Anda di halaman 1dari 24

A.

Lapis Permukaan Atas

1.Retak

Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan sehingga akan
menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke lapisan dibawahnya dan hal ini
merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/ parah suatu kerusakan (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007).
Di dalam pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap
material. Ketika pembebanan terjadi, ada konsentrasi tegangan yang lebih tinggi di sekitar
bagian tersebut, sehingga material tersebut tidak lagi memiliki distribusi tegangan yang
seragam dan terjadilah kerusakan/ retak pada bagian tersebut dan berkembang ke bagian yang
lainnya. Mekanika retak juga menggambarkan perkembangan retak tergantung pada sifat
material tersebut (Roque, 2010).
a. Jenis - jenis retak
Pengelompokan jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada retak bermacam-macam,
seperti jenis retak berdasarkan bentuk retak, penyebab terjadinya kerusakan retak, tingkat
keparahan retak, dan cara berkembangnya.
b. Berdasarkan bentuk retak
Departemen Pekerjaan Umum (2007) mengelompokkan jenis kerusakan retak
berdasarkan bentuknya menjadi:
1). Meander (meandering)
Yaitu retak yang terjadi berbentuk seperti sungai yang berkelok-kelok (meander).
Jenis retak yang termasuk dalam kerusakan ini adalah: retak halus (hair cracks).
a).Retak halus (hair cracks)
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah≤ 3
mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.

Akibat lanjutan:
a. Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan
menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
b. Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
Gambar 1.1 Retak Halus (Hair Cracks)
Hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan :
1. Ditambal atau di tutuo sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.
2. Garis (line)

Yaitu retak yang terjadi berbentuk garis dan dapat berupa memanjang (longitudinal),
melintang (transverse), dan diagonal. Jenis kerusakan retak yang termasuk dalam
kerusakan ini adalah: retak tepi (edge cracks), retak pertemuan perkerasan dan bahu (edge
joint cracks), retak sambungan jalan (lane joint cracks), dan retak sambungan pelebaran
(widening cracks).

a.Retak tepi (edge cracks)


Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi
tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks)
dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis
ekspansif clay pada tanah dasar .
2. Sokongan bahu samping kurang baik.
3. Drainase kurang baik.
4. Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada
tepi retak.

Gambar 1.2 Retak Tepi (Edge Cracks)


Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak mendukung
pinggir perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan
material baik yang dipadatkan .
2.Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan drainase.
3.Penambahan parsial .

b.Retak pertemuan perkerasan bahu (edge joint cracks)


Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
(longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.

Kemungkinan penyebab:
1. Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat
penurunan bahu.
2. Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
3. Drainase kurang baik.
4. Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
5. Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Akibat lanjutan:
a. Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan
akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan
berkendaraan.
b. Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan
larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan
pengisi .
2.Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).

c.Retak sambungan jalan (lane joint cracks)


Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan
berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas
beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Gambar 1.3 Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)


Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir
kedalam celah yang terjadi .

d.Retak sambungan pelebaran (widening cracks)


Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan
terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran.
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan
meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
1. Ikatan sambungan yang kurang baik.
2. Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan
lama.
Akibat lanjutan:
1. Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.

Gambar 1.4 Retak Sambungan Pelebaran (Widening Crack)


Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal
cair dan pasir.
3. Blok (block)

Yaitu retak yang saling berhubungan membentuk serangkaian blok, dengan bentuk
menyerupai persegi empat. Jenis kerusakan retak yang termasuk dalam kerusakan ini
adalah: retak refleksi (reflection cracks), dan retak susut (shrinkage cracks).
a.Retak refleksi (reflection cracks)

Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk


memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse
cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan
dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki
secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:

1. Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay)


sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
2. Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan
dengan struktur perkerasan.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.

Gambar 1.5 Retak Refleksi (Reflection Cracks)


Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan
emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan.
2.Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay) .
b.Retak susut (shrinkage cracks)

Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan
sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu
seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
1. Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan
penetrasi rendah.
2. Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
a. Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan
menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

Gambar 1.6 Retak Susut (Shrinkage Cracks)


Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan burtu .

4. Kulit buaya (crocodile)


Yaitu retak yang berbentuk kulit buaya. Jenis yang termasuk dalam kerusakan ini
adalah: retak kulit buaya (alligator cracks).

a. Retak kulit buaya (crocodile cracks)


Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan
crazing. Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkali membentuk serangkaian
kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam.
Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana
terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban
lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan
tersebut.
Kemungkinan penyebab:
1. Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
2. Pelapukan permukaan.
3. Air tanah pada badan perkerasan jalan.
4. Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
b. Berkembang menjadi lubang akibat dari pelepasan butir-butir.

Gambar 1.7 Retak Kulit Buaya (Crocodile Cracks)


Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :
1.Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm sebaiknya
bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapisan fondasi
tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi
dengan bahan yang sesuai.

5. Parabola
Yaitu retak yang berbentuk parabola. Jenis yang termasuk dalam kerusakan ini
adalah: retak selip (slipage cracks).

a. Retak selip (slippage cracks)


Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau
crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau
berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang
terjadi bersama dengan terbentuknya sungkur (shoving).
Kemungkinan penyebab:

1. Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang
disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
2. Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
3. Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
4. Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh
mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.

Akibat lanjutan:
a. Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan
mengganggu kenyamanan berkendaraan.
b. Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).

Gambar 1.8 Retak Selip (Slipage Cracks)


Hal yang dilakukaan dalam pemeliharaan :
1.Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan penambalan
permukaan .

B.Berdasarkan penyebab retak


Menurut Mamlouk (2006) berdasarkan penyebab terjadinya kerusakan retak, retak
dibagi menjadi 3 bagian:

1. Retak struktural (structural cracking)


Retak struktural yang disebut juga sebagai retak lelah (fatigue cracking) adalah
serangkaian retak memanjang dan saling berhubungan pada permukaan jalan yang
disebabkan oleh pembebanan yang berulang dari roda kendaraan. Jenis retak ini umumnya
dimulai sebagai retak longitudinal pendek di jalan dan berkembang menjadi retak berpola
kulit buaya (retak saling berhubungan). Jenis retak ini terjadi karena aksi lentur yang
berulang pada perkerasan saat beban diberikan. Hal ini menghasilkan tegangan tarik yang
akhirnya membuat retak pada bagian bawah lapisan aspal. Retak secara bertahap merambat
ke bagian atas lapisan dan kemudian berkembang dan saling berhubungan. Jenis kerusakan
ini akhirnya akan menyebabkan hilangnya integritas struktural dari sistem perkerasan.

Gambar 1.9 Retak Struktural (Fatigue Cracking)


2. Retak melintang akibat suhu ( transverse thermal cracking)
Retak ini terjadi karena perubahan suhu pada material perkerasan jalan. Karena material
ini digerus berulang akibat gaya gesekan dengan material lain, tegangan tarik berkembang
dalam material perkerasan. Jika tegangan tarik melebihi kekuatan tegangan tarik material,
maka retak thermal akan berkembang seperti Gambar 1.10. Retak thermal biasanya terjadi
dalam arah melintang dan tegak lurus dari arah arus lalu lintas. Jenis retak ini biasanya
memiliki jarak yang sama. Retak ini adalah jenis retak yang tidak berhubungan dengan beban
lalu lintas dan retak ini dimulai saat musim dingin. Lebar retak thermal biasanya mengalami
perubahan dari musim panas.

Gambar 1.10 Retak Thermal (Transverse Thermal Cracking)

3. Retak refleksi (reflection cracking)


Retak refleksi merupakan retak di bawah lapisan yang bisa terjadi overlay. Retak refleksi
sering terjadi di aspal overlay pada perkerasan beton dan cement treated basis. Mereka juga
terjadi ketika retak pada lapisan aspal yang lama tidak benar diperbaiki sebelum dioverlay.
Retak refleksi memiliki beberapa bentuk tergantung pada pola retak di lapisan bawahnya.
C. Berdasarkan tingkat keparahan (severity)
Menurut Metropolitan Transportation Commission (1986) berdasarkan tingkat keparahan,
retak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Ringan (low)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak halus yang saling
terhubung tanpa ada retakan yang pecah.

Gambar 1.11 Retak dengan Tingkat Keparahan Rendah

2. Sedang (medium)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak yang terhubung
membentuk kotak-kotak kecil dan pola retak sudah cukup kelihatan jelas karena
sudah terdapat retak yang mulai pecah.

Gambar 1.12 Retak dengan Tingkat Keparahan Sedang

3.Berat (high)
Kerusakan yang ditandai dengan serangkaian retak menyerupai kulit buaya
yang keseluruhan retaknya sudah pecah sehingga jika dibiarkan dapat menyebabkan
terjadinya alur bahkan lubang pada jalan.
Gambar 1.13 Retak dengan Tingkat Keparahan Berat

D.Berdasarkan cara berkembang retak


Berdasarkan cara berkembangnya, NDLI (1995) membagi dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Retak dari atas ke bawah (top-down cracking)
Top-down cracks (TDC) adalah retak memanjang dan/ atau melintang yang
dimulai pada permukaan perkerasan aspal dan berkembang ke bawah. Menurut
Kuennen (2009), retak ini biasanya terjadi akibat segregasi campuran aspal dan sifat
viscoelastic aspal sebagai pengikat yang rentan terhadap perubahan suhu yang
ekstrim.
a.Retak dari bawah ke atas (bottom-up cracking)
Kuennen (2009) menyebutkan bahwa bottom-up cracking atau fatigue
cracking adalah hasil dari perkembangan tegangan pada lapis pondasi perkerasan
aspal yang menyebabkan lapis pondasi retak dan merambat ke atas. Retak ini
diakibatkan repetisi beban lalu lintas dan bisa berupa kumpulan retak kecil yang
saling berhubungan.
A. JENIS – JENIS KERUSAKAN PADA LAPIS PONDASI ATAS DAN BAWAH

1. Amblas
Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas yang
mungkin dapat diikuti dengan retakan. Penurunan ditandai dengan
adanya genangan air pada permukaan perkerasan yang membahayakan lalu lintas
yang lewat. Faktor penyebab kerusakan :
a. Beban lalu lintas berlebihan.
b. Penurunan sebagian dari perkerasan akibat lapisan dibawah perkerasan
mengalami penurunan.
c. Konsolidasi atau Gerakan Tanah Pondasi.
Penurunan konsolidasi tanah di bawah timbunan menyebabkan distori
perkerasan. Perkerasan lentur yang dibangun diatas kotoran atau tanah
gambut, akan memunculkan area yang ambles
Cara untuk menangani kerusakan ambles dengan cara mengisi bagian jalan yang
amblas dengan agregat, kemudian dengan pemadatan dengan campuran aspal. Untuk
amblas < 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen, lataston,
laston. Untuk amblas yang > 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan dilapisi
kembali dengan lapis yang sesuai.

Gambar 1.14 Amblas


2. Mengembang (Swell)
Naiknya Tanah Dasar Akibat Pengembangan Yang Menghasilkan Retak Parah di
Permukaan Perkerasan.
• Faktor penyebab kerusakan
1). Mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah dasar.
2). Tanah dasar perkerasan mengembang, bila kadar air naik. Umumnya, hal ini
terjadi bila tanah pondasi berupa lempung yang mudah mengembang oleh
kenaikan kadar air.
• Cara perbaikan
1). Menambal di seluruh kedalaman.
2). Pembongkaran total area yang rusak dan menggantikannya dengan
material baru.
3). Perataan permukaan dengan cara menimbunnya dengan material baru.
4). Sembarang cara, untuk perbaikan permanen, pada prinsipnya harus
ditunjukan untuk menstabilkan kadar air dalam struktur perkerasan.

Gambar 1.15 Aspal Mengembang

3. Alur (rutting)
Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya
perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan..
• Faktor penyebab kerusakan
1). Pemadatan lapis permukaan dan pondasi (base) kurang, sehingga akibat
beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi.
2). Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral dan
ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat.
3). Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis
perkerasan yang kurang padat. Contonya terjadinya alur pada lintasan roda
yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi atau tanah da
4). Tanah dasar lemah atau agregat pondasi kurang tebal, pemadatan kurang,
atau terjadi pelemahan akibat infiltrasi air tanah.
• Cara perbaikan.
1). Jika penyebabnya adalah lemahnya lapis pondasi atau tanah dasar,
pembangunan kembali perkerasan secara total mungkin diperlukan,
termasuk juga penambahan drainase, terutama jika air menjadi salah satu

Gambar 1.16 Rutting

4. Bergelombang
Perbaikan yang paling baikdilakukanadalahdenganmenambal di
seluruhkedalaman. Jika perkerasan mempunyai agregat fondasi (base) dengan
lapisan tipis perawatan permukaan maka permukaan dikasarkan kemudian
dicampur dengan material fondasi, dan dipadatkan lagi sebelum meletakkan
lapisan.
• Faktor penyebab kerusakan
1). Aksi lalu lintas yang disertai dengan permukaan perkerasan atau lapis
pondasi yang tidak stabil. Permukaan perkerasan yang tidak stabil ini
disebabkan karena campuran lapisan aspal yang buruk, misalnya akibat
terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyaknya agregat halus, agregat
berbentuk bulat dan licin, atau terlalu lunaknya campuran semen.
2). Kadar air dalam lapis pondasi granuler (granular base) terlalu tinggi
sehingga tidak stabil

Gambar 1.17 Aspal Bergelombang


BAB II

RANGKUMAN MATERI

No Jenis kerusakan Penyebab Pekerjaan O & P

A. Lapis permukaan
(Berdasarkan bentuk
retak)
1. Meander (meandering) 1) Bahan 1)Ditambal atau di tutuo
a.Retak halus (hair perkerasan/ sesuai dengan ukuran dan
cracks) kualitas tingkat kerusakannya.
material
kurang baik.
2) Pelapukan
permukaan.
3) Air tanah
pada badan
perkerasan
jalan.
4) Tanah dasar/
lapisan
dibawah
permukaan
kurang stabil.
2. Garis (line) 1) Bahan 1)Perbaikan bergantung pada
a.Retak tepi (edge dibawah retak tingkat kerusakannya, jika
cracks) pinggir bahu jalan tidak
kurang baik mendukung pinggir
atau perkerasan maka material
perubahan yang buruk di bongkar dan
volume akibat di gantikan dengan
jenis ekspansif material baik yang
clay pada dipadatkan
tanah dasar . 2)Jika air menjadi faktor
2) Sokongan penyabab kerusakan pecah
bahu samping ,maka harus dibuatkan
kurang baik. drainase
3) Drainase
kurang baik.
4) Akar tanaman
yang tumbuh
di tepi
perkerasan
dapat pula
menjadi sebab
terjadinya
retak tepi.

3)Penambahan
parsial
b.Retak pertemuan 1) Perbedaan 1)Retak dapat
perkerasan bahu ketinggian antara ditutup
(edge joint cracks) bahu beraspal dengan larutan
dengan perkerasan, pengisi, retak
akibat penurunan yang besar diisi
bahu. dengan larutan
2) Penyusutan material emulsi aspal
bahu/ badan yang diikuti
perkerasan jalan. dengan
3) Drainase kurang penanganan
baik. permukaan atau
4) Roda kendaraan larutan pengisi
berat yang 2)Pengkasaran
menginjak bahu dengan pemanas
beraspal. dan lapis
5) Material pada bahu tambahan(overla
yang kurang baik/ y)
kurang memadai.
c. Retak sambungan 1) Ikatan sambungan 1)Perbaikan dapat
jalan (lane joint kedua jalur yang dilakukan
cracks) kurang baik. dengan
memasukan
campuran aspal
cair dan pasir
kedalam celah
yang terjadi
d.Retak sambungan 1) Ikatan sambungan 1)Perbaikan
pelebaran yang kurang baik. dilakukan
(widening cracks) 2) Perbedaan dengan mengisi
kekuatan/ daya celah-celah yang
dukung perkerasan timbul dengan
pada jalan pelebaran campuran aspal
dengan jalan lama. cair+pasir
3. Blok (block) 1) Pergerakan vertikal/ 1)Retak dapat
a.Retak refleksi horizontal di bawah ditutup
(reflection cracks) lapis tambahan dengan larutan
(lapisan overlay) pengisi, retak
sebagai akibat yang besar diisi
perubahan kadar air dengan larutan
pada tanah dasar emulsi aspal
yang ekspansif . yang diikuti
2) Perbedaan dengan
penurunan penanganan
(settlement) dari permukaan.
timbunan/ 2)Pengkasaran
pemotongan badan dengan pemanas
jalan dengan dan lapis
struktur perkerasan. tambahan(overla
y)

b. Retak susut 1)Perubahan volume 1) Mengisi celah


(shrinkage cracks) perkerasan yang dengan campuran
mengandung terlalu aspal cair dan
banyak aspal dengan burtu
penetrasi rendah.
2)Perubahan volume
pada lapisan
pondasi dan tanah
dasar.
4. Kulit buaya (crocodile) 1)Bahan perkerasan/ 1)Melakukan
a. Retak kulit buaya kualitas material lapisan taburan
(crocodile cracks) kurang baik. aspal dua lapis.
2)Pelapukan Jika celahnya
permukaan. kurang dari 3 mm
3)Air tanah pada badan sebaiknya bagian
perkerasan jalan. yang telah
4)Tanah dasar/ lapisan mengalami retak
dibawah permukaan akibat air yang
kurang stabil. merembes masuk
ke lapisan fondasi
tanah dibongkar
terlebih dahulu
dan dibuang
bagian yang basah,
kemudian dilapisi
lagi dengan bahan
yang sesuai.
5. Parabola (crescent) 1)Ikatan antar lapisan 1)Melakukan
a. Retak selip (slipage aspal dengan lapisan pembongkaran
cracks) dibawahnya tidak aspal yang rusak
baik yang kemudian
disebabkan dilakukan
kurangnya aspal/ penambalan
permukaan berdebu permukaan
2)Pengunaan agregat
halus terlalu banyak.
3)Lapis permukaan
kurang padat/
kurang tebal
4)Penghamparan pada
temperature aspal
rendah atau tertarik
roda penggerak oleh
mesin penghampar
aspal/ mesin
lainnya.
B Berdasarkan
penyebab retak

1. Retak struktural 1) disebabkan oleh


(structural cracking) pembebanan
yang berulang
dari roda
kendaraan.
2. Retak melintang 1)disebabkan karena
akibat suhu ( perubahan suhu
transverse thermal pada material
cracking) perkerasan jalan .
3. Retak refleksi 1) terjadi ketika retak 1)Untuk retak memanjang,
(reflection cracking) pada lapisan melintang dan diagonal
aspal yang lama perbaikan dapat dilakukan
tidak benar dengan mengisi celah dengan
diperbaiki campuran aspal cair dan pasir
2)Untuk retak berbentuk kotak
sebelum
perbaikan dilakukan dengan
dioverlay.
membongkar dan melapisi
kembali dengan bahan yang
sesuai
C Kerusakan pondasi
atas, bawah , dan sub
grad

1. Bergelombang 1)disebabkan karena 1)Perbaikan yang paling baik


campuran dilakukan adalah dengan
lapisan aspal menambal di seluruh kedalaman.
yang buruk. Jika perkerasan mempunyai
2)Kadar air dalam agregat fondasi (base) dengan
lapis pondasi lapisan tipis
granu-ler
(granular base)
terlalu tinggi
sehingga tidak
stabil.
perawatan permukaan maka
permukaan dikasarkanm
kemudian dicampur dengan
material fondasi, dan dipadatkan
lagi sebelum meletakkan lapisan
2. Alur (rutting) 1)Pemadatan lapis 1)Jika penyebabnya adalah
permukaan dan lemahnya lapis pondasi atau
pondasi (base) tanah dasar, pembangunan
kurang. kembali perkerasan secara total
2)Kualitas campuran mungkin diperlukan, termasuk
juga penambahan drainase
aspal rendah.
3)Gerakan lateral
dari satu atau
lebih
dari komponen
pembentuk lapis.
4)Tanah dasar lemah
atau agregat
pondasi kurang
tebal.
3 Amblas 1)Beban lalu lintas 1)mengisi bagian jalan yang
berlebihan. amblas dengan agregat,
2)Akibat lapisan kemudian dengan pemadatan
dibawah dengan campuran aspal. Untuk
perkerasan amblas < 5 cm, bagian yang
mengalami rendah diisi dengan bahan sesuai
seperti lapen, lataston, laston.
penurunan.
Untuk amblas yang > 5 cm,
3)Penurunan bagian yang amblas dibongkar
konsolidasi dan dilapisi kembali dengan
tanah di lapis yang sesuai.
bawah timbunan
menyebabkan
distori
perkerasan.
perawatan permukaan maka
permukaan dikasarkanm
kemudian dicampur dengan
material fondasi, dan dipadatkan
lagi sebelum meletakkan lapisan
2. Alur (rutting) 1)Pemadatan lapis 1)Jika penyebabnya adalah
permukaan dan lemahnya lapis pondasi atau
pondasi (base) tanah dasar, pembangunan
kurang. kembali perkerasan secara total
2)Kualitas campuran mungkin diperlukan, termasuk
juga penambahan drainase
aspal rendah.
3)Gerakan lateral
dari satu atau
lebih
dari komponen
pembentuk lapis.
4)Tanah dasar lemah
atau agregat
pondasi kurang
tebal.
3 Amblas 1)Beban lalu lintas 1)mengisi bagian jalan yang
berlebihan. amblas dengan agregat,
2)Akibat lapisan kemudian dengan pemadatan
dibawah dengan campuran aspal. Untuk
perkerasan amblas < 5 cm, bagian yang
mengalami rendah diisi dengan bahan sesuai
penurunan. seperti lapen, lataston, laston.
3)Penurunan Untuk amblas yang > 5 cm,
konsolidasi bagian yang amblas dibongkar
tanah di dan dilapisi kembali dengan
lapis yang sesuai.
bawah timbunan
menyebabkan
distori
perkerasan.
4 Mengembang (Swell) 1)Mengembangnya 1)Menambal di seluruh
material lapisan kedalaman.
di bawah
perkerasan atau 2)Pembongkaran total
tanah dasar, area yang rusak dan
biasanya berupa menggantikannya dengan
material baru.
tanah lempung
yang mudah 3)Perataan permukaan
mengembang dengan cara menimbunnya
akibat kenaikan dengan material baru.
kadar air.
4)Sembarang cara, untuk
perbaikan permanen,
pada prinsipnya harus
ditunjukan untuk menstabilkan
kadar air dalam struktur
perkerasan.

Anda mungkin juga menyukai