BAB I
SYARAT- SYARAT UMUM
A. PEMBERI TUGAS
Yang bertindak sebagai Pemberi Tugas adalah :
Nama : Drs. Suyandi
Selaku : Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Peningkatan Sarana Dan Prasarana
Pendidikan Perencanaan dan Pengawasan Gedung Sekolah Dasar Dana Alokasi
Khusus ( DAK ) Tahun Anggaran 2009.
B. SUMBER DANA
Sumber dana untuk pekerjaan ini disediakan pada dana alokasi khusus ( DAK )
non DR dan APBD pemerintah kota Yogyakata tahun 2009 = 444/KEP/2009
C. PERENCANA, PENGAWAS
Yang bertindak sebagai tim perencana dan pengawas adalah tim perencana
SMK N 2 Yogyakarta yang ditunjuk oleh pejabat pelaksana teknis kegiatan
peningkatan sarana dan prasarana pendidikan Perencanaan dan Pengawasan
Gedung Sekolah Dasar Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Tahun Anggaran 2009.
D. PELAKSANA
Yang dimaksud dengan pelaksana pekerjaan adalah tim pelaksana komite
sekolah yang akan melaksanakan pekerjaan Perencanaan dan Pengawasan
Gedung Sekolah sesuai gambar dan RKS.
BAB 2
SYARAT- SYARAT ADMINISTRASI
E. PENANGGUHAN PEMBAYARAN
PEMBAYARAN akan ditangguhkan apabila:
1. Terdapat kesalahan dalam pelaksanaan, hasil kurang memuaskan,
kerusakan-kerusakan yang belum diperbaiki.
2. Belum memenuhi ketentuan administrasi.
3. Belum ada persetujuan dalam perhitungan claim lenaikan harga yang terjadi
pada angsuran tersebut apabila terjadi force majeure.
Bilamana hal- hal tersebut diatas sudah di selesaikan, makam pembayaran
angsuran dapat dilakukan.
F. KENAIKAN HARGA
1. Bahwa pada hakekatnya dalam batas berlakunya surat perjanjian kerja sama
(SPKS) pekerjaan yang di maksud dalam RKS inin segala kenaikan harga bahan
dan upah kerja menjadi tanggung jawab pelaksana dalam bentuk “ Claim
“ tidak dibenarkan, kecali dalam keadaan “ force majeure ”.
2. Yang di maksud dengan force majeure adalah suatu kejadian di luar
kekeuasaan kontraktor baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
jalannya pekerjaan yaitu antara lain: akibat bencana alam ( misalnya banjir,
topan badai, gempa bumi, gunung meletus, sambaran petir), sabotase, dan
kebijaksanaan moneter dari pemerintah. Dalam kaitannya dengan kebijakan
moneter, harus ada ketentuan pemerintah yang mengatur penyaesuaian harga
(ekshalasi).
3. Apabial terjadi force majeure seperti yang di maksud dengan ayat 2 pasal ini
kontraktor dapat mengajukan ganti rugi kepada peberi tugas setelah mendapat
pengakuan dan keterangan secara tertulis dari pihak yang berwenang.
4. Jika ada akibat tindakan dari pemerintah di bidang moneter harus
menyesuaikan dengan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan oleh yang
berwenang untuk mengikuti dan menyesuainkannya.
K. PENGUKURAN
Pelaksana sebelum memulai pengukuran harus memperhatikan ketentuan
batas-batas yang telah ditentukan oleh pemberi tugas. Pengambilan peil dan
pengukuran harus atas persetujuan dari pengelola pekerjaan dan ila ada hal-hal
yang belum jelas atau terdapat permasalahan harus segera disampaikan untuk
segera ditetapkan. Kekeliruan dalam hal ini menjadi tanggung jawab pelaksana.
Hasil pengukuran ini dituangkan dalam suatu berita acara ynag ditanda tangani
oleh pelaksanan atau pemberi tugas.
M. TENAGA KERJA
1. Tim pelaksana harus mengadakan tenaga kerja yang cukup serta terampil
untuk melaksankan pekerjaan ini.
2. Tim pengawas berhak menginstruksi kepada tim pelaksana yang kurang
memadai dengan bobot pekerjaan yang dilaksanakan atau menolak atau minta
ganti rugi pekerja yang tidak terampil ahli dalam pekerjaan.
3. Pelaksana harus memenuhi peraturan perburuhan yang berlaku serta
memberikan/ mengadakan fasilitas yang di perlukan pada pekerjaan selama
masa pelaksanaan ini.
O. GANTI RUGI
Pemberi tugas tidak bertanggung jawab atas ganti rugi atau gugatan-guagatan
yang diajukan oleh pekerja atau gugatan-gugatan yang diajukan oleh pekerja
atau buruh supplier atau pihak ketiga yang berhubungan dengan kecelakaan,
kerusakan, kerugian lainya serta gugataan apapun yang berhubungan denga
pelaksanaan dan yang ada sangkut pautnya degan pelaksanaan pekerjaan ini,
semuanya menjadi tanggung jawab tim pelaksanaan.
X. PEKERJAAN LAIN-LAIN
Pada waktu pekerjaan kepada pemberi tugas tim pelaksana harus menyerahkan:
Laporan akhir pelaksanaan yang berisi tentan laporan fisik, keuangan foto-foto
dokumentasi beserta hal-hal lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan seperti yang telah tercantum dalam petunjuk teknis yang telah
diberikan.
BAB III
SYARAT –SYARAT TEKNIS
A. URAIAN UMUM
1. Lingkup Pekerjaan yang dilaksanakan Rehabilitas Gedung SD N Malangrejo
Sleman adalah sebagai berikut :
A. REHABILITASI RUANG KELAS
1. Bongkar genteng, kerpus, plafon usuk, reng
2. Pasang genteng, kerpus plafon, usuk dan reng
3. Pasang keramik lantai 30/30, keramik dinding 20/25
4. Pasang instalasi listrik
5. Pengecatan seluruh
6. Pembersihan lokasi
B. REHABILITASI TEMPAT PARKIR DAN GUDANG
1. Galian tanah, urug tanah kembali, urugan pasir
2. Pembuatan kolom, ringbalk
3. Pasangan bata, plesteran dan acian
4. Pembuatan kusen kayu, daun pintu, jendela, krepyak,lisplang, reuiter, nok,
gording, murplat, usuk dan reng
5. Pemasangan genteng dan kerpus
6. Pemasangan plafon eternity
7. Pemasangan instalasi listrik
8. Pemasangan lantai keramik 30/30
9. Pemasangan penggantung dan pengunci
10. Pengecatan seluruh
11. Pembersihan lokasi
2. Pengelolaan pekerjaan
Pengelolaan pekerjaan yang dilakukan oleh pihak Tim Rehabilitasi Bangunan
Gedung Negara, meliputi antara lain mendatangkan semua bahan, pengerahan
tenaga kerja, mengadakan alat bantu dan sebagainya. Mekanisme
pengadaanya langsung atau tidak langsung termasuk dalam usaha
penyelesaian dan penyerahan pekerjaan dalam keadaan sempurna dan lengkap,
termasuk pekerjaan yang tidak ditentukan dengan jelas dalam persyaratan
teknis dan gambar, tetapi masih dalam lingkup pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Pelaksanaan dan Pemimpin Kegiatan.
3. Lapangan pekerjaan, termasuk segala sesuatu yang berada di dalamnya
diserhkan sebagai tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara.
4. Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara harus menyerahkan pekerjaan
dengan sempurna dan dalam keadaan selesai, termasuk pembersihan lokasi
pekerjaan.
5. Pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung
Negara secara swakelola tidak boleh diborongkan kepada pihak ketiga
(pemborong/rekanan) meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan Pelaksanaan
b. Pekerjaan Administrasi dan Pelaporan
c. Pekerjaan Perawatan, termasuk pembersihan lokasi sebelum penyerahan
pekerjaan antara lain pembersihan bahan-bahan bangunan yang tidak terpakai,
sampah kerusakan-kerusakan atau hal-hal yang merupakan akibat dari
p[ekerjaan Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara.
d. Pekerjaan lain yang tercantum ataupun yang dimaksudkan dalam Juklak,
gambar-gambar dan spesifikasai teknis.
6. Ukuran-ukuran
a. Ukuran-ukuran telah ditetapkan seperti pada gambar.
b. Jika terdapat perbedaan antara ukuran yang terdapat di dalam gambar
utama dengan ukuran yang terdapat di dalam gambar detail, maka yang
mengikat adalah ukuran yang berada di dalam gambar detail.
c. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru dan tidak sesuai
dengan gambar perencana baik dan sebelum dan selama pelaksanaan
pekerjaan ini adalah menjadi tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan
Gedung Negara sepenuhnya.
d. Sebagai patokan/ukuran pokok ± 0.00 diambil lapangan.
2. Pasir Urug
Pasir untuk pengurukan, peninggian, dan lain-lain tujuan, harus dan keras atau
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996.
Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui
ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak boleh digunakan.
3. Pasir Pasang
Pasir untuk adukan pasangan, adukan plesteran dan beton bitumen, harus
memenuhi syarat-syarat pelaksanaan yang ditentukan dalam SNI 03-4141-1996.
Butiran-butiran harus tajam dan keras, tidak dapat dihancurkan dengan jari.
Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5%. Butiran-butirannya harus dapat melalui
ayakan berlubang 3 mm persegi. Pasir laut tidak boleh digunakan.
4. Portland Cement (PC)
a. Portland Cement (PC) yang digunakan harus PC sejenis (NI-8) dan masih
dalam kantong utuh atau baru serta memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam SNI 15-2049-1994.
b. Bila digunakan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus
diadakan pengujian terlebih dahulu oleh laboratorium yang berkompeten.
c. Dalam pengangkutan Portland Cement (PC) yang telah disimpan lama harus
dijaga agar tidak menjadi lembab, dan penempatannya harus ditempat yang
kering.
d. Portland Cement (PC) yang sudah membatu (menjadi keras) tidak boleh
dipakai.
5. Pasir Beton
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan terbebas dari bahan-bahan
organik, lumpur dan sebagainya. Kadar lulmpur tidak boleh melebihi 5%.
6. Koral Beton/Split
a. Digunakan koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai
gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-syarat pelaksanaan PBI-197.
b. Butiran-butiran split dapat melalui ayakan berlubang persegi 76 mm dan
tertinggal di atas ayakan berlubang 20 mm.
c. Koral/Split hitam mengkilap keabu-abuan.
7. Kayu
a. Pada umunnya kayu bersifat baik dan sehat dengan ketentuan, bahwa segala
akibat dari kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaian
tidak akan merusak atau mengurangi nilai konstruksi, memenuhi syarat- syarat
pelaksanaan yang ditentukan dalam PPKKI-1961.
b. Mutu kayu ada 2 (dua) macam yaitu mutu A dan mutu B.
c. Yang dimaksud mutu kayu A adalah memenuhi syarat-syarat pelaksanaan
sebagai berikut :
• Harus kering udara (kadar lengas 5%)
• Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih
dari 3,5 cm.
• Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari
tinggi balok.
• Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi ¼ tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi 1/5 tebal kayu.
• Miring arah serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
d. Yang dimaksud kayu mutu B, kayu yang tidak termasuk dalam mutu A, tetapi
memenuhi syarat-syarat Pelaksanaan sebagai berikut :
• Kadar lengas kayu 30%.
• Besar mata kayu tidak melebihi ¼ dari lebar balok dan juga tidak boleh lebih
dari 5 cm.
• Balok tidak boleh mengandung lubang radial kayu yang lebih besar 1/10 dari
tinggi balok.
• Retak dalam arah radial tidak boleh melebihi 1/3 tebal kayu, dan retak-retak
menurut lingkaran tidak melebihi ¼ tebal kayu.
• Miring arah, serat (tangensial) tidak melebihi 1/7.
•
8. Beton Non Struktural
a. Pekerjaan ini meliputi beton sloof, kolom praktis, beton ring balok untuk
pekerjaan beton bukan struktur, seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
b. Mutu campuran beton yang dicapai dalam pekerjaan non struktur/struktur
pendukung mengunakan campuran 1 Pc : 2 Psr : 3 Split, hingga setara dengan
mutu beton K-225 dan harus memenuhi persyaratan dalam SNI 03-2458-1991.
c. Campuran beton mengunakan perbandingan volume.
d. Untuk mencapai mutu beton setara K-175 menggunakan campuran 1 Pc : 3
Psr : 5 Split sampai K-225 untuk pekerjaan ini pada umumnya dapat dipakai
volume campuran 1 Pc : 2 Ps : 3 Split.
9. Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan mutu U-24, dan seterusnya sesuai yang
ditentukan, yang penting harus ditanyakan oleh test laboratorium resmi dan
sah.
b. Besi harus bersih dan tidak mengandung minyak/lemak, asam alkali dan
bebas dari cacat seperti serpi-serpi. Penampung besi harus bulat serta
memenuhi persyaratan SNI 07-0663-1995.
E. PEKERJAAN DINDING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan dan alat bantu untuk :
• Pekerjaan pasangan pondasi batu
• Pekerjaan pasangan batu bata dinding bangunan dan dinding didalam
ruangan.
• Pekerjaan pemasangan kolom dan ringbalk beton dan kolom beton praktis
dan balok lantai.
• Plesteran dibagian luar dan dalam ruangan serta net, acian dan sekonengan
diseluruh bagian dinding ruangan/bangunan.
• Peralatan yang diperlukan termasuk alat bantu dan alat angkut yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini sesuai yang ditentukan.
• Sesuai dengan gambar yang telah disepakati untuk melaksanakan.
2. Persyaratan Bahan (lihat syarat-syarat pelaksanaan teknis bahan)
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a) Pasangan Bata
• Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan adukan
campuran 1 Pc : 3 Kp : 10 Psr.
• Sebelulm digunakan batu bata merah harus direndam dalam bak air atau
drum hingga basah merata.
• Setelah batu bata merah terpasang dengan adukan, nat/siar-siar harus
dikorek sedalam 1 cm dan dibersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram
air.
• Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih
dahulu dan siar telah dikorek serta dibersihkan dari aduk yang tersisa.
• Pemasangan dinding dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimal 24
lapis atau maksimal tinggi 1 m, diikuti cor kolom praktis.
• Bila dinding ½ bata yang luasnya lebih besar 9 m2 = (3 m x 3 m) maksimal
12 m2 = ( 3m x 4m ) harus ditambahkan kolom dan balok penguat ( kolom
praktis ) dengan ukuran 15 x 15 cm dengan tulangan pokok 4 – diameter 12
mm begel Ø 8 – 12 cm, jarak antara kolom 3 – 3,5 m.
• Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan
beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm, jarak
40 cm, yang terlebih dulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton
dan bagian yang terlebih dahulu ditanam dalam pasangan bata
sekurang-kurangnya 30 cm.
• Pasangan batu bata merah untuk dinding ½ batu harus menghasilkan
dinding finis setebal 15 cm dan untuk dinding 1 (satu) batu finis adalah 25 cm.
pelaksanaan pasangan harus cermat, rapid an benar-benar tegak lurus.
b) Pekerjaan Plesteran
• Bersihkan permukaan sampai benar-benar siap menerima adukan plesteran,
singkirkan semua hal yang dapat merusak atau menganggu pekerjaan.
• Pada permukaan dinding yang akan diplester, siar-siar sebelumnya harus
dikerok sedalam 1 cm untuk membersihkan pegangan pada plesteran.
• Dinding disikat sampai bersih dan disiram air, barulah plesteran lapis pertama
dapat dikerjakan.
• Plesteran kedua berupa acian semen (PC).
• Tebal plesteran dinding tidak boleh kurang dari 1 cm atau lebih dari 2 cm,
kecuali ditetapkan lain.
• Pekerjaan plesteran akhir harus lurus, sama rata, datar, dan tegak lurus.
• Untuk bidang yang kedap air/pasangan dinding batu bata yang dekat
dengan tanah (diatas sloof), semua pasangan dinding batu bata diberi trasram
dengan adukan 1 PC : 4 Ps dengan ketinggian 40 cm dari permmukaan lantai.
• Jika hasil plesteran menunjukkan hasil yang tidak memuaskan, tidak rata,
tidak tegak lurus, bengkok, adanya pecahan atau retak, keropos, maka bagian
tersebut harus dibongkar untuk diperbaiki.
• Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara bertanggung jawab atas
penentuan prosedur/cara perbaikan dan hal-hal lain yang terjadi selama
pelaksanaan, seperti plesteran retak, rusak selama waktu pelaksanaan.
4. Syarat-syarat Pelaksanaan Pengiriman dan Penyimpanan Barang
Selain batu bata merah, pasir, batu kali dan krikil, bahan bangunan yang dikirim
kelokasi (site), terutama semen harus dalam keadaan tertutup atau dalam
kantong yang masih disegel dan berlabel pabrik, bertuliskan tipe dan
tingkatnya, dalam keadaan tidak cacat. Bahan harus diletakkan ditempat yang
kering, berventilasi baik, terlindung, bersih. Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung
Negara bertanggung jawab atas kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik
sebelum dan selama pelaksanaan. Bila ada hal-hal yang tidak ada tempatnya,
bahan rusak, Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara harus mengganti
dengan persetujuan Pimpro atau wakil yang ditunjuk.
5. Syartat-syarat Pelaksanaan Pengamanan Pekerjaan
Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara diwajibkan melindungi pekerjaan
tersebut dari kerusakan. Apabila terjadi kerusakan pada ruang/gedung tersebut,
Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara diwajibkan untuk memperbaikinya
dengan tidak mengurangi mutu pekerjaan.
H. PEKERJAAN PLAFOND
1. Lingkup Pekerjaan
a. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah pengadaan tenaga kerja, penyediaan
bahan/material, peralatan serta alat bantu lainnya yang diperlukan dalam
pelaksanan pekerjaan ini, sehingga pekerjaan langit-langit dapat dilaksanakan
dengan hasil yang baik dan sempurna.
b. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah seluruh ruangan.
c. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pemasangan plafon dengan seluruh detail
seperti yang disebutkan/disyaratkan dalam dokumen gambar.
d. Cara pengerjaan, bentuk, volume serta detail ukuran lainnya sesuai yang
tercantum dalam gambar dan RAB.
e. Kecuali ditentukan lain, dalam spesifikasi ini maka semua pekerjaan maupun
tambahan-tambahan bahan yang berhubungan dengan pekerjaan ini adalah
menjadi tanggung jawab Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan yang digunakan adalah lembaran asbes plat. Bahan-bahan yang
digunakan harus benar-benar halus, bebas dari cacat kayu yang ada seperti
sobek serat, lubang bekas paku, dll.
b. Ukuran asbes plat yang digunakan adalah modul 100 x 100 cm.
c. Spesifikasi bahan lain yang digunakan seperti tercantum dalam syarat-syarat
teknis bahan tentang kayu.
d. Bahan rangka pemggantung, dari kayu kelas II mutu A (setempat) kering,
lurus, tidak cacat, bersih dari retakan dan lubang.
e. Rangka langit-langit yang digunakan adalah kayu 5/7 untuk balok pembagi
dan balok induk sebagai balok utama adalah 6/12.
3. Syarat-syarat pelaksanaan
1. Sebelum dilaksanakannya pemasangan langit-langit ini, semua pekerjaan lain
yang terletak di atas langit-langit harus sudah terpasang secara sempurna.
2. Sebelum pekerjaan pemasangan langit-langit dimulai, diwajibkan
mengadakan pengecekan/pemeriksaan kembali terhadap pekerjaan yang erat
hubungannya dengan pekerjaan langit-langit ini antara lain instalasi kabel listrik
penerangan dan daya, pemasangan atap, dll, diwajibkan adanya kerja sama
(koordinasi) yang baik antara semua unsur Pelaksanaan Lapangan.
3. Tepi, sudut tiap potongan asbes plat setelah pemotongan adalah harus rapi
dan mulus.
4. Jarak antara tiap panel plafon adalah 0,5 cm (nat)
5. Sisi bawah dari tiap rangka langit-langit tersebut harus halus (diserut), agar
pemasangan asbes plat menjadi rata.
6. Rangka langit-langit yang digunakan adalah kayu 5/7 kayu kruing untuk
balok pembagi dan balok induk sebagai balok utama adalah 6/12, dan rangka
ini dicat dengan meni kayu sebanyak 2x laburan.
c. Syarat-syarat pelaksanaan
• Keputusan bahan, jenis warna, tekstur dan produk akan diambil dalam
musyawarah Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara. Spesifikasi
teknis bahan harus tetap sesuai dengan persyaratan diatas.
• Alas dari lantai keramik adalah lantai beton tumbuk dengan ketebalan
4 cm sesuai dengan gambar.
• Adukan pengikat dengan campuran 1 PC : 3 Psr ditambah bahan perekat,
atau dapat digunakan acian PC ditambah bahan perekat.
• Bidang lantai keramik yang terpasang harus benar-benar rata, jika
dianggap perlu dengan memperhatikan kemiringan lantai untuk
memudahkan pengaliran air.
• Lebar siar-siar harus sama dan kedalaman maksimum 3mn membentuk
garis lurus atau sesuai dengan gambar, siar-siar diisi dengan bahan
pengisi dengan bahan pengisi berwarna/grout semen.
• Pemotongan keramik harus menggunakan alat potong khusus sehingga
hasil potongan presisi dan tidak retak-retak.
• Keramik yang sudah terpasang harus dibersihkan dari segala macam noda
yang melekat, sehingga benar-benar bersih.
d. Syarat-syarat Pengiriman dan Penerimaan Barang
• Selain pasir, semen yang dikirim ke lokasi pelaksanaan harus dalam
keadaan tertutup, atau kantong masih disegel dan berlabel dari pabrik,
bertuliskan type dan tingkatannya serta dalam keadaan utuh dan tidak
cacat.
• Bahan-bahan diletakkan di tempat yang kering, berventilasi baik,
terlindung dan bersih.
• Tim Rehabilitasi Bnagunan Gedung Negara bertanggung jawab atas
kerusakan bahan-bahan yang disimpan baik sebelum maupun selama
pelaksanaan pekerjaan.
• Bila ada hal-hal yang tidak ada tempatnya, bahan rusak atau hilang, Tim
Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara harus menggantinya.
e. Syarat-syarat Pengamanan Pekerjaan
• Bahan keramik yang telah terpasang dihindarkan dari injakan selama 3 x
24 jam setelah pemasangan.
• Bila terjadi kerusakan, Tim Rehabilitasi Bangunan Gedung Negara
diwajibkan untuk memperbaikinnya dengan tidak mengurangi kualitas
pekerjaan.
2. Kabel Daya
a. Instalasi dan Pemasangan Kabel
1. Bahan
Semua kabel yang akan dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi
peraturan SII dan PLN. Semua kabel harus baru dan harus jelas ukurannya,
jenis kabel, nomor dan jenis pintalannya.
Semua kabel dengan penampang 2 mm keatas harus jenis pilin (stranded)
dan instalasi tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil dari
2,5 mm².
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah dari tipe
• Untuk insyalasi penerangan adalah NYA/NYM dengan conduit pipa PVC.
• Untuk kabel distribusi digunakan NYA dan penerangan taman dengan
menggunakan kabel NYFGBY.
Semua kabel NYA ditanam di dalam perkerasan (tembok, jalan, beton,dll)
harus berada di dalam conduit PVC kelas AW yang disesuaikan dengan
ukurannya, dan harus diklem.
b. Splice/Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya “splice” pencabangan ataupun sambungan-
sambungan baik dalam feader maupun cabang-cabang, kecuali pada cutlet
atau pada kotak-kotak penghubung yang bisa dipakai.
2. Semua sambungan kabel baik dalam juntion box, panel maupun tempat
lainnya harus menggunakan connector yang terbuat dari tembaga yang
diisolasi dengan porselen atau bakelit ataupun PVC, yang diameternya
disesuaikan dengan diameter kabel.
c. Bahan Isolasi
Semua bahan isolasi untuk pencabangan, connection, dll seperti karet, PVC
asbes, tape sintetis, resin, splice case, composit dll, harus dari tupe yang
disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lainnya harus dipasang
memakai cara yang disetujui oleh pabrik atau menurut anjuran yang ada.
d. Penyambungan kabel
• Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak
penyambungan yang sudah ditentukan (misal Junction box).
• Kabel-kabel disambung sesuai dengan warna atau nama masing-masing,
serta sebelum dan sesudah penyambungan harus dilakukan pengetesan
tahanan isolasi.
• Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa
PVC/protolen yang khusus untuk listrik.
L. PEKERJAAN CAT
a. Cat meni sekualitas merk JAGO dipergunakan untuk begel, baut, dan semua
besi yang kelihatan.
b. Cat meni sekualitas merk JAGO dipergunakan untuk kusen pintu/jendela,
plepet, pyan bidang sambungan dan semua kayu yang akan dicat.
c. Cat kayu sekualitas merk EMCO
d. Cat dinding sekualitas merk Decolith.
e. Proses cat: Untuk kayu meni satu kali, dempul, cat dasar, satu luar diplamir
pakai plamir sesuai merk catnya, dengan pengecatan sebanyak 2 kali atau lebih
hingga rata dan baik.
f. Proses pengecatan dilaksanakan setelah tembok kering.