
• Infeksi : hepatitis B, malaria, lepra, sifilis,
streptokokus, AIDS.
• Toksin dan alergen: logam berat (Hg), racun
serangga, bisa ular.
• Penyakit sistemik bermediasi imunologik: lupus
eritematosus sistemik
• Neoplasma : tumor paru, penyakit Hodgkin, tumor
gastrointestinal.

11/09/2017 w. sukawana 31
Patofisiologi
• hilangnya muatan negatif sepanjang endotel kapiler glomerulus dan
membran basal  albumin yang bermuatan negatif tertarik keluar
menembus sawar kapiler glomerulus  proteinuria (> 50 mg/kg/hr)
• Proteinuria yg hebat  Hipoalbuminemia
• Hipoalbuminemia  turunnya tekanan onkotik plasma  ekstravasasi
cairan plasma ke ruang interstitial  edema anasarka.
• Ekstravasasi cairan  Penurunan volume plasma  JG  korteks Adrenal
 Aldosteron  aktifasi Na+K+ATP-ase tubulus distal  reabsorpsi
natrium + air  Retensi natrium dan air (kompensasi untuk menjaga
volume dan tekanan intravaskuler tetap normal).
➢ Jumlah kencing sedikit
• Retensi cairan  pengenceran plasma  mempercepat ekstravasasi
cairan ke ruang interstitial  edema tambah hebat.
• Hipoalbuminemia  hilangnya a-glikoprotein  hiperlipidemia (LDL dan
VLDL meningkat, sedangkan kadar kolesterol HDL menurun )
• Renin – Angiotensinogen  hipertensi

11/09/2017 w. sukawana 32
• Hipoalbuminemia  umpan balik pd hepar 
hepatomegali
• Edema mukosa usus  diare, asites
• Edema paru  efusi pleura

11/09/2017 w. sukawana 33
Prinsip penanganan
• Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam,
rendah lemak.
• Tingkatkan kadar albumin serum (kolaborasi transfusi
plasma atau albumin konsentrat.
• Kolaborasi untuk memberantas infeksi.
• Tirah baring bila ada edema anasarka.
• Kolaborasi diuretik bila ada edema anasarka atau
mengganggu aktivitas.
• Jika ada hipertensi kolaborasi obat antihipertensi.
• Pantau tanda-tanda komplikasi

11/09/2017 w. sukawana 34
Foto polos abdomen
• Prinsip radiologi: benda dengan kepadatan
yang tinggi akan tampak sebagai bayangan
radioopak (berwarna lebih putih), kepadatan
rendah akan berwarna hitam (radiolusen).
Persiapan foto polos abdomen
• pasien dipuasakan minimal 8 jam untuk
mengosongkan isi perut
• Jam 20.00 pasien minum garam inggris
(magnesium sulfat), dicampur 1 gelas air
matang untuk urus-urus
• Selama puasa tidak boleh banyak bicara
(meminimalisir udara dalam usus)
• Sebelum pemeriksaan: pasien diminta buang
air kecil untuk mengosongkan blass.
Persiapan BNO-IVP
• BNO-IVP dilakukan setelah foto polos abdomen
• IVP menggunakan kontras berupa Iodine
• Dilakukan foto secara berulang kali (mengikuti
pergerakan kontras): menit ke 5, 15, 30 atau 45
dan post miksi.
• Diperlukan pemeriksaan kadar kreatinin untuk
menentukan dosis kontras. Jika kreatinin diatas
3mg%: tidak boleh dilakukan IVP
USG Ginjal
• Mrp prosedur untuk memeriksa ginjal
menggunakan sebuah transduser USG (probe)
yang ditempelkan erat pada kulit perut,
Gelombang suara energi tinggi dari transduser
memantul pada jaringan dan membuat gema.
Gema ini dikirim ke komputer, yang membuat
citra / gambar yang disebut sonogram
• tidak perlu persiapan khusus, hanya banyak
minum dan menahan kencing agar vesika
terdistensi
Gangguan Endokrin
Hormon yang berhubungan dengan
cairan dan elektrolit
1. ADH
2. Renin
3. Parathormon
ADH
• ADH = arginin/ vasopresin, dibentuk di nucleus
supraoptikus dan paraventrikular hipotalamus,
kemudian ditransport melalui akson keujung saraf pada
lobus posterior kelenjar hipofisis
• Dirangsang oleh hiperosmolaritas ekstrasel (atau
penyusutan sel), penurunan pengisian di kedua atrium,
muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual), angiotensin
II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal
nikotin, morfin, barbiturat).
• Dihambat oleh: perenggangan atrium, asam
aminobutirat-γ (GABA), alkohol, dan pajanan terhadap
dingin
• Osmoreseptor terdapat pada hipothalamus, jika
Osmolaritas meningkat maka hipothalamus
menstimulasikan hipofisis untuk melepaskan
ADH, sebaliknya jika osmolaritas plasma di bawah
ambang batas tertentu pelepasan ADH ditekan.
• Peran ADH:
➢ merangsang reabsorsi air pada tubulus distal
dan duktus koligentl
➢ merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus
ginjal
➢ Vasokonstriksi pembuluh darah
Diabetes Insipidus
• Adalah gangguan akibat defisiensi hormon ADH (anti-
diuretik hormon) atau reseptornya sehingga terjadi
poliuria (tetapi tanpa glukosa, sehingga berbeda
dengan deuresis osmotik pada DM)
• Akibat: dehidrasi, pasien selalu haus, gangguan
keseimbangan elektrolit
• Macam:
➢ Diabetes insipidus sentral: akibat kekurangan ADH
➢ Diabetes insipidus nefrogenis: ginjal tidak peka atau
tidak memberikan respon pada hormon anti-
diuretik
Gejala diabets Insipidus
• Poliuria (5 – 10 liter/ hari)
• Polidipsia
• BJ urine rendah (1,001 – 1,005)
Renin
➢Di bentuk oleh JG
➢JG Bersifat Osmoreseptor
➢Renin mengubah angiotensinogen menjadi Angiotensin I
Pengaruh Aldosteron terhadap Tubulus Distal
dan Collecting tubulus  aktivasi Na+K+ATPase
➢Reabsorpsi Na+ ditukar dengan K+ (pd korteks) dan H+
pada Medulla
➢Na+ diikuti oleh air
Parathiroid hormon
• Bersama parathiroid hormon, tubulus
proksimal mengaktifkan Vit D menjadi 1,25
dihidroksikolekalsiferol (1,25(OH)2D)
• Vitamin D aktif akan merangsang:
➢Reabsopbsi Ca pada tubulus
➢Absorpsi (mengaktifkan protein pengikat
Ca) pada usus
Masalah keperawatan pada gangguan
eliminasi urine
• 9 masalah negatif, 1 masalah positif
• Masalah negatif terbagi dalam 3 kelompok:
1) disfungsi eliminasi urin (urgensi/ desakan
berkemih, atau menetes)
2) inkontinensia (pengeluaran urin yg tidak
terkendali)
3) Retensi (tidak mampu mengosongkan
kandung kemih
Masalah Keperawatan
1. Gangguan Eliminasi Urine
2. Inkontenensia Urine berlanjut
3. Inkontenensia Urine berlebih
4. Inkontenensia Urine fungsional
5. Inkontenensia Urine refleks
6. Inkontenensia Urine stres
7. Inkontenensia Urine urgensi
8. Risiko Inkontenensia Urine urgensi
9. Retensi urine
10. Kesiapan peningkatan Eliminasi urine
Masalah: Gangguan Eliminasi Urine
• Definisi: disfungsi eliminasi urine
• Penyebab: penurunan kapasitas kandung
kemih, iritasi kandung kemih, kurang
menyadari tanda gangguan kandung kemih,
efek tindakan medis (anastesi, operasi saluran
kemih), kelemahan otot pelvis, ketidak
mampuan mengakses toilet, hambatan
lingkungan, hambatan komunikasi, kelainan
saluran kemih, imaturitas (usia < 3 tahun)
Gejala mayor gangguan Eliminasi Urine
• Urgensi
• Urin menetes (dribbling)
• Sering BAK
• Nokturia (f meningkat pd malam)
• Mengompol
• Enuresis (mengompol)
• Distensi kandung kemih
• Berkemih tidak tuntas
• Residu urine meningkat
Kondisi klinis terkait dengan gangguan
Eliminasi Urine
• Infeksi ginjal, ISK
• Hiperglikemia
• Trauma
• Ca
• Gangguan medula spinalis
• Neuropati
• Stroke
• Parkinson
• Obat
• sklerosis
Masalah: inkontinensia Urine
• Definisi: pengeluaran urine yang tidak terkendali, macam:
1) Berlanjut: terus menerus tanpa distensi kandung kemih (KK).
Tanda: kencing keluar konstan (tanpa distensi KK, tidak disadari
2) Berlebih: akibat distensikandung kemih. Tanda: distensi KK, residu
> 100 cc)
3) Fungsional: kesulitan mencapai toilet pd waktu yang tepat. Tanda:
mengompol sebelum mencapai toilet
4) Refleks: urine keluar pada volume tertentu kandung kemih
tercapai. Tanda: kencing netes, sering kencing, tidak ada sensasi
berkemih)
5) Stres: akibat peningkatan tekanan intraabdominal. Tanda: kencing
keluar < 50 cc saat: berdiri, tertawa, bersin, dsb.
6) Urgensi: setelah keingginan kuat untuk berkemih. Tanda:
keingginan berkemih yg sangat kuat disertai inkontinensia
Masalah: Retensi Urine
• Definisi: Pengosongan kandung kemih yang
tidak lengkap
• Tanda:
1. sensasi penuh pada kandung kemih
2. Disuria/ anuria
3. Distensi kandung kemih
4. Dribbling
5. Residu urine > 150 cc
6. Inkontinensia urine berlebih
Masalah: Kesiapan peningkatan
eliminasi urine
• Definisi: pola fungsi eliminasi yg cukup untuk
meningkatkan kebutuhan eliminasi
• Tanda: mengungkapkan keinginan untuk
meningkatkan eliminasi urine, jumlah urine
normal, karakteristik urine normal.
Masalah yang berkaitan dengan Nutrisi
dan Cairan
• Hipervolemia
• Hipovolemia
• Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan
• Risiko hipovolemia
• Risiko ketidakseimbangan cairan
• Risiko Ketidakseimbangan elektrolit
• Risiko Syok
Hipervolemia (Kelebihan Volume
Cairan)
• Definisi: peningkatan volume cairan intravas.,
interstitiil dan intasel.
• Tanda:
a. Mayor: orthopnea, dyspnea, paroxysmas nocturnal dyspnea
(sesak saat posisi berbaring lurus dan dengan perubahan
posisi = manifestasi gagal jantung), Edema (anasarka atau
perifer), BB meningkat dalam waktu singkat, peningkatan JVP
dan CVP, reflex hepatojugular positif (Pasien diminta bernapas
secara normal, lakukan penekanan pada hati selama 30 – 60 detik, bila
distensi vena leher meningkat lebih dari 1 cm = positif/ peningkatan
tekanan vena),
b. Minor: distensi vena jugularis, terdapat suara nafas tambahan,
hepatomegaly, HB/ HCT turun, Balance cairan positif, oliguria

11/09/2017 w.sukawana 59
• Penyebab:
a. Ggn mekanisme regulasi (ok:
gagal ginjal).
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis
(kortikosteroid, dsb)

11/09/2017 w.sukawana 60
Hipovolemia (Kekurangan volume
cairan)
• Definisi: penurunan volume cairan intravaskular,
interstitiil dan intasel.
• Tanda:
a. Mayor: frekuensi nadi  , nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, tekanan nadi menyempit,
turgor turun, mukosa kering, volume urine
turun, Hct meningkat.
b. Minor: merasa lemah, merasa haus, pengisian
vena menurun, perubahan status mental,
peningkatan suhu tubuh, konsentrasi urine
meningkat, BB turun tiba-tiba.
11/09/2017 w.sukawana 61
• Penyebab:
1. Kehilangan cairan aktif
2. Kegagalan mekanisme regulasi
3. Peningkatan permeabilitas
kapiler
4. Kekurangan intake cairan
5. Evaporasi

11/09/2017 w.sukawana 62
Anamnesa: ggn Kebutuhan Cairan
akibat Patologis System Perkemihan
dan Metabolik Endokrin
• Temukan petunjuk, dengan mengkaji:
➢ Kelainan dalam berkemih
➢ kondisi kandung kemih
➢ Jumlah asupan cairan
➢ Jumlah haluaran cairan
➢ Berat badan saat ini dan adanya perubahan berat badan
➢ Hematokrit
• Lakukan pengkajian fokus sesuai dengan
karakteristik diagnosa
Menghitung balance cairan dalam 24
jam
• Rumus: balance cairan = CM – CK – IWL

• CM: Air (makan+Minum) = ......cc


Cairan Infus = ......cc
Therapi injeksi = ......cc
Air Metabolisme= ......cc
• CK : Urine = ......cc
Feses = .....cc (normal 1 BAB feses = 100 cc)
Muntah/perdarahan/drainage luka/NGT terbuka= ...cc
• IWL = .....cc (IWL suhu normal =15 cc/kgBB/hari)

11/09/2017 w.sukawana 64
Cairan Masuk
• Kebutuhan cairan: 30 – 50 cc/kgbb/hari
• Air Metabolisma tubuh (AM):
➢ Usia Balita (1 - 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari
➢ Usia 5 - 7 tahun : 8 - 8,5
cc/kgBB/hari
➢ Usia 7 - 11 tahun :6-7
cc/kgBB/hari
➢ Usia 12 - 14 tahun : 5 - 6 cc/kgBB/hari
➢ > 14 tahun : 5 cc/KgBB/hari

11/09/2017 w.sukawana 65
IWL (Insensible Water Loss)
• IWL suhu normal =15 cc/kgBB/hari
• IWL akibat Kenaikan Suhu (dalam 1 jam)
[(10% x CM)x (suhu riil – 36.8 0C)]/24 jam + IWL normal
 Setiap kenaikan suhu 10C membutuhkan
tambahan cairan 10% dari kebutuhan rutin
• IWL pada anak = (30 - usia anak dalam
tahun) x 15 cc/kgBB/hari

11/09/2017 w.sukawana 66
• Jika anak mengompol: jml urine = 0,5 cc - 1
cc/kgBB/hari

11/09/2017 w.sukawana 67
Pemantauan Tekanan Vena
Sentral (CVP)
• Mrp: gambaran tekanan darah di atrium kanan
atau vena kava. Satuan Cm air atau mmHg.
Tekanan normal:
➢ Pd atrium kanan 0 (< 8 cm H2O)
➢ Pd vena kava 5 -8 cmH2O
• Fungsi: memberikan informasi ttg tiga parameter;
volume darah, kefektifan jantung sebagai pompa,
dan tonus vaskular.
• CVP normal: tidak ada aliran balik pada px/ JVP
• CVP > 10 JPV terdistensi dan tampak pulsasi (saat
duduk)
Teknis
• Kateter panjang dpt dipasang pd vena lengan,
vena sub clavia, atau vena femoralis, Vena
Jugularis Interna
• Manometer dan stopkok tiga jalur dipasang
antara sumber cairan dan kateter
• Pasien diposisikan tidur terlentang (datar)
• Tentukan titik nol (aksis flebostatik) pd garis
mid aksila interkostal ke-4
• CVP meningkat pd pasien: Gagal jantung
kongestif, temponade jantung, kelebihan
volume darah, status vase konstriksi.
• CVP menurun pada pasien: hipovolemia, vasa
dilatasi.
Hati-hati terhadap komplikasi
• Perdarahan
• Infeksi
• Trombosis
• Emboli udara
• Pneumothorax, Hematothorax, Empyema
subcutis
• Ventricle aritmia bila terdorong terlalu dalam
Prosedur Pemasangan kateter dan
infus

https://goo.gl/hSfTPa

Anda mungkin juga menyukai