BAB Evaporator PrinsipKerja&Alat
BAB Evaporator PrinsipKerja&Alat
Tujuan dari evaporasi adalah memekatkan larutan yang mengandung zat yang sulit
menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap (volatile solvent)
dengan cara menguapkan sebagian pelarutnya. Pelarut yang ditemui dalam sebagian
besar sistem larutan adalah air. Umumnya, dalam evaporasi, larutan pekat merupakan
produk yang diinginkan, sedangkan uapnya diembunkan dan dibuang. Sebagai contoh
adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk. Beberapa sistem
evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi air
laut untuk mengambil air tawarnya.
Evaorasi berbeda dengan distilasi, dalam hal uap yang dihasilkan biasanya merupakan
komponen tunggal; bahkan jika uapnya adalah multikomponen, tidak ada usaha untuk
memurnikan uapnya menjadi fraksi-fraksi komponen penyusunnya.
Tinjau kasus pembuatan susu bubuk dari susu cair encer. Proses ini pada dasarnya
adalah operasi pengurangan kandungan air. Selama proses, sifat larutan mengalami
perubahan drastis, dari larutan susu encer menjadi larutan pekat dan akhirnya menjadi
padat/serbuk. Keseluruhan proses tersebut sulit dilakukan ekonomis dengan hanya
menggunakan satu alat saja, sehingga diperlukan beberapa tahapan proses dengan
menggunakan peralatan yang berbeda.
Pada industri susu bubuk, dua tahapan proses yang umum digunakan adalah evaporasi
dan pengeringan (drying).
Evaporator:
Memproses cairan encer sampai menjadi cairan pekat (untuk industri susu sampai
kadar padatan sekitar 50%)
Proses ini dibatasi oleh kekentalan cairan ataupun kemungkinan terjadinya
pengendapan karena larutan terlalu pekat.
Kebutuhan panas untuk penguapan air relatif lebih sedikit.
Dryer:
Bisa memproses sampai kadar air padatan sangat rendah dan produk bisa berupa
padatan; jadi bisa memproses baik cairan maupun padatan.
Kebutuhan panas relatif besar; biaya penguapan air dengan dryer kira-kira sampai
9x biaya penguapan air dengan evaporator.
Oleh karena itu, pada industri susu bubuk, pada tahap pertama digunakan evaporator
(yang lebih murah biaya penguapannya) sampai dihasilkan larutan pekat. Tahap
berikutnya digunakan dryer (yang lebih mahal biaya penguapannya) untuk memperoleh
susu bubuk. Untuk menghemat biaya operasi, perlu diusahakan, pada tahap pertama
(yaitu evaporasi) sebanyak mungkin air diuapkan.
100
Susu pekat hasil evaporasi = 100 kg = 200 kg
50
Jumlah air teruapkan dalam evaporator = (1000 – 200) kg = 800 kg
100
Jumlah susu bubuk = 100 kg = 105 kg
95
Air teruapkan dalam dryer = (200 – 105) kg = 95 kg.
Terlihat bahwa jumlah air teruapkan dalam evaporator kurang lebih 8x dibanding pada
dryer.
Biaya total jika hanya menggunakan dryer untuk menguapkan 895 kg air = 895 x Rp. 9y
= Rp. 8055 y, atau kira-kira 5 x lebih mahal!
Perlu diperhatikan bahwa hitungan neraca massa pada proses penguapan air akan
menjadi sangat mudah jira berbasis pada jumlah padatan yang praktis tidak berubah.
Prinsip kerja pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik didih
yang sangat besar antara zat-zat yang yang terlarut dengan pelarutnya. Pada industri
susu, titik didih normal air (sebagai pelarut susu) 100 oC, sedang padatan susu praktis
tidak bisa menguap. Jadi, dengan menguapnya air dan tidak menguapnya padatan,
akan diperoleh larutan yang makin pekat.
B
log( P o ) A
C t
Untuk air: A = 6,96681; B = 1668,21; C = 228, dimana Po dalam cmHg dan t dalam oC.
Titik didih larutan yang mengandung zat yang sulit menguap akan tergantung pada
tekanan dan kadar zat tersebut. Pada tekanan yang sama, makin tinggi kadar zat, makin
tinggi titik didih larutannya. Beda antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut
murninya disebut kenaikkan titik didih (boiling point rise). Gambar dibawah merupakan
contoh kurva titik didih larutan NaOH dalam air.
1. Makin cepat gerakan fluida dalam evaporator, makin besar nilai koefisien transfer
panas, sehingga kecepatan transfer panasnya juga semakin tinggi.
2. Kadar zat terlarut makin tinggi, biasanya viskositas larutan semakin tinggi. Hal ini
mengakibatkan koefisien transfer massa menurun sehingga memperlambat transfer
panas. Disamping itu, jika kekentalan makin tinggi, kadar lokal padatan disuatu titik
dalam evaporator bisa terlalu tinggi sehingga dapat mengakibatkan kerusakan
padatan (jika padatan sensitif terhadap panas), atau pemadatan lokal.
3. Pada evaporator dengan konveksi alami (natural convection) dimana gerak fluida
diakibatkan oleh beda suhu, maka koefisien transfer panas dipengaruhi oleh beda
suhu (Δt). Semakin besar Δt, semakin tinggi nilai koefisien transfer panas.
4. Gerakan yang baik dari fluida perlu dijaga. Gerakan fluida selain akan meningkatkan
transfer panas, juga dapat mencegah terjadinya konsentrasi atau suhu lokal yang
terlalu tinggi, yang bisa mengakibatkan kerusakan padatan atau pemadatan.
5. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya endapan perlu dicegah.
6. Untuk bahan yang sensitif terhadap panas (mudah rusak pada suhu tinggi), maka
suhu evaporasi diusahakan rendah dengan cara menurunkan tekanan operasi.
Disamping itu, waktu tinggal bahan dalam evaporator dijaga jangan terlalu lama.
7. Energi terbesar pada evaporator adalah untuk penguapan (panas penguapan
nilainya sangat besar dibandingkan dengan panas sensibelnya, misal: panas
penguapan air ~ 540 cal/g), sehingga usaha-usaha penghematan panas perlu
dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan uap yang timbul
sebagai pemanas evaporator.
Dalam bagian ini akan dibahas skema peralatan evaporasi dan pinsip kerja berbagai
evaporator serta beberapa kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Alat ini merupakan evaporator yang paling klasik dan sederhana. Evaporator ini banyak
digunakan untuk keperluan-keperluan kecil dengan teknologi sederhana.
Features:
Tidak memberikan kondisi untuk terjadinya sirkulasi/aliran cairan, sehingga koefisien
transfer panas rendah yang menjadikan perpindahan panas tidak efisien.
Pengendapan kerak terjadi diluar pipa, sehingga sulit untuk dibersihkan. Konstruksi
alat harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bundel pipa bisa dikeluarkan untuk
dibersihkan.
2. Basket Evaporator
Features:
Sirkulasi/aliran cairan bisa berjalan dengan baik sehingga koefisien transfer panas
akibat konveksi alami (natural convection) besar, menjadikan transfer panas cukup
efisien. Sirkulasi aliran terjadi secara alami (natural circulation) karena adanya beda
Pada alat ini, cairan mengalir dalam pipa sedangkan steam pemanas mengalir dalam
shell. Cairan dalam tabung mendidih, uap yang timbul bergerak keatas dengan
membawa cairan. Sirkulasi aliran dalam pipa terjadi karena beda rapat massa yang
terjadi karena perbedaan fasa antara fluida dalam pipa (yaitu: campuran uap-cair)
dengan yang diluar pipa (cair). Diatas pipa terdapat ruang uap yang berfungsi untuk
memisahkan cairan dengan uap. Uap akan menuju lubang pengeluaran diatas,
sedangkan cairan jatuh kebawah melewati saluran besar yang ada ditengah bejana, dan
kembali bersirkulasi masuk pipa-pipa. Konveksi alami ( natural convection) berjalan baik
sehingga transfer panas lebih efisien. Kerak dan endapan terbentuk didalam pipa,
sehingga lebih mudah untuk dibersihkan. Adanya sirkulasi menyebabkan cairan berkali-
Keuntungan: Koefisien transfer panas karena sirkulasi alami (natural circulation) lebih
besar, sehingga transfer panas bisa lebih efisien.
Kerugian:
Jumlah cairan yang menguap setiap pass sangat besar (karena pipa panjang) sehingga
konsentrasi lokal dimulut pipa bagian atas akan sangat tinggi (ingat: cairan dalam
evaporator tidak homogen, karena adanya perbedaan suhu dan konsentrasi padatan
Sirkulasi cairan untuk memperbesar koefisien transfer panas dibantu dengan pompa.
Perpindahan panas terjadi karena konveksi paksa ( forced convection) sehingga koefisien
transfer panas bisa lebih tinggi. Disamping itu, karena arus sirkulasi besar, maka
penyumbatan-penyumbatan dalam pipa bisa diatasi oleh aliran oleh pompa. Pipa tidak
terlalu panjang. Sirkulasi berjalan cepat, sehingga larutan dalam evaporator lebih
homogen. Adanya pompa yang menjadi satu dengan evaporator membuat alat ini lebih
Gambar (a dan b) dibawah, yaitu boiling tube evaporator dan submerged tube
evaporator adalah contoh lain dari forced circulation vertical tube evaporator:
Pompa, heat exchanger dan pemisah uap-cairan masing-masing merupakan unit yang
terpisah . Untuk mendapatkan alat ini, bias digunakan alat-alat biasa yang dirangkai
sendiri. Kelakuan alat ini seperti pada vertical tube evaporator with forced circulation,
akan tetapi lebih murah dan fleksibel karena bisa dirangkai sendiri. Akan tetapi alat ini
membutuhkan ruang yang lebih luas (kurang kompak).
Dalam falling film evaporator, cairan mengalir kebawah membentuk film disekeliling
dinding dalam pipa. Aliran disebabkan oleh gaya berat dan gesekan uap. Uap yang
terbentuk bergerak kebawah. Meskipun Δt kecil, tetapi aliran tetap baik karena adanya
gaya gravitasi (bandingkan dengan natural convection evaporator!). Luas permukaan
pemanasan jauh lebih besar dibandingkan dengan volume cairan dalam evaporator. Hal
ini memungkinkan transfer panas yang cukup dan perusakan bahan belum banyak
terjadi karena waktu tinggal yang kecil (volume cairan dalam evaporator kecil).
Kapasitas alat ini tidak bisa divariasi terlalu besar. Pembahasan lebih detil tentang alat
ini ada pada sub-bab berikutnya.
Contoh beberapa jenis falling film maupun rising film evaporator dapat dilihat pada
gambar-gambar dibawah.
Nama lain: turbulent film evaporator atau wiped-film evaporator (untuk yang
horisontal).
Evaporator berbentuk tabung (shell) vertikal atau horizontal, dengan pemanas diluar
tabung. Pada sumbu tabung terdapat batang yang dapat diputar, yang dilengkapi
dengan sirip-sirip. Pada vertical agitated film evaporator, saat batang berputar, cairan
bergerak kebawah akan terlempar ketepi tabung (bagian panas) karena putaran sirip.
Cairan ditepi tabung akan terpental kembali ketengah tabung. Pada bagian atas tabung
disediakan ruang untuk pemisahan uap cairan. Transfer panas berjalan dengan sangat
efisien. Problem penyumbatan dan konsentrasi local yang tinggi dapat teratasi.
Koefisien transfer panas sangat besar. Ruang didalam tabung ditengah berfungsi untuk
pembakaran. Evaporator ini digunakan untuk cairan yang sangat kental, bahkan slurry.
Pemakaian panas kembali sulit dilakukan.
Evaporator jenis ini digunakan untuk mengiapkan larutan dengan viskositas tinggi atau
bahkan pasta atau pulpy. Pemanas dapat dialirkan dalam koil (internal heating), jaket
pada shell (external heating) (sumber: Sattler and Feindt, 1995, Thermal Separation
Processes).
Catatan:
Pada saat sekarang, kebanyakan industri menggunakan evaporator tipe vertical tube
evaporator dan agitated film evaporator. Pada industri susu (atau bahan makanan/dairy
yang sensitive terhadap panas), banyak digunakan falling film evaporator.
Pada sub-bab dibelakang akan dibahas secara khusus tentang falling film evaporator.
Seperti telah diuraikan diatas, pada falling film evaporator cairan mengalir kebawah
berbentuk film dipermukaan dalam tabung karena gaya gravitasi dan gesekan uap yang
juga mengalir kebawah. Steam pemanas mengalir dalam shell/diluar pipa. Alat ini
dianggap cocok untuk evaporasi bahan-bahan yang snsitif terhadap panas dan suhu
tinggi, misalnya: susu.
Pada falling film evaporator, luas permukaan transfer panas tiap volume cairan dalam
evaporator sangat besar. Artinya, perbandingan luas transfer panas tiap volume cairan
dalam evaporator sangat tinggi. Luas transfer panas yang besar menyediakan fasilitas
untuk perpindahan panas yang besar, sedangkan volume cairan dalam evaporator yang
kecil berarti waktu tinggal cairan dalam evaporator kecil sehingga kerusakan bahan
dapat diminimalkan.
b. Pipa dengan ID = 2 cm, panjang 300 cm, tebal film = 0,2 cm.
Luas permukaan pipa = π.(ID).L = π (2)(300) = 600 π cm2
Volum ≈ π.(ID).L x 0,2 = π(2)(300)(0,2) = 120 π cm3
Perbandingan (luas/volume) = (600 π)/(120 π) = 5/cm.
Evaporator masa kini umumnya harus bekerja dengan beda suhu pemanas dan cairan
(Δt) yang kecil, dalam rangka memaksimumkan pemakaian kembali panas yang dibawa
oleh uap yang terbentuk. Nilai Δt yang kecil ini mengakibatkan konveksi alamiah
(natural convection) tidak berjalan baik (ingat: nilai koefisien transfer panas pada
konveksi alamiah tergantung Δt!). Sehingga evaporator yang bekerja berdasarkan
konveksi alamiah tidak cocok digunakan. Dengan falling film evaporator, meskipun Δt
kecil, gerak cairan tetap baik karena adanya gaya berat, sehingga nilai koefisien transfer
panasnya tetap tinggi, meskipun Δt-nya kecil. Perlu diperhatikan bahwa evaporator jenis
forced convection kurang cocok untuk larutan susu, karena: (a). akan memerlukan biaya
pemompaan, dan (b). sirkulasi aliran akan terlalu banyak sehingga kemungkinan ada
cairan yang tinggal terlalu lama dalam evaporator, yang dapat menyebabkan kerusakan
susu. Pada falling film evaporator, tidak ada sirkulasi cairan.
Beda suhu, Δt, yang kecil akan mengakibatkan luas transfer panas yang diperlukan
menjadi besar, sesuai dengan persamaan:
Q
A
U .t
Jika penambahan A dilakukan dengan penambahan jumlah lubang, maka jumlah cairan
yang melewati tiap pipa akan terlalu sedikit. Hal ini mengakibatkan ada sebagian
permukaan pipa yang tidak tertutup cairan, atau tertutup cairan dengan ketebalan
terlalu kecil. Akibat kecepatan penguapan yang besar, dapat terjadi pemadatan
dipermukaan pipa (susu menjadi rusak) dan pada akhirnya terjadi scaling (pengotoran).
Jadi, penambahan luas permukaan sebaiknya dilakukan dengan memperpanjang pipa,
bukan dengan menambah jumlah pipa. Pada saat ini, panjang pipa evaporator dapat
mencapai 15 m, dengan Δt ≈ 2oC. Sekitar 20 tahun yang lalu, panjang pipa evaporator
hanya sekitar 3 atau 4 m, dengan Δt ≈ 15oC.
Mengingat jumlah cairan yang lewat pipa tidak boleh terlalu kecil, maka kapasitas
operasi falling film evaporator tidak boleh diubah/dikurangi terlalu banyak, sehingga
evaporator jenis ini kurang fleksibel terhadap perubahan kapasitas operasi.
Falling film evaporator harus beroperasi pada level coverage coefficient tertentu.
Untuk mempertahankan coverage coefficient pada tingkat tertentu pada jumlah cairan
kecil, bisa digunakan sistem sirkulasi, dimana sebagian produk yang keluar dari bawah
pipa diumpankan kembali kebagian atas tabung. Dengan sistem ini, jumlah cairan yang
melewati pipa cukup besar. Sisi negatifnya adalah: ada sejumlah cairan yang mengalami
sirkulasi berkali-kali sehingga kemungkinan terlalu lama mengalami pemanasan dan
akan rusak.
Sistim dinamis
Sistim statis
Pada sistem dinamis (lihat gambar dibawah), distribusi aliran dicapai dengan
penyemburan melalui nozzle, dan juga diakibatkan oleh flashing (penguapan cepat) dari
cairan keluar nozzle (ingat: umpan evaporator biasanya pada keadaan cair lewat jenuh,
khususnya yang berasal dari evaporator sebelumnya yang tekanannya lebih tinggi).
Penyemburan oleh nozzle ini didorong oleh pressure drop pada nozzle, yang nilainya
dipengaruhi oleh jumlah cairan yang lewat.
Pada sistem statis (lihat gambar diatas), umpan cairan lewat jenuh mula-mula terpisah
dari uapnya akibat flashing. Cairan masuk ke plat distributor diatas ujung-ujung pipa.
Tinggi cairan diatas plat distributor dijaga pada level tertentu. Cairan mengalir melalui
sejumlah lubang pada plat dan tepat jatuh diatas bidang diantara mulut pipa, kemudian
terdistribusi pada pipa-pipa. Pada saat yang sama, uap mengalir melalui pipa kecil tepat
diatas tabung pemanas. Uap yang keluar lewat pipa kecil ini akan mendorong cairan
cairan menempel pada dinding tabung pemanas sekaligus memberikan kecepatan awal.
Sistim statis lebih stabil terhadap perubahan kapasitas, karena jika permukaan cairan
diatas plat distribusi naik akibat kenaikkan jumlah cairan masuk, maka aliran cairan
melalui lubang juga akan bertambah cepat sehingga mencegah kenaikkan tinggi
permukaan. Demikian pula jika kapasitas turun.
Khusus pada pengolahan susu, jika susu yang akan diproses bersuhu rendah (5-10 oC)
maka sebelum masuk evaporator, larutan susu perlu dipanasi terlebih dulu ( pre-
heating). Preheater yang digunakan umumnya ada 3 jenis, yaitu:
b. Strigh-tube
Pipa berada diluar evaporator, meskipun panas disuplai dari steam di evaporator.
Pembersihan lebih mudah, tetapi karena pressure drop-nya lebih besar maka
diperlukan energi untuk pemompaan yang lebih besar.
c. Plate
Berada diluar evaporator, dan biasanya dipakai sebagai preheater paling awal yang
menggunakan panas dari embunan dari evaporator terakhir.
Penghematan panas pada sistim evaporasi dapat dilakukan dengan dua cara:
a. Menggunakan beberapa evaporator yang disusun seri (multiple-effect
evaporators).
b. Rekompresi Uap (Vapor recompression).
a. Multiple-Effect Evaporators.
Pada prinsipnya beberapa evaporator tersusun seri dan terhubung satu dengan yang
lain, tetapi masing-masing beroperasi pada tekanan yang berbeda. Gambar dibawah
merupakan contoh dari evaporator tiga efek ( triple-effect evaporators).
Pada efek terakhir, vapor line dihubungkan dengan sistim vakum, yang bisa berupa
condenser dengan pompa vakum atau jet ejector (pada gambar diatas digunakan jet
ejector).
Untuk penguapan sampai konsentrasi yang sama dengan kadar umpan yang sama,
penggunaan triple effect evaporator, dapat menghemat steam sampai 2/3-nya
dibandingkan jika digunakan evaporator tunggal. (Catatan: Kebutuhan steam pada triple
effect evaporator ≈ 1/3 x kebutuhan steam untuk evaporator tunggal).
Forward feed: Steam pemanas masuk efek-1. Umpan (larutan encer) juga masuk ke
efek-1. Hasil efek pertama diumpankan ke efek-2 dan seterusnya. Uap dari efek-
1 digunakan sebagai pemanas di efek-2, dan seterusnya. Pompa hanya perlu
digunakan untuk mengalirkan umpan ke efek-1, dan mengeluarkan larutan pekat
dari efek terakhir.
Backward feed: Umpan masuk ke efek terakhir, selanjutnya larutan hasil efek terakhir
dialirkan ke efek sebelumnya dan seterusnya. Pada akhirnya, produk (yaitu:
larutan pekat) dikeluarkan dari efek pertama. Steam pemanas masuk ke efek-1.
Uap hasil efek-1 digunakan sebagai pemanas pada efek-2 dan seterusnya.
Pompa perlu digunakan untuk mengalirkan larutan dari efek-n ke efek-(n-1) dan
seterusnya, karena tekanan pada efek-n (Pn) < Pn-1 < Pn-2 dan seterusnya.
Mixed feed: Larutan encer (umpan) masuk ke efek-intermediate (ditengah), mengalir
secara forward ke efek berikutnya sampai efek terakhir. Dari efek terakhir,
larutan dialirkan balik ke efek sebelum umpan dan secara backward dialirkan
sampai ke efek pertama. Sistim ini dapat mengurangi pemakaian pompa, tetapi
masih menguntungkan karena larutan paling pekat diuapkan pada efek-1,
dimana suhunya paling tinggi.
Parallel feed: umpan segar (larutan encer) dimasukkan secara parallel ke masing-
masing efek. Steam hanya digunakan pada efek-1. Uap hasil efek-1 digunakan
sebagai pemanas efek-2 dan seterusnya.
b. Vapor Recompression.
Pada prinsipnya, uap hasil dari evaporator dinaikkan tekannya dengan cara kompresi,
sehingga suhunya akan naik dan bisa digunakan sebagai pemanas evaporator tersebut.
Ada dua cara rekompresi uap, yaitu:
Gambar dibawah adalah contoh penggunaan TVR pada falling film evaporator dua
tingkat.
Prinsip kerja mechanical vapor recompression dapat dilihat pada gambar dibawah.
Uap yang dihasilkan dari evaporator dikompresi dengan kompresor ( positive
displacement compressor atau centrifugal compressor, tergantung tekanan yang
diinginkan), sehingga suhu uap akan naik melebihi suhu didih larutan dalam
evaporator. Uap kemudian digunakan semabagi pemanas dalam evaporator.
Untuk operasi dengan tekanan dibawah 1 atm, diperlukan alat pembuat vakum. Ada dua
macam alat pembuat vakum yang dikenal secara umum, yaitu:
a. Pompa vakum
Biaya investasi lebih tinggi. Tidak memerlukan motive fluid (misalnya: steam), tetapi
memerlukan energi listrik. Jika harga energi listrik mahal, maka sebaiknya digunakan
jet ejector.
b. Jet ejector.
Pada prinsipnya berupa nozzle dengan rasio ukuran diameter tertentu. Berdasarkan
motive fluid-nya, ada dua jenis jet ejector, yaitu: (1). Steam jet ejector (digunakan
dalam sistim evaporasi bertingkat/multistage), dan (2). Water jet ejector (misalnya
digunakan dalam vacuum filter). Meskipun biaya investasi dan perawatan-nya
rendah, tetapi konsumsi steam tinggi.
Untuk mengurangi beban alat pembuat vakum, jumlah uap yang masuk alat tersebut
perlu dikurangi sebanyak-banyaknya dengan cara mengembunkannya dalam condenser.
Ada 2 jenis condenser yang sering digunakan, yaitu:
a. Mixing Condenser
Nama lain dari mixing condenser adalah barometric condenser. Pada alat ini, uap
dan air pendingin dikontakkan langsung dengan sistim semburan air.
Keuntungan: Biaya investasi dan konsumsi air pendingin rendah (sekitar 28% lebih
rendah daripada surface condenser).
Kerugian: Air dan embunan bercampur, sehingga jika terdapat kotoran terbawa dari
evaporator (misalnya entrainment), maka kotoran ini akan terbawa ke cooling tower
dan mengakibatkan kontaminasi.
b. Surface Condenser
Merupakan condenser konvensional berupa selongsong yang didalamnya terdapat
pipa-pipa (shell and tubes).