Anda di halaman 1dari 16

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

 DEFENISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada
di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.

 ETIOLOGI
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang
diperkirakan sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada
motilitas saluran telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum
ke uterus terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i.Abortusbuatan

 Proses Terjadinya Kehamilan Ektopik


1. Setelah menstruasi, wanita akan melepaskan sel telur dari indung telurnya. Sel
telur itu adalah sel telur yang siap untuk dibuahi. Sel telur tersebut akan
berjalan menuju saluran telur kemudia menuju ke rahim
2. Ketika setelah menstruasi wanita melakukan hubungan seksual, sperma
pasangan akan masuk ke dalam rahim dan mencari sel telur yang bisa untuk
dibuahi. Hasil pertumbuhan itu dinamakan zigot.
3. Bila tidak ada halangan, zigot itu akan berenang dan menuju ke rongga rahim.
Ketika menuju rongga rahimakan ada pembelahan sel. Ketika sampai dirongga
rahim, sel ini akan menempelkan dirinya ke dinding rahim dan bisa tumbuh
lebih lanjut.
4. Dalam perjalanannya menuju rahim, zigot bisa saja menemukan banyak
hambatan. Hambatan itu bisa membuat zigot menjadi melambat dan
terganggu. Akibatnya adalah zigot akan menempel bukan didinding rahim
didalam rahim.
A. Gejala
- Nyeri
- Perdarahan
- Sakit panggul
- Pingsan
- Hipotensi
- Sakit perut
- Kulit pucat
- Denyut nadi meningkat

B. Faktor Resiko
 Infeksi saluran telur
 Radang panggul
 Pernah mengalami KET
 Operasi tuba
 Endometriosis
 Kontrasepsi

ABORTUS

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi dibawah umur kehamilan 22 minggu


dengan berat janin yang dibawah 500-1000gram.

B. Penyebab
- Kelainan ovum
- Kelainan letak uterus
- Kelainan hasil konsepsi
- Kelainan pada plasenta
- Faktor ibu yang memiliki penyakit kronis

C. Jenis-Jenis Abortus
1. Abortus Kompletus
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20
minggu.
2. Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
3. Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah
mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap didalm rahim.
4. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervagina sedangkan jalan lahir
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam rahim. (Abortus yang
sementara terjadi)
5. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya
masih dalam kandungan.
6. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebnyak tiga kali berturut-turut atau lebih

KESIMPULAN
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh
pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga
profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan
dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu. Aborsi hanya boleh
dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia diatas 12 minggu bila
terdapat indikasi medis). Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah
abortus.

MOLAHIDATIDOSA
A. Definisi

Molahidatidosa atau hamil anggur adalah pertumbuhan massa jaringan dalam rahim
(uterus) yang tidak akan berkembang menjadi janin atau bayi dan merupakan hasil konsepsi
yang abnormal. Jenis masalah kehamilan ini adalah jenis penyakit trofoblas gestasional, dan
bentuk kanker dari penyakit trofoblas gestasional disebut koriokarsinoma.

B. Penyebab
 Sel telur secara patologi sudah mati, tetapi terlambat untuk dikeluarkan
 Adanya imunoseletif dari trofoblas
 Status sosial ekonomi yang rendah
 Paritas yang tinggi
 Defisiensi protein
 Adanya infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

C. Gejala
- Perdarahan pervagina dengan warna coklat gelap sampai merah terang pada
trimester pertama.
- Mual dan muntah, hyperemesis gravidarum
- Adanya cairan kista seperti anggur, kista ovarian theca luteal
- Adanya tekanan atau sakit panggul
D. Penatalaksanaan

Gangguan kehamilan ini harus diangkat dengan melalui proses pembedahan yang
dilakukan dokter kandungan dan perawat. Kuretase biasanya dilakukan 3-5 kali. Operasi
untuk menghilangkan mola disebut dilatasi dan kuretase yang melibatkan pembersihan isi
uterus.

Wanita yang hamil terlalu cepat setelah kehamilan mola memiliki resiko lebih besar
mengalami hamil anggur lagi. Dan jika telah selesai pengobatan maka diperlukan waktu
1-2 tahun untuk bisa hamil lagi.

SOLUCIO PLACENTA DAN PLACENTA PREFIA

Solucio Placenta Placenta Prefia


Perdarahan Merah tua s/d coklat hitam Merah Segar
Terus menerus Berulang
Disertai nyeri Tidak Nyeri

Uterus Tegang, bagian janin tak teraba Tak tegang


Nyeri tekan Tak nyeri tekan

Syok/Anemia Lebih sering Jarang


Tidak sesuai dengan jumlah darah yang Sesuai dengan jumlah darah yang
keluar keluar

Fetus 40% fetus sudah mati Biasanya fetus hidup


Tidak disertai kelainan letak Disertai kelainan letak

Pemeriksaan Ketuban menonjol walaupun tidak khas Teraba plasenta atau perabaan fornik
dalam ada bantalan antara bagian janin
dengan jari pemeriksaan

ATONIA UTERUS
A. Definisi

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post-partum dini. Atonia


uteri disebut juga sebagai suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan
bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak
terkendali.
Perdarahan post-partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post-partum,
Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi
dalam 24 jam setelah kelahiran bayi.

A. Penyebab
a. Uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan diantaranya:
 Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
 Kehamilan gemelli
 Janin besar (makrosomia)
b. Kala 1 atau kala 2 memanjang
c. Persalinan cepat (partus presipitasus)
d. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
e. Infeksi intrapartum
f. Multiparitas tinggi
g. Malnutrisi
h. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya\
i. Kelainan uterus

B. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang selalu ada pada perdarahan post-partum akibat Atonia Uteri
adalah:

- Perdarahan segera setelah anak lahir


- Pada palpasi, meraba Fundus Uteri disertai perdarahan yang memancur dari jalan
lahir
- Perut terasa lembek atau tidak adanya kontraksi
- Perut terlihat membesar

C. Penatalaksanaan
1. Lakukan massage fundus uteri segera setelah plasenta dilahirkan: massage
merangsang kontraksi uterus. Sambil melakukan massage sekaligus dapat
dilakukan penilaian kontraksi uterus
2. Bersihkan kavum uteri dari selaput ketuban dan gumpalan darah: selaput ketuban
atau gumpalan darah dalam kavum uteri akan dapat menghalangi kontraksi uterus
secara baik. Mulai melakukan kompresi bimanual interna. Jika uterus berkontraksi
keluarkan tangan setelah 1-2 menit. Jika uterus tetap tidak berkontraksi teruskan
kompresi bimanual interna hingga 5 menit: sebagian besar atonia uterus akan
teratasi dengan tindakan ini. Jika kompresi bimanual tidak berhasil setelah 5
menit, dilakukan tindakan lain.
3. Berikan metal Ergomethrin 0,2mg intra muskuler/intra vena: metilergometrin
yang diberikan secara intramuskuler akan mulai bekerja dalam 5-7 menit dan
akan menyebabkan kontraksi uterus. Pemberian intravena bila sudah terpasang
infuse sebelumnya.
4. Berikan infuse cairan RL dan Oksitoksin 20 IU/500 Ml: anda telah memberikan
oksitoksin pada waktu penatalaksanaan aktif kala tiga dan metil ergometrin
intramuskuler. Oksitosin intravena akan bekerja segera untuk menyebabkan
uterus berkontraksi. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
selama atoni.
5. Berikan laparotomi: pertimbangkan antara tindakan mempertahankan uterus
dengan ligasi arteri uterine/hipogastrika atau histerektomi: pertimbangakan antara
lain paritas, kondisi ibu, jumlah perdarahan.

KESIMPULAN
Atonia Uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
masase fundus uteri (plasenta telah lahir). Atonia uteri merupakan penyebab
terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering
untuk melakukan histerektomi postpartum.

LASERASI SALURAN GENITAL

Robekan adalah terputusnya kontinyuitas jaringan. (Kamus Lengkap Kedokteran :


109)
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir bagia keras dan jalan lahir bagian lunak yang harus di
lewati oleh janin dalam proses persalinan pervagina. (Ilmu Bedah Kebidanan : 1)

Robekan jalan lahir adalah terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput darah,
serviks, portio septum rektovaginalis akibat dari tekanan benda tumpul. Robekan jalan
lahir terdiri dari: robekan perineum, robekan vagina, dan robekan serviks.

Robekan jalan lahir adalah robekan yang selalu memberikan perdarahan dalam jumlah
yang bervariasi banyaknya yang berasal dari perineum, vagina serviks, dan uterus. (Ilmu
kebidanan, penyakit kandungan, & KB untuk pendidikan bidan : 308)

A. Robekan Perineum
a. Pengertian

Perineum adalah bagian terendah badan yaitu sabuah garis yang menyambung
kedua tuberositas iskhil, membaginya menjadi daerah depan garis ini yaitusegitiga
urogenital dan belakangnya ialah segitiga anal. (anatomi fisiologi, evelyn : 256)

b. Etiologi
 Secara Umum:
- Kepala janin terlalu cepat lahir
- Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya
- Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
- Pada persalinan dengan distosia bahu
 Faktor Maternal:
- Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak di tolong
- Pasien tidak mampu berenti mengejan
- Partus di selesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan
- Edema dan kerapuhan pada perineum
- Perluasan perineum
 Faktor Janin:
- Bayi yang besar
- Posisi kepala bayi yang normal
- Kelahiran bokong
- Ekstraksi forsep yang sukar
- Distosia bahu (Ilmu kebidanan, patologi & fis. Persalinan : 451-
452)

c. Tingkat robekan perineum


Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum sedikit.

Tingkat II : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai selaput


lendir vagina dan muskulus perinea trasvesalis tapi tidak
mengenai sfingter ani

Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai


mengenai otot-otot sfingter ani

Tingkat IV : Robekan meluas keseluruh kulit perineum membran mukosa


vagina, senrum tendineum perinei, sfingter ani dan mukosa
rektum. (Ilmu Bedah Kebidanan :175)

d. Perawatan pasca persalinan


 Apabila terjadi robekan tingkat IV berikan antibiotik profilaksis dosis
tunggal :
- Ampicilin 500 mg/oral
- DHN metronidazol 500 mg/oral
 Observasi tanda-tanda infeksi
 Jangan lakukan pemeriksaan rectal atau enema 2 mgg
 Berikan pelembut keses selama 1 mg/oral

e. Teknik menjahit robekan perineum


Tingkat I : Dapat di lakukan hanya menggunakan cutgut yang di jahitkan
secara jelujur (continous sutare) atau dengan cara angka
delapan (figure of eight)
Tingkat II : - Jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata aalh brgerigi
maka pinggir yang bergerigi harus di rapikan lebih dulu.
- Pinggir robekan kanan, kiri masing-masing di klem kemudian
di gunting dan di lakukan penjahitan
- Mula-mula otot din jahit catgut, selaput lendir vagina di jahit
dengan catgut secara terputus atau jelujur
- Penjahitan selaput lendir vagina di mulai dari puncak robekan
- Terakhir kulit perineum di jahit dengan benang sutera secara
terputus
Tingkat III : - Dinding depan rektum yang robek di jahit dulu
- Fasia perifektal dan fasia septm rekto vaginal di jahit dengan
catgut kromik sehingga bertemu kembali
- Ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah di klem dengan
klemplen lurus kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut
kromik
- Robekan dijahit lapis demi lapisseperti menjahit robekan
perineum tingkat II
B. Robekan Vagina
a. Pengertian

Vagina adalah saluran potensial yang terbentang dari vulva ke uterus yang
berjalan ke atas dan ke belakang sejajar dengan pintu masuk pelvis dan dikelilingi
serta di topang oleh otot-otot dasar pelvis.

Vagina adalah tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris
yang khusus, di aliri pembuluh darah dan serabut saraf secara berlimpah.

b. Klasifikasi robekan jalan lahir pada vagina


 Kolporeksi
a) Pengertian
Kolporeksi adalah suatu keadaan di mana terjadi robekan di pada
vagina baian atas sehingga sebagian serviks uteri dan vagina terlepas
yang dapat memanjang atau melintang.
b) Etiologi
1. Pada persalinan dengan EPD sehingga terjadi regangan segmen
bahwa uttrus dengan servix uteri tidak terjepit antara kepala janin
dan tulang panggul.
2. Trauma sewaktu mengeluarkan placenta manual
3. Pada saat coitus yang kasar di sertai kekerasan
4. Kesalahan dalam memasukkan tangan oleh penolong ke dalam
uterus.
c) Komplikasi
1. Perdarahan terjadi jika robekan lebar, dalam, dan lebih mengenai
pembuluh darah
2. Infeksi, jika robekan tidak ditangani dengan semestinya bahkan
dapat timbul septikemi.

 Robekan dinding vagina


a) Pengertian
Robekan dinding vagina adalah robekan pada dinding vagina yang
mengenai pembuluh darah.
b) Etiologi
1. Melahirkan janin dengan cunam
2. Ekstraksi bokong
3. Ekstraksi vakum
4. Reposisi presentasi kepala janin misal letak oksipito posterior
5. Akibat lepasnya tulang simfisis pubis (Simfisiolisis)
c) Komplikasi
Sama dengan kolporeksi

d) Penanganan
1. robekan kecil → superfisial tidak perlu penanganan khusus
2. robekan lebar dan dalam, lakukan penjahitan secara teratur putus-
putus atau jelujur
3. pada puncak vagina sesuai dengan kolporeksi yang penanganan
sesuai dengan ruptur uteri.

 Perlukaan vagina
a) Etiologi
1. Akibat persalinan karena luka pada vulva
2. Robekan pembuluh darah vena di bawah kulit alat kelamin luar
dan selaput lendir vagina
b) Jenis perlukaaan vagina
1. Robekan vulva
Sering dijumpai pada waktu persalinan yang terlihat pada
robekan kecil pada labium minus, vestibulum atau bagian
belakang vulva, luka robekan dijahit dengan cara cutgut secara
terputus adalah jelujur.

2. Hematoma vulva
Karena robeknya pembulih vena yang ada dibawah pembuluh
kulit alat kelamin luar dan selaput lendir vagina, terjadi pada
kala pengeluaran. Diagnosa tidak terlalu sulit karena hematoma,
terlibat dibagian yang lembek, membengkok dan disertai nyeri
tekan. (Ilmu Bedah Kebidanan : 177-178)
c) Komplikasi
Sesuai pembahasan di atas.

d) Penanganan
1. Hematoma kecil tidak perlu tindakan operatif cukup dilakukan
pengompresan daerah tersebut
2. Jika ada tanda-tanda anemia, syok lakukan pengosongan
3. Jahitan di buka kembali atau lakukan sayatan sepanjang bagian
hematoma dan keluarkan jika ada bekuan
4. Jika ada sumber perdarahan, ikat pembuluh darah vena atau arteri
yang terputus
5. Rongga diisi dengan kasa steril sampai padat
6. Luka sayatan dijahit secara terputus-putus atau jelujur
7. Pakailah drain
8. Tampon dapat dibiarkan selama 24 jam
9. Pasien diberi koagulasi + antibiotik sebagai profilaksis dan
berikan ruborasia

 Fistula Vesikovaginal
a) Pengertian
Fistula adalah hubungan abnormal antara dua organ atau lebih
(bagian depan)

b) Etiologi
1. Trauma, menggunakan alat-alat (perforator, kait dekapitasi,
cunam)
2. Persalinan lama
3. Robekan cervix yang menjalar ke vagina bagian atas
4. Pada SC (vesika urinaria dan ureter dapat terpotong atau robek)

c) Penanganan
1. Yang disebabkan oleh trauma
 Pasang kateter tetap dalam vesika urinaria
 Jika ditemukan air kencing menetes kedalam vagina segera
lakukan penjahitan luka yang terjadi lapis demi lapis
(selaput lendir→ otot-otot dinding vesika urinaria →
dinding depan vagina)
 Kateter dapat dibiarkan selama beberapa waktu
2. Yang disebabkan oleh lepasnya jaringan nekrosis
 Gejala kelihatan setelah 3-10 hari post partum dan sering
pada fistula yang kecil
 Pasang kateter tetap (untuk drainase vesika urinaria) selama
beberapa minggu sehingga dapat menutup sendiri
 Jika pada fistula yan besar dapt dilukukan setelah 3-6 bulan
PP

 Fistula Rectovaginal
a) Pengertian
Fistula recovaginal adalah lubang antara rectum dan vagina

b) Etiologi
1. ketidakbeerhasilan perbaikan pada laserasi laserasi derajat ketiga
2. ketidaksembuhan dari penjahitan (Ilmu bedah kebidanan : 175-
182)
c) Penanganan
Perbaikan operatif (Ilmu Bedah Kebidanan : 177-182)

C. Robekan Servix
a. Pengertian

Cervix adalah leher rahim atau sesuatu yang berhubungan dengan leher.
(Kamus Kedokteran :51)

b. Etiologi
Robekan servix dapat terjadi pada :

- Partus presipitatus
- Trauma karena pemakaian alat-alat operasi (cunam, perforator,
vakum ekstraktor)
- Melahirkan kepala janin pada letak sungsang secara paksa karena
pembukaan servix belum lengkap
- Partus lama

c. Diagnosa robekan servix


Perdarahan PP pada uterus yang berkontraksi baik harus memaksa kita
untuk memeriksa servix inspekulo. Sebagai profilaksis sebaiknya semua
persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk memeriksakan inspekulo.

d. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Syok
3. Inkompetensi servix atau infertilitas sekunder

e. Penanganan menjahit robekan servix


1. Pertama-tama pinggir robekan sebelah kiri dan kanan di jepit dengan klem
sehingga perdarahan menjadi berkurang atau berhenti
2. Kemudian sevix di tarik sedikit, sehingga lebih jelaskelihatan dari luar
3. Jika pinggir robekan bergerigi, sebaiknya sebelum di jahit pinggir tersebut
diratakan dulu dengan jalan menggunting pinggir yang bergerigi tersebut.
4. Setelah itu robeka dijahit dengan cutgut cromik, jahitan dimulai dari ujung
robekan dengan cara jahitan terputus-putus atau jahitan angka delapan
5. Pada robekan yang dalam, jahitan harus di lakukan lapis demi lapis. Ini
dilanjutkan untuk menghindari terjadinya hematoma dalam rongga di
bawah jahitan

PLASENTA YANG TERTINGGAL

A. Definisi

Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau
melebihi waktu 30 menitsetelah bayi lahir.

Retensio sisa plasenta adalah sisa plasenta dan selaput ketuban yang masih tertinggal
dalam rongga rahim yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum dini dan perdarahan
postpartum lambat.

B. Klasifikasi Perdarahan Post-Partum


 Perdarahan postpartum primer: ialah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
dalam 24 jam pertama setelah anak lahir
 Perdarahan postpartum sekunder: ialah perdarahan lebih dari 500 cc yang
terjadi setelah 24 jam pertama setelah anak lahir, biasanya antara hari ke 5
sampai 15 hari postpartum

C. Jenis-Jenis Retensio Plasenta


1. Plasenta Adhesiva : adalah plasenta yang belum lahir dan masih melekat
didinding rahim karena kontraksi rahim yang kurang kuat untuk melepaskan
plasenta.
2. Plasenta Akreta : untuk menyatakan setiap implantasi plasenta dengan
perlekatan plasenta yang kuat dan abnormal pada dinding uterus.
3. Plasenta Inkreta : implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
4. Plasenta Perkreta : implantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plasenta Inkarserata : tertahannya plasenta didalam kavum uteri, disebabkan
oleh konstruksi ostiumuteri.

D. Etiologi
Etiologi perdarahan postpartum akibat sisa plasenta:
 Perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga
rahim
 Usia ibu dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
 Jarak antar kelahiran
 Anemia (kadar Hb dibawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3)

E. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang selalu ada:

- Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)


tidak lengkap
- Perdarahan segera

Tanda dan gejala kadang-kadang ada:

- Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang


- Perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir

F. Penatalaksanaan

Melakukan kuretase harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding
rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemberian obat
uterotonika melalui suntikan atau per oral.
INVERSIO UTERUS
A. Definisi

Inversio uteri adalah komplikasi persalinan yang jarang terjadi dimana rahim sebagian
atau seluruhnya ikut keluar ketika plasenta lahir. Bagian rahim bagian atas (fundus)
menjadi terbalik (inversi) mengarah ke bawah, tergantung derajatnya bagian rahim ini
bisa sampai ke mulut rahim hingga keluar dari jalan lahir.

B. Etiologi
 Persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
 Tali pusar pendek
 Bayi lahir sebelum waktunya
 Penggunaan obat relaksan otot selama persalinan
 Rahim abnormal atau lemah
 Riwayat inversio uteri sebelumnya
 Plasenta akreta, dimana plasenta terlalu dalam tertanam didinding rahim
 Implantasi plasenta pada fundus uteri, dimana plasenta melekat dibagian
paling atas dari rahim

C. Tanda dan Gejala


 Keluarnya bagian rahim yang menonjol dari vagina
 Setelah melakukan pemeriksaan, rahim tidak berada ditempatnya
 Perdarahan dari jalan lahir, pasien kehilangan cukup banyak darah sehingga
tekanan darah cepat turun

SHOCK HEMORAGIC

A. Definisi

Syok hemoragik adalah suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang begitu
banyak. Akibat perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik
dan penyakit trofoblas (molahidatidosa), perdarahan antepartum seperti plasenta previa,
solusio plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan
laserasi jalan lahir.

B. Gejala Klinik Shock

Gejala klinik shock pada umumnya sama pada semua jenis syok antara lain tekanan
darah menurun, nadi cepat, dan lemah akibat perdarahan. Jika terjadi vasokontriksi
pembuluh darah kulit menjadi pucat, keringat dingin, sianosi jari-jari kemudian diikuti
sesak nafas, penglihatan kabur, gelisah dan oligouria/anuria dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian ibu.
C. Penanganan Shock Hemoragik

Bila terjadi syok hemoragik segera lakukan resusitasi, berikan oksigen, infuse cairan,
dan transfusi darah dengan crossmatched.

GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH


Penyebab lain terjadinya perdarahan pada trimester tiga adalah adanya gangguan
pembekuan darah. Pada saat terjadi perdarahan, maka secara normal dalam tubuh terjadi
proses keseimbangan (homeostasis) dan fibrinolisis.

Indikasi adanya gangguan pembekuan darah: riwayat perdarahan abnormal,


penurunan kecenderungan perdarahan yang tidak lazim, dan laporan penyimpangan temuan
laboratorium. Gangguan pembekuan darah yang akan dibahas yaitu gangguan pembekuan
darah normal dan gangguan pembekuan lain.

Pada wanita yang baru melahirkan dan mengalami obesitas maka beresiko empat kali
lipat menderita bekuan darah. Resiko akan meningkat dua kali lebih tinggi dari normal pada
ibu yang melahirkan secara sesar, kelahiran prematur, perdarahan dalam kehamilan atau
sudah melahirkan tiga kali atau lebih.

SADARI

Kanker payudara merupakan kanker dengan jumlah kasus terbanyak, dan menjadi
salah satu penyebab kematian utama akibat kanker. Hal itu karena sebagian besar pasien
kanker payudara datang berobat pada stadium lanjut.

Untuk itu anda bisa melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin
pada 7-10 hari setelah hari pertama menstruasi. Pada masa itu, kepadatan payudara
berkurang. Dibawah ini merupakan langkah-langkah dari Yayasan Kanker Indonesia untuk
melakukan SADARI:

1. Berdiri tegak. Cermati bila ada perubahan pada bentuk dan permukaan kulit payudara,
pembengkakan dan perubahan pada puting.
2. Angkat kedua lengan ke atas, tekuk siku dan posisikan tangan dibelakang kepala.
Dorong siku ke depan dan cermati payudara, dan dorong siku ke belakang dan cermati
bentuk maupun ukuran payudara. Otot dada anda dengan sendirinya berkontraksi saat
anda melaukan gerakan ini.
3. Posisikan kedua tangan pada pinggang, condongkan bahu ke depan sehingga
payudara menggantung, dan dorong kedua siku ke depan lalu kencangkan otot dada
anda.
4. Angkat lengan kiri ke atas, dan tekuk siku sehingga tangan kiri memegang bagian atas
punggung. Dengan menggunakan ujung jari tangan kanan, raba, dan tekan area
payudara, serta cermati seluruh payudara kiri hingga ke arah ketiak.lakukan gerakan
atas bawah, gerakan melingkar dan gerakan lurus dari arah tepi payudara ke puting,
dan sebaliknya. Ulangi gerakan yang sama pada payudara kanan anda.
5. Cubit kedua puting. Cermati bila ada cairan yang keluar dari puting.
6. Pada posisi tiduran, letakkan bantal dibawah pundak kanan. Angkat lengan ke atas.
Cermati payudara kanan dan lakukan tiga pola gerakan seperti sebelumnya. Denga
menggunakan ujung jari, tekan seluruh bagian payudara hingga ke sekitar ketiak.
Ulangi langkah ini pada sisi berlawanan, untuk mencermati payudara sebelah kiri.

Anda mungkin juga menyukai