Anda di halaman 1dari 10

2.

LENTUR

 Bila suatu gelagar yang terletak diatas dua tumpuan sederhana,


menerima beban yang menimbulkan momen lentur, maka terjadi
deformasi (regangan) lentur. Pada kejadian momen lentur positif,
regangan tekan terjadi pada bagian atas balok, dan pada bagian
bawah tampang balok terjadi regangan tarik. Regangan-regangan
ini menimbulkan tegangan tekan disebelah atas dan tegangan tarik
di bagian bawah, yang harus ditahan oleh balok.
 Agar stabilitas terjamin, balok sebagai bagian dari sistem, harus
mampu menahan tegangan tekan dan tarik tersebut.
 Untuk sembarang bahan yang homogen (serba-sama) dan elastik,
menurut teori mekanika berlaku rumus lenturan :
M.y
f 
I
Rumus ini dapat digunakan secara langsung untuk balok yang
bahannya homogen, dimana momen Inertia dapat dihitung dengan
mudah.
 Sedang pada beton bertulang, penggunaan rumus tersebut akan
menghadapi masalah, terutama sifat bahan beton-bertulang yang
tidak homogen dan tidak berperilaku elastis pada seluruh jenjang
kekuatannya. Karena itu digunakan konsep lain yaitu Kopel

Disain Pelat dan Balok Beton - 13


Momen Dalam, yang dapat digunakan untuk menganalisis kuat
penampang dan bersifat lebih umum. Sehingga dapat digunakan
baik untuk penampang homogen maupun tidak-homogen, juga
untuk penampang yang mempunyai distribusi tegangan linier
ataupun non-linier. Karena itu, konsep ini akan memudahkan untuk
menjabarkan mekanisme gaya-gaya dalam pada penampang beton
bertulang, sebab mampu menggambarkan pola tahanan dasar
yang terjadi.
 Apabila dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang seksama,
struktur beton bertulang akan memberikan kemampuan yang dapat
dihandalkan untuk menahan lentur.

2.1. METODA ANALISIS DAN PERENCANAAN


 Perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian,
sehingga :
 tidak timbul retak berlebihan pada penampang sewaktu
mendukung beban kerja, dan
 masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan
untuk menahan beban dan tegangan lebih lanjut tanpa
mengalami runtuh.
 Akibat beban luar akan timbul momen lentur yang menyebabkan
terjadinya tegangan lentur. Tegangan ini adalah salah satu faktor
yang menentukan dalam menetapkan dimensi geometris. Proses
perencanaan dan analisis umumnya dimulai dengan memenuhi
persyaratan terhadap lentur, kemudian pemeriksaan persyaratan
lain, seperti kapasitas geser, defleksi, retak, panjang penyaluran,
sehingga keseluruhnya memenuhi syarat.
 Telah diketahui bahwa untuk bahan yang homogen dan elastis,
distribusi regangan maupun tegangan adalah linier, nol pada garis
netral dan maksimum ditepi serat terluar penampang, dan nilai
tegangan berbanding lurus dengan nilai regangan, kondisi ini
berlaku sampai batas sebanding (proporsional limit).
 Dalam kurun waktu yang cukup lama, cara pendekatan linier juga
digunakan untuk beton, yang dikenal dengan metoda elastik, cara
- n atau metoda tegangan kerja (Working Stress Design
method). Pada metoda ini, beban yang diperhitungkan adalah
beban kerja, sedang penampang direncanakan atau dianalisis
berdasarkan tegangan tekan lentur ijin, umumnya untuk beton
bernilai 0,45 f’c dan untuk baja-tulangan nilainya adalah 0,58
tegangan leleh.

Disain Pelat dan Balok Beton - 14


 Karena kenyataannya beton bukan material homogen dan tidak
sepenuhnya elastis. Belakangan ini dikenal metoda yang lebih
realitis, ialah metoda yang menyatakan hubungan sebanding
antara regangan dan tegangan dalam beton desak hanya berlaku
sampai batas beban tertentu, yaitu tingkat beban sedang, bila
beban terus ditambah, keadaan sebanding akan lenyap.
Pendekatan ini dinamakan Metoda Perencanaan Kekuatan /
Metoda Kekuatan (Ultimate Strength Design method).
Menurut metoda kekuatan, beban kerja dinaikkan secukupnya,
dengan faktor beban, untuk mendapatkan beban dimana
keruntuhan dinyatakan telah diambang pintu.
Beban yang dikalikan dengan faktor beban disebut beban
berfaktor (factores load) atau beban layan berfaktor (factored
service load). Struktur atau unsurnya di proporsikan sedemikian
hingga mencapai kekuatannya pada saat beban berfaktor bekerja.
Dengan demikian Metoda Kekuatan dapat dinyatakan sbb. :

Kekuatan yang di-


Kekuatan perlukan untuk memikul
Tersed 
beban berfaktor
ia
Jadi dengan menggunakan beban berfaktor, struktur direncanakan
sedemikian sehingga didapat nilai kuat guna pada saat runtuh yang
besarnya lebih kecil sedikit dari kuat batas runtuh sesungguhnya.
Kekuatan pada saat runtuh dinamakan Kuat Ultimit dan beban
pada saat runtuh disebut Beban Ultimit.
 Kuat rencana penampang komponen struktur di dapat dari
perkalian kuat teoritis atau kuat nominal dengan faktor kapasitas.
Faktor kapasitas dimaksud untuk memperhitungkan kemungkinan
yang merugikan, berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga
kerja, ketidak-tepatan ukuran-ukuran dan pengendalian mutu.
 Kuat teoritis atau kuat nominal diperoleh dari keseimbangan statis
dan kesesuaian regangan-tegangan yang tidak linier di dalam
penampang.
Berikut adalah tinjauan balok beton-bertulang ditumpu sederhana
yang menerima beban yang berangsur meningkat.
 Jika balok beton-bertulang menerima beban kecil, seperti gambar
2.2, dimana beton bagian tarik belum mengalami retak karena
tegangan maksimum pada serat tarik masih cukup rendah, fc < fr.
 gaya tarik ditahan oleh beton dan batang baja tulangan,
 gaya tekan seluruhnya ditahan oleh beton tekan.

Disain Pelat dan Balok Beton - 15


Pada beban sedang, yaitu beban yang menyebabkan tegangan
pada serat tarik lebih besar dari kuat tarik beton
 terjadi retak-retak rambut pada beton bagian tarik dan
 beton tidak lagi memberikan sumbangan untuk menahan gaya
tarik, seluruh gaya tarik yang terjadi ditahan oleh batang baja-
tulangan dan
 gaya tekan ditahan oleh bagian beton tekan.
 tegangan beton tekan masih dapat dianggap sebanding dengan
nilai regangannya.

Disain Pelat dan Balok Beton - 16


Gambar 2.4 memperlihatkan regangan dan tegangan pada kondisi
beban mendekati beban ultimit / batas, disini tegangan beton tekan
sudah tidak sebanding dengan regangannya dan umumnya baja-
tulangan telah mencapai regangan leleh. Bila kapasitas batas
kekuatan beton dilampaui, maka balok akan hancur.
Tercapainya kapasitas batas merupakan proses yang tidak dapat
diulang. Walaupun tidak dapat dijamin sepenuhnya untuk dapat
terhindar dari keadaan tersebut, dengan penggunakan beberapa
faktor aman, tercapainya keadaan batas dapat diperhitungkan dan
dikendalikan.

2.2. ANGGAPAN-ANGGAPAN
Pendekatan dan pengembangan Metoda Perencanaan Kekuatan
didasarkan atas anggapan :
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lentur, tetap rata setelah
terjadi lentur dan tetap tegak lurus sumbu bujur balok (prinsip
Bernoulli), karena itu nilai regangan terdistribusi linier atau
berbanding lurus dengan jaraknya terhadap garis netral (Navier)
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai kira-kira
beban sedang, yaitu saat tegangan beton tekan tidak melampaui
 ½ fc’. Bila beban meningkat sampai beban batas, tegangan yang
timbul tidak lagi sebanding dengan regangan, dimana blok
tegangan tekan berupa garis lengkung.
3. Dalam menghitung kapasistas momen, beton tarik diabaikan,
seluruh gaya tarik ditahan batang baja-tulangan.
 Gaya Tekan beton : C = k1 k3 fc’ b x
 Gaya Tarik baja-tulangan :
 Bila s < y maka T = As fs dengan fs = s Es
 Bila s  y maka T = As fy
 k1 k2 & k3 adalah koefisien yang tergantung mutu beton

Disain Pelat dan Balok Beton - 17


Untuk penyederhanaan, Whitney mengusulkan blok diagram beton
tekan berbentuk persegi dengan luas diagram tekan sama besar
dengan bentuk diagram lengkung, sebagaimana direkomendasi SK
SNI T-15-1991-03.

 1 adalah konstanta yang merupakan fungsi dari kuat tekan beton.


Menurut SK SNI T-15-1991-03 :
 untuk f’c  30 MPa  1 = 0,85
 untuk f’c  30 MPa  1 = 0,85 - 0,008 ( f’c - 30 )  0,65
Sedangkan besar gaya-gaya dalam :
Gaya Tekan : C = 0,85 f’c b a
Gaya Tarik : T = As fy
dan keseimbangan gaya dalam C = T memberikan :
A s fy
0,85 f’c b a = As fy  a dan x = a / 1
0,85 f 'c b
Momen Nominal :
Mn = C ( d - a/2 ) atau Mn = T ( d - a/2)
2.3. REGANGAN BERIMBANG

Disain Pelat dan Balok Beton - 18


 Dalam metoda Perencanaan Kekuatan, rumus lenturan tidak
berlaku lagi, akan tetapi prinsip dasar teori lentur masih
digunakan pada analisis penampang.
 Untuk letak garis netral tertentu, perbandingan antara regangan
baja dan regangan beton dapat ditetapkan berdasarkan distribusi
regangan linier.
 Dan letak garis netral tergantung luas/jumlah baja-tulangan-tarik,
sehingga blok tegangan beton tekan mempunyai kedalam cukup
agar dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya dalam (C = T).
Regangan berimbangan dicapai bila pada saat yang sama :
- serat terluar beton tekan mencapai  cu = 0,003
- baja-tulangan-tarik mencapai regangan leleh  y = fy / Es

 Pada keadaan regangan berimbang, sejumlah tulangan tarik Asb


akan memberikan jarak garis netral xb, tinggi blok tekan ab, dan
besar gaya-gaya dalam adalah Cb dan Tb .
 Dalam praktek kondisi regangan berimbang sulit dicapai, karena
pembulatan jumlah baja-tulangan yang dipergunakan, sehingga
luas baja-tulangan yang dipergunakan ≠ Asb
 Karena itu terdapat dua kemungkinan, yaitu luas baja-tulangan
yang dipergunakan :
o As < Asb yang disebut penampang bertulangan kurang /
lemah (Under Reinforced) atau
o As > Asb yang disebut penampang bertulangan lebih / kuat
(Over Reinforced).
Bila :
a. As < Asb ( bertulangan kurang / under reinforced )  T < Tb
dan dari keseimbangan gaya-gaya dalam diperoleh :
 x < xb dan a < ab

Disain Pelat dan Balok Beton - 19


 baja tarik mencapai regangan leleh terlebih dahulu s  y
sebelum beton tekan mencapai regangan hancur
 balok akan memperlihatkan lendutan yang cukup besar karena
regangan baja-tulangan tarik s ≥ y sebelum regangan beton
tekan mencapai ’cu = 0,003 (keruntuhan daktail).
b. As > Asb ( bertulangan lebih / over reinforced )  T > Tb
dari keseimbangan gaya-gaya dalam didapat :
 x > xb, dengan demikian a > ab
 beton lebih dahulu mencapai ’cu = 0,003 sedang regangan
baja-tulangan s < y
 keruntuhan terjadi secara mendadak dengan beton tekan
hancur terlebih dahulu (getas)

2.4. LUAS TULANGAN


Untuk menyatakan luas relatif baja-tulangan-tarik didalam suatu
penampang, digunakan istilah Perbandingan / Presentase tulangan
atau Rasio Tulangan :
As A sb
ρ atau ρb 
b.d b.d
Dari diagram regangan berimbang :
xb 'cu 'cu 0,003
  
d 'cu  y 'cu ( f y / E s ) 0,003  ( fy / 200000 )

Disain Pelat dan Balok Beton - 20


xb 600

d 600  f y
dan Cb = 0,85 f’c b ab = 0,85 f’c b 1 xb ; ab = 1 xb
Tb = Asb fy = b b d fy
Keseimbangan gaya dalam : Cb = Tb
0,85 fc’ b 1 xb = b b d fy
maka rasio tulangan berimbang :
0,85f 'c  x b  0,85f 'c  600 

b  1  atau b  1
fy  d  fy  600  f y 
 

Syarat Tulangan
Untuk menjamin keruntuhan yang terjadi merupakan ragam daktail,
SK SNI menetapkan batasan tulangan :
maks  0,75 b atau As  0,75 Asb
dan xmaks = x  0,75 xb dan a = 1 x

 Jika baja tulangan yang digunakan untuk menahan lentur


jumlahnya terlalu sedikit, kemungkinan balok akan bekerja dalam
keadaan tidak retak. Karena metoda yang digunakan untuk
menghitung kekuatan lentur didasarkan anggapan beton tarik telah
mengalami retak, maka terdapat kemungkinan kekuatan nominal
Mn yang dihitung dengan anggapan penampang telah retak dan
dengan tulangan yang sedikit, lebih kecil nilainya dari Momen
Retak (Mcr) beton tanpa tulangan (beton polos) untuk penampang
yang sama.
 Karena itu agar keruntuhan yang daktail, disyaratkan pemakaian
tulangan minimum sedemikian.

Kekuatan balok beton  Kekuatan balok beton


bertulang ( Mn ) polos ( Mcr )

Disain Pelat dan Balok Beton - 21


Untuk beton berbobot normal,
modulus runtuh ( rupture ) : fr  0,7 f 'c
fr .Ig
dan Momen retak : Mcr 
yt
dengan : Ig = momen inersia penampang beton
y t = jarak garis netral ke serat tarik

Untuk penampang persegi :


1 bh3
12 0,7 f 'c .bh2
Mcr  0,7 f 'c 
1h 6
2
Sedang untuk Mn beton-bertulangan :
 a
Mn  A s f y  d  
 2
 a 0,7 f 'c .bh 2
Agar Mn  Mcr maka : A s fy  d  
2

 6
dengan As =  b d dan untuk  kecil : a/2  0,05 d
d - a/2 = 0,95 d
2
ρbd.f y  0,95d  0,7 f 'c .bh
6
0,7 f 'c  h  2
  
6.0,95.f y  d 
 untuk d  0,90 h maka
0,1516 f 'c
min 
fy

SK SNI T-15-1991-03 memberikan batasan rasio tulangan


minimum
1,4
ρ min 
fy

Disain Pelat dan Balok Beton - 22

Anda mungkin juga menyukai