Anda di halaman 1dari 123

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-


LAYANG DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT
DAN BANTEN AREA GARUT RAYON GARUT KOTA

SKRIPSI

ISTI NURUL SHOFYAH


1206314762

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
Desember 2014

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-


LAYANG DI PT. PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT
DAN BANTEN AREA GARUT RAYON GARUT KOTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Teknik

ISTI NURUL SHOFYAH


1206314762

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
Desember 2014

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip

maupun yang dirujuk telah saya nyatakan benar

Nama : Isti Nurul Shofyah

NPM: 1206314762

Tanda tangan :..........................

Tanggal :..........................

ii

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Isti Nurul Shofyah
NPM : 1206314762
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ir. Amien Rahardjo, M.T. (........................................)

Penguji : Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa, M.K. M.T. (........................................)

Penguji : Ir. I Made Ardita Y, M.T. (........................................)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal :

iii

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan Penguasa Alam, Yang menciptakan manusia
dengan bentuk yang paling sempurna, Yang melengkapinya dengan segala
fasilitas hidup sebagai jaminan secara adil dan bijaksana. Rahmat tadzim dan
salam sejahtera teruntuk Nabi Muhammad SAW, dan teruntuk pula kaum
kerabatnya, seluruh sahabat setianya, dan seluruh umatnya.
Atas selesainya skripsi ini, dengan penuh rasa syukur saya megucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Amien Rahardjo, MT. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak H. Dion, Bapak Apipudin, Bapak Solihin, Bapak Zuansyah, dan
rekan-rekan sebagai mentor di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat
dan Banten Area Garut dan Rayon Garut Kota yang selalu meluangkan
waktu dalam memberikan arahan selama proses pengambilan data dalam
pembuatan skripsi ini.
3. Kedua Orang Tua yang tiada hentinya membimbing dan mendukung
dengan penuh kasih sayang sampai saat ini.
4. Kepada teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.
Menjadi sempurna adalah tidak mungkin, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Yang bisa kita lakukan sebagai mahluk-Nya hanya berupaya
untuk menyempurnakan kemungkinan itu. Kebenaran pasti berasal dari Allah
SWT dan segala kesalahan semata-mata datang dari diri kita sendiri. Maka, saya
sebagai penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini.
Kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan demi
kemajuan dan perbaikan penulis di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Depok, Desember 2014

Penulis
iv

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Isti Nurul Shofyah


NPM : 1206314762
Program Studi : Teknik Elektro
Departemen : Teknik Elektro
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non Exclusive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota”
dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini, Universitas Indonesia berhak
menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat dan memublikasikan skripsi saya tanpa meminta izin
dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan
sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : Desember 2014
Yang Menyatakan

(Isti Nurul Shofyah)

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Isti Nurul Shofyah


Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Analisis Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang di PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota

Suatu sistem tenaga listrik tidak bisa lepas dari berbagai macam gangguan listrik
yang dapat mengganggu kualitas dan kontinuitas pelayanan pasokan listrik. Salah
satu gangguan penyulang yang paling banyak menyebabkan terjadinya
pemadaman listrik tak terencana di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan
Banten Area Garut Rayon Garut Kota adalah gangguan layang-layang. Pada tahun
2012 sebesar 36% pemadaman yang disebabkan gangguan penyulang terjadi
karena layang-layang, dan meningkat menjadi 52% pada tahun 2013. Gangguan
layang-layang ini dapat menyebabkan terjadinya gangguan hubung singkat 3 fasa,
2 fasa, 2 fasa ke tanah, ataupun 1 fasa ke tanah. Bahkan, dapat merusak dan
membuat penghantar SUTM putus. Dampak dari gangguan penyulang oleh
layang-layang ini berbahaya bagi manusia, baik pemain layang-layang itu sendiri
maupun masyarakat yang berada di sekitar jaringan PLN yang mengalami
gangguan karena dapat terkena sengatan listrik. Selain itu, terhentinya pasokan
listrik membuat pihak PLN merasakan kerugian yang cukup besar dan membuat
keandalan sistem (SAIFI dan SAIDI) menurun. Oleh karena itu, pada skripsi ini
akan dilakukan analisis terhadap gangguan penyulang oleh layang-layang di PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota
agar dapat ditentukan strategi untuk menekan frekuensi terjadinya gangguan
tersebut.

Kata kunci: sistem tenaga listrik, gangguan, penyulang, layang-layang, hubung


singkat, penghantar putus, keandalan sistem, SAIDI, SAIFI

vi Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
ABSTRACT

Name : Isti Nurul Shofyah


Study Program: Electrical Engineering
Title : Feeder Fault Analysis Due To Kites in PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota

An electric power system can not be separated from a variety of electric fault that
can interfere the quality and continuity of electricity supply services. One of the
most feeders fault that causing unplanned power outages in PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota is the kites
disruption. In 2012, 36% outage caused by feeder faults occured because the kites
disruption, and increased to 52% in 2013. Kite disruption can lead to 3 phase, 2-
phase, 2-phase to ground, or 1 phase to ground short circuit. In fact, it can
destroy and create SUTM broken conductor. The impact of feeders faults due to
kites is harmful to humans, both the kites players itself and the people who are
around the grid which is harmed can get an electrical shock. In addition, the
interruption of electricity supply makes PLN get some substantial losses and make
the system reliability (SAIFI and SAIDI) decreases. Therefore, in this thesis will
carried out an analysis of the feeders fault due to kites in PT. PLN (Persero)
Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota to determined
some strategies to suppress the occurrence frequency of that fault.

Key words: electric power system, fault, feeder, kites, sort circuit, broken
conductor, sistem reability, SAIDI, SAIFI

vii Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.4 Metodologi Penelitian .............................................................................. 2

1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

BAB 2 SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK.............................................. 4

2.1 Sistem Tenaga Listrik ............................................................................... 4

2.2 Sistem Distribusi ...................................................................................... 5

2.3 Klasifikasi Sistem Distribusi .................................................................... 7

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tegangan ....................................... 7

2.3.1.1 Sistem Distribusi Primer ............................................................ 7


viii Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2.3.1.2 Sistem Distribusi Sekunder........................................................ 8

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran...................................... 8

2.3.2.1 Saluran Udara (Overhead Lines) ............................................... 8

2.3.2.2 Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) ............................. 9

2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Jaringan ....................................... 11

2.3.3.1 Sistem Radial ........................................................................... 11

2.3.3.2 Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) ............................. 12

2.3.3.3 Sistem Mesh............................................................................. 13

2.3.3.4 Sistem Spindel ......................................................................... 15

2.4 Gangguan Pada Sistem Distribusi .......................................................... 16

2.4.1 Gangguan Beban Lebih ................................................................... 17

2.4.2 Gangguan Tegangan Lebih ............................................................. 17

2.4.3 Gangguan Ketakstabilan (Instability) ............................................. 18

2.4.4 Gangguan Hubung Singkat ............................................................. 18

2.4.4.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah ...................... 19

2.4.4.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ...................................... 20

2.4.4.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah ...................... 21

2.4.4.4 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ..................................... 21

2.4.5 Upaya Mengatasi Gangguan ........................................................... 22

2.5 Pemadaman Listrik ................................................................................. 23

2.6 Sistem Pengaman Pada Sistem Distribusi .............................................. 24

2.6.1 Peralatan Pemisah atau Penghubung ............................................... 25

2.6.1.1 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) .......................................... 25

2.6.1.2 Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) .................................. 26

2.6.1.3 Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) ........................... 26

2.6.1.4 Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer) ............ 27

ix Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2.6.2 Peralatan Pengaman Arus Lebih ..................................................... 27

2.6.2.1 Pelebur (Fuse Cut Out) ............................................................ 28

2.6.2.2 Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser) ....................... 29

2.6.2.3 Relai ......................................................................................... 30

2.6.3 Peralatan Pengaman Tegangan Lebih ............................................. 31

2.6.3.1 Kawat Tanah (Overhead Groundwire) .................................... 32

2.6.3.2 Penangkap Petir (Lightning Arrester) ...................................... 32

2.7 Keandalan Sistem Distribusi .................................................................. 33

2.7.1 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) ................. 34

2.7.2 SAIDI (System Average Interruption Duration Index) ................... 34

BAB 3 SISTEM DISTRIBUSI RAYON GARUT KOTA ................................... 35

3.1 Target Kerja Distribusi Rayon Garut Kota ............................................. 36

3.2 Data Aset Rayon Garut Kota .................................................................. 36

3.2.1 Penyulang Desa Kolot (DSKT) ....................................................... 37

3.2.2 Penyulang Cilawu (CLWU) ............................................................ 37

3.2.3 Penyulang Margawati (MGWT) ..................................................... 37

3.2.4 Penyulang Cigasong (CGSO) ......................................................... 38

3.2.5 Penyulang Intan Tiga (INTI) ........................................................... 38

3.2.6 Penyulang Intan Satu (INTU) ......................................................... 38

3.2.7 Penyulang Talaga Bodas (TLBS).................................................... 39

3.2.8 Penyulang Suci ................................................................................ 39

BAB 4 ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-LAYANG


............................................................................................................................... 40

4.1 Padam Akibat Gangguan Penyulang Oleh Layang-Layang ................... 42

4.2 Pengaruh Faktor Konstruksi Sistem ....................................................... 45

4.3 Pengaruh Faktor Cuaca dan Iklim .......................................................... 54

x Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
4.4 Dampak Dari Gangguan Layang-Layang ............................................... 55

4.4.1 Kerusakan Peralatan ........................................................................ 56

4.4.2 Ancaman Keselamatan Bagi Manusia ............................................ 57

4.4.3 Kerugian PLN ................................................................................. 59

4.4.4 Keandalan Sistem Distribusi PLN .................................................. 60

4.4.4.1 Indeks Rata-Rata Frekuensi Pemadaman (SAIFI) Rayon Garut


Kota ...........................................................................................................60

4.4.4.2 Indeks Rata-Rata Lama Pemadaman (SAIDI) Rayon Garut


Kota ...........................................................................................................62

4.5 Upaya Penekanan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang .......... 63

4.6 Evaluasi Hasil Penekanan Gangguan Layang-Layang ........................... 65

4.7 Perencanaan Optimasi Penyulang Dari Gangguan Layang-Layang ...... 66

BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 69

DAFTAR ACUAN................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

xi Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik......................................................................... 6


Gambar 2.2. Skema Penyaluran Daya Hingga Ke Konsumen ................................ 7
Gambar 2.3. Saluran Udara (Overhead Lines) ........................................................ 9
Gambar 2.4. Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) .................................... 10
Gambar 2.5. Sistem Radial.................................................................................... 11
Gambar 2.6. Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) ...................................... 13
Gambar 2.7. Sistem Mesh ..................................................................................... 14
Gambar 2.8. Sistem Spindel .................................................................................. 15
Gambar 2.9. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah .............................. 20
Gambar 2.10. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ............................................ 20
Gambar 2.11. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah............................. 21
Gambar 2.12. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ............................................ 22
Gambar 2.13. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) ................................................ 25
Gambar 2.14. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch)......................................... 26
Gambar 2.15. Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) .................................. 27
Gambar 2.16. Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer) .................. 28
Gambar 2.17. Pelebur (Fuse Cut Out) .................................................................. 29
Gambar 2.18. Penutup Balik Otomatis (AutomaticRecloser) ............................... 30
Gambar 2.19. Penangkap Petir (Lightning Arrester) ............................................ 32
Gambar 3.1. Wilayah Kerja Area Garut ................................................................35
Gambar 4.1. Grafik Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan
2013 .......................................................................................................................40
Gambar 4.2. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun
2012 ....................................................................................................................... 41
Gambar 4.3. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun
2013 ....................................................................................................................... 41
Gambar 4.4. Grafik Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Rayon Garut
Kota Tahun 2012 dan 2013 ................................................................................... 42
Gambar 4.5. Kawat Layang-Layang Menghubungkan 2 Kawat SUTM .............. 43

xii Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
Gambar 4.6. Kawat SUTM Putus (Broken Conductor) Akibat Layang-Layang .. 44
Gambar 4.7. Grafik Gangguan per Penyulang Tahun 2012 .................................. 47
Gambar 4.8. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2013.................................. 47
Gambar 4.9. Akibat Layang-Layang Pada Penyulang .......................................... 56
Gambar 4.10. Terjadinya Arus Balik Saat Konduktor di Sisi Hilir Menyentuh
Tanah ..................................................................................................................... 58
Gambar 4.11. Ilustrasi Pemain Layang-Layang Terkena Tegangan Sentuh ......... 58
Gambar 4.12. Sosialisasi Bahaya Bermain Layang-Layang Di Dekat Jaringan
PLN ....................................................................................................................... 64
Gambar 4.13. Grafik Perbandingan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang
Tahun 2012-2014 .................................................................................................. 65

xiii Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Target Kerja Distribusi PT. PLN Area Garut Rayon Garut Kota ........ 36
Tabe 4.1. Data Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang .................................45
Tabel 4.2. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Positif dan Negatif .................... 50
Tabel 4.3. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Nol ............................................ 51
Tabel 4.4. Impedansi Ekivalen Jaringan dan ..................................... 51
Tabel 4.5. Impedansi Ekivalen Jaringan ...................................................... 51
Tabel 4.6. Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang Di Rayon Garut Kota
............................................................................................................................... 52
Tabel 4.7. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 ...... 60
Tabel 4.8. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 ...... 61
Tabel 4.9. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012 ..... 62
Tabel 4.10. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013 ... 63
Tabel 4.11. Data Panjang Penggantian Kawat A3C ............................................. 66
Tabel 4.12. Estimasi Kerugian PLN Setelah Optimasi Jaringan .......................... 67

xiv Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Aset Gardu Rayon Garut Kota ................................................. 73


Lampiran 2. Data Aset SUTM Rayon Garut Kota ................................................ 74
Lampiran 3. Data Aset Tiang Rayon Garut Kota .................................................. 75
Lampiran 4. Impedansi Penghantar....................................................................... 77
Lampiran 5. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2012 78
Lampiran 6. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2013 79
Lampiran 7. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2012 ..... 82
Lampiran 8. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2013 ..... 85
Lampiran 9. Diagram Garis Tunggal Penyulang Desa Kolot (DSKT) ................. 88
Lampiran 10. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cilawu (CLWU) .................... 89
Lampiran 11. Diagram Garis Tunggal Penyulang Margawati (MGWT) .............. 90
Lampiran 12. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cigasong (CGSO) .................. 91
Lampiran 13. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Tiga (INTI) ................... 92
Lampiran 14. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Satu (INTU) .................. 93
Lampiran 15. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ............ 94
Lampiran 16. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ............ 95
Lampiran 17. Konstruksi Pemasangan Ground Steel Wire (GSW) ...................... 96
Lampiran 18. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun
2012 ....................................................................................................................... 97
Lampiran 19. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun
2013 ..................................................................................................................... 101
Lampiran 20. Peta Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang di Rayon Garut
Kota ..................................................................................................................... 107

xv Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tenaga listrik saat ini telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat,
sehingga pasokan energi listrik harus dijaga kontinuitasnya agar dapat
menyediakan pelayanan secara terus menerus dan merata dengan mutu dan
keandalan yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Untuk mencapai hal
tersebut diperlukan suatu sistem tenaga listrik yang handal dan mumpuni. Tetapi,
dalam pelaksanaannya suatu sistem tenaga listrik tidak lepas dari berbagai macam
gangguan yang dapat menyebabkan menurunnya keandalan sistem.
Berbagai permasalahan dalam hal menjaga kontinuitas pasokan listrik juga
terjadi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota. Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya mutu dan
ketersediaan pelayanan daya listrik pada sistem distribusi rayon garut kota adalah
gangguan pada penyulang, dimana penyebabnya didonimasi oleh layang-layang.
Di beberapa wilayah Rayon Garut Kota, permainan layang-layang menjadi
hal favorit untuk dilakukan, jenis layangan yang digunakan pun beraneka ragam.
Kondisi dimana terdapat suatu daerah yang mayoritas warganya gemar melakukan
kegiatan bermain layang-layang maka kemungkinan Jaringan Tegangan
Menengah dihinggapi sampah berupa kerangka layangan serta benang pun
semakin besar.
Untuk layangan dengan dimensi yang besar serta menggunakan bahan
berupa benang yang dapat menghantarkan aliran listrik, bila mengenai jaringan
PLN 20 KV bukan tidak mungkin akan langsung mengakibatkan gangguan pada
penyulang tersebut. Sedangkan untuk layang-layang biasa pun tetap berpotensi
menyebabkan terjadinya gangguan penyulang dimana pada saat kondisi hujan
maka sampah berupa kerangka layangan atau benang tersebut dapat membuat
jalur konduktif antara fasa atau antara fasa dan tanah.
Oleh karena dilatarbelakangi permasalahan di atas, pada skripsi ini akan
dilakukan analisis mengenai gangguan penyulang yang disebabkan oleh layang-

1 Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
2

layang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota agar dapat dihasilkan beberapa strategi untuk meminimalkan jumlah
gangguan yang disebabkan oleh layang-layang.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk analisis gangguan pada
penyulang di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut
Rayon Garut Kota akibat layang-layang untuk mengetahui karakteristik gangguan
tersebut hingga dapat menyebabkan terjadinya pemadaman tak terencana,
kerugian yang ditimbulkannya, dan langkah-langkah penekanan gangguan yang
dapat dilakukan untuk meminimalkan angka terjadinya pemadaman akibat
gangguan layang-layang.

1.3 Batasan Masalah


Batasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis dilakukan terhadap gangguan penyulang SUTM (Saluran Udara
Tegangan Menengah) yang diakibatkan oleh layang-layang.
2. Data yang diamati adalah data gangguan penyulang tahun 2012 dan 2013.
3. Sistem distribusi yang dijadikan bahan penelitian adalah sistem distribusi
di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon
Garut Kota.
4. Evaluasi keandalan sistem distribusi menggunakan dua parameter, yaitu
SAIDI dan SAIFI.
5. Data yang digunakan sebagai perbandingan untuk evaluasi hasil
penekanan gangguan adalah data gangguan penyulang oleh layang-layang
pada bulan Juni-September tahun 2014.

1.4 Metodologi Penelitian


Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan metode studi skasus
yang dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu studi literatur dengan melakukan
pencarian materi yang berkaitan dengan topik yang dibahas, pengambilan data
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
3

yang diperoleh dari hasil data rekap gangguan penyulang dan laporan pemadaman
di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut
Kota, pengolahan data, analisis dan evaluasi hasil pengolahan data.

1.5 Sistematika Penulisan


Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab satu merupakan pendahuluan dimana
pada bab ini dijelaskan permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi,
termasuk juga tujuan, batasan, metodologi, dan sistematika penulisan. Bab dua
berisi teori-teori yang mendasari analisis gangguan penyulang, diantaranya
mengenai fungsi dan peran jaringan distribusi dalam sistem tenaga listrik,
klasifikasi sistem distribusi, gangguan pada sistem distribusi, sistem proteksi, dan
parameter keandalan sistem. Bab tiga membahas data aset dan konstruksi sistem
distribusi di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut
Rayon Garut Kota. Bab empat merupakan analisis gangguan penyulang di PT.
PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota
akibat layang-layang yang menyebabkan pemadaman tak terencana, meliputi
karakteristik gangguan layang-layang sehingga dapat menyebabkan pemadaman,
dampak dari terjadinya gangguan layang-layang, langkah-langkah penekanan
gangguan layang-layang, dan evaluasi hasil penekanan gangguan layang-layang.
Bab lima merupakan bagian penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan
penulisan skripsi.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 2
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.1 Sistem Tenaga Listrik


Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan Pusat-Pusat Tenaga Listrik yang
di interkoneksi satu dengan yang lainnya, melalui transmisi atau distribusi untuk
memasok ke beban atau satu Pusat Listrik dimana mempunyai beberapa unit
generator yang diparalel [1].
Pada umumnya suatu sistem tenaga listrik yang lengkap memiliki empat
unsur [2]. Pertama, adanya suatu unsur pembangkit tenaga listrik. Tegangan yang
dihasilkan oleh pusat tenaga listrik itu biasanya merupakan tegangan menengah
(TM). Kedua, suatu sistem transmisi lengkap dengan gardu induk. Karena Pusat-
Pusat Listrik berada jauh di di luar pusat beban, maka dibutuhkan tegangan tinggi
(TT) atau tegangan extra tinggi (TET) agar pasokan tenaga listrik, terutama
tegangan dan frekuensi, tetap stabil. Ketiga, adanya saluran distribusi, yang
biasanya terdiri atas saluran distribusi primer dengan tegangan menengah (TM)
dan saluran distribusi sekunder dengan tegangan rendah (TR). Keempat, adanya
unsur pemakaian atas utilisasi yang terdiri atas instalasi pemakaian tenaga listrik.
Instalasi rumah tangga biasanya memakai tegangan rendah, sedangkan pemakai
besar seperti industri mempergunakan tegangan menengah atau tegangan tinggi.
Gambar 2.1 memperlihatkan skema suatu sistem tenaga listrik.
Dari penjelasan di atas juga dapat diketahui bahwa sistem tenaga listrik
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu pusat pembangkit tenaga listrik atau
sistem pembangkitan, saluran transmisi tenaga listrik atau sistem transmisi, dan
sistem distribusi. Fungsi dan peran ketiga komponen tersebut di dalam sistem
tenaga listrik adalah sebagai berikut.
1. Sistem Pembangkitan
Pusat pembangkit listrik adalah tempat energi listrik pertama kali
dibangkitkan, dimana pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber
energi alam diubah oleh turbin sebagai penggerak mula (prime mover)

4 Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
5

menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran dan


selanjutnya energi mekanis tersebut akan diubah menjadi energi listrik
oleh generator. Jenis pusat pembangkit yang umum antara lain PLTA
(pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pusat Listrik Tenaga Uap),
PLTG (Pusat Listrik Tenaga Gas), dan PLTN (Pusat Listrik Tenaga
Nuklir).
2. Sistem Transmisi
Merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik (power plant) sampai ke saluran distribusi listrik (substation
distribution), sehingga dapat disalurkan sampai pada pelanggan pengguna
listrik.
3. Sistem Distribusi
Sistem distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen
yang berupa pabrik, industri, perumahan, dan sebagainya. Transmisi
tenaga dengan tegangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran
transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau
tegangan distribusi primer, yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi
menjadi tegangan untuk konsumen yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jala untuk konsumen [3].

2.2 Sistem Distribusi


Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna
untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya besar (bulk power source)
sampai ke konsumen [4].
Pada umumnya sistem distribusi tenaga listrik di Indonesia terdiri atas
beberapa bagian, sebagai berikut :
1. Gardu Induk (GI)
2. Saluran Tegangan Menengah (TM)/ Distribusi Primer
3. Gardu Distribusi (GD)
4. Saluran Tegangan Rendah (TR)/ Distribusi Sekunder
Gardu induk akan menerima daya dari saluran transmisi kemudian
menyalurkannya melalui saluran distribusi primer menuju gardu distribusi. Sistem
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
6

jaringan distribusi terdiri dari dua buah bagian yaitu jaringan distribusi primer dan
jaringan distribusi sekunder. Jaringan distribusi primer umumnya bertegangan
tinggi (20 kV atau 6 kV). Tegangan tersebut kemudian diturunkan oleh
transformator distribusi pada gardu distribusi menjadi tegangan rendah (220 atau
380 Volt) untuk selanjutnya disalurkan ke konsumen melalui saluran distribusi
sekunder [2]. Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bagaimana skema penyaluran daya
hingga ke konsumen melalui jaringan distribusi.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui fungsi sistem distribusi tenaga
listrik, yaitu sebagai berikut [4]:
1. Untuk pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke pelanggan.
2. Merupakan subsistem tenaga listrik yang yang langsung berhubungan
dengan pelanggan karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan)
dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik [5]

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
7

Gambar 2.2. Skema Penyaluran Daya Hingga Ke Konsumen [1]

2.3 Klasifikasi Sistem Distribusi


Sistem atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa
kategori, diantaranya sebagai berikut:
1. Berdasarkan ukuran tegangan
2. Berdasarkan sistem penyaluran
3. Berdasarkan bentuk jaringan

2.3.1 Klasifikasi Berdasarkan Ukuran Tegangan


Berdasarkan ukuran tegangan, sistem distribusi diklasifikasikan menjadi
dua sistem, yaitu sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.

2.3.1.1 Sistem Distribusi Primer


Sistem distribusi primer atau sering disebut juga jaringan distribusi
tegangan tinggi (JDTT) merupakan bagian dari sistem distribusi yang berfungsi
untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik dari pusat suplai daya
besar (bulk power source) atau disebut gardu induk ke pusat-pusat beban. Terletak
pada sisi primer trafo distribusi, antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang
memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen.
Sistem distribusi primer atau sistem distribusi tegangan menengah tersusun oleh
penyulang utama (main feeder) dan penyulang percabangan (lateral). Standar
tegangan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar
PLN).

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
8

2.3.1.2 Sistem Distribusi Sekunder


Sistem distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan
rendah (JDTR) merupakan bagian dari sistem distribusi yang bertugas
mendistribusikan tenaga listrik secara langsung dari gardu-gardu pembagi (gardu
distribusi) ke konsumen tenaga listrik. Terletak pada sisi sekunder trafo distribusi,
yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban. Standar tegangan
untuk sistem distribusi sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan
220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluan industri.

2.3.2 Klasifikasi Berdasarkan Sistem Penyaluran


Menurut sistem penyalurannya, sistem distribusi dapat dilakukan dengan
saluran udara (overhead lines) maupun saluran bawah tanah (underground lines).

2.3.2.1 Saluran Udara (Overhead Lines)


Saluran udara, disebut juga saluran udara tegangan menengah (SUTM)
adalah saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik melalui kawat-kawat
yang digantung pada isolator antar menara atau tiang distribusi seperti terlihat
pada Gambar 2.3.
Beberapa pertimbangan untuk saluran udara diantaranya sebagai berikut.
Keuntungan saluran udara:
1. Tiang-tiang jaringan distribusi primer dapat pula digunakan untuk jaringan
distribusi sekunder dan keperluan pemasangan trafo atau gardu distribusi
tiang, sehingga secara keseluruhan harga instalasi menjadi lebih murah.
2. Lebih mudah dalam pemasangannya.
3. Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.
4. Pemeliharaan lebih mudah.
5. Apabila terjadi gangguan mudah diatasi dan dideteksi.
Adapun kerugian atau kekurangan pada saluran udara berupa:
1. Lebih mudah terganggu dan terpengaruh oleh cuaca buruk, angin ribut,
petir, badai, tertimpa pohon, layang-layang, dsb.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
9

2. Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan yang tinggi, sukar untuk
menempatkan saluran.
3. Masalah efek kulit, induktansi, dan kapasitansi yang terjadi, akan
mengakibatkan tegangan drop lebih tinggi.
4. Menganggu pemandangan dikarenakan oleh banyaknya tiang-tiang dan
kabel-kabel hantaran udara yang digunakan sehubungan dengan
banyaknya konsumen yang harus dilayani.
5. Ongkos pemeliharaan lebih mahal, karena perlu jadwal pengecatan dan
penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.

Gambar 2.3. Saluran Udara (Overhead Lines) [6]

2.3.2.2 Saluran Bawah Tanah (Underground Lines)


Saluran bawah tanah atau disebut juga saluran kabel tegangan menengah
(SKTM) adalah saluran distribusi yang menyalurkan energi listrik melalui kabel
yang ditanam didalam tanah, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.
Terdapat keuntungan dan kerugian dalam penggunaan saluran bawah
tanah, antara lain adalah sebagai berikut. Keuntungan saluran bawah tanah:
1. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon,
layang-layang, dsb.
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
10

2. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi.


3. Saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah dipandang.
4. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara.
5. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
6. Jatuh tegangan lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.
7. Keandalan lebih baik.
8. Tidak ada korona.
9. Rugi-rugi daya lebih kecil.

Gambar 2.4. Saluran Bawah Tanah (Underground Lines) [7]

Sedangkan kerugian dari saluran bawah tanah adalah:


1. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibandingkan dengan saluran
udara.
2. Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan sulit
dilakukan.
3. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam didalam
perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
11

4. Tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar pohon,
dan ketidakstabilan tanah.
5. Gangguan yang terjadi bersifat permanen.
6. Tidak fleksibel terhadap perubahan jaringan.
7. Waktu dan biaya untuk menanggulangi bila terjadi gangguan lebih lama
dan lebih mahal.

2.3.3 Klasifikasi Berdasarkan Bentuk Jaringan


Konfigurasi jaringan distribusi primer pada suatu sistem jaringan distribusi
sangat menentukan mutu pelayanan yang akan diperoleh khususnya mengenai
kontinuitas pelayanan. Berdasarkan bentuk jaringannya, sistem distribusi dapat
diklasifikasikan menjadi 4 jenis dasar, yaitu sistem radial, sistem rangkaian
tertutup (loop circuit), sistem mesh dan sistem spindel.

2.3.3.1 Sistem Radial


Sistem radial pada jaringan distribusi merupakan sistem terbuka, dimana
tenaga listrik yang disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumen-
konsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya. Bentuk jaringan dengan
sistem radial diperlihatkan pada Gambar 2.5. Sistem ini merupakan sistem yang
paling sederhana diantara sistem yang lain dan paling murah, sebab sesuai
konstruksinya sistem ini menghendaki sedikit sekali penggunaan material listrik,
apalagi jika jarak penyaluran antara gardu induk ke konsumen tidak terlalu jauh.

Gambar 2.5. Sistem Radial [9]

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
12

Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan dibandingkan


dengan bentuk sistem lain, karena penyaluran tenaga listrik hanya dilakukan
dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan model ini sewaktu mendapat
gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum
gangguan tersebut diperbaiki kembali.
Keuntungan dari sistem radial terbuka diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Konstruksinya lebih sederhana.
2. Material yang digunakan lebih sedikit, sehingga lebih murah.
3. Sistem pemeliharaannya lebih murah.
4. Untuk penyaluran jarak pendek akan lebih murah.
Sedangkan kelemahannya adalah sebagai berikut:
1. Keandalan sistem ini lebih rendah.
2. Makin panjang jaringan (dari Gardu Induk atau Gardu Hubung), kondisi
tegangan tidak dapat diandalkan.
3. Rugi-rugi tegangan lebih besar.
4. Kapasitas pelayanan terbatas.
5. Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.

2.3.3.2 Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit)


Sistem rangkaian tertutup pada jaringan distribusi merupakan suatu sistem
penyaluran melalui dua atau lebih penyulang yang saling berhubungan
membentuk rangkaian berbentuk cincin. Gambar 2.6 menunjukkan bentuk
jaringan dengan sistem rangkaian tertutup (loop circuit).
Keuntungan sistem dengan konfigurasi rangkaian tertutup (loop),
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Dapat menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua penyulang yang
saling berhubungan.
2. Menguntungkan dari segi ekonomis.
3. Bila terjadi gangguan pada penyulang, maka penyulang lain dapat
menggantikan untuk menyalurkan daya listrik.
4. Kontinuitas penyaluran daya listrik lebih terjamin.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
13

5. Bila digunakan dua sumber pembangkit, kapasitas tegangan lebih baik dan
regulasi tegangan cenderung kecil.
6. Dalam kondisi beroperasi normal, pemutus beban dalam keadaan terbuka.
7. Biaya konstruksi lebih murah.
8. Faktor penggunaan konduktor lebih rendah, yaitu 50%.

Gambar 2.6. Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit) [9]

Pada konfigurasi loop ini juga terdapat beberapa kelemahan, yaitu sebagai
berikut.
1. Drop tegangan makin besar.
2. Bila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan akan lebih
jelek.

2.3.3.3 Sistem Mesh


Sistem mesh ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang
dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih penyulang pada gardu-gardu
induk dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel.
Pola jaringan ini terlihat pada Gambar 2.7, memiliki beberapa rel daya dan antara
rel tersebut dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder.
Dengan demikian setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari
atau ke rel lain.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
14

Gambar 2.7. Sistem Mesh

Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu


dan merupakan sistem yang dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh
dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu, jumlah cabang lebih banyak dari
jumlah titik penyulang.
Sistem ini dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan
tinggi dan membutuhkan kapasitas dan kontinuitas pelayanan yang sangat baik.
Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidakakan mengganggu kontinuitas
pelayanan. Sebab semua titik beban terhubung paralel dengan beberapa sumber
tenaga listrik.
Keuntungan yang diperoleh dari sistem mesh diantaranya sebagai berikut:
1. Penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara terus-menerus (selama 24
jam) dengan menggunakan dua atau lebih penyulang.
2. Memiliki kapasitas dan kontinuitas pelayanan sangat baik, sehingga
tingkat keandalannya tinggi.
3. Dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki tingkat kepadatan
yang tinggi.
4. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu
kontinuitas pelayanan.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
15

Adapun kerugian dari sistem mesh ini adalah sebagai berikut.


1. Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi.
2. Pengaturan alat proteksi lebih sulit.

2.3.3.4 Sistem Spindel


Jaringan ini merupakan gabungan dari struktur radial dan rangkaian
tertutup (loop circuit). Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa
penyulang aktif dan sebuah penyulang cadangan (penyulang express) yang akan
dihubungkan melalui gardu hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada
jaringan tegangan menengah yang menggunakan saluran kabel tanah tegangan
menengah (SKTM). Dalam keadaan normal, tipe ini beroperasi secara radial dan
dalam keadaan darurat bekerja secara rangkaian tertutup (loop circuit) melalui
penyulang cadangan dan gardu hubung.
Gardu distribusi pada sistem mesh ini terdapat disepanjang saluran kerja
dan terhubung secara seri. Saluran kerja yang masuk ke gardu dihubungkan oleh
saklar pemisah, sedangkan saluran yang keluar dari gardu dihubungkan oleh
sebuah saklar beban. Untuk lebih jelas, bentuk jaringan dengan sistem spindel
ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Sistem Spindel

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
16

Keuntungan dari sistem spindel ini diantaranya adalah sebagai berikut.


1. Sederhana dalam hal teknis pengoperasiannya, seperti pola radial.
2. Kontinuitas pelayanan lebih baik dari pada pola radial maupun loop.
3. Pengecekan beban masing-masing saluran lebih mudah dibandingkan
dengan pola mesh.
4. Penentuan bagian jaringan yang teganggu akan lebih mudah dibandingkan
dengan pola mesh.
5. Baik untuk dipakai di daerah perkotaan dengan kerapatan beban yang
tinggi.
Tetapi, terdapat juga kelemahan dari sistem ini, yaitu sistem ini relatif
mahal karena sudah memperhitungkan perkembangan beban atau penambahan
jumlah konsumen sampai beberapa tahun ke depan, sehingga dapat digunakan
dalam waktu yang cukup lama.

2.4 Gangguan Pada Sistem Distribusi


Gangguan pada sistem distribusi adalah terganggunya sistem tenaga listrik
yang menyebabkan bekerjanya relai pengaman penyulang untuk membuka
pemutus tenaga (circuit breaker) di gardu induk yang menyebabkan terputusnya
suplai tenaga listrik. Gangguan pada jaringan distribusi lebih banyak terjadi pada
saluran udara (SUTM) yang umumnya tidak memakai isolasi dibanding dengan
saluran distribusi yang ditanam dalam tanah (SKTM) dengan menggunakan
isolasi pembungkus.
Sumber gangguan pada jaringan distribusi dapat berasal dari dalam sistem
(internal) maupun dari luar sistem distribusi (eksternal).
1. Gangguan dari dalam sistem antara lain:
a. Tegangan lebih atau arus lebih
b. Beban lebih
c. Kegagalan kerja peralatan pengaman
d. Pemasangan yang kurang tepat
e. Usia pemakaian
2. Gangguan dari luar sistem antara lain:
a. Dahan/ranting pepohonan yang mengenai SUTM
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
17

b. Sambaran petir
c. Hujan atau cuaca
d. Kerusakan pada peralatan
e. Binatang ataupun layang-layang
f. Penggalian tanah
g. Gagalnya isolasi karena kenaikan temperatur
h. Kerusakan sambungan
Adapun jenis-jenis gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Beban Lebih
2. Gangguan Tegangan Lebih
3. Gangguan Ketakstabilan
4. Gangguan Hubung Singkat

2.4.1 Gangguan Beban Lebih


Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan
terus-menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus
tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi kapasitas peralatan listrik dan
kapasitas pengaman yang terpasang melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat
beban lebih, pengaman tidak trip [1]. Misalnya, kapasitas penghantar 350 A dan
pengaman di setting 400 A tetapi beban mencapai 380 A, sehingga pengaman
tidak trip dan penghantar akan terbakar.

2.4.2 Gangguan Tegangan Lebih


Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem,
dimana tegangan lebih dibedakan atas:
1. Tegangan Lebih Dengan Frekuensi Kerja (Power Frequency)
Tegangan lebih dengan frekuensi kerja (power frequency) adalah tegangan
lebih yang terjadi, misalnya dikarenakan pembangkit kehilangan beban
yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga terjadi
putaran lebih (over speed) pada generator. Tegangan lebih ini juga dapat

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
18

terjadi karena adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis


(Automatic Voltage Regulator) [1].
2. Tegangan Lebih Transien
Tegangan lebih transien merupakan tegangan lebih karena adanya surja
petir yang mengenai peralatan listrik atau saat pemutus tenaga yang
menimbulkan kenaikan tegangan yang disebut surja hubung [1].

2.4.3 Gangguan Ketakstabilan (Instability)


Lepasnya pembangkit dapat menimbulkan ayunan daya (power swing)
atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron. Ayunan juga dapat
menyebabkan salah kerja relai. Lepas sinkron dapat menyebabkan berkurangnya
pembangkit, karena pembangkit yang besar jatuh (trip) dari cadangan putar
(spinning reserve), maka frekuensi akan terus turun atau bisa terjadi terpisahnya
sistem yang dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas, bahkan terjadi
keruntuhan sistem (collapse) [1].

2.4.4 Gangguan Hubung Singkat


Gangguan yang sering terjadi dan berbahaya bagi sistem tenaga listrik
adalah gangguan hubung singkat. Adanya hubung singkat menimbulkan arus lebih
yang pada umumnya jauh lebih besar daripada arus pengenal peralatan dan terjadi
penurunan tegangan pada sistem tenaga listrik. Dimana besarnya arus hubung
singkat tergantung dari sumber yang memasok, luas penampang jaringan, dan
lokasi dimana gangguan hubung singkat tersebut terjadi. Akibat dari adanya arus
gangguan ini adalah dapat merusak peralatan-peralatan listrik dan terganggunya
penyaluran listrik pada konsumen.
Berdasarkan lama terjadinya gangguan hubung singkat pada sistem
distribusi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Gangguan Temporer
Gangguan yang bersifat sementara karena dapat hilang dengan sendirinya
dengan cara memutuskan bagian yang terganggu sesaat, kemudian
menutup balik kembali, baik secara otomatis (autorecloser) maupun secara

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
19

manual oleh operator. Bila gangguan sementara terjadi berulang-ulang


maka dapat menyebabkan gangguan permanen dan merusak peralatan.
2. Gangguan Permanen
Gangguan bersifat tetap, sehingga untuk membebaskannya perlu tindakan
perbaikan atau penghilangan penyebab gangguan. Hal ini ditandai dengan
jatuhnya (trip) kembali pemutus tenaga setelah operator memasukkan
sistem kembali setelah terjadi gangguan.
Berdasarkan kesimetrisannya, gangguan hubung singkat yang mungkin
terjadi pada jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu sebagai
berikut:
1. Gangguan Asimetris
Gangguan asimetris merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang.
Gangguan ini terdiri dari:
a. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
b. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa
c. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah
2. Gangguan Simetris
Gangguan simetris merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya
(3 fasa) sehingga arus maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang
setelah gangguan terjadi.

2.4.4.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


Munculnya arus gangguan disebabkan karena adanya gangguan pada salah
satu fasa, dalam hal ini dimisalkan gangguan pada fasa A (sebagai referensi). Pada
Gambar 2.9 gangguan terjadi karena salah satu kawat terhubung ke tanah akibat
pohon atau penyebab lainnya.
Nilai arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut [1].

(2.1)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
20

Dimana: -

Gambar 2.9. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

2.4.4.2 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa


Gangguan hubung singkat terjadi antara fasa B dan fasa C, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.10. Gangguan fasa-fasa yang terjadi pada sistem
tenaga listrik ini biasanya karena pohon atau kawat layang-layang.

Gambar 2.10. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa

Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut [1].

(2.2)

Dimana: -

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
21

2.4.4.3 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah


Gangguan hubung singkat ini terjadi antara fasa B dan fasa C yang
terhubung ke tanah, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.11. Biasanya hubungan
ini terjadi karena ranting pohon terkena dua fasa.

Gambar 2.11. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah

Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut [1].

(2.3)

Dimana: -

2.4.4.4 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa


Gangguan tiga fasa pada Gambar 2.12 dapat terjadi pada jaringan tenaga
listrik karena ketiga fasanya terhubung oleh pohon atau kawat dari benang layang-
layang.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
22

Gambar 2.12. Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

Nilai arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut [1].

(2.4)

Dimana: -

2.4.5 Upaya Mengatasi Gangguan


Upaya mengatasi gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik bertujuan
untuk mengurangi terjadinya gangguan dan akibat gangguan. Berikut adalah
beberapa upaya mengatasi gangguan yang dapat dilakukan [10].
1. Mengurangi terjadinya gangguan
a. Memakai peralatan yang dapat diandalkan (memenuhi persyaratan
standar).
b. Penentuan spesifikasi yang tepat dan desain yang baik (tahan
terhadap kondisi kerja normal ataupun gangguan).
c. Pemasangan yang benar sesuai dengan desain.
d. Penggunaan kawat tanah pada saluran udara tegangan menengah.
e. Penebangan/pemangkasan pohon-pohon yang dekat dengan saluran
udara tegangan menengah.
f. Penggunaan kawat udara/kabel secara selektif.
2. Mengurangi akibat gangguan
a. Mengurangi besarnya arus gangguan.
b. Menghindari konsentrasi pembangkit di satu lokasi.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
23

c. Menggunakan tahanan pentanahan netral.


d. Penggunaan penangkap petir (lightning arrester) dan koordinasi
isolasi.
e. Melepas bagian terganggu dengan mempergunakan relai dan
pemutus tenaga.
f. Pola pemutusan arus (load shedding/splitting), untuk sistem di
distribusi pemasangan peralatannya di penyulang keluar (outgoing
feeder).
g. Pelepasan bagian sistem yang terganggu, antara lain penggunaan
jenis dan kordinasi relai yang tepat, penggunaan saluran ganda
(double), penggunaan sistem rangkaian tertutup (loop), penggunaan
pemutus balik otomatis (recloser) atau saklar seksi otomatis
(automatic line sectionalizer), penggunaan sistem spindel pada
JTM.
h. Penggunaan peralatan cadangan.

2.5 Pemadaman Listrik


Definisi pemadaman listrik adalah saat terhentinya pasokan aliran listrik
ke pelanggan.Secara umum listrik padam dapat disebabkan karena hal-hal sebagai
berikut :
1. Pemadaman Terencana
Pemadaman terencana adalah pemadaman yang diakibatkan adanya
kegiatan yang telah direncanakan oleh PLN yang mengharuskan terhentinya aliran
listrik PLN ke pelanggan [11], seperti penambahan peralatan jaringan,
pemeliharaan preventif (preventive maintenance) pembangkit, penggantian kabel
konduktor (reconductoring) transmisi 150 kV, pemeliharaan jaringan dan gardu
yang sudah dijadwalkan sebelumnya dengan tujuan untuk menjaga keandalan agar
tidak terjadi kerusakan yang lebih fatal.
2. Pemadaman Tidak Terencana (Gangguan)
Adalah pemadaman akibat terjadinya gangguan yang tidak direncanakan.
Contohnya sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
24

a. Terganggunya suatu unit pembangkit: gangguan pada sistem


pelumasan, sistem pendingin, generator, ketel (boiler) pemanas air
menjadi uap.
b. Terganggunya jaringan/transmisi listrik: Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT) 150 kV tersambar petir, terkena pohon roboh, tanah
longsor, trafo meledak, dan lain-lain.
c. Terganggunya instalasi pelanggan karena hubung singkat, kerusakan
alat-alat listrik yang dipakai atau beban lebih besar dari daya
tersambung.

2.6 Sistem Pengaman Pada Sistem Distribusi


Agar suatu sistem distribusi dapat berfungsi dengan baik,gangguan-
gangguan yang terjadi pada tiap bagian harus dapat dideteksi dan dipisahkan dari
sistem lainnya dalam waktu secepat mungkin. Beberapa fungsi sistem pengaman
adalah sebagai berikut:
1. Melokalisir gangguan untuk membebaskan perlatan dari gangguan.
2. Membebaskan bagian yang tidak bekerja normal, untuk mencegah
kerusakan.
3. Memberi petunjuk atau indikasi atas lokasi serta jenis kegagalan yang
terjadi.
4. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi
kepada konsumen.
5. Untuk mengamankan keselamatan manusia terutama terhadap bahaya yang
ditimbulkan listrik.
Adapun peralatan proteksi yang digunakan pada jaringan tegangan
menengah terbagi menjadi tiga kelompok [2]:
1. Peralatan pemisah atau penghubung
2. Peralatan pengaman arus lebih
3. Peralatan pengaman tegangan lebih

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
25

2.6.1 Peralatan Pemisah atau Penghubung


Fungsi dari pemutus beban atau pemutus tenaga (PMT) adalah untuk
mempermudah dalam membuka dan menutup suatu saluran yang menghubungkan
sumber dengan beban, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan
gangguan. Jenis pemutus yang digunakan pada gardu adalah:
1. Pemutus Tenaga(Circuit Breaker)
2. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch)
Sedangkan pemutus pada jaringan adalah:
1. Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch)
2. Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)

2.6.1.1 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)


Dalam keadaan tidak normal (terjadi gangguan) pemutus tenaga (PMT)
berperan sebagai saklar otomatis yang dapat memutuskan arus gangguan hubung
singkat, menghilangkan gangguan permanen dengan cara memisahkan dari bagian
yang terganggu secara otomatis, dimana pada umumnya untuk mengoperasikan
PMT tersebut digunakan suatu rangkaian trip yang mendapat sinyal dari suatu
rangkaian relai pengaman. Contoh bentuk pemutus tenaga (circuit breaker)
diberikan pada Gambar 2.13.

Gambar 2.13. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) [12]


Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
26

2.6.1.2 Saklar Pemisah (Disconnecting Switch)


Saklar pemisah, seperti terlihat pada Gambar 2.14, merupakan alat
pemutus rangkaian listrik pada kondisi tanpa beban yang dioperasikan secara
manual karena waktu pemutusan yang terjadi bersifat sangat subjektif, yaitu
tergantung pada subjek operatornya. Tugas utama saklar pemisah adalah
memisahkan suatu bagian beban dari sumbernya pada keadaan tidak berarus (saat
pemeliharaan atau perbaikan), sehingga dapat dilihat atau dipisahkan antara
bagian yang aktif dan bagian yang tidak aktif.

Gambar 2.14. Saklar Pemisah (Disconnecting Switch) [13]

2.6.1.3 Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch)


Saklar pemisah beban (load break switch) yang ditunjukkan pada Gambar
2.15 merupakan saklar yang didesain untuk memutus rangkaian listrik dengan
kondisi beban nominal dan bekerja secara manual. Saklar ini tidak dapat bekerja
secara otomatis pada waktu terjadi gangguan, dibuka atau ditutup hanya untuk
memanipulasi beban.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
27

Gambar 2.15. Saklar Pemisah Beban (Load Break Switch) [14]

2.6.1.4 Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)


Saklar seksi otomatis (SSO) merupakan pengaman cadangan dari PMT,
dimana peralatan ini dipasang pada jaringan udara tegangan menengah. SSO
adalah suatu peralatan pemutus yang bekerja secara otomatis untuk membebaskan
seksi-seksi yang terganggu dari suatu sistem distribusi, atau dengan kata lain,
membebaskan/melokalisir daerah yang teganggu agar tetap mendapatkan suplai
tenaga listrik. Pemasangannya pada jaringan distribusi tenaga listrik 20 kV
dilengkapi dengan pemasangan pemutus balik otomatis (recloser) dan indikator
seksi gangguan (fault section indicator) penyulang. Hal ini dimaksudkan untuk
mengoptimalkan kerja dari SSO. Gambar 2.16 menunjukkan contoh bentuk saklar
seksi otomatis (SSO).

2.6.2 Peralatan Pengaman Arus Lebih


Fungsi dari peralatan pengaman arus lebih adalah untuk mengatasi
gangguan arus lebih pada sistem distribusi sebelum gangguan tersebut meluas
keseluruh sistem yang ada. Peralatan yang banyak digunakan pada jaringan
distribusi diantaranya adalah:
1. Pelebur (Fuse Cut Out)
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
28

2. Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)


3. Relai

Gambar 2.16. Saklar Seksi Otomatis (Automatic Line Sectionalizer)[15]

2.6.2.1 Pelebur (Fuse Cut Out)


Pelebur (fuse) yang ditunjukkan pada Gambar 2.17 merupakan kombinasi
alat pelindung dan pemutus rangkaian yang mempunyai prinsip melebur
(expulsion). Pengaman lebur ini ditempatkan pada sisi tegangan menengah (TM)
untuk mengamankan jaringan TM dan peralatan ke arah GI terhadap gangguan
hubung singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo, dan gangguan permanen
antara fasa ke tanah.
Karakteristik waktu/arus dari sebuah pelebur (fuse) adalah sekitar .
Untuk semua jenis pelebur, batas arus pelebur biasanya lebih tinggi daripada arus
normalnya. Pelebur yang melewatkan arus melampaui batas arus untuk waktu
yang lebih lama daripada waktu untuk melewatkan arus pemutus minimum, dapat
mengalami kerusakan yang dapat mempengaruhi karakteristiknya, terutama
kemampuannya untuk memutus.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
29

Gambar 2.17. Pelebur (Fuse Cut Out) [16]

2.6.2.2 Pemutus Balik Otomatis (Automatic Recloser)


Penutup balik adalah alat pengaman arus lebih dimana waktu untuk
memutus dan menutup kembali dapat diatur dan bekerja secara otomatis. Pemutus
balik otomatis dilengkapi dengan sarana indikasi arus lebih, pengatur waktu
operasi, serta penutupan kembali secara otomatis.
Desain dari penutup balik otomatis memungkinkan untuk dapat membuka
kontak-kontaknya secara tetap dan terkunci (lock out), sesuai pemrogramannya
setelah melalui beberapa kali operasi buka-tutup. Contoh bentuk dari pemutus
balik otomatis diberikan pada Gambar 2.18.
Pada gangguan yang bersifat sementara, penutup balik otomatis akan
membuka dan menutup kembali bila gangguan telah hilang. Jika gangguannya
bersifat tetap/permanen, maka penutup balik otomatis akan membuka kontak-
kontaknya secara tetap dan terkunci. Apabila gangguan telah dihilangkan, maka
kontak dapat ditutup kembali.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
30

Gambar 2.18. Penutup Balik Otomatis (AutomaticRecloser)[17]

2.6.2.3 Relai
Relaia dalah peralatan pengaman yang dipasang pada perangkat yang
berfungsi untuk melindungi peralatan listrik dari gangguan yang mungkin terjadi.
Relai bersifat peka terhadap perubahan pada rangkaian yang dapat mempengaruhi
kinerja alat lain. Tujuan dipasang relai pengaman adalah:
1. Menghindari atau mengurangi kerusakan yang terjadi akibat gangguan
pada alat yang dilalui arus gangguan.
2. Menyelamatkan sistem atau bagian sistem lainnya yang tidak terganggu
supaya tetap dapat bekerja terus, dengan cara melepaskan bagian sistem
yang terganggu sedemikian rupa sehingga penyimpangan atau kesalahan
akibat gangguan tersebut tidak memberikan akibat negatif yang lebih luas
terhadap keseluruhan sistem yang ada.
Adapun relai yang terpasang terdiri dari:
1. Relai Arus Lebih (Over Current Relay)
Relai arus lebih (OCR) merupakan pengaman sistem distribusi dari
gangguan antar fasa, baik hubung singkat 2 fasa maupun 3 fasa.
Pemasangannya dapat dilakukan di penyulang masuk (incoming feeder),
penyulang keluar (outgoing feeder), atau di gardu hubung. Relai ini
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
31

memberikan reaksi terhadap besarnya arus masukan,dan bekerja untuk


memutuskan rangkaian listrik (trip) apabila besarnya arus melebihi nilai
tertentu yang dapat diatur.
2. Relai Gangguan Tanah (Ground Fault Relay)
Relai ini merupakan pengaman sistem distribusi dari gangguan fasa ke
tanah. Pada dasarnya, relai ini memiliki prinsip kerja yang sama dengan
relai arus lebih. Pemasangannya dapat dilakukan di penyulang masuk
(incoming feeder), penyulang keluar (outgoing feeder), atau di gardu
hubung.
3. Relai Momen (Instant)
Relai momen (instant) berperan sebagai pengaman untuk arus yang besar
dengan pengaturan kerja cepat. Waktu minimm yang dibutuhkan adalah 40
milidetik. Biasanya pengaturan relai momen di atur dengan arus gangguan
2 fasa atau 3 fasa dekat dengan sumber (30-50%) panjang jaringan.
4. Relai Penghantar Putus (Broken Conductor)
Relai penghantar putus (broken conductor) sebagai kelengkapan
pengaman yang terpasang di relai. Dipergunakan untuk pengaturan bila
beban tidak seimbang yang disebabkan adanya penghantar yang putus arah
beban, sehingga beban tidak seimbang tiap fasanya.

2.6.3 Peralatan Pengaman Tegangan Lebih


Pada sistem distribusi, gangguan dapat terjadi akibat adanya tegangan
lebih. Gangguan ini bisa terjadi akibat proses switching pada saluran dan akibat
sambaran petir. Bila gangguan ini dibiarkan maka dapat merusak peralatan listrik.
Oleh karena itu, peralatan listrik itu harus dilindungi dari gangguan tegangan lebih
dengan memasang peralatan pengaman tegangan lebih, seperti :
1. Kawat Tanah (Overhead Groundwire)
2. Penangkap Petir (Lightning Arrester)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
32

2.6.3.1 Kawat Tanah (Overhead Groundwire)


Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan
kawat tanah (overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat
tanah ini adalah bahwa kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga
melindungi kawat fasa dengan daerah/zona tertentu.

2.6.3.2 Penangkap Petir (Lightning Arrester)


Penangkap petir berfungsi untuk melindungi peralatan sistem tenaga listrik
terhadap tegangan surja dengan membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkan ke tanah. Alat ini berlaku sebagai jalan pintas (bypass) sekitar
isolasi. Penangkap petir membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan.
Pada keadaan normal penangkap petir berlaku sebagai isolator dan bila
timbul surja berlaku sebagai konduktor yang melewatkan aliran arus yang tinggi.
Setelah surja hilang, penangkap petir harus dengan cepat kembali menjadi
isolator, sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Gambar 2.19
memperlihatkan dimensi dari ligthning arrester.

Gambar 2.19. Penangkap Petir (Lightning Arrester) [18]

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
33

2.7 Keandalan Sistem Distribusi


Keandalan tenaga listrik adalah kontinuitas penyaluran tenaga listrik
kepada pelanggan, terutama pelanggan daya besar yang membutuhkan kontinuitas
penyaluran tenaga listrik secara mutlak. Struktur jaringan tegangan menengah
memegang peranan penting dalam menentukan keandalan penyaluran tenaga
listrik karena jaringan yang baik memungkinkan dapat melakukan manuver
tegangan dengan mengalokasikan tempat gangguan dan beban dapat dipindahkan
melalui jaringan lainnya.
Kontinuitas pelayanan yang merupakan salah satu unsur dari kualitas
pelayanan tergantung kepada jenis penghantar dan peralatan pengaman. Jaringan
distribusi sebagai sarana penghantar tenaga listrik mempunyai tingkat kontinuitas
tergantung kepada susunan saluran dan cara pengaturan operasinya.
Parameter-parameter keandalan yang biasa digunakan untuk mengevaluasi
sistem distribusi adalah frekuensi kegagalan tahunan rata-rata ( ), lama
terputusnya pasokan listrik rata-rata ( ) lama/durasi terputusnya pasokan listrik
tahunan rata-rata ( ). Parameter-parameter tersebut dapat dinyatakan sebagai
berikut:

∑ (2.5)

∑ (2.6)

(2.7)

Dimana: -
- -
Berdasarkan parameter-parameter keandalan dasar ini, didapat sejumlah
indeks keandalan untuk sistem secara keseluruhan yang dapat dievaluasi, yaitu
SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) dan SAIDI (System
Average Interruption Duration Index).

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
34

2.7.1 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index)


SAIFI (system average interruption frequency index) adalah indeks
frekuensi pemadaman rata-rata tiap tahun yang merupakan jumlah dari perkalian
frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang
dilayani. Menginformasikan tentang frekuensi pemadaman rata-rata tiap
konsumen dalam suatu area yang dievaluasi. Satuannya adalah pemadaman per
pelanggan per tahun. Didefinisikan sebagai berikut:

(2.8)



(2.9)

dengan: adalah frekuensi padam


adalah jumlah pelanggan pada titik beban i

2.7.2 SAIDI (System Average Interruption Duration Index)


SAIDI (system average interruption durasi index) adalah indeks durasi
atau lama pemadaman rata-rata tiap tahun yang merupakan jumlah dari perkalian
lama padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani.
Menginformasikan tentang lama pemadaman rata-rata tiap konsumen dalam suatu
area yang dievaluasi. Dituliskan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

(2.10)



(2.11)

dengan: adalah durasi pemadaman/gangguan tahanan untuk beban i


adalah jumlah pelanggan pada titik beban i

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 3
SISTEM DISTRIBUSI RAYON GARUT KOTA

Wilayah kerja PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Area
Garut dengan luas wilayah 3.065 km2 yang ditunjukkan pada Gambar 3.1, dibagi
kedalam lima rayon, yaitu Rayon Garut Kota, Rayon Leles, Rayon Cibatu, Rayon
Cikajang, dan Rayon Pameungpeuk. Sistem distribusi yang diamati pada skripsi
ini adalah sistem distribusi Area Garut Rayon Garut Kota.

Gambar 3.1. Wilayah Kerja Area Garut

35 Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
36

3.1 Target Kerja Distribusi Rayon Garut Kota


Visi dan misi dari PT. PLN (Persero) Area Garut adalah sebagai berikut:
1. Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang. Unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
2. Misi
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Dalam rangka memenuhi visi dan misi tersebut, PT. PLN (Persero) Area
Garut, khususnya dalam hal ini Rayon Garut Kota, selalu berusaha menjaga
kualitas dan kontinuitas pasokan listrik terhadap pelanggan. Oleh karena itu,
dibuat suatu target kerja sebagai acuan dan bahan evaluasi keberhasilan kinerja
PLN dalam meningkatkan keandalan sistem. Berikut pada Tabel 3.1 diberikan
target kerja distribusi Rayon Garut Kota.

Tabel 3.1. Target Kerja Distribusi PT. PLN Area Garut Rayon Garut Kota
Parameter Satuan Tahun 2012 Tahun 2013
Gangguan Penyulang kali/tahun 30 25
SAIFI kali/pelanggan/tahun 4,2 5,2
SAIDI jam/pelanggan/tahun 0,98 2,34

3.2 Data Aset Rayon Garut Kota


Area Garut Rayon Garut Kota memiliki jumlah pelanggan sebanyak
102.080 pada tahun 2012. Jumlah ini meningkat pada tahun 2013 menjadi
136.107 pelanggan. Terdapat1 Gardu Induk, yaitu GI Garut, 2 buah trafo 150 kV
dengan daya masing-masing 60 MVA, dan 8 buah penyulang dengan panjang
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
37

total 288,070 kms menggunakan material utama A3C (All Alloy Alumunium
Conductor) yang merupakan saluran penghantar terbuka (tanpa isolasi). Adapun
data lengkap aset Rayon Garut Kota diberikan pada Lampiran 1 (Data Aset
Gardu), Lampiran 2 (Data Aset SUTM), dan Lampiran 3 (Data Aset Tiang).
Pada tahun pengamatan, yaitu tahun 2012 dan 2013, terdapat delapan
penyulang yang berada di Area Garut Rayon Garut Kota. Penyulang tersebut
terdiri dari Penyulang Desa Kolot (DSKT), Penyulang Cilawu (CLWU),
Penyulang Margawati (MGWT), Penyulang Cigasong (CGSO), Penyulang Intan
Tiga (INTI), Penyulang Intan Satu (INTU), Penyulang Talaga Bodas (TLBS), dan
Penyulang Suci. Semua penyulang tersebut memiliki konstruksi horizontal.

3.2.1 Penyulang Desa Kolot (DSKT)


Berdasarkan bentuk jaringannya, Penyulang Desa Kolot (DSKT) ini
termasuk ke dalam sistem rangkaian tertutup (loop circuit). Terdapat 17 gardu
dengan jumlah kVA terpasang 1555 kVA. Penyulang ini memiliki panjang total
14,309 kms. Material utama penyulang SUTM yang digunakan adalah A3C 150
mm2 dengan panjang 5,846 kms. Diagram garis tunggal (single-line diagram)
penyulang DSKT ditunjukkan pada Lampiran 9.

3.2.2 Penyulang Cilawu (CLWU)


Bentuk jaringan pada Penyulang Cilawu (CLWU) merupakan sistem
rangkaian tertutup (loop circuit). Data aset yang dimiliki Penyulang CLWU
diantaranya adalah terdapat 39 gardu dengan total daya trafo 5.465 kVA, panjang
penyulang total adalah 24,120 kms dengan material utama yang digunakan, yaitu
A3C 150 mm2 sepanjang 10,865 kms. Diagram garis tunggal (single line
diagram) penyulang CLWU dilampirkan pada Lampiran 10.

3.2.3 Penyulang Margawati (MGWT)


Sama halnya dengan Penyulang DSKT dan CLWU, Penyulang Margawati
(MGWT) memiliki sistem rangkaian tertutup (loop circuit). Penyulang MGWT ini
memiliki panjang 93,711 kms, dengan material yang paling banyak digunakan
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
38

adalah A3C 70 mm2 sepanjang 27,647 kms. Selain itu, terdapat 108 gardu dengan
jumlah kVA terpasang sebesar 11.270 kVA. Diagram garis tunggal (single-line
diagram) penyulang MGWT ditunjukkan pada Lampiran 11.

3.2.4 Penyulang Cigasong (CGSO)


Berbeda dengan penyulang lainnya, dilihat dari bentuk jaringan,
Penyulang Cigasong (CGSO) ini menggunakan sistem radial. Penyulang CGSO
memiliki aset 44 gardu dengan jumlah daya trafo terpasang sebesar 4.300 kVA.
Total panjang penyulang adalah 31,753 kms. Material penghantar yang paling
banyak digunakan adalah material A3C 70 mm2 dengan panjang 22,469 kms.
Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CGSO diberikan pada
Lampiran 12.

3.2.5 Penyulang Intan Tiga (INTI)


Jaringan pada Penyulang Intan Tiga (INTI) membentuk sistem rangkaian
tertutup (loop circuit). Berbeda dengan penyulang lain, material utama yang
digunakan pada penyulang INTI adalah A3CS 150 mm 2 yang merupakan saluran
penghantar berisolasi sepanjang 22,453 dari total panjang penyulang 39,988 kms.
Pada Penyulang INTI terdapat 74 gardu dengan total daya trafo terpasang sebesar
10.895 kVA. Diagram garis tunggal (single-line diagram) penyulang MGWT
ditunjukkan pada Lampiran 13.

3.2.6 Penyulang Intan Satu (INTU)


Dilihat dari bentuk jaringannya, sistem ini merupakan sistem rangkaian
tertutup (loop circuit). Data aset yang dimiliki diantaranya adalah 26 gardu
dengan jumlah kVA terpasang sebesar 8.695 kVA. Material utama yang
digunakan adalah kabel tanah XLPE 240 mm2 sepanjang 28,280 kms dari total
penyulang terpasang 31,282 kms. Diagram garis tunggal (single line diagram)
penyulang CGSO diberikan pada Lampiran 14.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
39

3.2.7 Penyulang Talaga Bodas (TLBS)


Penyulang Talaga Bodas (TLBS) ini memiliki panjang 14,482 kms dengan
material utamanya adalah XLPE 240 mm 2 sepanjang 13,858 kms. Terdapat juga
20 gardu dengan daya trafo terpasang sebesar 6.720 kVA. Bentuk jaringan pada
Penyulang TLBS membentuk suatu rangkaian tertutup (loop circuit). Diagram
garis tunggal (single-line diagram) penyulang MGWT ditunjukkan pada
Lampiran 15.

3.2.8 Penyulang Suci


Penyulang Suci membentuk jaringan dengan sistem rangkaian tertutup
(loop circuit). Aset yang dimiliki Penyulang Suci diantaranya adalah 80 gardu,
daya trafo terpasang sebesar 13.450 kVA, panjang penyulang terpasang adalah
38,365 kms dengan material utama A3C 150 mm2 sepanjang 19,563 kms.
Diagram garis tunggal (single line diagram) penyulang CLWU dilampirkan pada
Lampiran 16.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 4
ANALISIS GANGGUAN PENYULANG AKIBAT LAYANG-LAYANG

Dari hasil rekap data gangguan penyulang di PT. PLN (Persero) Distribusi
Jawa Barat dan Banten Area Garut Rayon Garut Kota tahun 2012 dan 2013
diketahui bahwa terjadi 72 gangguan penyulang di tahun 2012 dan 128 gangguan
penyulang di tahun 2013 yang mengakibatkan terjadinya pemadaman. Berikut
diberikan grafik gangguan penyulang tahun 2012 dan 2013 pada Gambar 4.1.

25

20
Jumlah Gangguan

15

10 Tahun 2012
Tahun 2013
5

Bulan

Gambar 4.1. Grafik Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012 dan 2013

Jumlah gangguan tersebut jauh melebihi target kerja Rayon Garut Kota
yang diberikan pada Tabel 3.1. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
penyebab gangguan pada penyulang, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Komponen Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
2. Alam
3. Pohon
4. Layang-layang
5. Binatang

40 Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
41

Pada Gambar 4.2 ditunjukkan grafik persentase penyebab gangguan penyulang


pada tahun 2012 dan pada Gambar 4.3 ditunjukkan grafik persentase gangguan
penyulang tahun 2013. Dari kelima faktor penyebab yang terlihat di dalam
tersebut diketahui bahwa penyebab gangguan pada penyulang yang paling
dominan adalah layang-layang. Oleh karena itu, pada pembahasan kali ini akan
dibahas mengenai gangguan penyulang yang disebabkan oleh layang-layang.

POHON
3%

ALAM
19%

BINATANG
3%
LAYANG-LAYANG
36%

KOMP. JTM
39%

Gambar 4.2. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012

POHON
7%
BINATANG
ALAM 2%
13%

KOMPONEN JTM
LAYANG-LAYANG
26%
52%

Gambar 4.3. Grafik Penyebab Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
42

4.1 Padam Akibat Gangguan Penyulang Oleh Layang-Layang


Pemadaman akibat gangguan penyulang oleh layang-layang sering terjadi
dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2012 memiliki persentase sebesar 36% dan meningkat
menjadi 52% pada tahun 2013. Pada Gambar 4.4 ditunjukkan grafik gangguan
penyulang yang diakibatkan oleh layang-layang pada tahun 2012 dan 2013.

16

14

12
Jumlah Gangguan

10

8
Tahun 2012
6
Tahun 2013
4

Bulan

Gambar 4.4. Grafik Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Rayon Garut Kota Tahun
2012 dan 2013

Permainan layang-layang yang menggunakan kawat bermaterial logam


dapat menyebabkan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah, 2 fasa atau 3 fasa.
Saat warga setempat bermain layang-layang di sekitar SUTM, kawat layang-
layang bermaterial logam menempel atau tersangkut di 2 fasa atau 3 fasa kawat
penghantar terbuka (tanpa isolasi), seperti terlihat pada Gambar 4.5. Kawat
layang-layang tersebut dapat menjadi penghantar dan bersifat sebagai impedansi
gangguan yang memiliki nilai sangat kecil, sehingga akan menghasilkan arus
gangguan hubung singkat yang sangat besar melebihi kapasitas saluran
penghantar. Arus gangguan yang besar dan melebihi kapasitas penghantar tersebut
akan membuat sistem pengaman relai arus lebih momen (over current moment)
bekerja dan penyulang jatuh (trip) yang mengakibatkan terjadinya pemadaman tak
terencana.
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
43

Pada saat terjadi hubung-singkat antar fasa, akan timbul lompatan api
(flash over) yang mengakibatkan isolasi udara tembus (breakdown). Karena yang
tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, maka tidak ada kerusakan yang
permanen. Setelah arus gangguan terputus karena pemutus tenaga (circuit
breaker) atau pemutus balik (recloser) terbuka oleh relai pengamannya, peralatan
atau saluran tersebut dapat beroperasi kembali.
Selain gangguan antar fasa, apabila kawat atau benang dan rangka layang-
layang melilit isolator dan mengenai tiang atau traves maka dapat menyebabkan
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah dan menimbulkan arus gangguan
hubung singkat yang besar. Sehingga sistem pengaman relai arus lebih gangguan
tanah (over current ground fault) akan bekerja dan membuat penyulang jatuh
(trip) sehingga listrik padam.

Gambar 4.5. Kawat Layang-Layang Menghubungkan 2 Kawat SUTM

Gangguan penyulang oleh layang-layang juga dapat menyebabkan


gangguan yang bersifat permanen dimana sistem baru bisa dioperasikan kembali
apabila bagian yang terkena layang-layang dibersihkan dan bagian yang rusak
diperbaiki atau diganti. Gangguan layang-layang sampai mengakibatkan
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
44

gangguan permanen ini memang jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai karena
dampak yang ditimbulkannya sangat berbahaya, yaitu dapat mengakibatkan kawat
SUTM putus yang berpotensi mengenai pemain layang-layang atau masyarakat
sekitar.
Hubung singkat yang terjadi karena kawat dan rangka layang-layang
melilit di SUTM akan menimbulkan lompatan-lompatan api yang membuat
saluran penghantar rapuh dan mempercepat penuaan penghantar. Ditambah lagi
panas yang timbul akibat arus gangguan yang besar juga dapat merusak isolasi
dan mengikis lapisan penghantar. Akibatnya, lama-kelamaan luas penampang
penghantar semakin kecil dan kemampuan hantar arus yang dimilikinya menurun.
Sehingga, ketika dalam kondisi tersebut penghantar tetap dialiri arus normal,
penghantar atau kawat SUTM akan putus (broken conductor), seperti ditunjukkan
pada Gambar 4.6. Adanya penghantar yang putus arah beban akan mengakibatkan
beban tidak seimbang pada setiap fasanya. Hal ini membuat sistem pengaman
relai broken conductor bekerja dan penyulang jatuh (trip).

Gambar 4.6. Kawat SUTM Putus (Broken Conductor) Akibat Layang-Layang

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
45

4.2 Pengaruh Faktor Konstruksi Sistem


Konstruksi sistem distribusi juga mempengaruhi kualitas dan kontinuitas
pelayanan listrik terhadap pelanggan. Melihat jenis sistem penyalurannya,
gangguan layang-layang hanya terjadi pada saluran udara (SUTM), sehingga pada
jaringan distribusi yang banyak menggunakan saluran bawah tanah (SKTM)
seperti, Penyulang Intan Satu (INTU) dan Talaga Bodas (TLBS) tidak sering
terjadi gangguan penyulang oleh layang-layang. Sedangkan pada penyulang
lainnya yang didominasi SUTM, seperti Penyulang Desa Kolot (DSKT), Cilawu
(CLWU), Margawati (MGWT), Intan Tiga (INTI), Cogasong (CGSO), dan Suci,
sering terjadi gangguan layang-layang. Hal ini juga didukung oleh peta wilayah
rawan gangguan layang-layang pada Lampiran 20 yang menunjukkan bahwa
wilayah-wilayah yang termasuk ke dalam daftar wilayah rawan gangguan layang-
layang merupakan wilayah yang dicakup oleh penyulang dengan saluran udara
(SUTM) saja. Data wilayah tersebut diberikan pada Tabel 4.1.

Tabe 4.1. Data Wilayah Rawan Gangguan Layang-Layang


No. Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Penyulang
1 Cilawu Kersamaju Cihideung, Cigasong
Cikoneng, Cigasong
2 Cilawu Dayeuhmanggung Dayeuhmanggung Cigasong
3 Cilawu Karya Mekar Karya Mekar Cigasong
4 Cilawu Sukamukti Sukamukti Cigasong
5 Bayongbong Ciburuy Ciburuy DSKT
6 Bayongbong Sukarame Cibuntu, Cilimus DSKT
7 Bayongbong Sukasenang Radug DSKT
8 Bayongbong Cinisti Cinisti DSKT
9 Bayongbong Pamalayan Bebedahan, Cicayur, DSKT
Caringin
10 Bayongbong Pangauban Situsari, Cipaganti, DSKT
Pangauban
11 Bayongbong Cikedokan Cikedokan, DSKT
Bunisakit
12 Sukaresmi Sukaresmi Sukaresmi DSKT

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
46

(Sambungan) Tabel 4.1.


No. Kecamatan Desa/Kelurahan Kampung Penyulang
13 Tarogong Kidul Sukakarya Patrol INTI
14 Tarogong Kidul Cibunar Cibunar INTI
15 Tarogong Kidul Kersamenak Kersamenak INTI
16 Tarogong Kaler Cintakarya Pasir INTI
17 Tarogong Kaler Jayawaras Panawuan INTI
18 Tarogong Kaler Pananjung Pasawahan INTI
19 Tarogong Kaler Tanjungkemuning Tanjungkemuning INTI
20 Tarogong kaler Cintarasa Genteng, Cintarasa Suci
21 Cilawu Ngamplang Cimaragas Suci
22 Garut kota Kotakulon Galumpit, Wanasari, Suci
23 Garut kota Kotawetan Sukaregangkidul, Suci
Bentar
24 Garut kota Sucikaler Sucipermai Suci
25 Garut kota Haurpanggung Ciawitali Suci
26 Garut kota Jayaraga Jayaragakaler Suci
27 Garutkota Sukagalih Cirengit Suci
28 Garut kota Sirnajaya Malayu Suci
29 Banyuresmi Sukasenang Bojongsalam Suci
30 Sucinaraja Lengkongjaya Lengkongjaya Cilawu
31 Karangpawitan Karangsari Cibolerang Cilawu
32 Karangpawitan Karangpawitan Timang Ayu Cilawu
33 Wanaraja Cikole Panyawenyan Cilawu
34 Wanaraja Tegalpanjang Tegalpanjang Cilawu
35 Sukawening Sukawening Sukawening Margawati
36 Sukawening Cihuni Cihuni Margawati
37 Sukawening Maripari Mariuk Margawati

Dari hasil pengolahan data pemadaman listrik akibat gangguan penyulang


diketahui bahwa jika diakumulasikan, penyulang dengan tingkat pemadaman
akibat gangguan layang-layang paling tinggi tahun 2012-2013 adalah Penyulang
Cigasong (CGSO). Berikut pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 diberikan grafik
gangguan per penyulang tahun 2012 dan 2013.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
47

16
14
12
Jumlah Gangguan
10 Komponen JTM
8 Alam
6 Layang-layang

4 Pohon

2 Binatang

0
CGSO CLWU DSKT INTI INTU MGWT SUCI TLBS
Penyulang

Gambar 4.7. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2012

20
18
16
Jumlah Gangguan

14
12 Komponen JTM
10 Alam
8 Layang-Layang
6
Pohon
4
Binatang
2
0
CGSO CLWU DSKT INTI INTU MGWT SUCI TLBS
Penyulang

Gambar 4.8. Grafik Gangguan Per Penyulang Tahun 2013

Jika dilihat dari bentuk jaringannya, Penyulang Cigasong (CGSO)


memang memiliki kekurangan dibanding penyulang lainnya yang berbentuk
rangkaian tertutup (loop), dimana jaringan Penyulang CGSO berbentuk radial.
Hal ini membuat keandalan sistem rendah dan kondisi penyulang kurang dapat
diandalkan apabila terdapat gangguan karena penyaluran tenaga listrik hanya
dilakukan dengan menggunakan satusaluran saja. Jaringan dengan bentuk radial
ketika mendapat gangguan, dalam hal ini yang disebabkan oleh layang-layang,
akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum gangguan
tersebut diperbaiki kembali. Berbeda halnya dengan sistem rangkaian tertutup
Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
48

(loop) yang apabila terjadi gangguan pada penyulang, maka penyulang yang lain
dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik.
Material penyulang yang digunakan juga berperan besar dalam terjadinya
pemadaman listrik akibat layang-layang. Secara keseluruhan, jenis material yang
banyak digunakan pada penyulang saluran udara (SUTM) di Rayon Garut Kota
adalah A3C yang merupakan kawat penghantar terbuka (tanpa isolasi).
Kawat penghantar terbuka (tanpa isolasi) sangat rawan terhadap gangguan
layang-layang. Hal ini karena kawat layang-layang yang menempel di penyulang
akan bersifat sebagai konduktor/penghantar dan membuat hubung singkat pada
sistem. Selain itu, kawat penghantar terbuka akan lebih cepat rapuh dibandingkan
dengan kawat berisolasi. Terbukti dengan hasil pengamatan yang menunjukkan
bahwa pada beberapa penyulang SUTM dengan material utama A3C, seperti
Penyulang CGSO, SUCI, dan MGWT, sering terjadi padam akibat gangguan
penyulang oleh layang-layang. Berbeda dengan penyulang SUTM yang
menggunakan A3CS (kawat berisolasi) sebagai material utamanya, seperti
Penyulang INTI, dimana frekuensi padam akibat gangguan penyulang oleh
layang-layang lebih sedikit dibandingkan dengan penyulang lainnya.
Jenis dan luas penampang material penghantar yang digunakan pada
penyulang juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya arus
gangguan hubung singkat. Untuk mengetahui besarnya arus gangguan hubung
singkat yang dapat terjadi ketika layang-layang menempel atau membelit
penyulang di Rayon Garut Kota, dilakukan perhitungan besarnya arus gangguan
hubung singkat berdasarkan panjang penyulang, yaitu diasumsikan terjadi di 25%,
50%, 75%, dan 100% panjang penyulang.
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan arus gangguan hubung
singkat pada penyulang Cigasong (CGSO):

a. Menghitung Impedansi Sumber


Data Hubung Singkat di bus sisi primer (150 kV) Gardu Induk Garut
adalah sebesar 2.468 MVA. Maka impedansi sumber (Xs) adalah:

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
49

Untuk mengetahui impedansi di ssi sekunder, yaitu di bus sisi 20 kV


maka:

b. Menghitung Reaktansi Trafo


Besarnya nilai Ohm pada 100 %, yaitu:

Nilai reaktansi trafo tenaga:


 Reaktansi urutan positif dan negatif

 Reaktansi urutan nol


Trafo mempunyai belitan delta, maka:

c. Menghitung Impedansi Penyulang


Berdasarkan data aset Rayon Garut Kota, total panjang penyulang CGSO
adalah 31,753 kms. Jenis penghantar yang digunakan pada penyulang CGSO
terdiri dari 4,718 kms tipe A3C 150 mm 2, 22,469 kms tipe A3C 70 mm2, 0,860
kms tipe A3C 35 mm2, 3,582 kms tipe A3CS 150 mm2, dan 0,124 kms XLPE 240
mm2.
 Impedansi A3C 150 mm2

 Impedansi A3C 70 mm2

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
50

 Impedansi A3C 35 mm2

 Impedansi A3CS 150 mm2

 Impedansi XLPE 240 mm2

 Impedansi Penyulang Total



Hasil perhitungan impedansi penyulang dengan jarak 0%, 25%, 50%,


75%, dan 100% panjang penyulang diberikan pada Tabel 4.2 untuk urutan positif
dan negatif, sedangkan Tabel 4.3 untuk urutan nol.

Tabel 4.2. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Positif dan Negatif


% Panjang Penyulang Impedansi Penyulang (
0 0
25
50
75
100

d. Menghitung Impedansi Ekivalen Jaringan


 Perhitungan dan

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
51

Hasil perhitungan dan diberikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.3. Impedansi Penyulang CGSO Urutan Nol


% Panjang Penyulang Impedansi Penyulang (
0 0
25
50
75
100

Tabel 4.4. Impedansi Ekivalen Jaringan dan


% Panjang Penyulang Impedansi Ekivalen ( dan

0
25
50
75
100

 Perhitungan

Hasil perhitungan diberikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Impedansi Ekivalen Jaringan


% Panjang Penyulang Impedansi Ekivalen (
0
25
50
75
100

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
52

e. Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat


Jenis gangguan hubung singkat yang dapat terjadi karena menempelnya
layang-layang pada SUTM adalah gangguan 1 fasa ke tanah, 2 fasa, 2 fasa ke
tanah, dan 3 fasa. Dengan memasukkan nilai-nilai yang telah didapat sebelumnya
ke dalam persamaan 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4, diperoleh besarnya arus gangguan
hubung singkat yang dapat terjadi pada penyulang CGSO di titik 0%, 25%, 50%,
75%, dan 100% panjang penyulang.
Dengan menggunakan langkah perhitungan yang sama, maka dapat
diketahui pula berapa besar arus gangguan hubung singkat yang terjadi pada
penyulang lainnya. Adapun hasil perhitungan diberikan pada Tabel 4.6.
Dari hasil perhitungan terlihat bahwa selain jenis material penghantar yang
digunakan, jarak atau lokasi terjadinya gangguan, dalam hal ini titik menempelnya
layang-layang pada SUTM, juga mempengaruhi besarnya arus gangguan yang
terjadi. Semakin dekat dengan sumber, arus gangguan hubung singkat yang
dihasilkan semakin besar.

Tabel 4.6. Arus Gangguan Hubung Singkat Pada Penyulang Di Rayon Garut Kota
Arus Hubung Singkat
Panjang
Jarak 2 fasa ke 1 fasa ke
Penyulang 3 fasa (A) 2 fasa (A)
tanah (A) tanah (A)
CGSO
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 7,93825 1693,800263 1719,035754 1211,77836 154,0554829
50% 15,8765 1057,634189 1008,291834 660,1952054 144,7806473
75% 23,8148 767,9068507 712,4039473 455,1385545 136,072867
100% 31,753 602,6169072 550,6175196 348,210541 127,9956694
DSKT
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 3,57725 2467,180629 2717,213336 2167,608598 159,1408297
50% 7,1545 1757,503702 1795,295333 1276,611055 154,65381
75% 10,7318 1360,235405 1335,296788 902,8106402 150,2232225
100% 14,309 1108,475029 1061,907724 698,7727021 145,8940504

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
53

(Sambungan) Tabel 4.6.


Panjang Arus Hubung Singkat
Jarak
Penyulang 2 fasa ke 1 fasa ke
3 fasa (A) 2 fasa (A)
tanah (A) tanah (A)
CLWU
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 6,03 2208,707621 2365,215749 1802,034503 157,6643474
50% 12,06 1498,237407 1490,967065 1024,782191 151,7641007
75% 18,09 1130,622995 1085,428258 715,813148 146,056944
100% 24,12 907,2922575 852,74171 550,7612442 140,5855327
INTI
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 9,997 1797,839723 1844,097002 1318,703234 154,6561096
50% 19,994 1135,174309 1090,274023 719,3331183 146,068728
75% 29,991 828,0859975 772,5465446 495,7652754 138,0917755
100% 39,988 651,5325916 597,9849851 379,1630089 130,7256023
SUCI
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 9,59125 1863,645394 1924,58654 1389,303486 155,3784235
50% 19,1825 1202,053857 1161,972078 771,9670438 147,3027908
75% 28,7738 885,9446575 831,010279 535,7297731 139,570824
100% 38,365 701,260873 646,5773008 411,1245384 132,265355
MGWT
0% 0 3849 5000 5787,212053 163,3805539
25% 23,4428 852,1284863 796,7636499 512,2906631 139,0539544
50% 46,8855 472,0416373 426,2242998 268,2193094 118,7045728
75% 70,3283 326,3549041 290,8521759 182,988364 102,5621187
100% 93,771 249,3740569 220,7313803 139,3558391 89,79397013
INTU
0% 0 8074,825175 8474,576271 6251,439661 509,8156382
25% 7,8205 4643,362089 4470,720962 2947,497259 477,9002651
50% 15,641 3106,040217 2883,843012 1834,088372 447,1253024
75% 23,4615 2318,081385 2113,595336 1326,398146 419,3060874
100% 31,282 1845,68521 1664,942589 1039,445455 394,326063

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
54

(Sambungan) Tabel 4.6.


Panjang Arus Hubung Singkat
Penyulang 2 fasa ke 1 fasa ke
Jarak 3 fasa (A) 2 fasa (A)
tanah (A) tanah (A)
TLBS
0% 0 8074,825175 8474,576271 6251,439661 509,8156382
25% 3,6205 6185,932979 6185,613334 4267,086079 495,4710017
50% 7,241 4840,185787 4682,410308 3103,494931 480,6421444
75% 10,8615 3934,381218 3724,538945 2412,002209 466,1507181
100% 14,482 3301,211045 3079,000434 1965,942967 452,2216124

4.3 Pengaruh Faktor Cuaca dan Iklim


Secara umum iklim di wilayah Kabupaten Garut dapat dikatagorikan
sebagai daerah beriklim tropis basah (humid tropical climate) karena termasuk
tipe Af sampai Am dari klasifikasi iklim Koppen. Berdasarkan studi data
sekunder, iklim dan cuaca di daerah Kabupaten Garut dipengaruhi oleh tiga faktor
utama, yaitu pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattern),
topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat; dan
elevasi topografi di Bandung. Curah hujan rata-rata tahunan di sekitar Garut
berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan dan bulan kering 3 bulan,
sedangkan di sekeliling daerah pegunungan mencapai 3500-4000 mm. Variasi
temperatur bulanan berkisar antara 24° C - 27° C. Besaran angka penguap
keringatan (evapotranspirasi) menurut Iwaco-Waseco (1991) adalah 1572
mm/tahun. Selama musim hujan, secara tetap bertiup angin dari Barat Laut yang
membawa udara basah dari Laut Cina Selatan dan bagian barat Laut Jawa. Pada
musim kemarau, bertiup angin kering bertemperatur relatif tinggi dari arah
Australia yang terletak di tenggara. [20]
Pada Gambar 4.4, grafik gangguan penyulang akibat layang-layang rayon
garut kota tahun 2012 dan 2013, menunjukkan bahwa selama bulan Januari
hingga April jarang terjadi padam akibat gangguan layang-layang. Pada bulan
Mei-Desember, padam akibat gangguan layang-layang mengalami peningkatan.
Pemadaman akibat gangguan layang-layang paling sering terjadi selama bulan

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
55

Agustus sampai dengan Oktober. Hal ini berarti selama 4 bulan, dari Januari
sampai April merupakan bulan kering (musim kemarau) dan selama 8 bulan, dari
Mei sampai Desember termasuk bulan basah (musim hujan).
Bagaimana faktor cuaca dan iklim dapat mempengaruhi pemadaman yang
terjadi akibat layang-layang? Permainan layang-layang banyak dilakukan di
musim kemarau. Jumlah layang-layang di udara semakin bertambah dan semakin
besar pula ukurannya. Hal ini menjadi sangat merugikan, karena banyak layang-
layang yang tersangkut di SUTM dan menyebabkan listrik padam. Pada musim
ini, padam yang terjadi hanya disebabkan oleh kawat layang-layang yang
menempel di SUTM saja. Benang dan rangka layang-layang yang ikut menempel
atau melilit di SUTM tidak turut menjadi penyebab pemadaman.
Sedangkan pada musim hujan permainan layang-layang berkurang. Tetapi,
tidak sama halnya dengan gangguan penyulang yang diakibatkan oleh layang-
layang. Hal ini dikarenakan kawat, bahkan benang dan rangka layang-layang yang
bukan terbuat dari bahan logam, jika dalam keadaan basah (akibat hujan atau
embun) dapat berubah sifat sebagai konduktor yang mengalirkan arus listrik dan
dapat membuat terjadinya hubung singkat fasa ke tanah ataupun antar fasa yang
mengakibatkan terjadinya pemadaman. Oleh karena itu, padam akibat gangguan
layang-layang lebih banyak terjadi di musim hujan dibandingkan dengan musim
kemarau. Sehingga, untuk mencegah hal ini perlu dilakukan operasi rutin
pembersihan SUTM dari sampah layang-layang selama musim kemarau
berlangsung, agar saat menghadapi musim hujan tidak ada lagi kawat, rangka, dan
benang layang-layang yang menempel di SUTM yang berpotensi menyebakan
gangguan pada penyulang dan mengakibatkan pemadaman.

4.4 Dampak Dari Gangguan Layang-Layang


Pemadaman yang terjadi akibat adanya gangguan penyulang oleh layang-
layang dapat menimbulkan beberapa kerugian, seperti kerugian pihak PLN,
terhentinya pasokan listrik, kerusakan pada peralatan sistem, dan dapat
mengancam keselamatan manusia, baik pemain layang-layang maupun
masyarakat di sekitar SUTM.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
56

4.4.1 Kerusakan Peralatan


Kawat layang-layang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada
peralatan. Kerusakan akibat arus gangguan ini tergantung pada besar dan lamanya
arus gangguan. Contoh kerusakan tersebut diberikan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. Akibat Layang-Layang Pada Penyulang

Gangguan hubung singkat yang diakibatkan oleh layang-layang dapat


menimbulkan panas pada penghantar. Saat penghantar dialiri arus, ada dua titik
dengan media udara yang bersifat sebagai penghantar yang mempunyai tahanan
besar, sehingga penghantar tersebut panas sesuai dengan persamaan 4.1 dan 4.2.

∫ (4.1)

(4.2)

dimana: I = arus gangguan (Amp)


R = tahanan penghantar/konduktor (Ohm)
t = waktu lamanya arus ganggan (detik)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
57

Pemanasan berlebih akan menaikkan suhu penghantar yang dialiri arus


gangguan. Jika terlalu lama, suhu penghantar akan terlalu tinggi sehingga dapat
merusak isolasi juga penghantar tersebut atau mempercepat penuaannya.
Tidak hanya merusak penghantar, tetapi gangguan layang-layang ini juga
dapat membuat penghantar putus. Hubung singkat yang terjadi karena kawat dan
rangka layang-layang melilit di SUTM akan menimbulkan lompatan-lompatan api
dan panas atau termal akibat arus gangguan yang besar. Hal ini akan merusak
isolasi dan mengikis lapisan penghantar. Semakin lama luas penampang
penghantar menjadi semakin kecil dan kemampuan hantar arus yang dimilikinya
menurun. Apabila dalam kondisi tersebut penghantar tetap dialiri arus normal
yang melebihi kapasitas hantar arusnya sekarang, maka kawat SUTM akan putus,
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.7.

4.4.2 Ancaman Keselamatan Bagi Manusia


Akibat dari layang-layang ini tidak hanya merusak peralatan, tetapi juga
sangat berbahaya bagi manusia. Panasnya penghantar yang diakibatkan oleh
terjadinya gangguan hubung singkat dapat melepas uliran dari penghantar dan
membuatnya terurai. Uraian dari penghantar (bundle conductor) ini akan
menggantung, dan akan sangat berbahaya apabila terjangkau oleh manusia atau
pohon karena bisa menyebabkan terkena sengatan listrik.
Apabila kawat SUTM putus, pada sisi hilir (downstream), ketika kawat
menyentuh tanah akan mengalir arus balik (feedback) dari fasa lain yang bernilai
sangat besar dan berbahaya bagi manusia. Ilustrasi peristiwa ini diberikan pada
Gambar 4.10. Selain itu, saat layang-layang tersangkut ke SUTM, para pemainnya
berusaha untuk menarik kembali layang-layang tersebut supaya terlepas dari
SUTM. Hal ini sangat berbahaya, karena orang yang menarik layang-layang
tersebut dapat terkena tegangan sentuh sebesar 20 kV, seperti ilustrasi yang
diberikan pada Gambar 4.11. Padahal tubuh manusia dengan tahanan 2000-3000
Ω hanya mampu menerima tegangan maksimum AC sebesar 50 V, arus terasa
sebesar 0,9 mA, dan arus yang dapat menyebabkan kematian > 50-100 mA.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
58

Gambar 4.10. Terjadinya Arus Balik Saat Konduktor di Sisi Hilir Menyentuh Tanah [19]

Gambar 4.11. Ilustrasi Pemain Layang-Layang Terkena Tegangan Sentuh

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
59

4.4.3 Kerugian PLN


Akibat dari sering terjadinya pemadaman yang disebabkan gangguan
penyulang oleh layang-layang di Rayon Garut Kota, jumlah kwH listrik yang
tidak terjual pun semakin tinggi dan merugikan pihak PLN. Besar kwH tidak
terjual dan kerugian yang dirasakan PLN dapat dihitung dengan cara berikut.

dimana: I = Arus (Ampere)


t = Lama terjadinya gangguan (jam)
= Faktor daya (0,85)
Sebagai contoh perhitungan, pada tanggal 1 Januari 2012 terjadi gangguan
penyulang akibat layang-layang yang mengakibatkan pemadaman listrik pada
pukul 14:02-14:05 dengan nilai arus 32 A. Besar kerugian PLN adalah sebagai
berikut:

√ ( )

Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa akibat dari gangguan


layang-layang di Rayon Garut Kota pada tahun 2012, 10.776,3 kwH tidak
tersalurkan dengan nilai jual per kwH adalah Rp 685,00 yang mengakibatkan PLN
merugi sebesar Rp 7.381.775,00.
Sedangkan pada tahun 2013, seiring dengan bertambahnya frekuensi
gangguan layang-layang yang terjadi, bertambah besar pula kerugian yang dialami
PLN. Sebesar 46.771,7 kwH tidak tersalurkan dengan nilai jual per kwH adalah
Rp 715,00. Akibatnya, PLN merugi sebesar Rp 33.441.768,00. Rincian
perhitungan kerugian PLN tahun 2012 dan 2013 diberikan pada Lampiran 5 dan
Lampiran 6.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
60

4.4.4 Keandalan Sistem Distribusi PLN


Tingginya persentase pemadaman yang terjadi akibat gangguan penyulang
oleh layang-layang mempengaruhi keandalan sistem distribusi yang diukur
dengan menggunakan indeks keandalan SAIFI dan SAIDI. SAIFI menunjukkan
rata-rata frekuensi padam pada setiap pelanggan, sedangkan SAIDI menunjukkan
rata-rata lama pemadaman pada sistem. Oleh karena itu, semakin kecil nilai SAIFI
dan SAIDI maka akan semakin bagus keandalan suatu sistem distribusi.

4.4.4.1 Indeks Rata-Rata Frekuensi Pemadaman (SAIFI) Rayon Garut Kota


Berdasarkan data pemadaman di Area Garut Rayon Garut Kota tahun
2012, dapat dihitung nilai SAIFI per penyebab pemadaman dengan menggunakan
persamaan 2.8. Berikut pada Tabel 4.7 diberikan rincian nilai SAIFI per penyebab
pemadaman tahun 2012.

Tabel 4.7. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012
SAIFI
No. Penyebab Pemadaman
Total Rata-rata

1 Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP 2,9703076019 0,2475256335


2 Kelompok Jaringan Tegangan Rendah 0,1254408307 0,0104534026
3 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 2,1868730408 0,1822394201
4 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 0,0000097962 0,0000008164
Jumlah Total 5,2826312696 0,4402192725

Nilai SAIFI tahun 2012 menunjukkan bahwa setiap pelanggan mengalami


5,2826312696 kali pemadaman/tahun, dimana nilai ini melebihi target kinerja
Rayon Garut Kota, yaitu sebesar 4,2 pemadaman/pelanggan/tahun.
Dari hasil rekap data pemadaman di Area Garut Rayon Garut Kota tahun
2012 diketahui pula bahwa telah terjadi 121 kali pemadaman yang disebabkan
SUTM dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 16.367 pelanggan. Dan dari
121 kali pemadaman tersebut, 26 pemadaman (21%) diantaranya disebabkan oleh
gangguan penyulang akibat layang-layang. Maka, nilai SAIFI akibat gangguan
penyulang oleh layang-layang adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
61

pemadaman/pelanggan /tahun.
Adapun nilai SAIFI per penyebab pemadaman tahun 2013 diberikan pada
Tabel 4.8. Hasilnya menunjukkan bahwa pada tahun 2013 setiap pelanggan
mengalami 6,2565408098 kali pemadaman/tahun. Nilai ini lebih besar dari tahun
sebelumnya dan melebihi target kerja yang ditetapkan, yaitu sebesar 5,2
pemadaman/pelanggan/tahun. Hal ini berarti tingkat keandalan SAIFI tahun 2013
lebih buruk daripada tahun 2012.

Tabel 4.8. SAIFI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013
SAIFI
No. Penyebab Pemadaman
Total Rata-rata

1 Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP 3,7461041680 0,3121753473


2 Kelompok Jaringan Tegangan Rendah 1,4877412624 0,1239784385
3 Kelompok Transformator Gardu Distribusi 0,0084933178 0,0007077765
4 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 1,0142020616 0,0845168385
Jumlah Total 6,2565408098 0,5213784008

Dari total 150 pemadaman yang terjadi oleh karena disebabkan masalah
pada SUTM, 66 gangguan (44%) diantaranya disebabkan oleh gangguan
penyulang akibat layang-layang. Total jumlah pelanggan padam akibat masalah
SUTM adalah sebanyak 11.524 pelanggan. Maka, nilai SAIFI gangguan
penyulang akibat layang-layang pada tahun 2013 dapat dihitung dengan cara
berikut.

pemadaman/pelanggan /tahun.
Walaupun angka gangguan penyulang akibat layang-layang pada tahun
2013 lebih banyak dari tahun 2012, tetapi nilai SAIFI per penyebab layang-layang
tahun 2013 lebih kecil dari tahun 2012. Hal ini karena dipengaruhi oleh jumlah
pelanggan padam pada tahun 2012 yang lebih besar dari tahun 2013.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
62

4.4.4.2 Indeks Rata-Rata Lama Pemadaman (SAIDI) Rayon Garut Kota


Pada Tabel 4.9 diberikan nilai SAIDI per penyebab pemadaman di Rayon
Garut Kota tahun 2012 yang dihitung menggunakan persamaan 2.10. Jumlah total
keseluruhan data menunjukkan nilai SAIDI Rayon Garut Kota pada tahun 2012
adalah 1,7105067594 jam padam/pelanggan/tahun, dimana nilai tersebut melebihi
target yang ditetapkan yaitu 0,98 jam padam/pelanggan/tahun.
Dari semua penyebab pemadaman nilai SAIDI pemadaman akibat SUTM
merupakan yang paling besar. Lama pemadaman total akibat masalah SUTM pada
tahun 2012 adalah 57,27 jam dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 16.367
pelanggan. Dari total lama padam tersebut, 182 menit (5,3%) pemadaman tersebut
diakibatkan gangguan penyulang oleh layang-layang. Sehingga nilai SAIDI
gangguan penyulang oleh layang-layang tahun 2012 dapat dihitung sebagai
berikut.

jam padam/pelanggan /tahun.

Tabel 4.9. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2012
SAIDI
No. Penyebab Pemadaman
Total Rata-rata

1 Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP 0,619566321 0,051630527


2 Kelompok Jaringan Tegangan Rendah 0,022721787 0,001893482
3 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 1,068210815 0,089017568
4 Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) 0,000007837 0,000000653
Jumlah Total 1,7105067594 0,1425422300

Sedangkan, pada tahun 2013 diperoleh hasil perhitungan nilai SAIDI


sebesar 3,4081729816 jam padam/pelanggan/tahun. Nilai ini melebihi target kerja
SAIDI tahun 2013 yang ditetapkan sebesar 2,34 jam padam/pelanggan/tahun.
Nilai SAIDI per penyebab pemadaman tahun 2013 diberikan pada Tabel 4.10.
Lama pemadaman total akibat masalah SUTM sepanjang tahun 2013
adalah 49,18 jam dengan jumlah pelanggan padam sebanyak 11.524 pelanggan.
Dari total lama padam tersebut, 1336 menit (45,3%) diakibatkan gangguan

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
63

penyulang oleh layang-layang. Maka nilai SAIDI gangguan penyulang oleh


layang-layang adalah sebagai berikut:

jam padam/pelanggan /tahun.

Tabel 4.10. SAIDI Per Penyebab Pemadaman Rayon Garut Kota Tahun 2013
SAIDI
No. Penyebab Pemadaman
Total Rata-rata

1 Kelompok Sambungan Tenaga Listrik &APP 2,786708839 0,232225737


2 Kelompok Jaringan Tegangan Rendah 0,306759094 0,025563258
3 Kelompok Transformator Gardu Distribusi 0,001453856 0,000121155
4 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 0,313251192 0,026104266
Jumlah Total 3,4081729816 0,2840144151

4.5 Upaya Penekanan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang


Melihat frekuensi gangguan layang-layang yang semakin meningkat dan
besarnya kerugian yang dihasilkan, maka perlu dilakukan upaya penekanan
gangguan seoptimal mungkin agar keandalan sistem dan kualitas serta kontinuitas
pelayanan pasokan listrik terhadap pelanggan dapat ditingkatkan.
Dengan mempertimbangkan hasil analisis terhadap karakteristik penyebab
pemadaman akibat gangguan layang-layang, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan dampak yang ditimbulkan, upaya untuk menekan
gangguan penyulang akibat layang-layang dapat dilakukan secara teknis maupun
non-teknis.
Upaya teknis untuk menekan gangguan layang-layang adalah sebagai
berikut:
1. Mengganti kawat penghantar terbuka (tak berisolasi) A3C dengan kawat
penghantar berisolasi A3CS. Dengan demikian dapat mengurangi resiko
terhubungnya antar fasa penghantar yang disebabkan karena menempelnya
layang-layang pada penyulang.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
64

2. Menggunakan Grounding Steel Wire (GSW) untuk mencegah kawat


layang-layang langsung menempel ke saluran penghantar. Konstruksi
pemasangan GSW diberikan pada Lampiran 17.
3. Operasi pembersihan layang-layang yang menempel di penyulang secara
rutin di daerah-daerah yang berpotensi gangguan.
Upaya non-teknis untuk mengatasi gangguan layang-layang, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi di daerah potensi bermain layangan yang tinggi untuk
menghindari bermain layangan di dekat jaringan PLN.
2. Pemasangan/penyebaran spanduk mengenai bahaya bermain layangan di
dekat jaringan PLN.
3. Mensosialisasikan langsung kepada pengguna dan produsen layangan
mengenai kerugian yang akan timbul bila bermain layangan tidak pada
tempatnya serta penggunaan bahan layangan yang tidak seharusnya.
4. Berkordinasi dengan pemerintah daerah setempat untuk menjadikan
perhatian khusus terhadap penggunaan layangan yang tidak sewajarnya
(dari segi dimensi dan bahan benang yang digunakan).
Beberapa contoh sosialisasi bahaya bermain layangan di dekat jaringan
PLN ditunjukkan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12. Sosialisasi Bahaya Bermain Layang-Layang Di Dekat Jaringan PLN


Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
65

4.6 Evaluasi Hasil Penekanan Gangguan Layang-Layang


Hasil dari upaya penekanan gangguan penyulang akibat layang-layang
dapat dilihat dari angka gangguan layang-layang yang terjadi pada tahun 2014,
apakah jumlah gangguan tersebut mengalami penurunan atau tidak. Berikut pada
Gambar 4.13 diberikan perbandingan gangguan penyulang akibat layang-layang
dari tahun 2012 sampai bulan September tahun 2014 di Rayon Garut Kota.

16
14
Jumlah Gangguan

12
10
8
Tahun 2012
6
Tahun 2013
4
2 Tahun 2014

Bulan

Gambar 4.13. Grafik Perbandingan Gangguan Penyulang Akibat Layang-Layang Tahun


2012-2014

Total gangguan penyulang akibat layang-layang pada tahun 2012 adalah


26 gangguan, meningkat pada tahun 2013 menjadi sebanyak 66 gangguan, dan
pada tahun 2014 terhitung ada 34 gangguan penyulang akibat layang-layang yang
terjadi sampai bulan September 2014. Angka tersebut menunjukkan telah terjadi
penurunan tingkat gangguan yang terjadi dibandingkan dengan tahun 2013.
Beberapa gangguan penyulang akibat layang-layang yang masih terjadi
dapat disebabkan beberapa faktor, seperti penggantian kawat terbuka A3C ke
kawat berisolasi A3CS dan pemasangan grounding steel wire (GSW) yang belum
menyeluruh, masih terdapatnya layang-layang di beberapa titik SUTM yang
menyebabkan gangguan penyulang, serta sosialisasi mengenai bahaya bermain
layang-layang di sekitar SUTM terhadap masyarakat yang masih kurang efektif,
sehingga masih banyak permainan layang-layang yang dilakukan di sekitar
jaringan PLN.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
66

4.7 Perencanaan Optimasi Penyulang Dari Gangguan Layang-Layang


Untuk meningkatkan hasil penekanan gangguan layang-layang, pada sub-
bab ini akan dibuat perencanaan optimasi penyulang dengan mengganti kawat
terbuka (tanpa isolasi) A3C menjadi kawat berisolasi A3CS. Solusi ini merupakan
solusi terbaik untuk mencegah agar layang-layang yang menempel atau melilit di
SUTM tidak akan langsung menyebabkan gangguan pada penyulang, sehingga
angka pemadaman dapat menurun.
Rencana penggantian kawat A3C ke A3CS dilakukan pada penyulang
dengan angka gangguan layang-layang tinggi, yaitu penyulang CGSO, MGWT,
dan SUCI. Berikut pada Tabel 4.11 diberikan data panjang kawat A3C pada
ketiga penyulang tersebut.

Tabel 4.11. Data Panjang Penggantian Kawat A3C


No. Penyulang Panjang Kawat A3C
1 CGSO 28,047 kms
2 MGWT 63,574 kms
3 SUCI 23,585 kms

Dengan melakukan penggantian kawat A3C, seluruh jenis material yang


menyusun ketiga penyulang tersebut akan berubah menjadi kawat berisolasi
A3CS. Sehingga, angka kerugian pihak PLN dapat diturunkan. Kerugian pihak
PLN setelah dilakukan penggantian kawat A3C menjadi A3CS diberikan pada
Tabel 4.12.
Dengan optimasi jaringan pada penyulang CGSO, MGWT, dan SUCI,
kerugian yang dialami PLN akibat gangguan layang-layang adalah sebesar Rp
10.936.741,00 dengan 15.296,1 kwH tak terjual. Ini berarti kerugian PLN telah
berkurang sebanyak Rp 22.505.027,00 dari kerugian akibat gangguan layang-
layang pada tahun 2013.
Selain itu, dampak positif lain dari penggantian kawat A3C menjadi A3CS
ini juga dapat meningkatkan keandalan sistem distribusi, dimana pada tahun 2013
nilai SAIFI dan SAIDI belum memenuhi target kerja yang telah ditetapkan Rayon
Garut Kota.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
67

Tabel 4.12. Estimasi Kerugian PLN Setelah Optimasi Jaringan


Durasi kwH tak
No. Penyulang Amp Rupiah
(mnt) tersalurkan

1 INTI 195 20 1.911,7 1.366.830


2 INTU 80 30 1.176,4 841.126
3 INTU 85 15 625,0 446.848
4 INTI 175 23 1.972,9 1.410.638
5 INTI 216 11 1.164,6 832.715
6 DSKT 124 6 364,7 260.749
7 DSKT 185 14 1.269,5 907.715
8 INTI 121 4 237,2 169.627
9 TLBS 145 50 3.553,7 2.540.901
10 DSKT 212 26 2.701,8 1.931.786
11 INTI 130 5 318,6 227.805
TOTAL 1336 15.296,1 10.936.741

Dengan melihat grafik gangguan per penyulang tahun 2013 pada Gambar
4.8 diketahui jumlah padam akibat gangguan layang-layang pada ketiga
penyulang yang dioptimasi adalah sebanyak 55 kali padam. Ini berarti, dari total
150 kali pemadaman yang terjadi oleh karena disebabkan masalah pada SUTM,
55 kali padam atau sebesar 37% telah berkurang. Sehingga SAIFI sistem setelah
optimasi dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

pemadaman/pelanggan/tahun
Nilai SAIFI setelah dioptimasi tersebut menunjukkan peningkatan dari
nilai sebelumnya di tahun 2013. Walaupun masih belum memenuhi target kerja
yang ditetapkan sebesar 5,2 kali pemadaman/pelanggan/tahun, nilai SAIFI setelah
optimasi ini sudah mendekati target kerja.
Sedangkan untuk melihat dampak optimasi jaringan pada parameter
SAIDI, dilihat dari durasi pemadaman pada penyulang yang diakibatkan layang-
layang pada tahun 2013. Lama pemadaman total akibat layang-layang pada ketiga

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
68

penyulang yang dioptimasi adalah sebesar 1132 menit, yang berarti mengurangi
38% dari SAIDI SUTM.
Nilai SAIDI sistem setelah dioptimasi dapat dihitung dengan
menggunakan cara berikut.

jam padam/pelanggan/tahun
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat bahwa nilai SAIDI setelah
dioptimasi lebih kecil dari sebelum optimasi. Hal tersebut menunjukkan
peningkatan pada parameter SAIDI yang semakin mendekati target kerja Rayon
Garut Kota.
Secara keseluruhan, perencanaan hasil optimasi jaringan dengan
mengganti kawat terbuka A3C menjadi kawat berisolasi A3CS menunjukkan
penurunan kerugian pada pihak PLN dan peningkatan keandalan sistem distribusi.
Tetapi kendala di dalam optimasi ini adalah dari segi biaya penggantian yang
mahal. Sebagai solusi alternatif yang lebih ekonomis, optimasi jaringan dapat
dilakukan dengan memasang GSW (Grounding Steel Wire) pada jaringan.

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
BAB 5
KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan


sebagai berikut:
1. Jenis gangguan yang disebabkan oleh menempel atau membelitnya
layang-layang pada SUTM dapat berupa gangguan hubung singkat 3 fasa,
2 fasa, 2 fasa ke tanah, 1 fasa ke tanah, dan putusnya kawat penghantar.
2. Dampak dari gangguan penyulang akibat layang-layang dapat merugikan
pihak PLN dan konsumen dikarenakan terhentinya pasokan listrik,
menurunnya keandalan sistem distribusi, kerusakan pada peralatan sistem,
dan berbahaya bagi manusia karena bisa terkena sengatan listrik apabila
mengenai bagian peralatan (kawat penghantar) yang rusak atau putus.
3. Solusi secara teknis yang dapat dilakukan untuk menekan gangguan
penyulang oleh layang-layang adalah penggantian kawat terbuka dengan
penghantar berisolasi, penggunaan GSW (Grounding Steel Wire), dan
operasi rutin pembersihan SUTM dari sampah layang-layang.
4. Solusi non-teknis dalam upaya menekan terjadinya pemadaman akibat
gangguan layang-layang adalah dengan sosialisasi kepada masyarakat
akan bahaya bermain layang-layang di dekat jaringan PLN melalui
berbagai media, baik cetak maupun elektronik.

69 Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
70

DAFTAR ACUAN

[1] Sarimun, Wahyudi. (2011). Buku Saku Pelayanan Teknik. Kota Depok:
Garamond.
[2] Rendra, Prambudhi Setyo. (2010). Analisa Penentuan Lokasi Dan Jumlah
Sectionalizer Untuk Peningkatan Keandalan Sistem Distribusi. Tesis. 11
November 2014. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100009036635/8336
[3] Buku AST (Yusreni Warmi). (t.d.). 30 September 2014.
http://www.academia.edu/6383668/Buku_AST_Yusreni_Warmi_
[4] (t.p.). (2008). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. 14 Oktober 2014.
[5] Kadir, Abdul. (2000). Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).
[6] Courtney, Martin. (15 Oktober 2013). Whatever Happened To Broadband
Over Power Line?. Engineering and Technology Magazine. 4 November
2014. http://eandt.theiet.org/magazine/2013/10/broadband-over-power-
line.cfm
[7] Edvard. (22 Oktober 2010). Types of Underground Lines. Electrical
Engineering Portal. 4 November 2014. http://electrical-engineering-
portal.com/types-of-underground-lines
[8] Suswanto, Daman. (25 November 2010). Bab 2 Klasifikasi Jaringan
Distribusi.Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
[9] Hammer, Cutler. (1999). Learning Module 3: Fundamentals Of Electrical
Distribution. Fundamentals Of Electrical Distribution. 15 November 2014.
http://electrical-engineering-portal.com/download-center/books-and-
guides/electrical-engineering/fundamentals-of-electrical-distribution
[10] Sarimun, Wahyudi. (2012). Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
Kota Depok: Garamond.
[11] (t.p.). (2011). Memahami Pemadaman Listrik. PT PLN (Persero)
Distribusi Lampung. 11 November 2014.
http://www.pln.co.id/lampung/?p=3408

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
71

[12] (t.d.). Vacuum Circuit Breaker/Outdoor. Direct Industry: The Online


Industrial Exhibition. 25 November 2014.
http://www.directindustry.com/prod/cg-power-systems/vacuum-circuit-
breakers-outdoor-13988-693221.html
[13] Newton, Gerald. (2008). 2008 NEC Change Test 7. 25 November 2014.
http://www.electrician2.com/2008nec_pract_tests/NEC803/NEC807.HTM
[14] (t.d.). Outdoor Indoor Load Break Switch. Power Protection. 25 November
2014. http://www.powerprotection.co.in/outdoor-indoor-load-break-
switch.htm
[15] (t.p.). (11 November 2013). Energy Management: Disconnect Switch For
Line Sectionalizing, Isolation Of Distribution Circuits. Utility Products. 25
November 2014. http://www.utilityproducts.com/articles/2013/11/energy-
management-disconnect-switch-for-line-sectionalizing-isolation-of-
distribution-circuits.html
[16] (t.p.) (2010). Buku 5: Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah
Tenaga Listrik. PT. PLN (Persero).
[17] Edvard. (15 Juli 2012). Autoreclosing in Transmission and Distribution
Systems. Electrical Engineering Portal. 25 November 2014.
http://electrical-engineering-portal.com/autoreclosing-in-transmission-and-
distribution-systems
[18] (t.d.). Distribution Systems: Protective Equipment. United States
Department Of Labor. 25 November 2014.
https://www.osha.gov/SLTC/etools/electric_power/illustrated_glossary/dis
tribution_system/protective_equipment.html
[19] (t.p.). (29 Juni 2009). Kesalahan Setting Relay Pembatas Beban F49. 25
November 2014. https://bincanglistrik.wordpress.com/category/proteksi/
[20] (t.p.). (2014). Profil Daerah Kabupaten Garut. 11 Januari 2015.
http://jabarprov.go.id/index.php/pages/id/1045

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
72

DAFTAR PUSTAKA

Coffer, Walter. Faulkenberry, Luces M. 1996. Electrical Power


Distribution and Transmission. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Sarimun, Wahyudi. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
Depok: Garamond.
Sarimun, Wahyudi. 2011. Buku Saku Pelayanan Teknik. Depok:
Garamond.
SPLN41-10: 1991. Penghantar Aluminium Paduan Berselubung Polietilen
Ikat Silang (AAAC-S).
Affandi, Irfan. 2009. Analisa Setting Relai Arus Lebih Dan Relai
Gangguan Tanah Pada Penyulang Sadewa Di GI Cawang. Depok: Universitas
Indonesia.
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik dan
Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 1
Kriteria Desain Enjinering Kontruksi Jaringan Disribusi Tenaga Listrik. Jakarta:
PT. PLN (Persero).
Kelompok Kerja Standar Kontruksi Disribusi Jaringan Tenaga Listrik dan
Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia. 2010. Buku 5 Standar
Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. Jakarta: PT. PLN
(Persero).

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
73

Lampiran 1. Data Aset Gardu Rayon Garut Kota

URAIAN TIPE CGSO CLWU DSKT INTI INTU SUCI MGWT TLBS JUMLAH
TIPE GARDU CANTOL 32 18 12 22 - 19 76 1 180
PORTAL 11 21 5 50 11 59 31 5 193
TEMBOK LAMA - - - 2 1 1 1 1 6
7R2 1 - - - 14 1 - 12 28
ST16 - - - - - - - 1 1
JUMLAH GARDU 44 39 17 74 26 80 108 20 408
KVA TRAFO 25 4 - 1 - - - 5 - 10
50 15 6 5 5 - 6 34 1 72
100 16 16 8 33 - 28 46 - 147
160 5 7 3 20 1 19 13 1 69
200 1 3 - 4 3 2 2 - 15
250 2 4 - 8 6 21 5 5 51
315 - 3 - 3 5 2 1 2 16
400 1 - - 1 9 1 2 10 24
630 - - - - 2 1 - 1 4
JUMLAH KVA TERPASANG 4.300 5.465 1.555 10.895 8.695 13.450 11.270 6.720 62.350

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
74

Lampiran 2. Data Aset SUTM Rayon Garut Kota

URAIAN UKURAN CGSO CLWU DSKT INTI INTU SUCI MGWT TLBS JUMLAH
Panjang SUTM A3C 150 4,718 10,865 5,846 - - 19,563 25,227 0,0480 66,267
A3C 70 22,469 - 5,566 0,488 - 2,648 27,647 - 58,818
A3C 35 0,860 4,144 2,283 - - 1,374 10,700 - 19,361
A3CS 150 3,582 8,968 0,533 22,453 1,050 12,947 27,161 0,576 77,270
A3CS 70 - - - 16,501 - 0,778 2,922 - 20,201
XLPE 150 - - - 0,452 1,952 0,022 - - 2,426
TOTAL (Kms) 31,753 24,120 14,309 39,988 31,282 38,365 93,771 14,482 288,070

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
75

Lampiran 3. Data Aset Tiang Rayon Garut Kota

URAIAN UKURAN CGSO CLWU DSKT INTI INTU SUCI MGWT TLBS JUMLAH
JENIS TIANG BETON - 4 - - - - - - 4
BETON BULAT 460 487 120 530 2 505 1.055 27 3.186
BETON PERSEGI 149 300 130 46 - 219 - 7 851
BESI 23 21 18 319 30 156 474 3 1.044
BETON 2 - 1 1 2 - - 287 - 291
JUMLAH TIANG 11/350 DAN - - - - - 2 - - 2
11/200 DAN 532 428 249 296 31 553 1.472 32 3.593
9/200 DAN 96 77 19 298 1 163 258 - 912
13/350 DAN 4 45 1 303 - 162 86 5 606
TOTAL 632 550 269 897 32 880 1.816 37 5.113
ACC SUTM TRVERS TUMPU 1.8 443 346 183 678 26 590 1.373 19 3.658
TRVERS D. TUMPU 2.0 33 11 9 39 - 37 112 1 242
TRVERS AFSPAN 1.8 73 79 48 169 7 171 202 16 765
TRVERS AFSPAN 2.5 31 16 11 12 - 20 47 1 138
TRVERS AFSPAN 3.0 48 5 4 8 - 6 40 - 111
TRAVERS V - - 1 - - - - - 1
ISOLATOR AFSPAN 732 426 246 747 21 747 1.281 57 4.257
ISOLATOR TUMPU 1.587 1.161 634 2.384 79 2.106 4.946 64 12.961

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
76

(Sambungan) Lampiran 3

URAIAN UKURAN CGSO CLWU DSKT INTI INTU SUCI MGWT TLBS JUMLAH
ACC SUTM CUT OUT 42 39 21 102 3 153 42 - 402
ARRESTER 75 9 27 6 12 30 54 42 255
PENTANAHAN TM 13 11 8 9 4 25 30 15 115
KABEL NAIK/TURUN 1 3 1 2 4 10 6 14 41
LBS/PTS - 4 3 4 - 4 5 1 21
RECLOSER 1 1 1 1 - - 1 - 5

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
77

Lampiran 4. Impedansi Penghantar

Tahanan (R) dan Reaktansi (XL) Penghantar AAAC Tegangan 20 kV


(Dikutip dari SPLN: 1985)
Luas Jari-jari U GMR Impedansi Impedansi
Penampang (mm) (rat) (mm) Urutan Positif Urutan Nol
2)
(mm (Ohm/km) (Ohm/km)
16 2,2563 7 1,6380 2,0161 + j 0,4036 2,1641 + j 1,6911
25 2,8203 7 2,0475 1,2903+ j 0,3895 1,4384 + j 1,6770
35 3,3371 7 2,4227 0,9217 + j 0,3790 1,0697 + j 1,6665
50 3,9886 7 2,8957 0,6452 + j 0,3678 0,7932 + j 1,6553
70 4,7193 7 3,4262 0,4608 + j 0,3572 0,6088 + j 1,6447
95 5,4979 19 4,1674 0,3096 + j 0,3449 0,4876+ j 1,6324
120 6,1791 19 4,6837 0,2688 + j 0,3376 0,4168 + j 1,6324
150 6,9084 19 5,2365 0,2162 + j 0,3305 0,3631 + j 1,6180
185 7,6722 19 5,8155 0,1744 + j 0,3239 0,3224+ j 1,6114
240 8,7386 19 6,6238 0,1344 + j 0,3158 0,2824 + j 1,6034

Impedansi Kabel Tanah Dengan Penghantar Aluminium


Luas R L C Impedansi Impedansi
Penampang (Ohm/km) (mH/km) (pf/km) Urutan Positif Urutan Nol
2)
(mm (Ohm/km) (Ohm/km)
150 0,206 0,33 0,26 0,206 + j 0,104 0,356 + j 0,312
240 0,125 0,31 0,31 0,125 + j 0,097 0,275 + j 0,290
300 0,100 0,30 0,34 0,100 + j 0,094 0,250 + j 0,282

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
78

Lampiran 5. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2012

Durasi kwH Tak


No. Tanggal Penyulang Amp Rupiah
(mnt) tersalurkan

1 01/01/2012 CGSO 32 3 47,1 32.233


2 13/04/2012 CGSO 32 3 47,1 32.233
3 18/05/2012 TLBS 152 4 298,0 204.145
4 02/06/2012 CGSO 30 4 58,8 40.292
5 19/06/2012 TLBS 195 48 4.588,0 3.142.753
6 26/06/2012 CGSO 35 5 85,8 58.759
7 27/06/2012 DSKT 185 4 362,7 248.465
8 03/07/2012 INTU 98 41 1.969,5 1.349.100
9 12/07/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
10 08/08/2012 DSKT 212 4 415,7 284.728
11 10/08/2012 DSKT 185 4 362,7 248.465
12 12/08/2012 DSKT 128 4 251,0 171.911
13 21/08/2012 CGSO 61 3 89,7 61.445
14 21/08/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
15 25/08/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
16 25/08/2012 DSKT 201 3 295,6 202.466
17 25/08/2012 CGSO 74 2 72,5 49.693
18 31/08/2012 CGSO 30 4 58,8 40.292
19 31/08/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
20 31/08/2012 CGSO 32 5 78,4 53.722
21 08/09/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
22 24/09/2012 DSKT 201 4 394,1 269.954
23 28/10/2012 CGSO 32 4 62,7 42.978
24 03/11/2012 DSKT 206 5 504,9 345.837
25 09/11/2012 CGSO 32 3 47,1 32.233
26 09/11/2012 TLBS 152 5 372,5 255.181
TOTAL 182 760.681,0 521.066.485

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
79

Lampiran 6. Kerugian PLN Rayon Garut Kota Akibat Layang-Layang Th. 2013

Durasi kwH tak


No. Tanggal Penyulang Amp Rupiah
(mnt) tersalurkan

1 19/02/2013 CGSO 32 110 1.725,4 1.233.651


2 26/04/2013 CGSO 32 5 78,4 56.075
3 03/05/2013 INTI 195 20 1.911,7 1.366.830
4 14/05/2013 INTU 80 30 1.176,4 841.126
5 22/05/2013 INTU 85 15 625,0 446.848
6 22/05/2013 SUCI 158 10 774,5 553.741
7 29/05/2013 SUCI 30 18 264,7 189.253
8 01/06/2013 MGWT 20 5 49,0 35.047
9 09/06/2013 SUCI 136 4 266,7 190.655
10 10/06/2013 SUCI 142 5 348,0 248.833
11 15/06/2013 INTI 175 23 1.972,9 1.410.638
12 19/06/2013 SUCI 158 6 464,7 332.245
13 21/06/2013 MGWT 11 6 32,4 23.131
14 21/06/2013 MGWT 13 3 19,1 13.668
15 22/06/2013 MGWT 15 4 29,4 21.028
16 01/07/2013 SUCI 158 5 387,2 276.871
17 07/07/2013 INTI 216 11 1.164,6 832.715
18 08/07/2013 MGWT 22 5 53,9 38.552
19 08/07/2013 DSKT 124 6 364,7 260.749
20 19/07/2013 MGWT 15 5 36,8 26.285
21 20/07/2013 MGWT 16 5 39,2 28.038
22 27/07/2013 MGWT 12 3 17,6 12.617
23 03/08/2013 CGSO 32 5 78,4 56.075
24 04/08/2013 MGWT 11 40 215,7 154.206
25 04/08/2013 SUCI 190 28 2.607,7 1.864.496
26 08/08/2013 MGWT 11 32 172,5 123.365
27 09/08/2013 CGSO 35 34 583,3 417.058
28 11/08/2013 CGSO 32 7 109,8 78.505

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
80

(Sambungan) Lampiran 6

Durasi kwH tak


No. Tanggal Penyulang Amp Rupiah
(mnt) tersalurkan
29 11/08/2013 DSKT 185 14 1.269,5 907.715
30 13/08/2013 SUCI 176 22 1.897,9 1.357.017
31 17/08/2013 SUCI 145 3 213,2 152.454
32 26/08/2013 MGWT 11 36 194,1 138.786
33 27/08/2013 MGWT 11 30 161,8 115.655
34 29/08/2013 MGWT 22 52 560,8 400.937
35 30/08/2013 CGSO 32 7 109,8 78.505
36 31/08/2013 INTI 121 4 237,2 169.627
37 01/09/2013 MGWT 10 21 102,9 73.599
38 02/09/2013 MGWT 13 67 426,9 305.259
39 03/09/2013 MGWT 11 35 188,7 134.931
40 06/09/2013 TLBS 145 50 3.553,7 2.540.901
41 06/09/2013 CGSO 75 43 1.580,8 1.130.263
42 08/09/2013 CGSO 32 16 251,0 179.440
43 09/09/2013 CGSO 75 5 183,8 131.426
44 14/09/2013 SUCI 136 67 4.466,4 3.193.475
45 15/09/2013 CGSO 32 26 407,8 291.590
46 20/09/2013 MGWT 20 18 176,5 126.169
47 21/09/2013 CGSO 35 11 188,7 134.931
48 22/09/2013 SUCI 136 26 1.733,2 1.239.259
49 24/09/2013 CGSO 32 3 47,1 33.645
50 25/09/2013 SUCI 136 15 999,9 714.957
51 29/09/2013 CGSO 30 6 88,2 63.084
52 06/10/2013 CGSO 32 4 62,7 44.860
53 13/10/2013 CGSO 34 7 116,7 83.412
54 15/10/2013 CGSO 32 6 94,1 67.290
55 16/10/2013 SUCI 145 15 1.066,1 762.270
56 17/10/2013 SUCI 187 6 550,0 393.226
57 18/10/2013 SUCI 135 10 661,7 473.133

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
81

(Sambungan) Lampiran 6

Durasi kwH tak


No. Tanggal Penyulang Amp Rupiah
(mnt) tersalurkan
58 19/10/2013 DSKT 212 26 2.701,8 1.931.786
59 19/10/2013 INTI 130 5 318,6 227.805
60 21/10/2013 CGSO 30 30 441,2 315.422
61 24/10/2013 SUCI 130 18 1.147,0 820.098
62 29/10/2013 MGWT 27 46 608,8 435.283
63 01/11/2013 CGSO 32 12 188,2 134.580
64 10/11/2013 SUCI 198 23 2.232,2 1.596.037
65 10/11/2013 MGWT 25 71 870,0 622.083
66 28/11/2013 CGSO 75 30 1.102,9 788.556
TOTAL 1336 46.771,7 33.441.768

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
82

Lampiran 7. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2012

Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI


Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan Total
Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
Januari SR & APP 127 28,57 167 0,207768 0,017314 0,046739714 0,003894976
SUTR 2 0,42 6 0,000118 9,8E-06 2,46865E-05 2,05721E-06
SUTM 16 3,5 3095 0,48511 0,040426 0,106117751 0,008843146
Februari SR & APP 115 25,78 153 0,172365 0,014364 0,038639694 0,003219975
SUTR 8 1,9 23 0,001803 0,00015 0,000428096 3,56746E-05
SUTM 3 0,32 266 0,007817 0,000651 0,000833856 6,9488E-05
Maret SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 4 1,57 798 0,03127 0,002606 0,012273315 0,001022776
April SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 3 0,6 798 0,023452 0,001954 0,004690439 0,00039087
Mei SR & APP 129 27,05 140 0,17692 0,014743 0,037098354 0,00309153
SUTR 10 2,52 47 0,004604 0,000384 0,001160266 9,66889E-05
SUTM 12 26,67 1934 0,227351 0,018946 0,505287813 0,042107318

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
83

(Sambungan) Lampiran 7
Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI
Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan
Total Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
Juni SR & APP 114 33,95 133 0,148531 0,012378 0,044233444 0,00368612
SUTR 9 2,25 33 0,002909 0,000242 0,000727371 6,06142E-05
SUTM 18 3,87 3114 0,549099 0,045758 0,11805623 0,009838019
SKTM 1 0,8 1 9,8E-06 8,16E-07 7,83699E-06 6,53083E-07
Juli SR & APP 137 24,55 144 0,19326 0,016105 0,034631661 0,002885972
SUTR 13 4,83 45 0,005731 0,000478 0,002129212 0,000177434
SUTM 23 10,3 2372 0,534444 0,044537 0,239337774 0,019944815
Agustus SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 17 2,2 798 0,132896 0,011075 0,017198276 0,00143319
September SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 6 1,4 798 0,046904 0,003909 0,010944357 0,00091203
Oktober SR & APP 113 20,85 129 0,1428 0,0119 0,026348452 0,002195704
SUTR 49 7,5 49 0,023521 0,00196 0,003600118 0,00030001
SUTM 8 3,27 798 0,062539 0,005212 0,025562892 0,002130241

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
84

(Sambungan) Lampiran 7

Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI


Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan
Total Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
November SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 8 2,97 798 0,062539 0,005212 0,023217672 0,001934806
Desember SR & APP 157 31,9 209 0,321444 0,026787 0,0653125 0,005442708
SUTR 36 6,08 41 0,014459 0,001205 0,002442006 0,000203501
SUTM 3 0,6 798 0,023452 0,001954 0,004690439 0,00039087
TOTAL 2106 466,12 18937 5,282631 0,440219 1,710506759 0,14254223

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
85

Lampiran 8. Rincian Nilai SAIFI dan SAIDI Rayon Garut Kota Tahun 2013

Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI


Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan
Total Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
Januari SR & APP 122 34,95 145 0,129971 0,010831 0,037233574 0,003102798
SUTR 14 3,67 50 0,005143 0,000429 0,001348204 0,00011235
SUTM 7 1,73 869 0,044693 0,003724 0,011045501 0,000920458
Februari SR & APP 138 39,2 145 0,147017 0,012251 0,041761261 0,003480105
SUTR 8 2,35 27 0,001587 0,000132 0,000466177 3,88481e-05
SUTM 9 2,17 1455 0,096211 0,008018 0,023197558 0,00193313
Maret SR & APP 155 369,52 258 0,293813 0,024484 0,700450087 0,058370841
SUTR 18 4,78 274 0,036236 0,00302 0,009622723 0,000801894
SUTM 9 2,48 1008 0,066653 0,005554 0,018366726 0,001530561
April SR & APP 159 145,08 395 0,461438 0,038453 0,421040799 0,035086733
SUTR 12 3,17 94 0,008288 0,000691 0,002189307 0,000182442
SUTM 16 4,57 788 0,092633 0,007719 0,026458301 0,002204858
Mei SR & APP 156 47,62 221 0,253301 0,021108 0,077321666 0,006443472
SUTR 10 3,7 158 0,011609 0,000967 0,00429515 0,000357929
SUTM 9 2,58 557 0,036831 0,003069 0,010558311 0,000879859

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
86

(Sambungan) Lampiran 8
Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI
Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan
Total Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
Juni SR & APP 154 47,5 227 0,256842 0,021404 0,07922076 0,00660173
SUTR 10 2,7 217 0,015943 0,001329 0,004304701 0,000358725
SUTM 11 2,58 503 0,040652 0,003388 0,009534704 0,000794559
Juli SR & APP 195 39,07 247 0,353876 0,02949 0,070902231 0,005908519
SUTR 374 74,37 484 1,329954 0,110829 0,264461637 0,02203847
SUTM 9 1,8 2395 0,158368 0,013197 0,03167361 0,002639467
Agustus SR & APP 261 48,26 313 0,600212 0,050018 0,110981654 0,009248471
SUTR 38 6,75 43 0,012005 0,001 0,002132513 0,000177709
TRAFO 34 5,82 34 0,008493 0,000708 0,001453856 0,000121155
SUTM 20 9,8 798 0,117261 0,009772 0,057457735 0,004788145
September SR & APP 157 31,9 209 0,241082 0,02009 0,048984255 0,004082021
SUTR 36 6,08 41 0,010844 0,000904 0,0018315 0,000152625
SUTM 18 7,4 798 0,105535 0,008795 0,043386453 0,003615538
Oktober SR & APP 155 369,52 258 0,293813 0,024484 0,700450087 0,058370841
SUTR 18 4,78 274 0,036236 0,00302 0,009622723 0,000801894
SUTM 17 4,9 1008 0,125901 0,010492 0,036289096 0,003024091

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
87

(Sambungan) Lampiran 8

Bulan Penyebab Jumlah Lama Jumlah SAIFI SAIDI


Pemadaman Gangguan Padam Pelanggan
Total Rata-rata Total Rata-rata
(Kali) (Jam) Padam
November SR & APP 159 145,08 395 0,461438 0,038453 0,421040799 0,035086733
SUTR 12 3,17 94 0,008288 0,000691 0,002189307 0,000182442
SUTM 16 4,57 788 0,092633 0,007719 0,026458301 0,002204858
Desember SR & APP 156 47,62 221 0,253301 0,021108 0,077321666 0,006443472
SUTR 10 3,7 158 0,011609 0,000967 0,00429515 0,000357929
SUTM 9 4,6 557 0,036831 0,003069 0,018824895 0,001568741
TOTAL 2711 1539,54 16506 6,256541 0,521378 3,408172982 0,284014415

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
88

Lampiran 9. Diagram Garis Tunggal Penyulang Desa Kolot (DSKT)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
89

Lampiran 10. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cilawu (CLWU)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
90

Lampiran 11. Diagram Garis Tunggal Penyulang Margawati (MGWT)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
91

Lampiran 12. Diagram Garis Tunggal Penyulang Cigasong (CGSO)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
92

Lampiran 13. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Tiga (INTI)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
93

Lampiran 14. Diagram Garis Tunggal Penyulang Intan Satu (INTU)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
94

Lampiran 15. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
95

Lampiran 16. Diagram Garis Tunggal Penyulang Talaga Bodas (TLBS)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
96

Lampiran 17. Konstruksi Pemasangan Ground Steel Wire (GSW)

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
97

Lampiran 18. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2012
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
1 01/01/2012 CGSO 38 22 OCRM 14:02 14:05 3 0 1 1330 1210 309 26,18 1330 LAYANG2/UMBUL2
2 08/01/2012 INTU 118 0 GFTD 4:55 5:00 5 0 1 628,5 155 110 517,4 628,5 ALAM
3 24/01/2012 CGSO 190 0 BC 13:58 14:02 4 0 1 274,1 32,5 288,3 8,97 288,3 ALAM
4 24/01/2012 CGSO 62 0 OCRM 23:44 23:47 3 0 1 1947 1945 67,12 91,93 1947 ALAM
5 25/01/2012 CGSO 40 20 OCRM 9:03 9:07 4 0 1 1411 1389 38,62 0,73 1411 ALAM
6 26/01/2012 CGSO 17 19 OCRM 12:24 12:27 3 0 1 107,6 1308 1249 1,19 1308 ALAM
7 26/01/2012 DSKT 80 0 OCRM 12:32 12:48 16 1 1 4953 4923 83,5 4,51 4953 ALAM
8 26/01/2012 DSKT OCRM 13:14 13:18 4 0 1 5359 5377 8 1,09 5377 ALAM
9 25/02/2012 CGSO 64 30 OCRM 18:20 18:25 5 0 1 85,5 123 813,7 628 813,7 ALAM
10 26/02/2012 DSKT 105 0 OCRM 10:53 11:03 10 1 1 4112 4047 107,5 429 4112 ALAM
11 28/02/2012 CGSO 105 0 OCTD 14:48 14:52 4 0 1 0 PH 3/BINATANG
12 01/03/2012 CGSO 28 0 OCRM 14:50 14:55 5 0 1 24 1872 1847 22,37 1872 ALAM
13 21/03/2012 TLBS GFTD 17:43 18:25 42 1 1 427 339 334 227,5 427 KOMP_JTM
14 23/03/2012 TLBS 72 BC 17:08 17:12 4 0 1 185 120 168 0,85 185 ALAM
15 26/03/2012 TLBS 250 GFTD 20:02 20:45 43 1 1 744,5 249 238 520,7 744,5 KOMP_JTM
16 13/04/2012 CGSO 42 26 OCRM 15:57 16:00 3 0 1 1050 34 77 12,43 1050 LAYANG2/UMBUL2
17 16/04/2012 CGSO 58 0 OCRM 3:00 3:04 4 0 1 1212 1444 1204 29,8 1444 ALAM
18 07/05/2012 TLBS 167 16 OCRM 13:36 13:40 4 0 1 207 4364 4021 0,98 4364 KOMP_JTM
19 18/05/2012 TLBS 170 17 OCRM 16:11 16:15 4 0 1 3096 248 3323 171,6 3323 LAYANG2/UMBUL2
20 20/05/2012 TLBS 250 0 GFTD 18:05 18:50 45 1 1 100 450 453,5 564 564 PH 3/BINATANG
21 02/06/2012 CGSO 36 0 OCRM 12:14 12:18 4 0 1 36 1213 1194 1 1213 LAYANG2/UMBUL2
22 07/06/2012 TLBS 65 27 OCTD 8:10 9:00 50 1 1 2656 2739 2665 6,95 2739 KOMP_JTM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
98

(Sambungan) Lampiran 18
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
23 07/06/2012 INTI 170 43 OCRM 8:10 8:13 3 0 1 2218 2667 1804 16,84 2667 KOMP_JTM
24 19/06/2012 TLBS 252 0 GFTD 20:12 21:00 48 1 1 378 320 817 433,5 817 LAYANG2/UMBUL2
25 26/06/2012 CGSO 162 48 BC 16:58 17:03 5 0 1 54,37 159,7 151,5 0,73 159,7 LAYANG2/UMBUL2
26 27/06/2012 DSKT 117 119 OCRM 16:54 16:58 4 0 1 5824 5820 135 37,35 5824 LAYANG2/UMBUL2
27 03/07/2012 INTU 195 0 GFTD 17:34 18:15 41 1 1 227,5 189,5 850 652,4 850 LAYANG2/UMBUL2
28 12/07/2012 CGSO 1592 0 OCRM 10:20 10:24 4 0 1 1592 1560 36,75 5,58 1592 LAYANG2/UMBUL2
29 27/07/2012 CGSO 54 30 OCRM 17:03 17:07 4 0 1 1657 1753 51,75 195,1 1753 POHON
30 29/07/2012 CGSO 54 0 OCRM 16:43 16:48 5 0 1 12,26 11,46 53,25 37,43 53,25 KOMP_JTM
31 08/08/2012 DSKT 137 0 OCRM 16:08 16:12 4 0 1 136 6785 6220 495 6785 LAYANG2/UMBUL2
32 10/08/2012 DSKT 142 11 OCRM 16:53 16:57 4 0 1 135,5 63,8 63,27 59 135,5 LAYANG2/UMBUL2
33 12/08/2012 DSKT 106 93 OCRM 8:56 9:00 4 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
34 14/08/2012 CGSO 33 0 OCRM 12:55 12:59 4 0 1 0 PERALATAN_JTM
35 14/08/2012 CGSO 51 0 OCRM 17:05 17:09 4 0 1 1380 1310 52,5 70,58 1380 PERALATAN_JTM
36 18/08/2012 TLBS 234 0 GFTD 22:04 22:30 26 1 1 500 401 1272 827 1272 KOMP_JTM
37 20/08/2012 TLBS 75 139 BC 10:20 10:24 4 0 1 129,5 119,5 74 0,73 129,5 PERALATAN_JTM
38 21/08/2012 CGSO 67 0 OCRM 6:12 6:15 3 0 1 61 1905 1874 21,97 1905 LAYANG2/UMBUL2
39 21/08/2012 CGSO 30 0 OCRM 10:32 10:36 4 0 1 66 1891 1882 26,26 1891 LAYANG2/UMBUL2
40 24/08/2012 INTU 206 0 GFTD 20:24 21:11 47 1 1 175,5 663,5 224 448,1 663,5 PERALATAN_JTM
41 24/08/2012 TLBS 48 42 BC 21:22 21:28 6 1 1 69 109 105 0,85 109 PERALATAN_JTM
42 25/08/2012 CGSO 38 0 OCRM 13:12 13:16 4 0 1 1293 1272 37,5 0,57 1293 LAYANG2/UMBUL2
43 25/08/2012 DSKT 120 0 OCRM 17:00 17:03 3 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
44 25/08/2012 CGSO 46 0 OCRM 17:45 17:48 2 0 1 1257 1925 1678 25,87 1925 LAYANG2/UMBUL2

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
99

(Sambungan) Lampiran 18
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
45 31/08/2012 CGSO 38 0 OCRM 13:07 13:11 4 0 1 2643 2526 40,5 158 2643 LAYANG2/UMBUL2
46 31/08/2012 CGSO BC 15:31 15:35 4 0 1 31,2 29,62 1,87 0,91 31,2 LAYANG2/UMBUL2
47 31/08/2012 CGSO BC 15:53 15:58 5 0 1 31,12 30,75 1,87 0,91 31,12 LAYANG2/UMBUL2
48 06/09/2012 CLWU 243 128 GFTD 22:11 22:15 4 0 1 475 13,5 12 436 475 KOMP_JTM
49 06/09/2012 CLWU 128 128 GFTD 22:15 23:24 69 1 1 0 KOMP_JTM
50 06/09/2012 INTI 128 128 GFTD 22:41 22:43 2 0 1 0 KOMP_JTM
51 08/09/2012 CGSO 40 0 OCRM 16:30 16:34 4 0 1 1653 1642 43,87 10,6 1653 LAYANG2/UMBUL2
52 08/09/2012 CGSO 32 0 OCRM 17:23 17:26 3 0 1 1150 921,7 35 66,1 1150 PERALATAN_JTM
53 24/09/2012 DSKT 132 0 OCRM 17:16 17:20 4 0 1 3621 1278 4690 21,48 4690 LAYANG2/UMBUL2
54 07/10/2012 DSKT 0 OCRM 8:18 8:21 3 0 1 6773 1105 123 1 6773 KOMP_JTM
55 08/10/2012 INTU 234 0 GFTD 18:55 20:05 70 1 1 287,2 217,5 509 237,5 509 PERALATAN_JTM
56 13/10/2012 DSKT 118 0 OCRM 10:14 10:55 41 1 1 105 5749 6062 494,1 6062 PERALATAN_JTM
57 15/10/2012 DSKT 123 8 OCRM 9:02 9:23 21 1 1 107,5 5096 5010 5,12 5096 POHON
58 18/10/2012 CLWU 230 0 GFTD 21:50 22:08 18 1 1 219,5 224,5 994 774,2 994 KOMP_JTM
59 18/10/2012 INTU 147 0 GFTD 23:28 23:52 24 1 1 526 159 126,5 403,7 526 PERALATAN_JTM
60 22/10/2012 INTU 195 0 OCRM 17:55 18:10 15 1 1 3029 584 3057 390,3 3057 PERALATAN_JTM
61 28/10/2012 CGSO 42 0 OCRM 14:13 14:17 4 0 1 1288 1273 44,2 1,09 1288 LAYANG2/UMBUL2
62 03/11/2012 DSKT 136 160 OCRM 17:28 17:33 5 0 1 3621 1278 4680 421,4 4680 LAYANG2/UMBUL2
63 07/11/2012 DSKT 0 OCRM 16:13 16:16 3 0 1 773 6710 121 759,2 6710 ALAM
64 09/11/2012 CGSO 43 2 OCRM 10:43 10:46 3 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
65 09/11/2012 TLBS 175 17 OCRM 15:50 15:55 5 0 1 343,2 218,5 3659 163,8 3659 LAYANG2/UMBUL2
66 18/11/2012 DSKT 131 0 OCRM 14:46 14:50 4 0 1 117,5 5749 6062 494,1 6062 KOMP_JTM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
100

(Sambungan) Lampiran 18
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
67 19/11/2012 TLBS 104 OCGFM 8:55 9:20 25 1 1 0 PERALATAN_JTM
68 26/11/2012 CGSO 93 68 OCRM 20:23 22:36 133 1 1 2995 2392 90,75 601,2 2995 PERALATAN_JTM
69 30/11/2012 CLWU 246 0 OCRM 16:47 17:04 17 1 1 266 6338 6138 1,58 6338 KOMP_JTM
70 08/12/2012 CGSO 254 0 OCRM 14:20 14:42 22 1 1 2460 2675 264,7 452 2675 KOMP_JTM
71 16/12/2012 CGSO 47 0 OCRM 14:57 15:00 3 0 1 1295 771,3 705,3 900,2 1295 ALAM
72 28/12/2012 TLBS 197 25 OCRM 18:55 19:04 9 2 1 262 4425 4251 0,61 4425 KOMP_JTM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
101

Lampiran 19. Data Padam Akibat Gangguan Penyulang Rayon Garut Kota Tahun 2013

Beban Jam Waktu Arus Gangguan


No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
1 07/01/2013 CGSO 43 0 OCRM 14:09 14:18 9 1 1 0 ALAM
2 09/01/2013 TLBS 227 OCRM 19:50 19:56 6 1 1 338 4136 3950 0,73 4136 ALAM
3 09/01/2013 CGSO 61 35 OCRM 23:14 23:19 5 1 1 1983 1978 58,2 0,64 1983 ALAM
4 10/01/2013 DSKT 155 81 GFM 12:35 13:23 48 1 1 0 POHON
5 26/01/2013 INTI 135 0 BC 15:21 16:28 67 1 1 168,5 168,5 6,5 2,31 168,5 KOMP_JTM
6 03/02/2013 DSKT 190 0 OCTD 17:21 17:35 14 1 1 637 0 639 0,12 639 KOMP_JTM
7 03/02/2013 INTI 87 GFTD 17:52 18:20 28 1 1 130 140 255 122,5 255 POHON
8 03/02/2013 MGWT 18 17 GFTD 17:27 18:30 63 1 1 670 19 19 651 670 ALAM
9 09/02/2013 DSKT 119 OCRM 13:31 13:40 9 1 1 0 ALAM
10 10/02/2013 CGSO BC 12:22 12:38 16 1 1 25,5 39 36 0 39 KOMP_JTM
11 19/02/2013 CGSO 38 OCRM 14:05 15:55 110 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2
12 08/03/2013 SUCI 180 57 GFTD 15:21 17:32 131 1 1 272,9 30 42,6 213 272,9 ALAM
13 13/03/2013 CGSO 29 0 OCRM 13:29 13:32 3 0 1 0 ALAM
14 14/03/2013 SUCI 232 26 GFTD 18:18 18:25 7 1 1 733 238 240 525,1 733 PH3/BINATANG
15 15/03/2013 SUCI 212 285 GFTD 19:21 20:22 61 1 1 292 260 621 421,6 621 KOMP_JTM
16 21/03/2013 MGWT 10 OCTD 13:57 14:00 3 0 1 0 ALAM
17 26/03/2013 CLWU 159 0 GFTD 12:14 12:36 22 1 1 678,5 223,5 210 510,1 678,5 KOMP_JTM
18 29/03/2013 MGWT 11 9 OCTD 15:40 15:42 2 0 1 14 1753 1743 0,6 1753 PH3/BINATANG
19 29/03/2013 MGWT 11 GFTD 16:40 16:43 3 0 1 0 POHON
20 31/03/2013 SUCI 16 160 OCTD 15:42 15:46 4 0 1 1280 1328 1286 0 1328 ALAM
21 31/03/2013 MGWT 15 OCTD 2:49 2:55 9 1 1 2924 2315 2940 24 2940 ALAM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
102

(Sambungan) Lampiran 19
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
22 07/04/2013 CLWU 220 11 OCTD 15:36 16:05 29 1 1 278 2081 1912 0,12 2081 POHON
23 11/04/2013 SUCI 137 158 GFTD 0:43 0:46 3 0 1 0 ALAM
24 11/04/2013 SUCI 147 134 GFTD 3:23 3:31 8 1 1 0 ALAM
25 20/04/2013 MGWT 24 22 GFTD 18:10 18:14 4 0 1 0 POHON
26 23/04/2013 MGWT 21 20 GFTD 19:05 20:30 85 1 1 25 23 606 582,4 606 KOMP_JTM
27 26/04/2013 CGSO 38 OCRM 15:30 15:35 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
28 03/05/2013 INTI 142 OCRM 17:31 17:51 20 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2
29 14/05/2013 INTU 82 0 GFTD 8:45 9:15 30 1 1 135 102,5 595,5 438,5 595,5 LAYANG2/UMBUL2
30 22/05/2013 INTU 136 11 GFTD 15:15 15:30 15 1 1 152 124 451 332 451 LAYANG2/UMBUL2
31 22/05/2013 SUCI 227 242 GFTD 22:15 22:25 10 1 1 222 482 226 276 482 LAYANG2/UMBUL2
32 22/05/2013 SUCI 227 242 GFTD 22:41 22:45 4 0 1 0 KOMP_JTM
33 23/05/2013 SUCI 184 190 GFTD 6:35 6:44 9 1 1 443 181 180 281 443 KOMP_JTM
34 26/05/2013 MGWT 30 0 OCRM 18:45 18:50 5 0 1 394 29 23 370 394 ALAM
35 29/05/2013 SUCI 181 183 GFTD 12:18 12:36 18 1 1 34,5 3,95 86,5 5,12 86,5 LAYANG2/UMBUL2
36 01/06/2013 MGWT 10 10 OCTD 11:39 11:44 5 0 1 3032 2734 2268 0 3032 LAYANG2/UMBUL2
37 02/06/2013 SUCI 265 245 BC 19:10 20:17 67 1 1 4 240 237 3,17 240 ALAM
38 03/06/2013 SUCI 67 39 OCTD 9:00 9:29 29 1 1 1317 1903 252 0,24 1903 ALAM
39 09/06/2013 SUCI 174 165 OCTD 11:35 11:39 4 0 1 221 1097 1227 121,7 1227 LAYANG2/UMBUL2
40 10/06/2013 SUCI 193 183 OCTD 14:55 15:00 5 0 1 237 1266 1163 0,24 1266 LAYANG2/UMBUL2
41 15/06/2013 INTI 164 0 GFM 17:07 17:30 23 1 1 252 139 2652 0,12 2652 LAYANG2/UMBUL2
42 18/06/2013 MGWT 10 9 GFTD 14:45 14:40 3 0 1 337 11 10 326,3 337 POHON
43 19/06/2013 SUCI 220 238 GFTD 5:49 5:55 6 1 1 228 512 233 299 512 LAYANG2/UMBUL2

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
103

(Sambungan) Lampiran 19
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
44 21/06/2013 MGWT 9 9 OCTD 15:22 15:28 6 1 1 1790 2022 1850 0 2022 LAYANG2/UMBUL2
45 21/06/2013 MGWT 10 10 OCRM 16:32 16:35 3 0 1 1746 14 1735 0 1746 LAYANG2/UMBUL2
46 22/06/2013 MGWT 12 11 OCTD 16:11 16:15 4 0 1 15 3047 3306 0 3306 LAYANG2/UMBUL2
47 29/06/2013 CGSO 31 30 OCRM 11:26 11:31 5 0 1 1635 37,5 1291 512,9 1635 KOMP_JTM
48 01/07/2013 SUCI OCTD 16:50 16:55 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
49 07/07/2013 SUCI 166 OCTD 10:15 10:27 12 1 1 1309 1339 1489 0 1489 KOMP_JTM
50 07/07/2013 INTI 0 OCRM 17:26 17:37 11 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2
51 08/07/2013 MGWT 15 12 OCTD 7:15 7:20 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
52 08/07/2013 DSKT 126 0 OCRM 10:45 10:51 6 1 1 3464 3888 3308 0,48 3888 LAYANG2/UMBUL2
53 18/07/2013 SUCI 176 175 GFTD 7:03 7:06 3 0 1 173 507 107 352 507 POHON
54 19/07/2013 MGWT 12 12 OCTD 16:16 16:21 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
55 20/07/2013 SUCI 169 216 GFTD 13:56 14:46 50 1 1 890 179 182 724 890 KOMP_JTM
56 20/07/2013 MGWT 11 10 OCTD 15:04 15:09 5 0 1 2101 2169 1825 0 2169 LAYANG2/UMBUL2
57 21/07/2013 CGSO 35 2 OCRM 7:31 7:34 3 0 1 33 1379 1457 136,7 1457 KOMP_JTM
58 21/07/2013 SUCI 150 156 GFTD 11:33 11:36 3 0 1 150 160 259 101,5 259 POHON
59 23/07/2013 CGSO OCRM 14:48 14:56 8 1 1 0 KOMP_JTM
60 27/07/2013 MGWT 124 GFTD 16:53 16:56 3 0 1 119,2 526,5 118,5 433,7 526,5 LAYANG2/UMBUL2
61 31/07/2013 SUCI 39 35 OCTD 8:32 8:37 5 0 1 1092 1561,6 941,6 0 1561,6 ALAM
62 03/08/2013 CGSO 31 2 OCRM 14:16 14:21 5 0 1 0 LAYANG2/UMBUL2
63 04/08/2013 MGWT 10 OCTD 14:04 14:44 40 1 1 2001 2206 1895 0 2206 LAYANG2/UMBUL2
64 04/08/2013 SUCI 201 40 OCTD 16:17 16:45 28 1 1 2665 238 3093 352,7 3093 LAYANG2/UMBUL2
65 08/08/2013 MGWT 10 OCTD 16:18 16:50 32 1 1 0 LAYANG2/UMBUL2

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
104

(Sambungan) Lampiran 19
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
66 09/08/2013 CGSO 33 OCRM 16:55 17:29 34 1 1 38,25 1474 1447 0,54 1474 LAYANG2/UMBUL2
67 11/08/2013 CGSO 36 0 OCRM 16:21 16:28 7 1 1 1187 1447 36,75 1 1447 LAYANG2/UMBUL2
68 11/08/2013 DSKT 129 2 OCRM 16:42 16:56 14 1 1 40,3 4,5 3,56 3,57 40,3 LAYANG2/UMBUL2
69 13/08/2013 SUCI 177 20 OCTD 15:28 15:50 22 1 1 221 1087 1017 0,27 1087 LAYANG2/UMBUL2
70 17/08/2013 SUCI 178 180 GFTD 9:10 9:13 3 0 1 176 562 176 198,6 562 LAYANG2/UMBUL2
71 22/08/2013 CLWU GFTD 10:14 12:59 165 1 1 6162 164,5 164,5 515,5 6162 KOMP_JTM
72 25/08/2013 SUCI 175 42 OCTD 12:40 13:20 40 1 1 184 1301 1308 0,24 1308 KOMP_JTM
73 25/08/2013 SUCI 42 GFTD 13:50 13:58 8 1 1 256 219 559 160,3 559 KOMP_JTM
74 26/08/2013 MGWT 63 0 OCTD 13:40 14:16 36 1 1 1777 1734 83 0 1777 LAYANG2/UMBUL2
75 27/08/2013 MGWT 68 10 GFTD 14:10 14:40 30 1 1 71 70 740 671 740 LAYANG2/UMBUL2
76 29/08/2013 MGWT 207 14 GFTD 16:28 17:20 52 1 1 417 82 82 341,2 417 LAYANG2/UMBUL2
77 29/08/2013 CLWU 217 BC 17:55 18:53 58 1 1 18,5 311,5 304,5 2,53 311,5 KOMP_JTM
78 29/08/2013 CLWU 18:58 19:00 2 0 1 0 KOMP_JTM
79 29/08/2013 CLWU 19:22 19:28 6 1 1 0 KOMP_JTM
80 30/08/2013 CGSO 38 0 OCRM 16:35 16:42 7 1 1 1102 1147 2391 655,4 2391 LAYANG2/UMBUL2
81 31/08/2013 INTI 130 15:35 15:39 4 0 1 129 2982 2908 0,12 2982 LAYANG2/UMBUL2
82 01/09/2013 MGWT 69 11 GFTD 15:10 15:31 21 1 1 75 74 745 675,8 745 LAYANG2/UMBUL2
83 02/09/2013 MGWT 11 14 OCTD 16:45 17:52 67 1 1 971 894 86 75,67 971 LAYANG2/UMBUL2
84 03/09/2013 MGWT 69 12 GFTD 15:09 15:44 35 1 1 80 1029 879 235 1029 LAYANG2/UMBUL2
85 06/09/2013 TLBS 26 8 GFTD 10:09 10:59 50 1 1 560 104 85 480 560 LAYANG2/UMBUL2
86 06/09/2013 CGSO 40 3 OCRM 17:28 18:11 43 1 1 495 1348 188,1 704,2 1348 LAYANG2/UMBUL2
87 08/09/2013 CGSO 38 0 OCRM 9:34 9:50 16 1 1 2083 1318 35,62 452,6 2083 LAYANG2/UMBUL2

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
105

(Sambungan) Lampiran 19
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
88 09/09/2013 CGSO OCRM 17:29 17:34 5 0 1 1023 1207 41,62 2,38 1207 LAYANG2/UMBUL2
89 14/09/2013 SUCI 76 45 GFTD 2:15 3:22 67 1 1 170 174 702 554 702 LAYANG2/UMBUL2
90 14/09/2013 SUCI 45 36 GFTD 3:35 3:50 15 1 1 95 95 649 569 649 KOMP_JTM
91 15/09/2013 SUCI 35 42 GFTD 5:08 5:18 9 1 1 103 101 642 555,8 642 KOMP_JTM
92 15/09/2013 CGSO 30 0 OCRM 15:25 15:51 26 1 1 38,25 1100 1008 2,47 1100 LAYANG2/UMBUL2
93 19/09/2013 SUCI 170 190 GFTD 12:44 12:55 11 1 1 175 182 482 251 482 KOMP_JTM
94 20/09/2013 MGWT 9 OCTD 15:51 16:09 18 1 1 2105 2215 194 0,24 2215 LAYANG2/UMBUL2
95 21/09/2013 CGSO OCRM 16:56 17:07 11 1 1 1029 1208 41,62 2,38 1208 LAYANG2/UMBUL2
96 22/09/2013 SUCI 171 40 OCTD 14:45 15:11 26 1 1 195 1398 1292 0,24 1398 LAYANG2/UMBUL2
97 24/09/2013 CGSO 37 OCRM 16:32 16:35 3 0 1 2154 549,7 1788 0,09 2154 LAYANG2/UMBUL2
98 25/09/2013 SUCI 188 40 GFTD 0:29 0:44 15 1 1 182 719 181 543,9 719 LAYANG2/UMBUL2
99 29/09/2013 CGSO 27 12 OCRM 12:06 12:12 6 1 1 1781 1105 35,25 998,7 1781 LAYANG2/UMBUL2
100 06/10/2013 CGSO 36 2 OCRM 12:45 12:49 4 0 1 36 142 1387 0,91 1387 KOMP_JTM
101 06/10/2013 CGSO 34 37 OCRM 14:41 14:45 4 0 1 34 1240 1226 0,49 1240 LAYANG2/UMBUL2
102 07/10/2013 SUCI 182 37 GFTD 2:35 3:00 25 1 1 528 176 175 376,1 528 KOMP_JTM
103 08/10/2013 SUCI 202 106 GFTD 14:15 14:29 14 1 1 202 605 209 424,2 605 KOMP_JTM
104 08/10/2013 SUCI 106 47 GFTD 14:30 15:35 65 1 1 682 110 2203 10,98 2203 KOMP_JTM
105 12/10/2013 SUCI 108 186 OCTD 11:24 11:32 8 1 1 1898 1852 1947 0 1947 KOMP_JTM
106 13/10/2013 CGSO 34 19 OCRM 15:00 15:07 7 1 1 32,12 2229 2203 10,98 2229 LAYANG2/UMBUL2
107 15/10/2013 CGSO 35 0 OCRM 14:32 14:38 6 1 1 1402 1306 36,75 30,85 1402 LAYANG2/UMBUL2
108 16/10/2013 SUCI 205 152 OCTD 9:30 9:45 15 1 1 1301 1198 260 0,29 1301 LAYANG2/UMBUL2
109 16/10/2013 SUCI 112 48 OCTD 17:22 17:40 5 0 1 1033 938 244 0 1033 KOMP_JTM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
106

(Sambungan) Lampiran 19
Beban Jam Waktu Arus Gangguan
No Tanggal Penyulang Indikasi Gangguan
Trip Masuk Trip Masuk (mnt) >5 Total R S T N Ig
110 17/10/2013 SUCI 179 OCTD 17:29 17:35 6 1 1 217 954 874 252 954 LAYANG2/UMBUL2
111 18/10/2013 SUCI 207 40 OCTD 14:30 14:40 10 1 1 268 1245 1435 0,24 1435 LAYANG2/UMBUL2
112 19/10/2013 DSKT 139 OCTD 16:29 16:55 26 1 1 6439 6187 133 207,8 6439 LAYANG2/UMBUL2
113 19/10/2013 INTI 163 106 GFTD 5:44 5:49 5 0 1 94,5 101,1 701 80,6 701 LAYANG2/UMBUL2
114 21/10/2013 CGSO 32 18 OCRM 13:53 14:23 30 1 1 213 210 331 0,364 331 LAYANG2/UMBUL2
115 24/10/2013 SUCI 157 41 GFTD 3:07 3:25 18 1 1 147 154 487 352 487 LAYANG2/UMBUL2
116 29/10/2013 MGWT 24 3 GFTD 21:00 21:46 46 1 1 22 20 262 239,9 262 LAYANG2/UMBUL2
117 01/11/2013 CGSO 32 0 OCRM 15:30 15:42 12 1 1 36,75 2100 1875 203,6 2100 LAYANG2/UMBUL2
118 10/11/2013 SUCI 144 185 OCTD 17:01 17:24 23 1 1 1302 1298 1108 0 1302 LAYANG2/UMBUL2
119 10/11/2013 MGWT 22 4 GFTD 18:16 19:27 71 1 1 22 221 250 228,7 250 LAYANG2/UMBUL2
120 16/11/2013 SUCI 224 117 GFTD 6:51 7:20 29 1 1 1107 2210 1319 168,9 2210 PH3/BINATANG
121 21/11/2013 SUCI 212 45 BC 15:34 15:55 21 1 1 246 44 256 2,92 256 KOMP_JTM
122 28/11/2013 CGSO 0 4 OCRM 17:39 18:09 30 1 1 12,78 12,5 6262 0,45 6262 LAYANG2/UMBUL2
123 28/11/2013 CGSO 0 4 OCRM 18:14 18:58 44 1 1 1500 18,03 78,37 581,8 1500 KOMP_JTM
124 02/12/2013 SUCI 176 0 OCGFM 13:44 15:32 108 1 1 0 199 201 451 451 KOMP_JTM
125 11/12/2013 CGSO 45 0 OCRM 16:13 16:39 26 1 1 2107 2007 47,62 4,79 2107 KOMP_JTM
126 14/12/2013 DSKT 134 0 OCRM 8:34 9:30 56 1 1 110,5 5179 5380 64,44 5380 POHON
127 22/12/2013 MGWT 24 0 GFTD 20:30 21:07 37 1 1 333 22 24 308,8 333 ALAM
128 27/12/2013 CGSO 41 3 OCRM 7:36 8:26 50 1 1 414 1399 39 0,45 1399 KOMP_JTM

Universitas Indonesia

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014
Lampiran 20. Peta Wilayah Rawan Ganggua

Analisis gangguan penyulang akibat ..., Isti Nurul Shofyah, FT UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai