Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) No. 41 Tahun 2007 telah menetapkan standar proses. Pada
Permendiknas tersebut dinyatakan bahwa proses pembelajaran hendaknya
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Guru-guru hendaknya
melakukan pergeseran dari pengajaran yang menekankan pada keterampilan
berpikir tingkat rendah ke pembelajaran yang menekankan pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau keterampilan berpikir kritis
Berkaitan dengan keterampilan berpikir kritis, Walker (2005:19)
menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis merupakan suatu proses yang
memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan baru melalui proses pemecahan
masalah dan kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis memfokuskan pada proses
belajar daripada hanya pemerolehan pengetahuan. Keterampilan berpikir kritis
melibatkan aktivitas-aktivitas, seperti menganalisis, menyintesis, membuat
pertimbangan, menciptakan, dan menerapkan pengetahuan baru pada situasi dunia
nyata. Keterampilan berpikir kritis penting dalam proses pembelajaran karena
keterampilan ini memberikan kesempatan kepada siswa belajar melalui
penemuan. Keterampilan berpikir kritis merupakan jantung dari masa depan
semua masyarakat di seluruh dunia
Salah satu model pembelajaran yang menghadapkan siswa dengan
masalah ill-structured adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pada model
pembelajaran berbasis masalah, siswa pertama dihadapkan dengan masalah ill-
structured, open-ended, ambigu, dan kontekstual. Agar dapat memecahkan
masalah, siswa harus mempelajari materi terlebih dahulu. Artinya, siswa harus
mengkonstruksi pengetahuan melalui proses penemuan. Setelah siswa memahami
materi yang terkait dengan masalah, siswa selanjutnya memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam proses pemecahan masalah, siswa bekerja dalam kelompok.
Model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran
inkuiri terbuka. Pada pembelajaran inkuiri ini, siswa dihadapkan dengan masalah
tanpa adanya bimbingan dari guru. Pada kenyataannya, siswa SMP mengalami
kesulitan untuk memecahkan masalah tanpa adanya bimbingan. Oleh karena itu,
model pembelajaran berbasis masalah yang murni sangat sulit diterapkan pada
level berpikir siswa SMP. Oleh karena itu, perlu dilakukan modifikasi terhadap
model pembelajaran berbasis masalah. Modifikasi yang dimaksud adalah dengan
memasukkan unsur-unsur bimbingan.
Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua pendidik (guru) memahami
konsep dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ini.
Mungkin disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan
kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk
meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu kiranya ada sebuah bahan kajian
yang mendalam tentang apa dan bagaimana Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) ini untuk selanjutnya diterapkan dalam
sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya
kepada para guru tentang model ini. Dimana, menurut Tan dalam Rusman (2010),
merupakan model pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan
umumnya kepada para ahli dan prkatisi pendidikan yang memusatkan
perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran. Berikut
uraian secara rinci dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan tadi maka adapun
rumusan masalahnya adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) ?
2. Teori-teori apa sajakah yang melandasi Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning) ?
3. Bagaimanakah sintaks dari Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Based Learning) ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan tadi maka adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Sebagai referensi tambahan bagi pembaca terutama guru tentang Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca tentang Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning)
Menurut Dewey (dalam Renita 2012) belajar berdasarkan masalah adalah
interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar
dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa
bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan
itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai,
dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Menurut Jodion Siburian, dkk dalam Putra (2015), Pembelajaran berbasis
masalah (problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang
berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan
pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui
masalah tersebut siswa belajar keterampil-keterampilan yang lebih mendasar.
Menurut Duch dalam Putra (2015) Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
metode instruksional yang menantang peserta didik agar belajar untuk belajar,
bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata.
Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta memiliki
kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran.PBM
mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari
serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
Model Pembelajaran Berbasis Masalah(Problem Based Learning) adalah suatu
metode atau pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah kondisi real
sebagai suatu konteks bagi mahasiswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang essensial dari materi pelajaran
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini
membantu peserta didik untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan
sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks serta dapat mengembangkan kemapuan berfikir kritis siswa.

B. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning)
Menurut Sanjaya dalam Dwijananti (2010) terdapat tiga ciri utama dari .
1. Rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBL tidak
mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui PBL
siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data,
dan akhi rnya menyimpulkan.
2. Aktivitas menempatkan pembelajaran diarahkan untuk
menyelesaikan masalah.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan metode
berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris, yakni melalui tahap-tahapan tertentu, dan
berdasarkan pada data dan fakta yang jelas.
C. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning)
Menurut Fibrayir (2012), berbagai pengembang pembelajaran berbasis
masalah telah menunjukkkan ciri-ciri pengajaran berbasis masalah sebagai
berikut.
1. Pengajuan masalah atau pertanyaan
Pengajaran berbasis masalah bukan hanya mengorganisasikan prinsip-
prinsip atau ketrampilanakademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah
mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-
duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermaknauntuk siswa. Mereka
dihadapkan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban
sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
Menurut Arends (dalam Abbas, 2000:13), pertanyaan dan masalah yang diajukan
haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata
siswa dari pada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
b. Jelas.Yaitu masalah dirumuskandengan jelas, dalam arti tidak
menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan
penyelesaian siswa.
c. Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah
dipahami siswa. Selain itu masalah disusun dan dibuat sesuai dengan
tingkat perkembangan siswa.
d. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun
dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut
mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan
waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah
disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
e. Bermanfaat. Yaitu masalah yang telah disusun dan dirumuskan haruslah
bermanfaat, baik siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai
pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir memecahkan masalah siswa, serta
membangkitkan motivasi belajar siswa.
2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pengajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu (IPA, Matematika, Ilmu-ilmu Sosial), masalah yang akan
diselidiki telah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa
meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3. Penyelidikan autentik
Pengajaran berbasis masalah siswa melakukan penyelidikan autentik untuk
mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis
dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika
diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Metode
penyelidikan yang digunakan bergantung pada masalah yang sedang dipelajari.
4. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
Pengajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk
tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan
atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu
dapat berupa transkipdebat, laporan, model fisik, video atau program komputer.
Pengajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa bekerja sama satu sama
lain (paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil). Bekerja sama
memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas
kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk
mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berfikir.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning) adalah sebagai berikut: (Rusman, 2010).

Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning)

Tahapan Tingkah Laku Guru


Guru menjelaskan tujuan
Tahap 1: pembelajaran, menjelaskan logistik
Orientasi siswa yang dibutuhkan, memotivasi siswa
kepada masalah agar terlibat pada pemecahan masalah
yang dipilihnya.
Guru membantu siswa mendefinisikan
Tahap 2:
dan mengorganisasikan tugas belajar
Mengorganisasi
yang berhubungan dengan masalah
siswa untuk belajar
tersebut.
Tahap 3: Guru mendorong siswa untuk
Membimbing mengumpulkan informasi yang sesuai,
penyelidikan melaksanakan eksperimen, untuk
individual dan mendapatkan penjelasan dan
kelompok pemecahan masalahnya
Tahap 4: Guru membantu siswa merencanakan
Mengembagkan dan dan menyiapkan karya yang sesuai
menyajikan hasil seperti laporan, video dan model serta
karya membantu mereka berbagi tugas
dengan temannya.
Tahap 5: Guru membantu siswa melakukan
Menganalisis dan refleksi atau evaluasi terhadap
mengevaluasi proses penyelidikan mereka dan proses-proses
pemecahan masalah yang mereka gunakan.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


memiliki beberapa keunggulan dan kelemahansebagai berikut : (Ahsan, Arfiyadi,
2012)
Keunggulan
a. Merupakanteknik yang cukupbagusuntuklebihmemahamiisipelajaran.
b. Dapat
menantangkemampuansiswasertamemberikankepuasanuntukmenemukanpeng
etahuanbarubagisiswa.
c. Dapatmeningkatkanaktivitaspembelajaransiswa.
d. Dapatmembantusiswabagaimanamentranferpengetahuanmerekauntukmemaha
mimasalahdalamkehidupannyata.
e. Dapatmembantusiswauntukmengembangkanpengetahuanbarunyadanbertangg
ungjawabdalampembelajaran yang merekalakukan.
f. Pemecahanmasalahdianggaplebihmenyenangkandandisukaisiswa.
g. Dapatmengembangkankemampuansiswauntukberpikirlebihkritisdanmengemb
angkankemampuanmerekauntukmenyesuaikandenganpengetahuan.
h. Dapatmemberikankesempatanpadasiswauntukmengaplikasikanpengetahuan
yang merekamilikidalamdunianyata.
i. Dapatmengembangkanminatsiswauntuksecaraterus-
menerusbelajarsekalipunbelajarpadapendidikan formal telahberakhir.
j. Dapatmembentuksiswauntukmemilikikemampuanberpikirtingkattinggi, yang
dibarengidengankemampuaninovatifdansikapkreatifakantumbuhdanberkemba
ng.
k. Dengan modelpembelajaranberbasismasalah,
kemandiriansiswadalambelajarakanmudahterbentuk, yang
padaakhirnyaakanmenjadikebiasaandalammenyelesaikanberbagaipermasalaha
n yang ditemuinyadalamaktivitaskehidupannyatasehari-hariditengah-
tengahmasyarakat.
Kelemahan
1. Manakalasiswatidakmemilikiminatatautidakmempunyaikepercayaanbahwama
salah yang dipelajarisulituntukdipecahkan,
makamerekaakanmerasaengganuntukmencoba.
2. KeberhasilanmodelpembelajaranPBL
inimembutuhkancukupwaktuuntukpersiapandanpelaksanaannya.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah
yang sedangdipelajari, makamerekatidakakanbelajarapa yang
merekainginpelajari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) adalah
model pembelajaran terdiri dari kegiatan menyajikan kepada peserta didik
suatu situasi masalah yang autentik dan bermakna serta memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
dilandasi oleh beberapa teori belajar yaitu teori belajar konstruktivisme,
piaget, ausubel, Vigotsky, Jerome S. Bruner, dan Albert Bandura.
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
memiliki sintaks yang terdiri dari 5 fase/tahap.
B. Saran
1. Diharapkan kepada para pembaca agar memberikan kritikan dan saran
terhadap makalah yang dibaca demi perbaikan selanjutnya.
2. Diharapkan kepada para pembaca khususnya guru bisa menjadikan model
pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai