Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI REPRODUKSI DAN

INSEMINASI BUATAN

Pemberian Protein SPAG11e Dapat Menginduksi Motilitas


Spermatozoa Pada Kambing Peranakan Etawa

Nama : Rizky Ayu Nur Lestari


NIM : 155130107111010
Kelas : 2015 A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan
kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teknologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan yang berjudul “Pemberian Protein SPAG11e
Dapat Menginduksi Motilitas Spermatozoa Pada Kambing Peranakan Etawa”.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih,
dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita semua.
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan.....................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)............................................................4
2.2 Semen Kambing.....................................................................................4
2.3 Spermatozoa...........................................................................................5
2.4 Morfologi Spermatozoa.........................................................................6
2.5 Inseminasi Buatan Pada Kambing.........................................................8
BAB 3. METODELOGI........................................................................................9
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................11
4.1 Definisi Protein SPAG11e......................................................................11
4.2 Fungsi Protein SPAG11e........................................................................11
4.3 Cara Kerja Protein SPAG11e dalam Menginduksi Motilitas
Spermatozoa...........................................................................................11
4.4 Kualitas Spermatozoa setelah diberikan SPAG11e................................12
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................14
5.1 Kesimpulan............................................................................................14
5.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Spermatogenesis merupakan program perkembangan yang kompleks.
Program tersebut melibatkan perubahan bentuk sel germinal progenitor
diploid menjadi spermatozoa. Spermatogenesis berlangsung di dalam
epithelium seminiferus testis yang menghasilkan sekitar 256 spermatid
(haploid, 1n) yang berasal dari spermatogonium tipa A1 (diploid, 2n). Satu
spermatogonium (diploid, 2n) akan menghasilkan delapan spermatid
(haploid, 1n) selama spermatogenesis. Spermatogenesis dimulai ketika
spermatogonia mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi spermatosit
primer, yang selanjutnya diikuti oleh meiosis yang menghasilkan round
spermatid haploid. Round spermatid mengalami perubahan morfologi yang
dramatis hingga menjadi spermatozoa yang matang. Spermatozoa akan
mengalami diferensiasi ketika mereka meninggalkan testis menuju
epididymis. Epididimis merupakan komponen traktus reproduksi dengan
tingkat spesialisasi yang tinggi dan berfungsi sebagai tempat transportasi,
pematangan, dan penyimpanan spermatozoa. Dalam fungsinya sebagai tempat
sekresi dan absorbsi, epithelium epididimis menyediakan suatu lingkungan
yang potensial untuk pematangan spermatozoa (Akmal, 2015).
Menurut Jones (2004), epididimis mamalia mempunyai 2 fungsi utama,
yaitu, 1) menyediakan suatu lingkungan mikro yang unik di dalam lumen
duktus yang berfungsi membantu spermatozoa dari testikular yang masih
belum matang menjadi sel-sel yang sepenuhnya fertil; 2) menyimpan
spermatozoa yang sudah fertil dan poten di dalam kauda epididymis atau vas
deferen hingga spermatozoa diejakulasikan. Spermatozoa meninggalkan testis
dan selanjutnya memasuki epididimis sebagai gamet yang belum fungsional.
Ketika spermatozoa mengalami transit disepanjang epididimis, maka
spermatozoa akan mengalami pematangan yang sangat dibutuhkan untuk
menginduksi motilitas progresif dan kemampuan membuahi sel telur (ova).
Pematangan spermatozoa di dalam epididimis melibatkan adanya interaksi
antara spermatozoa dengan protein-protein yang disintesis dan disekresikan
oleh epithelium epididimis. Spermatozoa membutuhkan gerakan motilitas
progresif (forward motility) dan kemampuan memfertilisasi sel telur selama
mereka melewati epididimis. Proses pematangan melibatkan modifikasi
permukaan spermatozoa dengan adanya sekresi protein-protein (molekul)
yang berbeda oleh serangkaian bagian yang sudah mengalami spesialisasi di
dalam epithelium epididimis (Akmal, 2015).
Dalam epididimis terdapat sejumlah protein atau molekul yang
memengaruhi pematangan spermatozoa (epididymal sperm maturation).
Protein-protein tersebut adalah cysteine-rich secretory proteins 1 (CRISP1),
human sperm-associated antigen 11 (SPAG11e), beta-defensin 126
(DEFB126), carbonyl reductase P34H, CD52, dan human epididymal protein
6 (HE6) atau GPR64. Protein CRISP1 berperan penting pada interaksi
spermatozoa-zona pelusida; SPAG11e, menginduksi motilitas spermatozoa
yang progresif; DEFB126, penetrasi spermatozoa melewati mukus serviks
dan pengenalan spermatozoa-zona pelusida; carbonyl reductase P34H,
pengikatan spermatozoa-zona pelusida; CD52, pada pengikatan spermatozoa-
zona pelusida; dan GPR64 berperan penting pada pematangan spermatozoa
(Akmal, 2015).
Berdasarkan hal tersebut, pemberian ekstrak epididimis (EE) diprediksi
akan mampu meningkatkan kualitas spermatozoa kambing jantan peranakan
etawa (PE). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian EE
(protein SPAG11e) terhadap induksi motilitas spermatozoa yang dapat
meningkatan kualitas spermatozoa kambing jantan PE. Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan alternatif dalam upaya
meningkatkan penampilan reproduksi kambing jantan PE (Akmal, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi protein SPAG11e
1.2.2 Apa saja kah fungsi protein SPAG11e?
1.2.3 Bagaimana cara kerja protein SPAG11e dalam menginduksi motilitas
spermatozoa?
1.2.4 Bagaimanakah kualitas spermatozoa setelah diberikan protein
SPAG11e?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui definisi protein SPAG11e
1.3.2 Mengetahui fungsi protein SPAG11e
1.3.3 Mengetahui cara kerja protein SPAG11e dalam menginduksi motilitas
spermatozoa
1.3.4 Mengetahui kualitas spermatozoa setelah diberikan protein SPAG11e.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)


Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing local (Kacang) dengan kambing Etawah (Jamnapari). Namun tidak
diketahui secara jelas sampai seberapa jauh telah terjadi peningkatan mutu
sehingga terbentuk kambing PE yang mempunyai sifat-sifat diantara kedua
tetuanya. Dari penampilan luar, dugaan banyaknya kandungan darah Etawah
dapat dilihat dari bentuk dan ukuran telinga serta profit muka. Saat ini
kambing PE dimasukkan dalam tipe kambing dwiguna (Sutama, 2000).

2.2 Semen Kambing


Kambing PE jantan mencapai pubertas pada umur 22.8 minggu,dengan
bobot badan sekitar 18.7 kg, volume ejakulat 0.26 cc, pH semen 7.54,
spermatozoa motil/progresifsekitar 60%, spermatozoa hidup 62.01%,
konsentrasi 127.83juta/ml dan abnormalitas 8.76%. Pada kambing PE dewasa
volume ejakulat sekitar 0.9 cc, pH 6.6-6.8, serta konsentrasi 2.6-2.7 milyar/cc
dengan sperma hidup sekitar 9395%. Berbeda halnya dengan karakteristik
semen kambing Nubian yang mempunyai warna putih sampai krem, volume
1.5 cc dengan konsentrasi sekitar 1.8 milyar set/cc, sperma hidup 89% dan
abnormalitas 6.7% (Suwarso, 1999).
Semen kambing terdiri dari dua bagian utama yaitu plasma dan
spermatozoa. Plasma adalah cairan yang disekresikan oleh kelenjar
vesikularis dan kelenjar asesoris lainnya. Plasma ini mempunyai fungsi yang
sangat vital sebagai medium perjalanan spermatozoa dari saluran reproduksi
jantan ke saluran reproduksi betina selama ejakulasi, sebagai medium aktivasi
spermatozoa non-motil dan menyediakan penyangga sertakaya akan zat
makanan yang diperlukan spermatozoa setelah deposisi dalam traktus
reproduksi betina. Plasma semen kambing umumnya berwarna putih
kekuningan karena adanya riboflavin yang disekresikan oleh kelenjar
vesikularis. Air merupakan unsur utama plasma semen yaitu sampai 75%,
yang didalamnya larut substansi organik dan inorganik sebagai cadangan
makanan dan perlindungan bagi spermatozoa. Cairan isotonik plasma semen
terutama dipertahankan oleh substansi organic seperti fruktosa, sorbitol,
inositol, asam sitrat, gliserilfosforilkolin, fosfolipid, prostaglandin dan
protein. Fruktose merupakan sumber energi utama untuk spermatozoa. pH
plasma semen umumnya berkisar antara 6.8 7.0 yang dipertahankan oleh
sistem penyangga yang ada. Berbeda dengan plasma semen ternak ruminansia
lainnya, semen kambing mengandung enzim fosfolipase (fosfolipase A) yang
sering disebut eggyolk coagulating enzyme, kerena enzim ini dapat
menggumpalkan medium yang mengandung kuning telur akibat hidrolisis
lesitin kuning telur menjadi lisolesitin dan asam lemak yang dikatalisir oleh
enzim tersebut. Adanya ensim fosfolipase A2 dalam plasma semen
menyebabkan terjadinya reaksi akrosom dini saat semen diejakulasikan
karena hidrolisis fosfolipid membrane spermatozoa menjadi asam lemak dan
lisolesitin (Suwarso, 1999).

2.3 Spermatozoa
Spermatozoa, yang merupakan bagian lainya dari semen, terbentukdi
dalam tubuliseminiferi dari sel-sel induk yang diploid (Spermatogonia A)
melalui proses spermatogenesis yaitu suatu rangkaian proses yang sangat
kompleks meliputi pembelahan dan diferensiasi sel. Spermatogenesis terdiri
dari dua proses utama yaitu spermatositogenesis dan spenniogenesis. Proses
spermatogenesis inidikontrol oleh sistem hormonal,dan pariakambing, kurang
lebih memakan waktu sekitar 22 hari. Spermatocytogenesis atau tahap
proliferasi dimana spermatogonia tipe A mengalami mitosis berkali-kali
menghasilkan spermatogonia tipe B yang selanjutnya bermitosis lagi menjadi
spermatocyt primer. Tahap berikutnya adalah meiosis dimana spermatocyt
primer mengalami meiosis I dengan menempuh fase leptoten, zigoten,
pakiten, diploten dan diakinase metafase, anafasedan telofase. Pada meiosis II
mengalami profase, metafase, anafasedantelofase. Spermatocyt II mempunyai
inti genap dan akhirnya membentuk spermatid yang sudah berekor.
Spermatgenesis atau tahap pematangan yaitu transformasi spermatid menjadi
spermatozoa dengan melalui fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase
pematangan. Pada fase golgi butiran proakrosom terbentuk dalam alat golgi
yang natinya bersatu membentuk butiran akrosom. Pada fase tutup,
gembungan akrosom makin besar, sedangkanfase akrosom ditandai dengan
redistribusi bahan akrosom untuk selanjutnya mengalami pematangan. Pada
saat mitokondria meninggalkan tubuliseminiferi bagian leher masih diselimuti
butiran sitoplasma, yang mepandakan spennatozoa tersebut masih berumur
muda. Di dalam saluran epididimis, butiran sitoplasma berimigrasi ke bagian
ekor dan kemudian terlepas samasekali. Pada saat ini pendewasaan
spermatozoa terjadi. Proses pendewasaan ini diduga disebabkan oleh adanya
sekresi sel-sel epitel pada saluran epididimis, dan umumnya proses ini terjadi
pada bagian caput epididymis (Sutama, 2000).

2.4 Morfologi Spermatozoa


Secara morfologis, spermatozoa normal terdiri dari bagian kepala dan
ekor. Bagian ekor dibagi lagi menjadi bagian leheratau tengah, bagian utama
dan bagian ujung. Kepala spermatozoa berbentukoval memanjang lebar dan
mendatar dada satusisi dan sempit pada satusisi. Panjang dan lebar kepala
spermatozoa sapi, domba dan babi berkisar 8-10 mikron kali 4-4.5 mikron,
dan tebalnya sekitar 0.5-1.5 mikron. Bagian kepala spermatozoa mengandung
mated inti yang mengandung kromosom terdiri dari DNA (deoxyribonucleic
acid) yang bersenyawa dengan protein. DNA membawa informasi genetik.
Melalui pembelahan reduksi selama proses spermatogenesis, spermatozoa
hanya membawa setengan DNA dari sel-sel somatik yang ada dengan kode
kromosom X (sexbetina) dan Y (sexjantan). Bagian posterior zona equatorial
dibungkus oleh selubung inti posterior yang disebut post nuclear cap yang
memiliki perbedaan afinitas terhadap zat warna. Pemecahan selubung sel
danselubung akrosomal akan mengeluarkan beberapa enzim antara lain
hyaluronidase, zona lysin, asam hydrolasedanesterase. Bagian ekor yang
terdiri dari bagian leher, bagian tengah, bagian utama dan bagian ujung yang
berasal dari sentriol spermatid selama spermatogenesis. Bagian axonema
dengan fiber bagian tengah dibagian perifir ditutup dengan sejumlah
mitokondria yang dapat menimbulkan energi untuk bergerak (Tambing,
1999).
Bagian tengah ekor merupakan gudang energi untuk kehidupan dan gerak
spermatozoa, yang dihasilkan melalui proses metabolik yang berlangsung
pada helix mitokondria. Daerah ini kaya akan phospolipid, lecithin, dan
plasmanogen. Plasmanogen mengandung satu aldehid lemak dan satu asam
lemak yang berhubungan dengan gliserol maupun asam phosporatau cholin
sehingga asam lemak dapat dioksidir sebagai sumber energi endogen.
Disamping itu juga terjadi perombakan fruktose menjadi asam laktat. Bagian
utama ekor mengandung sebagian besar mekanisme daya gerak spermatozoa
dan memiliki peranan fital terhadap motilitas. Integritas membran plasma
merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam penilaian kualitas
semen, mengingat fungsi membrane tersebut dalam melindungi secara fisik
bagian spermatozoa, mengatur keluar masuknya zat zat makanan, ion-ion
yang diperlukan dalam proses metabolisme serta menjaga keseimbangan
elektrolit intra dan ekstraseluler. Keutuhan membrane plasma dapat diuji
dengan uji hypoosmotic swelling test (HOS-Test). Pada test ini, sperma yang
membrannya masih utuh ekomya akan melingkar/membengkok, sedangkan
yang membrannya sudah rusak, spermatozoa akan tetap lurus. Hal ini
disebabkan karena pada sel spermatozoa dengan membrane utuh,air akan
masuk kedalam sel dan tidak akan dikeluarkan kembali sehingga tekanan
dalam sel semakin tinggi, sehingga sel jadi mengbengkak dan ekor
spermatozoa melingkar. Sebaliknya pada sel dengan membrane rusak, air
yang masuk ke dalam sel akan dikeluarkan kembali sehingga ekor tetap lurus.
Tudung akrosom merupakan bagian terpenting dari spermatozoa dan berperan
dalam proses pembuahan. Pada tudung akrosom terdapat enzim-enzim
(hialuronidase, akrosin dll) yang akan melisiskan lapisan pelindung sel telur.
Oleh karenanya bagian tudung akrosom ini menjadi bagian penting untuk
diperhatikan dalam evaluasi semen. Ujm yang dilakukan untuk menilai utuh
tidaknya tudung akrosom adalah uji formalin 1%. Spermatozoa dengan
tudung akrosom utuh akan terlihat hitam karena enzim-enzim (protein) yang
ada akan mengalami aglutinasi. Hal semacam ini tidak terjadi pada tudung
akrosom yang sudah rusak. Tingkat kerusakan akrosom pada kambing 0.93-
1.18%. Pada kambing PE dilaporkan kerusakan tudung akrosom dapat
mencapai 20-22% (Tambing, 1999).

2.5 Inseminasi Buatan pada Kambing


IB pada kambing di Indonesia masih belum banyak dilakukan, namun
perkembangan kearah itu sudah mulai nampak. Dibandingkan dengan kawin
alam, tingkat kebuntingan kawin IB adalah rendah. Hal ini sebagian
disebabkan karena kegagalan tercapainya populasi spermatozoa yang cukup
didalam servik bersamaan dengan terganggunya transportasi spermatozoa di
dalam saluran reproduksi betina. Beberapa upaya telah dilakukan untuk
mengatasi hal ini. Hubungan yang linier antara jumlah spermatozoa dan
tingkat kebuntingan dengan rentang 28juta - 128juta spermatozoa. Disebutkan
bahwa setiap peningkatan 25 juta spermatozoa akan meningkatkan tingkat
kebuntingan lebihkurang 13%. Estimasi jumlah spermatozoa yang diperlukan
untuk mencapai fertilitas yang maksimum bervariasi dalam berbagai
penelitian. Fertilitas meningkat dengan meningkatnya jumlah spermatozoa
motil yang dideposisikan baik dengan inseminasi tunggal maupun ganda 12-
15 jam setelah estrus. Pada inseminasi tungal dengan 90juta clan 180 juta
spermatozoa, motil diperoleh angka kebuntingan masing-masing 36.2% dan
56.1%. Jumlah spermatozoa motil perdosis IB dengan semen beku jauh lebih
tinggi lagi yaitu 200 juta, sedangkan dengan semen cair cukup 50 juta
spermatozoa motil. Inseminasi ganda umumnya dapat memberikan hasil yang
lebih baik. Angka konsepsi 39% pada insemnasi tunggal dan 50.5% pada
inseminasi ganda. Sedangkan penelitian lain melaporkan angka konsepsi
36.2% clan 56.1% masing-masing pada IB tunggal dan ganda. Alasan
terjadinya perbedaan hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian diatas
sangatlah banyak. Secara umum faktor kualitas semen yang digunakan, faktor
induk, waktu IB dan pelaksana (inseminator) sendiri ikut berperan dalam
keberhasilan IB pada ternak (Sutama, 2000).

BAB III
MATERI DAN METODE

Protein SPAG11e atau dikenal juga dengan nama Bin 1b (tikus), EP2 atau
epididymal protein 2 (monyet), dan HE2 atau human epididymis 2 (manusia)
terekspresi di dalam kaput epididimis. Pada penelitian kali ini untuk mendapatkan
SPAG11e (Bin 1b) pada tikus, dilakukan euthanasi terlebih dahulu. Selanjutnya
mengisolasi caput, cauda epididymis, dan vas deferens dengan menggunakan
gelas kaca berisi 500 μl PBS dan ditusuk dengan jarum kecil (26G x ½”) secara
perlahan. Kemudian diinkubasi 370C selama 1 jam untuk memastikan
spermatozoa dan cairan luminal mengalir keluar dari saluran. Selanjutnya protein
SPAG11e (Bin 1b) diisolasi (Sutama, 2000).
Dilakukan koleksi semen pejantan unggul kambing Peranakan etawa (PE).
Penampungan semen menggunakan vagina buatan yang dilakukan pada pagi hari,
untuk menghindari pengaruh sinar matahari yang dapat merusak kualitas semen.
Periode penampungan dua kali seminggu. Setelah ditampung, dilakukan
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis untuk melihat kelayakan sperma untuk
proses pengenceran semen. Pemeriksaan makroskopis meliputi volume, warna,
konsistensi, dan pH (derajat keasaman). Sedangkan pemeriksaan mikroskopis
meliputi gerakan massa, persentase motilitas, persentase sperma hidup, dan
konsentrasi (Sutama, 2000).
Untuk pengenceran semen dibutuhkan bahan-bahan yang berfungsi antara
lain: (a) dapat menyediakan nutrisi sebagai sumber energi, (b) mengandung
bahan-bahan yang dapat menyediakan proteksi terhadap efek negatifdari
pendinginan dan pembekuan, (c) bersifat buffer, untuk mencegah perubahan pH
yang dapat membunuh spermatozoa akibat terbentuknya asam laktat, (d)
mempertahankan tekanan osmose yang sesuai dan keseimbangan elektrolit, (e)
mengandung antibiotik untuk mencegah timbulnya bakteri, (f) meningkatkan
volume semen secara nyata sehingga lebih banyak inseminasi dapat dilakukan,
dan (g) menyediakan lingkungan yang kondusif, dimana aktivitas metabolism
spermatozoa tetap berlangsung (Sutama, 2000). Santan dilarutkan dengan
aquadest. Rasio santan dengan pelarut aquadest sebesar 1:1. Semen yang
digunakan memiliki kriteria motilitas massa ++ dan motilitas individu ≥55%,
dengan frekuensi penampungan semen dua kali dalam seminggu yakni pada hari
senin dan kamis. Kuning telur yang digunakan adalah Kuning Telur (KT) fresh
yang berasal dari ayam ras petelur berumur <4 hari untuk perlindungan
spermatozoa dari cekaman dingin (coldshock) yang berlebihan oleh adanya
lipoprotein dan lecithin. Lalu ditambahkan protein SPAG11e untuk menginduksi
motilitas spermatozoa yang progresif melalui peningkatan kalsium oleh
spermatozoa (Akmal, 2015).
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Definisi Protein SPAG11e


Molekul SPAG11e, terdapat lebih dari 40 beta defensin yang telah
diidentifikasi di dalam epididimis tikus, namun masih sangat sedikit
informasi yang diketahui. Tentang regulasi atau kaitannya dengan infertilitas.
SPAG11e dikenal juga sebagai Bin1b merupakan produk protein Spag11b,
satu dari b-defensin spesifik dalam kaput epididimis dan terekspresi secara
spesifik di dalam sel-sel epithel pada bagian tengah kaput epididimis. Sperm-
associated antigen 11 (SPAG11) berkaitan erat dengan beta-defensins baik
dalam struktur, ekspresi, dan fungsi. Seperti halnya beta-defensin, SPAG11
protein secara nyata terekspresi di dalam traktus reproduksi dan berperan
penting pada pertahanan hospes bawaan dan reproduksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa SPAG11e menginduksi motilitas spermatozoa yang
progresif melalui peningkatan kalsium oleh spermatozoa (Akmal, 2015).

4.2 Fungsi Protein SPAG11e


Molekul SPAG11e diketahui berperan penting pada pematangan dan
fungsi spermatozoa. Molekul SPAG 11 juga diketahui berperan penting dalam
menginduksi motilitas spermatozoa dan pengenalan zona pelusida oleh
spermatozoa pada proses fertilisasi (Akmal, 2015).

4.3 Cara Kerja Protein SPAG11e dalam Menginduksi Motilitas Spermatozoa


Salah satu indikator penting dalam menentukan kualitas spermatozoa
hasil ejakulasi baik secara in vitro maupun in vivo adalah motilitas
spermatozoa. Motilitas merupakan gerak progresif spermatozoa yang sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tempat fertilisasi. Motilitas merupakan
sarana spermatozoa dalam upaya melalui saluran kelamin hewan betina.
Selain itu, motilitas spermatozoa merupakan faktor penting dalam
mengevaluasi potensi fertilisasi spermatozoa terhadap sel telur. Selanjutnya
Hafez (2000) menyatakan bahwa terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi
motilitas spermatozoa, yaitu umur dan pematangan spermatozoa, kecukupan
adenosine triphosphate (ATP), cairan suspensi, rangsangan hambatan, agen
aktif, biofisik, dan fisiologik. Peningkatan motilitas massa dan individu
spermatozoa akibat pemberian EE pada penelitian ini adalah akibat terjadinya
induksi ekspresi sejumlah protein (molekul) yang berperan penting pada
peningkatan motilitas spermatozoa. Data menunjukkan bahwa di dalam
epididimis terdapat protein SPAG11e yang berperan penting pada kualitas
spermatozoa. Protein SPAG11e atau dikenal juga dengan nama Bin 1b (tikus),
EP2 atau epididymal protein 2 (monyet), dan HE2 atau human epididymis 2
(manusia) terekspresi di dalam kaput epididimis dan bertanggung jawab
terhadap motilitas spermatozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemberian lipopolysaccharide (LPS) dapat menyebabkan epididimitis
sehingga menurunkan ekspresi SPAG11e yang akhirnya menurunkan
motilitas spermatozoa (Cao et al., 2010). Hasil penelitian lain melaporkan
bahwa SPAG11e menginduksi motilitas spermatozoa yang progresif dengan
cara meningkatkan uptake kalsium oleh spermatozoa (Zhou et al., 2004).
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa pemberian ekstrak epididimis
pada kambing PE dengan dosis 1 dan 3 ml selama 13 hari berturut-turut dapat
menginduksi peningkatan berat badan dan peningkatan kualitas spermatozoa,
khususnya peningkatan motilitas dan konsentrasi spermatozoa. Selain itu,
pemberian ekstrak epididimis juga meningkatkan konsentrasi hormon
testosteron dan estradiol (Akmal, 2015). Hal tersebut menunjukkan bahwa
ekstrak epididimis berpotensi dalam menginduksi spermatogenesis dan
kualitas spermatozoa.

4.4 Kualitas Spermatozoa setelah diberikan protein SPAG11e


Data pengamatan terhadap motilitas massa dan individu spermatozoa
secara deskriptif disajikan pada tabel sebagai berikut:
Kel. Kriteria Penilaian Gerakan Massa Gerakan Individu
K0 + + Sedang Gelombang gerakan GelombangpProgresif
sedang sedang
K1 +++ Baik Gelombang gerakan Gelombang progresif
cepat cepat
K2 ++ Sedang Gelombang gerakan Gelombang progresif
sedang sedang
K3 +++ Baik Gelombang gerakan Gelombang Progresif
cepat cepat
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian EE ternyata dapat
menginduksi peningkatan motilitas massa dan individu spermatozoa. Dari
Tabel terlihat bahwa pemberian EE (SPAG11e) dengan dosis 1 dan 3 ml/ekor
menyebabkan peningkatan motilitas massa dan individu spermatozoa lebih
baik dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan kriteria gelombang
gerakan cepat (+++) banding gelombang progresif sedang (++). Salah satu
indikator penting dalam menentukan kualitas spermatozoa hasil ejakulasi baik
secara in vitro maupun in vivo adalah motilitas spermatozoa.
Motilitas dan daya hidup spermatozoa sangat erat hubungannya dan
dapat memberikan gambaran tentang kemampuan spermatozoa untuk
melakukan perjalanan didalam saluran reproduksi betina dan akhimya
kemampuan untuk membuahi sel telur (Sutama, 2000).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa pemberian EE (protein SPAG11e) berpotensi meningkatkan kualitas
spermatozoa khususnya motilitas spermatozoa kambing jantan peranakan
etawa (PE).

5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan dalam makalah ini maka perlu
dilakukan adanya penelitian lebih lanjut tentang fungsi-fungsi yang lain dari
protein SPAG11e
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, Muslim, dkk. 2015. Pemberian Ekstrak Epididimis Berpotensi


Meningkatkan Kualitas Spermatozoa Kambing Jantan Lokal. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Vol. 9 No. 2 ISSN
: 1978-225X.
Akmal, Muslim, dkk. 2015. Epididimis Dan Perannya Pada Pematangan
Spermatozoa. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh. ISSN: 2302-1705 JESBIO Vol. IV No. 2.
Hafez, E.S.E. and B. Hafez. 2000. Semen Evaluation. In Reproduction In Farm
Animals. Hafez, E.S.E. and B. Hafez (Eds.). 7th ed. Lippincott Wiliams and
Wilkins, Maryland, USA.
Jones, R. 2004. Sperm Survival Versus Degradation in the Mammalian
Epididymis: A Hypothesis. Biology of Reproduction, 71:1405–1411.
Sutama, I-Ketut, dkk. 2000. Uji Kualitas Semen Beku Kambing Peranakan
Etawah Dan Kambing Boer. Bogor: Balai Penelitian Ternak.
Suwarso. 1999. Peranan Rafinosadalam Pengencer Tris-Sitrat Kuning Telur
Terhadap Kualitas Semen Beku Kambing Perankan Etawah. Thesis
Pascasarjana, IPB-Bogor.
Tambing, S.N. 1999. Efektivitas Berbagai Dosis Gliserol Dan Waktu Ekuilibrasi
Terhadap Kualitassemenbeku Kambing Peranakan Etrwah. Thesis
Pascasarjana IPB-Bogor.
Zhou, C.X., Y.L, et al. 2004. An Epididymis-Specific Betadefensin Is Important
For The Initiation Of Sperm Maturation. Nature Cell Biol. 6:458-464.

Anda mungkin juga menyukai