Anda di halaman 1dari 7

3

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Penerangan
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan Industri)
2. Sumber Penerangan
Berdasarkan sumbernya, penerangan dibedakan menjadi dua yaitu
penerangan alami dan penerangan buatan.
a. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasilkan
oleh sumber cahaya alami yaitu matahari dengan cahayanya yang
kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim, dan tempat. Pada
penggunaan pencahayaan alami diperlukan jendela-jendela yang
besar, dinding kaca dan dinding yang banyak dilubangi, sehingga
pembiayaan bangunan menjadi mahal. Keuntungan dari penggunaan
sumber cahaya matahari adalah pengurangan terhadap energi listrik.
b. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan
oleh sumber cahaya selain cahaya alami. Apabila pencahayaan alami
tidak memadai atau posisi ruangan sukar untuk dicapai oleh
pencahayaan alami dapat dipergunakan pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatan sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1) Mempunyai intensitas yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan
2) Tidak menimbulkan pertambahan suhu udara yang berlebihan
pada tempat kerja
3) Memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap
menyebar secara merata, tidak berkedip, tidak menyilaukan dan
4

tidak menimbulkan bayang-bayang yang dapat mengganggu


pekerjaan.
(Padmanaba, 2006)
3. Klasifikasi Penerangan
Berdasarkan sifatnya, penerangan dapat diklasifikasikan yaitu
a. Kuantitas cahaya (intensitas), tergntung dari :
1) Tingkat ketelitian
2) Kemampuan dari objek memantulkan cahaya
3) Brightness dari sekitar objek
b. Kualitas cahaya, ditentukan oleh :
1) Kesilauan
2) Bayangan
4. Intensitas Penerangan yang diperkenankan
PEKERJAAN CONTOH-CONTOH INTENSITAS
Jenis permukaan Reflektan ( % ) PENERANGAN
Langit-langit 80 – 90 (LUX)
Kasar dan Ruang penyimpanan & peralatan 100
Dinding 40 – 60
tidak terus instalasi
Perkakas ( mebel ) 25 – 45
menerus
KasarMesin
dan dan perlengkapannya 30 – 50
Mesin dan peralatan kasar 200
terusLantai
menerus 20 – 40
Rutin Ruang administrasi, kontrol, 300
mesin
Agak halus Pembuatan gambar atau bekerja 500
dengan mesin kantor
Halus Pemilihan warna, pemrosesan 1000
tekstil, pekerjaan mesin halus,
perakitan halus
Amat halus Mengukir dengan tangan, 1500 (tidak
pemeriksaan pekerjaan mesin, menimbulkan
perkaitan sangat amat halus bayangan)
terinci Pemeriksaan pekerjaan, 3000 (tidak
perakitan sangat halus menimbulkan
bayangan)
Sumber : KMK No 1405 Tahun 2002
5. Nilai Reflaktan yang diperkenankan
5

Sumber : Suma’mur PK
6. Intensitas yang diperkenankan berdasarkan Peraturan Menteri
Perburuhan No.7 Tahun 1964
a. Penerangan darurat harus mempunyai kekuatan paling sedikit 5 lux
(0,5 ft. candles).
b. Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam lingkungan
perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft.
candles).
c. Gudang-gudang untuk. menyimpan barang-barang besar dan kasar
harus paling sedikit mempunyai kekuatan 50 lux (5 ft. candles).
Contohnya : mengerjakan bahan-bahan yang besar, mengerjakan
arang atau abu.
d. Pekerjaan membedakan barang-barng kecil sepintas ≥ 100 lux.
Contohnya : penggilingan padi, pengupasan,pengambilan dan
penyisihan bahan kapas.
e. Pekerjaan membedakan barang kecil agak teliti ≥ 200 lux.
Contohnya : pemasangan alat-alat yang sedang, pekerjaan mesin dan
bubut yang kasar, pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap
barang-barang.
f. Pekerjaan membedakan ketelitian barang kecil dan halus ≥ 300 lux.
Contohnya : pekerjaan mesin yang teliti, pemeriksaan yang teliti,
percobaan-percobaan yang teliti dan halus.
g. Pekerjaan membedakan barang halus dengan kontras sedang dan
dalam waktu yang lama. 500-1000 lux.
Contohnya : pemasangan yang halus, pekerjaan mesin yang halus,
pemeriksaan yang halus.
h. Pekerjaan membedakan barang sangat halus dengan kontras yang
sangat kurang untuk waktu lama ≥ 1000 lux.
6

Contohnya : pemasangan yang elastis halus ( arloji dan lain-lain ),


pemeriksaan yang ekstra halus, percobaan alat-alat yang ekstra
halus.
7. Titik Pengukuran
a. Penerangan setempat (lokal)
Antara lain obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan. Bila
merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja
yang ada. Denah pengukuran intensitas penerangan setempat seperti
pada Lampiran.
b. Penerangan umum: titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.
Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai
berikut:
1) Luas ruangan kurang dari 10 m2: titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu)
meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 m2 seperti Gambar 1.

1m
1m

1m

Gambar 1. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas


kurang dari 10 m2
2) Luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2: titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap
3 (tiga) meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan antara 10 m2 sampai 100 m2 seperti Gambar 2.
7

3m 33mm

3m

3m

Gambar 2. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas dari 10 m2 – 100


m2
3) Luas ruangan lebih dari 100 m2 : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter.
Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
ruangan dengan luas lebih dari 100 m2 seperti Gambar 3

6m
6m

6m

6m

Gambar 3. Denah pengukuran intensitas penerangan umum luas lebih dari 100 m2

8. Prosedur Pengukuran
a. Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi tempat
pekerjaan dilakukan.
8

b. Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan kondisi


pekerjaan.
c. Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup
sensor.
d. Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik
pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.
e. Pengukuran dilakukan pada salah satu sudut ( X 1) dimana setiap
photo cell menghadap sumber cahaya, alat di pegang ± 85 cm dari
lantai.
f. Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
g. Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat seperti pada Lampiran, dan untuk intensitas
penerangan umum seperti pada Lampiran.
h. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas
penerangan.

9. Perhitungan
a. Penerangan Lokal
Hasil pengukuran berdasarkan tiap lokasi pengukuran yang diukur.
Untuk memudahkan dalam membaca hasil pengukuran, maka bisa
menggunakan denah. Contoh denah dalam lampiran.
b. Penerangan Umum
Besarnya intensitas penerangan umum :

Jumlah intensitas penerangan ( Lux) = ...............Lux


Jumlah titik seluruh ruangan

1p1+1p2 + 1p3 + ............................+ 1pn =......Lux


n

c. Reflaktan
Pengukuran Reflektan :
1) Ukurlah intensitas penerangan yang jatuh pada dinding
lantai, langit-langit, meja mesin atau yang akan diukur dengan
Lux meter menghadap sumber cahaya. Misalnya A Lux.
9

2) Photo cell di balik, kemudian tarik pelan-pelan sampai


jarum/angka pada display tidak bergerak/konstan. Misalnya B
Lux.
Reflektan dihitung dengan rumus :
Reflektan = B x 100 % =.........%
A

B. Perundang-undangan
1. Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat-Syarat
Kesehatan Kebersihan serta Penerangan Tempat Kerja
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1975
Tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi
Lainnya
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1405/MENKES/SK/XI/2002 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

Anda mungkin juga menyukai