Anda di halaman 1dari 9

A.

NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA TERHADAP SILA KE-1


Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang hanya ada di negara kita.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupkan hasil rumusan dari nilai-nilai dan norma-norma yang
berakar dan tumbuh dalam dan dari kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh agama yang
hidup di negara ini.
Dalam Pancasila telah dijamin kebebasan hidup beragama terutama pada sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa. Isi Pancasila telah diterima oleh umat beragama di Indonesia karena
mengandung pengertian umum yang tidak bertentangan dengan dasar keyakinan masing-masing
agama. Yang menjadi keharusan ialah setiap bangsa Indonesia mesti berketuhanan Yang Maha
Esa.
Apakah perlu beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa? Sesuai dengan
sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan
ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita manusia berada di dunia adalah
ciptaan-Nya. Oleh karena itu, wajarlah bila manusia bertakwa dan iman kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Kita wajib mengakui dan meyakini, bahwa di luar alam semesta ini masih ada zat yang
sempurna, yaitu Tuhan pencipta atau Al-Khalik. Tuhan pencipta alam semesta sekaligus sebagai
pengatur. Yang paling utama dan pokok, yaitu melaksanakan segala perintah dan menjauhi
semua larangan-Nya. Misalnya, sesuai agama yang kita anut dengan menjalankan ibadah sesuai
dengan syariatnya. Tidak melakuakan hal-hal yang dilarang oleh agama, antara lain seperti
mencuri, membunuh, bohong, dan sebagainya. Apabila kita telusuri sebab segala kejadian, kita
akan sampai kepada kesimpulan, yaitu adanya penyebab pertama itu disebut Causa Prima, yaitu
Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun manusia diciptakan oleh Tuhan karena manusia adalah sebagai makhluk Tuhan ( Kaelan
dalam Ensiklopedia Pancasila, 1995:110-1150).

Pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebenarnya telah dinyatakan
pula dalam UUD 1945, baik pada bagian pembukaan maupun pada bagian batang tubuhnya.
Pada bagian pembukaan, terdapat dalam alinea ke-3 yang menyatakan bahwa “Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa…maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya”.

Pada bagian Batang Tubuh, tercantum pada pasal 29 ayat 1 dan 2, sebgai berikut:1. Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memluk
agama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya itu.

Pengaturan kehidupan beragama di Indonesia secara yuridis diperkuat oleh Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum pada:
Pasal 156 A :
“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja
dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
1. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu
agama yang dianut di Indonesia.
2. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang tidak bersendikan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Pasal 175 :
“Barangsiapa dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan merintangi pertemuan agama
umum yang diizinkan atau upacara penguburan mayat duhukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya satu tahun empat bulan”

B. KONSEP TENTANG NEGARA DAN AGAMA YANG DITENTUKAN OLEH DASAR


ONTOLOGIS MANUSIA

1. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila


Jika dirinci makna hubungan negara dengan agama menurut negara Pancasila adalah sebagai
berikut:
(1) Negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa
(2) Bangsa Indonesia adalah sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa.Konsekuensinya
setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
masing-masing.
(3) Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena hakikatnya manusia berkedudukan
kodrat sebagai makhluk Tuhan.
(4) Tidak ada tempat bagi pertentangan agama,golongan agama,antar dan inter pemeluk agama serta
antar pemeluk agama.
(5) Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi
siapapun juga.
(6) Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
menjalankan agama dalam negara.
(7) Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara harus
sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum positif
maupun norma moral baik moral negara maupun moral para penyelenggara negara.
(8) Negara pada hakikatnya merupakan “…berkat rahmat Allah Yang
Maha Esa.(Bandingkan dengan Notonagoro, 1975)

2. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi

Bahwa antara agama dengan negara tidak dapat dipisahkan. negara menyatu dengan
agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama
menguasai masyarakat politis. Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam pengertian negara
theokrasai, yaitu negara theokrasi langsung dan tak langsung.

a. Negara Theokrasi Langsung


Dalam sistem negara theokrasi langsung, kekuasaan adalah otoritas Tuhan. adanya negara di
dunia ini adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan. Dalam sejarah
perang dunia II, rakyat jepang rela mati demi Kaisarnya, karena menurut menurut kepercayaan
kaisar adalah anak Tuhan. Negara Tibet dimana pernah terjadi perebutan kekuasan antara
Pancen lama dan Dalai lama, adalah sebagai penjelmaan otoritas Tuhan dalam negara dunia.
Doktrin-doktrin dan ajaran-ajaran berkembang dalam negara theokarasi langsung, sebagai upaya
untuk memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam negara (Kusnadi,
1995;60).

b. Negara Theokrasi Tidak Langsung


Negara Theokrasi tidak langsung menyatakan bahwa pemerintahan bukan diperintah langsung
oleh Tuhan, melainkan kepala Negara atau Raja, yang memiliki otoritas atas nama Tuhan
(semuanya memerintah atas kehendak Tuhan). Kekuasaan dalam negara merupakan suatu
karunia dari Tuhan. Raja mengemban tugas suci dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya.
Politik yang demikian inilah yang diterapkan Belanda terhadap wilayah jajahannya sehingga
dikenal dengan nama politik etis (Ethische Politik). Kerajaan Belanda mendapat amanat dari
Tuhan untuk bertindak seagai wali dari wilayah jajahan Indonesia (Kusnadi, 1995; 63).

3. Hubungan Negara Dengan Agama Menurut Sekulerisme

Sekulerisme berpandangan bahwa negara adalah hubungan keduniawian atau masalah-


masalah keduniawian ( hubungan manusia dengan manusia ). Adapun agama adalah urusan
akhirat yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan. Konsekuensinya hukum positif
sangat di tentukan oleh komitmen warga negara sebagai pendukunng pokok negara. Negara
adalah urusan hubungan horizontal antar manusia dalam mencapai tujuannya, adapun agama
adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun dalam agama sekuler
membedakan antara agama dengan negara, namun lazimnya warga negara di berikan kebebasaan
dalam memeluk agama masing-masing.

4. Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalis

Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya nasing-masing. Namun Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal
memberi kebebasan untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi, Rasul, Kitab
Suci bahkan Tuhan sekalipun. Misalnya Salman Rusdi yang mengkritik kitab suci dengan tulisan
ayat-ayat setan. Karena menurut paham liberal bahwa kebenaran individu adalah sumber
kebenaran tertinggi.
Keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat
ditentukan oleh kesepakatan individu sebagai warga negaranya. Misalnya UU aborsi di Negara
Irlandia tetap diberlakukan walaupun ditentang oleh gereja dan agama lainnya, karena UU
tersebut merupakan hasil referendum.

5.Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Komunis

Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia, agama adalah
keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis, agama adalah
merupakan candu masyarakat (Marx, dalam Louis Leahy, 1992:97, 98).
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat etheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan
menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai
manusia ditentukan oleh materi.

C. MENGEMBANGKAN SIKAP YANG DIDASARI PERCAYA DAN TAKWA


TERHADAP TUHAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mempunyai suatu kewajiban untuk
beriman dan bertakwa dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak melakukan berbagai kegiatan.
seperti berdagang, bertani, guru, pengusaha, dan sebagainya. selain itu, kita selalu mengadakan
hubungan dalam bentuk komunikaasi dengan orang lain.
Perbuatan yang kita lakukan tersebut, perlu dilandasi dengan iman dan takwa yang kuat.
Mengapa? Sebab jika perbuatan itu tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas
kendali. Bila keadaannya demikian, manusia cenderunng mempunyai sifat ingin mencari,
berkuasa, dan sombong.

Contoh:
1. Kita tahu, bahwa sekarang serba cangih. Salah satunya adalah diciptakannya pesawat ulang-alik
oleh bangsa Amerika. Pesawat ini dapat pergi ke bulan dengan waktu yang singkat dan dapat
ditumpangi manusia. Dalam perbuatan dan penggunaan alat ini bila tidak dilandasi dengan rasa
iman dan takwa, manusia cenderung bersifat sombong. Maka akan menimbulkan bencana untuk
sendirinya.
2. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing dengan sungguh. Kita jangan sampai
salah mengerti akan arti beribadah. Beribadah itu tidak hanya sekedar bersembahyang atau
berdoa di tempat-tempat ibadah, seperti masjid, gereja, kuil, pagoda, atau pura. Melainkan harus
diimbangi dengan perbuatan-perbuatan baik sesuai dengan perintah Tuhan. Menjalankan
perintah-Nya, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

Jadi, apa pun yang kita hadapi, baik dalam keadaan suka atau duka harus diterima dengan
rasa iman dan takwa. Dengan cara mengucapkan syukur kepada Tuhan.
Sungguh disayangkan, bila ada orang yang mengaku beriman dan beragama, tetapi perbuatannya
sehari-hari masih suka berjudi, menipu, memfitnah, membunuh sesama manusia, mencuri,
merampok, memperkosa, dan sebagainya. untuk itu, kita harus mawas diri (intropeksi).
Untuk mengenbangkan sikap percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu
adanya pembinaan. Pembinan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

1. KETELADANAN
Semua tindakan dan perilaku yang baik perlu kita teladani. Sebagai generasi muda khususnya
pelajar, kita harus mampu berbuat baik, yang didasari rasa iman dan takwa. Perbuatan yang
demikian merupakan teladan bagi adik-adik generasi penerus kita. Jadi, segala perbuatan yang
kita lakukan harus dilandasi iman dan takwa sebab perbuatan ini akan diteladani oleh penerus
kita.
2. MEMBERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
Bimbingan ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan, penerangan, dan ceramah. Baik dari
pemuka masyarakat, pemimpin atau tokoh agama. Dalam memberikan bimbingan ini, terutama
kita harus berbuat baik. Melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal-
hal yang diberikan dalm bimbingan dan penyuluhan adalah sebagai berikut.
1. Segala perbuatan yang kita lakukan, hendaknya berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Kita harus menjalankan ibadah sesuai dengan agmanya masing-masing
3. Antar pemeluk agama hendaknya saling menghormati
4. Kita tidak boleh merusak alam, karena alam dan lingkungan seperti gunung, hutan, laut, udara
adalah ciptaan Tuhan
5. Sebagai manusia bertakwa, hendaknya selalu berusaha dan bekerja keras. Tidak boleh malas dan
menerima takdir Tuhan
6. Tidak dibenarkan penyebaran ajaran/paham ateis yang mengingkari adanya Tuhan propaganda
anti agama.

D. MEWUJUDKAN KEHIDUPAN YANG DIDASARI IMAN DAN TAKWA TERHADAP


TUHAN YANG MAHA ESA, DALAM KEHIDUPAN KELUARGA, KAMPUS, DAN
MASYARAKAT

1. DI DALAM KELUARGA
Dalam keluarga yang beragama islam pada waktu akan makan mengucapkan
Bismillahirrohmanirrohim. Demikian pula pada keluarga yang beragama lain sebelum dan
sesudah makan juga mengucapkan doa. Semua agama yang ada di negara kita mengajarkan
bahwa setiap anak selalu mematuhi nasihat orang tuanya.
2. DI DALAM LINGKUNGAN KAMPUS
Misalnya kita melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, karena kebersihan adalah sebagian
daripada iman. Kita mengadakan acara memperingati hari-hari besar agama. Sesama teman harus
saling menghormati. Dan juga kepada para dosen pengajar harus patuh dan juga menghormati.
Yang muda dihargai dan yang tua dihormati.
3. DI DALAM MASYARAKAT
Misalnya, kita harus tabah dalam menghadapi cobaan. Dalam melakuakn pekerjaan hendaknya
tekun dan jujur. Bila sedang menerima nikmat dari tuhan kita wajib bersyukur. Sebagai orang
yang bertakwa kita harus saling menghormati antar umat beragama. Hal-hal semacam ini perlu
kita hayati dan kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
E. PEMAHAMAN DAN PELANGGARAN TERHADAP PANCASILA SAAT INI

Ideologi Pancasila merupakan dasar-dasar negara yang mengakui dan mengagungkan


keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai
warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas Ideologi
Pancasila terhadap agama.
Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur
benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama.
Kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik,
Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun
minoritas.
Jika hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan
umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung
memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama
lainya dengan dalih moralitas. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan
permusuhan.

F. FAKTA DARI SALAH SATU MEDIA TELEVISI, BAHWA INDONESIA ADALAH


NEGARA KETUHANAN

Metrotvnews.com, Jakarta: Mahkamah Konstitusi menolak permohonan uji materi


aturan pencegahan penodaan agama. Meski negara hukum, Indonesia adalah negara
berketuhanan. Indonesia masih membutuhkan aturan mengatur para pemeluk agamanya. Hal
tersebut dipaparkan dalam putusan Mahkamah Konstitusi setebal 322 halaman, Senin (19/4).
Secara historis, makna ketuhanan merupakan kebijakan para founding fathers.
Indonesia yang menolak sekularisme namun tak dapat menyetujui negara Islam.
"Rumusan falsafah tersebut tercermin pada Pasal 29 ayat (1) UUD 1945, Pasal 9 UUD 1945,
dan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945. Agama bukan hanya bebas dipeluk, tapi agama sebagai
pembatas hak asasi yang lainnya. hal ini tercermin dari dibentuknya kementerian khusus yaitu
kementerian agama," ujar Hakim Konstirtusi Arsyad Sanusi.
Ketua Mahkamah Mahfud MD menegaskan, landasan ketuhanan ini tak bisa dilepaskan
dalam pengambilan keputusan dan kebijakan. Tak seperti negara lain, landasan keagamaan
masih menjadi poin penting perumusan kebijakan.
Dasar ketuhanan jadi alat ukur untuk menentukan hukum baik/buruk,
konstitusional/inkonstitusional," tegas Mahfud. Mahfud menambahkan, perspektif hukum yang
berbeda itu tak dapat membuat Indonesia dapat menjadikan panadangan luar negeri sebagai
landasan hukum. "Jika di Amerika Serikat justru pemberian pengajaran agama di sekolah-
sekolah umum dilarang karena dianggap negara mengintervensi agama, di Indonesia, sebaliknya
pengajaran telah menjadi sebuah proses yang dianggap wajar, ini salah satu contoh kuatnya
agama dalam struktur masyarakat kita," ujar Mahfud.
Secara sosiologis pun fungsi agama di Indonesia berbeda. Pengaruh agama yang kuat
dalam struktur masyarakat dapat memicu konflik horizontal. Jika peraturan pencegahan
penodaan agama dihilangkan, negara akan kehilangan peran sebagai penjaga ketertiban. Justru
negara akan membiarkan masyarakat terjebak dalam konflik.
"Bagaimanapun juga kebebasan perlu pembatasan yang diatur dalam undang-undang.
pembatasan tersebut justru untuk melindungi hak warga negara lainnya," tegas Mahfud.
Mahfud juga menambahakan kekahwatiran diskriminasi terhadap berbagai penganut
kepercayaan tak beralasan. Penegaskan pengakuan negara terhadap enam agama tak berarti
negara tidak meperdulikan yang lain. "Kata pembiaran harus diartikan sebagai pembiaran agama
dan kepercayaan lainnya untuk berkembang dan menyebarluaskan keyakinanya asalkan tidak
bertentangan dnegan aturan yang ada," tandasnya.(MI/ICH)

Anda mungkin juga menyukai