Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Jadwal Pratikum
Hari/ tanggal : Kamis/ 22 September 2016
Waktu : 13.20 - 15.00 WIB
Cuaca : Cerah
Tempat : Halaman Perpustakaan UNP
1
pekerjaan memperpanjang garis di lapangan titik-titik yang akan ditentukan
diluar garis yang sudah diketahui. Pada pekerjaan memperpanjang garis lurus di
lapangan ini dapat dikerjakan secara beregu atau dapat juga perorangan.
Sedangkan pada pekerjaan membuat garis garis lurus di lapangan minimal
dikerjakan dua orang, karena jika dikerjakan secara perorangan akan terjadi
kesalahan pada pengukuran.
Pada pekerjaan membuat garis lurus di lapangan arah gerak dari peserta
diikat mundr dan jarak yalon yang telah ditancapkan dengan yalon yang akan
ditempalkan tidak teralu jauh untuk menghindari kesalahan yang fatal. Dalam
kegiatan ini dilaksanakan secara berkelompok/ beregu untuk memperpanjang
garis lurus di lapangan. Pembuatan garis lurus dengan alat sederhana yang harus
diperhatikan adalah cara penempatan yalon dititik awal dan titik akhir serta tegak
lurusnya yalon dalam penancapan di lapangan. Untuk mempermudah pengukuran
antara yalon pertama dan terakhir, maka ditancapkan yalon sebanyak mungkin
tegak lurus dan satu garis, bila dibidik dari yalon pertama ke yalon terakhir.
V. Keselamatan Kerja
A) Gunakan pakaian kerja lapangan dan helm safety pelindung kepala
B) Sebelum melaksanakan pengukuran terlebih dahulu berdoa
2
C) Dalam membawa yalon diarahkan ke posisi vertikal
D) Hindarkan alat dari kemungkinan hilang
E) Pusatkan perhatian pada pekerjaan
P Q
P Q
- Orang kedua menempatkan yalon A kira- kira segaris antara yalon P dan Q
3
- Membuat laporan pengukuran beserta gambar hasil praktek di lapangan
VII. Pembahasan
Yalon Jarak
P-A 3,70 m
A-B 2,82 m
B-C 4,67 m
C-D 3,44 m
D-E 4,36 m
E-F 3,10 m
F-Q 3,81 m
Total 25,90 m
Sketsa Pengukuran
P A B C D E F Q
Analisa data
Jarak garis lurus P-Q dapat dicari dengan cara menjumlahkan jarak antara yalon
yang berdekatan.
Jarak ( P-Q ) = Jarak (P-A) + Jarak (A-B) + Jarak (B-C) + Jarak ( C-D) + Jarak (D-E)
+ Jarak (E-F) + Jarak (F-Q) maka :
4
∆S (P-Q) = S(P-A) + S(A-B) + S(B-C) + S(C-D) + S(D-E) + S(E-F) + S(F-Q)
= 3,70 m + 2,82 m + 4,67 m + 3,44 m + 4,36 m + 3,10 m + 3,81 m
= 25,90 m
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur garis lurus dengan benar kita harus menggunakan yalon sebagai alat
bantu. Maka sangat diperlukan ketelitian ketika menancapkan yalon-yalon agar
dapat sejajar sehingga tidak ada kesalahan ketika pengukuran garis lurus. Selain
itu untuk mengukur garis lurus kita harus mencari lokasi atau tempat yang sesuai
dengan jarak, sehingga kita dapat membuat garis lurus antara satu tittik dengan
titik lainnya. Dari hasil pratikum yang telah dilakukan didapatkan panjang garis
lurus antara yalon P sampai Q adalah 25,90 m.
IX. Saran
- Carilah tempat yang sesuai untuk pengukuran garis lurus
- Jangan ambil jarak yang terlalu jauh antara dua titik ketika melakukan
pengukuran, karena dapat menghasilkan nilai yang tidak akurat
5
Dokumentasi
6
7
8
9
Mengukur Garis Lurus yang Terhalang di Lapangan
I. Jadwal Pratikum
Hari/ tanggal : Kamis/ 22 September 2016
Waktu : 13.20 - 15.00 WIB
Cuaca : Cerah
Tempat : Halaman Perpustakaan UNP
10
segitiga sebangun dengan perbandingan 3 : 4 : 5.
IV. Alat dan Bahan
Alat : - 8 buah yalon
- 1 buah meteran
- 10 penukur
- 1 kompas geologi
- 1 buah helm safety
- 1 buah rompi proyek
V. Keselamatan Kerja
A) Gunakan pakaian kerja lapangan dan helm safety pelindung kepala
B) Sebelum melaksanakan pengukuran terlebih dahulu berdoa
C) Dalam membawa yalon diarahkan ke posisi vertikal
D) Hindarkan alat dari kemungkinan hilang dan rusak
E) Pusatkan perhatian pada pekerjaan
11
- Ukur yalon antara titik dengan meteran dan kemudian ukur dengan mengguna
kan perbandingan segitiga
- Rapikan dan bersihkan alat-alat yang telah digunakan dalam praktek
- Analisa data yang telah didapatkan dari hasil pengukuran di lapangan
VII. Pembahasan
Yalon Jarak
A-B 16,27 m
A-C 5,60 m
C-D 6,37 m
D-B 4,30 m
B-E 7,80 m
Sketsa Pengukuran
Analisa Data
Dari hasil pengamatan dan pengukuran maka didapatkan panjang garis lurus
yang terhalang dengan menggunakan metode phytagoras :
12
AE² = AB² + BE²
= 264,7129 m² + 60,84 m²
AE² = 325,259 m²
AE = 18,0424 m
Error: Reference source not found = Error: Reference source not found = Error:
Panjang Error: Reference source not found = Error: Reference source not found
Panjang Error: Reference source not found = Error: Reference source not found
found
Panjang AError: Reference source not found = Error: Reference source not found
13
Panjang halangan = Error: Reference source not found - Error: Reference source
not found
= 13,27m – 6,209m
= 7,061m
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur garis lurus yang terhalang di lapangan kita harus menggunakan
perbandingan segitiga sebangun yaitu 3 : 4 : 5, untuk itu semua maka diperlukan
ketelitian yang sangat tinggi. Karena jarak yang terlalu jauh maka diperlukan
yalon sebagai alat bantu agar bisa mendapatkan hasil yang akurat. Dari hasil
pratikum didapatkan panjang halangan sebesar 7,061 m.
IX. Saran
- Periksa apakah alat sudah lengkap sebelum melakukan pengukuran agar
pratikum dapat berjalan lancar
- Jarak antar yalon tidak boleh terlalu jauh meskipun kita memakai meteran
karena kesalahan pengukuran akan mudah terjadi seperti kurang kencang pada
saat meteran dipakai untuk mengukur
14
Dokumentasi
15
16
Mengukur Lebar Sungai tanpa Menyebrangi
I. Jadwal Pratikum
Hari/ tanggal : Selasa/ 04 Oktober 2016
Waktu : 08.50 - 10.30 WIB
17
Cuaca : Cerah
Tempat : Halaman Perpustakaan UNP
18
- 1 buah helm safety
- 1 buah rompi proyek
V. Keselamatan Kerja
A) Gunakan pakaian kerja lapangan dan helm safety pelindung kepala
B) Sebelum melaksanakan pengukuran terlebih dahulu berdoa
C) Dalam membawa yalon diarahkan ke posisi vertikal
D) Hindarkan alat dari kemungkinan hilang dan rusak
E) Pusatkan perhatian pada pekerjaan
19
- Buatalah perpanjangan garis GH dengan membidik yalon dari titik bidik G,
sehingga DF : GI
- Buatlah perpanjangan garis GI sambil meluruskan titik perpanjangan garis GI
dengan garis AF, sehingga terbentuklah segitiga FIJ yang merupakan segitiga
sebangun dengan segitiga ADF
- Lebar sungai dapat dihitung dengan perbandingan segitiga sebangun
VII. Pembahasan
Yalon Jarak
D-F 2,17 m
D-G 5,40 m
G-J 3,29 m
AD DF
AG GJ
X 2,17 m
X 5,4m 3,29m
3,29 X 2,17(5,4 X ) Karena pada masing- masing
1,12 X 11,718m
sisi sungai terdapat jalan
11,718m
x
1,12 setapak selebar 1 m pada
x 10,4625m kedua sisi sungai maka lebar
sungai sesungguhnya : 10,4625 m - 2( 1m) = 8,4625 m
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
mengukur lebar sungai kita tidak perlu menyebranginya dengan menggunakan
bantuan yalon dan rumus segitiga sebangun kita dapat mengukur lebar sungai
dengan mudah. Ketelitian dan keseriusan sangat diperlukan dalam melakukan
pengukuran, agar tidak ada kesalahan ketika melakukan pengukuran. Dari hasil
pratikum yang telah dilakukan didapatkan besar nilai lebar sungai adalah 8, 4625
20
m.
IX. Saran
- Pastikan semua alat telah lengkap ketika pengukuran telah selesai dilaku-
kan
- Pastikan pengukuran yang telah dilakukan telah sesuai dengan rumus segitiga-
sebangun
21
Dokumentasi
I. Jadwal Pratikum
Hari / tanggal : Selasa / 11 Oktober 2016
Waktu : 08:50 – 10:30 WIB
Tempat : Lapangan depan perpustakan UNP
22
Cuaca : Cerah
23
IV. Alat dan Bahan
Kompas 1
Meteran 1
Yalon 8
Penukur 10
Helm safety 1
Rompi proyek 1
V. Keselamatan Kerja
1. Gunakan pakaian kerja lengkap pada waktu praktek.
2. Baca do’a sebelum melakukan praktek.
3. Periksa alat sebelum bekerja.
4. Serius dan pusatkan perhatian melaksanakan praktek.
5. Teliti dalam mengukur
6. Bekerjalah sesuai dengan langkah kerja.
7. Hindari kehilangan alat atau rusak.
24
8. Buat garis lurus (A,P,E) seperti cara membuat garis lurus di lapangan
tanpa hidangan sebagai dasar pengukuran.
9. Proyeksikan semua titik-titik pengukuran ( B,C,D ) sesuai dengan sketsa
pada garis luas ( A,P,E )
10. Ukur jarak dari masing-masing titik ke sumbu patok (AA’, BB’, CC’,
Dd’, Ee’) kemudian catat dalam buku catatan.
11. Ukur jarak ( O’E, F’B, BD’, dan D’f’ ) catat dalam buku catatan.
12. Hitung luas area dengan rumus seperti teori singkat.
13. Gambarkan hasil pengukuran dengan skala tertentu.
VII. Pembahasan
Tabel Pengamatan
Titik Jarak ( m )
P – A’ 0,38
A’- E’ 1,3
E’ – B’ 3
B’ – D’ 2,15
D’ – C’ 2,48
A – A’ 4,93
E – E’ 4,25
B – B’ 5,74
D – D’ 4,14
C – C’ 1,2
25
Sketsa Pengukuran
C 1,2 C’
2,48
I D’ 4,14 D
2,15
B 5,74 B’
3 III
II
E’ 4,25 E’
4,93
A A’
P 0,38
Luas Daerah 1
Trapesium : Jumlah sisi sejajar x tinggi
2
= ( BB’ + CC’ ) x 3,8
2
= 6,94 x 3,8
2
= 13,186 m2
Luas Daerah 2
Trapesium : Jumlah sisi sejajar x tinggi
2
= ( AA’ + BB’ ) x 4,3
2
= ( 4,93 + 5,74 ) X 4,3
2
26
= 22,9405 m2
Luas Daerah 3
Trapesium : Jumlah sisi sejajar x tinggi
2
= ( 7,453+ 5,15) X 4,25
2
= 26,781 m2
Luas Daerah 4
Segitiga : = Alas x tinggi
2
= 0,65 x 4,93
2
= 1,602 m2
Luas Daerah 5
Segitiga : = Alas x tinggi
2
= 0,82 x 1,2
2
= 0,492 m2
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Luas suatu area dapat ditentukan dengan menggunakan yalon sebagai alat
27
28
bantu
2. Dari gambar sketsa pengukuran yang berbentuk segi lima kita dapat
melakukan pembagian kepada bidang-bidang yang kecil untuk memudahkan
dalam proses perhitungan.
3. Dari gasil pratikum dan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai
luas area tersebut adalah sebesar 60,8135 m2
Dokumentasi
29
Mengukur Luas dengan Lavelling
I. Jadwal Pratikum
Hari/ Tanggal : Selasa/ 11 Oktober 2016
Waktu : 08.50 - 10.30 WIB
Tempat : Lapangan Sebelah Perpustakaan Pusat UNP
Cuaca : Cerah
30
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menguasai penggunaan leveling dalam pengukuran memakai
waterpass.
2. Mahasiswa dapat menghitung jarak menggunakan leveling atau waterpass.
3. Mahasiswa dapat membaca bak ukur, serta membaca besarnya sudut dengan
menggunakan leveling atau waterpass.
4. Mahasiswa dapat menghitung luas area menggunakan rumus perhitungan luas
segitiga.
5. Mahasiswa mampu menggambarkan sketsa dari pekerjaan.
31
adalah nivo,yang berbentuk tabung berisi cairan dengan gelembung di dalamnya.
Dalam menggunakan alat ukur lavelling harus dipenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.
3. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.
V. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar keselamatan
terjamin antara lain :
1. Gunakan pakaian kerja lapangan (rompi safety) dan (helm safety).
2. Saat membawa yalon arahkan dalam posisi vertical dan jalon tidak boleh diseret.
3. Saat praktek dilarang bercanda.
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
5. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
6. Hindarkan alat dari kemungkinan hilang.
7. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
32
2. Pasangkan waterpass pada kedudukannya ditripod, kemudian lakukan penyetelan
alat.
3. Tentukan titik-titik sebagai rangkaian garis lurus atau polygon, titik tersebut
mengelilingi alat ukur waterpass artinya alat ukur waterpass berada ditengah atau
diantara titik-titik tersebut.
4. Lakukan pembidikan untuk masing-masing titik, dimana pada titik yang dituju
ditegakkan bak ukur yang kemudian dibidik menggunakan waterpass.
5. Masukkan data pengukuran kedalam table pengamatan berupa sisi dan besar sudut
serta tinggi alat.
VII. Pembahasan
Tabel Pengamatan
B
B D
33
A E
S
Analisa Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran, dapat dilakukan analisa
sebagai berikut:
•Jarak datar dari pusat leveling
D = 100 x (Ba - Bb)
Titik A = 100 x (1,576 – 1,535)
= 4,1 m
Titik B = 100 X (1,572 - 1,528)
= 4,4 m
Titik C = 100 x ( 1,612 – 1,540)
= 7,2 m
Titik D = 100 x (1,590 – 1,520)
=7m
Titik E = 100 x (1,600 – 1,550)
=5m
34
= 0,009 m
Titik D = 1,585 – 1,555
= 0,030 m
Titik E = 1,585 – 1,575
= 0,010 m
•Luas Daerah
∆CPD = x CP x PD x sin 51° 1
2
= x 7,2 x 7 x sin 51° 1
2
= 19,584 m²
∆DPE = x DP x PE x sin 46° 1
2
= x 7 x 5 x sin 51° 1
2
= 12,588 m²
∆EPA =x EP x PA x sin 157° 1
2
= x 5 x 4,1 x sin 157° 1
2
= 4,004 m²
∆APB = x AP x PB x sin 47° 1
2
= x 4,1 x 4,4 x sin 47° 1
2
35
= 6,59 m²
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Pengukuran lavelling adalah pengukuran untuk menentukan beda tinggi antara dua
titik atau lebih, untuk menggunakan alat lavelling ini kita harus mengatur bagian
nivo sapi agar berada pada kedudukan horizontal
2. Dalam perhitungan pengukuran lavelling digunakan rumus luas segitiga
3. Dari percobaan yang dilakukan, didapatkan total luas daerah seluruhnya adalah
sebesar 56,336 m²
Dokumentasi
36
37
Pengukuran dan Pembuatan Peta Topografi
I. Jadwal Pratikum
Hari/ tanggal : Rabu/ 18 Oktober 2016
38
Waktu : 08.50 – 10.30 WIB
Cuaca : Cerah
Tempat : Halaman Perpustakaan UNP
39
garis kontur.
Rumus – rumus yang dipakai untuk menganalisa dan pembuatan gambar
adalah sebagai berikut :
a. Cek benang tengah
b. Jarak optis
c. Beda tinggi
V. Keselamatan Kerja
a. Periksa keadaan alat dan kelengkapannya
b. Teliti keadaan lapangan sebelum melakukan pengukuran
c. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang dilakukan
d. Gunakan alat dan perlengkapan sesuai dengan fungsinya
e. Jagalah keselamatan alat dengan payung
40
d. Letakkan alat sedemikian rupa, sehingga dari titik tersebut dapat dibidik
sebanyak mungkin titik ketinggian di sekitarnya
e. Stel alat dan ukur ketinggian alat
f. Arahkan teropong pada arah utara, setelah didapat arahkan teropong pada
garis kontur pertama dan ukur beberapa titik yang terdapat patahan tanah atau
beda tinggi, disana baca bacaan benang dan baca sudut, baik bacaan sudut
vertikal dan horizontal
g. Setelah didapat untuk garis kontur pertama, lakukan untuk garis kontur ke dua
dan ketiga, sampai seterusnya
h. Analisa data sesuai rumus dan buat laporan
i. Buat gambar hasil pengukuran dengan skala yang benar
VII. Pembahasan
41
- ½ x (1,405+1,215) = 1,310
- ½ x (1,566+1,482) = 1,482
- ½ x (1,565+1,440) = 1,502
- ½ x (1,570+1,512) = 1,541
2. Titik B
- ½ x (1,580+1,458) = 1,519
- ½ x (1,584+1,500) = 1,542
- ½ x (1,500+1,480) = 1,490
3. Titik C
- ½ x (1,500+1,360) = 1,430
- ½ x (1,598+1,538) = 1,478
- ½ x (1,570+1,480) = 1,525
4. Titik D
- ½ x (1,525+1,445) = 1,485
- ½ x (1,575+1,495) = 1,515
5. Titik E
- ½ x (1,590+1,410) = 1,500
- ½ x (1,590+1,450) = 1,520
- ½ x (1,562+1,450) = 1,506
b. Menghitung Beda Tinggi
Rumus BT = Ta – Bt
1. Titik A
- A1 = Ta – BtA1 = 1,470 – 1,310 = 0,160
- A2 = Ta – BtA2 = 1,470 – 1,482 = -0,012
- A3 = Ta – BtA3 = 1,470 – 1,502 = -0,032
- A4 = Ta – BtA4 = 1,470 – 1,541 = -0,071
2. Titik B
- B1 = Ta – BtB1 = 1,470 – 1,519 = -0,049
- B2 = Ta – BtB2 = 1,470 – 1,542 = -0,072
- B3 = Ta – BtB3 = 1,470 – 1,490 = -0,020
3. Titik C
- C1 = Ta – BtC1 = 1,470 – 1,430 = 0,040
- C2 = Ta – BtC2 = 1,470 – 1,538 = -0,068
- C3 = Ta – BtC3 = 1,470 – 1,525 = -0,055
4. Titik D
- D1 = Ta – BtD1 = 1,470 – 1,485 = -0,015
- D2 = Ta – BtD2 = 1,470 – 1,515 = -0,045
5. Titik E
- E1 = Ta – BtE1 = 1,470 – 1,500 = -0,030
- E2 = Ta – BtE2 = 1,470 – 1,520 = -0,050
- E3 = Ta – BtE3 = 1,470 – 1,506 = -0,036
42
c. Ketinggian Titik
Rumus = Ketinggian titik tempat alat Beda Tinggi
1. Titik A
- A1 = 5,000 + 0,160 = 5,160
- A2 = 5,000 – 0,012 = 4,988
- A3 = 5,000 – 0,032 = 4,968
- A4 = 5,000 – 0,071 = 4,929
2. Titik B
- B1 = 5,000 – 0,049 = 4,951
- B2 = 5,000 – 0,072 = 4,928
- B3 = 5,000 – 0,020 = 4,980
3. Titik C
- C1 = 5,000 + 0,040 = 5,040
- C2 = 5,000 – 0,068 = 4,932
- C3 = 5,000 – 0,055 = 4,945
4. Titik D
- D1 = 5,000 – 0,015 = 4,985
- D2 = 5,000 – 0,045 = 4,955
5. Titik E
- E1 = 5,000 – 0,030 = 4,970
- E2 = 5,000 – 0,050 = 4,950
- E3 = 5,000 – 0,036 = 4,964
d. Inteval
Interval yang digunakan adalah 0,02 m. Mencari titik dicari :
Rumus = Titik dicari - ttitik terendah x jarak
Titik tertinggi - titik terendah
43
4,940 - 4,928 x 6,4 m = 1,48 m
4,980 - 4,928
4,940 - 4,928 x 3,8 m =2m
4,915 - 4,928
4,940 - 4,928 x 12,95 m = 2,2 m
4,998 - 4,928
4,940 - 4,928 x 14,9 m = 0,8 m
5,160 - 4,928
4,940 - 4,928 x 2 m = 0,6 m
4,960 - 4,928
4,940 - 4,928 x 10,79 m = 1,8 m
4,980 - 4,928
4,940 - 4,928 x 18,44 m = 1,6 m
5,025 - 4,928
44
4,960 - 4,951 x 14,34m = 0,6 m
5,160 - 4,951
4,960 - 4,950 x 11,69m = 6,5 m
5,000 - 4,950
4,960 - 4,950 x 13,73m = 2,9m
4,998 - 4,950
4,960 - 4,950 x 15,15m = 0,72 m
5,160 - 4,950
4,960 - 4,950 x 2,8m = 2 m
4,964 - 4,950
4,960 - 4,950 x 4m =2m
4,970 - 4,950
4,960 - 4,950 x 13,3m = 1,8 m
5,025 - 4,950
4,960 - 4,955 x 3,5m = 0,25 m
5,025 - 4,955
4,960 - 4,955 x 4 m = 0,4 m
5,000 - 4,955
4,960 - 4,945 x 15,56m = 2,9 m
5,025 - 4,945
4,960 - 4,945 x 9 m = 2,45 m
5,025 - 4,945
4,960 - 4,945 x 7,83 m = 3,36 m
5,000 - 4,945
4,960 - 4,932 x 10,79 m = 6,3 m
4,980 - 4,932
4,960 - 4,932 x 18,44 m = 5,6 m
5,025 - 4,932
45
4,980 - 4,968 x 4,3 m = 1,7 m
4,998 - 4,968
4,980 - 4,950 x 13,73m = 8,6 m
4,998 - 4,950
4,980 - 4,950 x 15,15m = 2,2 m
5,160 - 4,950
4,980 - 4,970 x 16,24m = 0,85 m
5,160 - 4,970
4,980 - 4,970 x 16,84m = 3,1 m
5,025 - 4,970
4,980 - 4,950 x 13,3m = 5,3 m
5,025 - 4,950
4,980 - 4,964 x 11,02m = 2,9 m
5,025 - 4,964
4,980 - 4,955 x 3,5m = 1,25 m
5,025 - 4,955
4,980 - 4,955 x 4m = 2,22 m
5,000 - 4,955
4,980 - 4,960 x 20,38m = 6,27 m
5,025 - 4,960
4,980 - 4,932 x 18,44m = 9,52 m
5,025 - 4,932
4,980 - 4,945 x 15,56m = 6,8 m
5,025 - 4,945
4,980 - 4,951 x 14,34m = 2 m
5,160 - 4,951
4,980 - 4,928 x 14,9m = 3,34 m
5,160 - 4,928
4,980 - 4,928 x 12,95m =9,62 m
4,998 - 4,928
46
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa untuk
pengukuran dan pembuatan topografi kita harus mengukur jarak dan beda tinggi
dari suatu wilayah agar kita dapat membuat garis konturnya. Dalam pengukuran
topografi ini kita memerlukan lavelling sebagai alat ukurnya. Besar interval yang
digunakan pada pengukuran ini adalah 0,02m. Untuk melakukan pratikun ini
diperlukan ketelitian yang sangat besar, saat terjadi kesalahan dalam pemakaian
lavelling maka pengukuran dan pembuatan topografi menjadi salah juga.
47
Dokumentasi
48
Pengukuran Propil Memanjang
I. Jadwal Praktikum
Hari/Tanggal : Selasa/15 November 2016
Waktu : 08.50-10.30 WIB
Tempat : Lapangan Depan Perpustakaan UNP
Cuaca : Cerah
49
seluruhnya mempunyai komponen yang sama. Perbedaan hanya terletak pada tipe
dan tambahan komponen sesuai dengan kegunaannya. Alat penyipat datar ini
mempunyai dua syarat yang harus diperhatikan dalam pengukuran:
1.Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu ke satu.
2.Garis bidik teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Dumpy level adalah alat penyipat datar dalam pengukuran tanah alat
penyipat datar. Dalam pengukuran tanah Dumpy level dipasang diatas kaki tiga
(tripod) dan pandangan dilakukan melalui teropong, dalam hal ini memindahkan
ketitik lainnya.
Syarat – syarat seperti bak ukur untuk penyipat data :
1. Tidak boleh bergerak pada saat digunakan
2. Berada pada posisi tegak lurus serta
3. Pembacaan rambu ukur ada kalanya terjadi pemuaian dan penyusutan
pada skala rambu ukur akibat perubahan temperatur yang akan
menyebabkan kesalahan dalam pembidikan untuk pengambilan data.
Tujuan utama dilakukan pengukuran adalah untuk menentukan ketinggian
titik dan jarak dari titik ke titik. Bila pengukuran dilakukan pergi pulang alat
ditempatkan kira-kira pertengahan antara dua titik. Jarak diambil jarak langsung
( diukur dengan pita ukur ) . Beda tinggi antara dua titik tersebut akan didapat dua
buah yaitu beda tinggi pergi dan beda tinggi pulang. Hasil kedua beda tinggi
seharusnya adalah sama, bila tidak maka yang dibenarkan adalah angka terakhir
( dalam mm ) kemudian diambil rata-ratanya. Pada Praktikum dilakukan metoda
double stand. Pada pengukuran double stand alat ditempatkan kira-kira
ditengah dari dalam garis lurus antara dua titik, sedangkan data yang diambil
adalah :
Bacaan benang stand I dan II muka belakang. Untuk membuat stand I dan
II dapat dilakukan dengan cara setelah alat ditampatkan antara dua titik
dan diambil bacaan benang (stand kemudian dinaikan/diturunkan atau
digeser-geser kekiri ata kanan dan diambil bacaan benang (stand II).
Jarak pita (langsung).
Tinggi salah satu titik yang diketahui/ditentukan, bila belum diketahui
harus dicari dari titik lainnya.
Sketsa gambar.
50
Pengolahan Data Double Stand
Hitung :
V. Keselamatan Kerja
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja agar keselamatan
terjamin antara lain :
1. Gunakan pakaian kerja lapangan (rompi safety) dan topi pelindung kepala
(helm safety).
2. Saat membawa yalon. Arahkan dalam posisi vertical dan jalon tidak boleh
diseret.
3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
4. Hati-hati saat menancapkan yalon ke tanah.
5. Hindarkan alat dari kemungkinan hilang.
51
6. Setelah selesai praktek, peralatan harus dibersihkan kembali.
52
16. Hitung ketinggian titik-titik yang diukur = Tinggi titik di tempat alat -
beda tinggi
17. Ulangi pembacaan diantara dua titik tersebut dengan 6 titik secara
memanjang yang dilakukan secara pulang pergi.
VII. Pembahasan
A 1,080 +5,000
8,63 -0,130
B 1,270 1,21 +4,870
8,06 -0,201
C 1,465 1,471 +4,669
8,36 +0,143
D 1,302 1,322 +4,812
5,33 +0,116
E 1,186 +4,928
Sketsa Pengukuran
53
Analisa data
Beda Tinggi
T1 = B1 - M1 = 1,080 - 1,210 = - 0,130 m
T2 = B2 – M2 = 1,270 – 1,471 = - 0,201 m
T3 = B3 – M3 = 1,465 – 1,322 = + 0,143 m
T4 = B4 – M4 = 1,302 – 1,186 = + 4,812 m
VIII. Kesimpulan
Dari praktikum lapangan yang telah dilakukan pada pengukuran propil
memanjang dapat disimpulkan :
54
1. Pada pratikum mengukur propil memanjang ini kita perlu mengukur
beda tinggi dan ketinggian suatu titik dengan menggunakan Levelling
hal ini dilakukan agar nantinya kita dapat menggambar bentuk dari
daerah yang kita ukur
2. Pada pengukuran propil memanjang ini lavelling diletakkan antara titik
A sebagai muka dan titik B sebagai belakangnya dan bak ukur di
letakkan pada posisi tegak lurus
Dokumentasi
55
56
57
PENGUKURAN PROFIL MELINTANG
I. Jadwal Praktikum
Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 22 November 2016
Waktu : 08.50-10.30 WIB
Tempat : Halaman Perpustakaan UNP
Cuaca : Cerah
58
dalam gambar 1.
Seperti dinyatakan dalam catatan, bidikan plus diambil pada titik tetap
duga dan bidikan antara dibaca pada stasiun-stasiun, pada perubahan-
perubahan permukaan tanah, dan pada titik-titik kritis, sampai dicapai batas
jarak bidikan teliti. Kemudian dipilih titik balik, instrumen dipindahkan ke
depan, dan proses diulang. Alat sipat datar itu sendiri biasanya tidak
dipasang pada garis pusat sehingga dapat diperoleh bidikan-bidikan, yang
panjangnya lebih seragam. Titik-titik tetap duga yang ditempatkan agar tak
menghalangi konstruksi mendatang, ditetapkan sepanjang jalur pada garis
panjang.
Terbukti bahwa bila dilaksanakan “pengecekan halaman” pada hitungan-
hitungan aritmetika, hanya bidikan-bidikan minus yang diambil pada titik-
titik balik dapat dipakai. Karena alasan ini, dan untuk memisahkan titik-titik
yang akan digambar, maka untuk bidikan-bidikan antara lebih baik diseiakan
sebuah kolom terpisah.Pembacaan pada permukaan yang diperkeras, seperti
jalan beton, kaki lima, pinggiran jalan, dapat diambil sampai 0,01 ft.
Pembacaan lebih kecil dari 0,1 ft pada permukaan berupa tanah tidaklah
praktis. Sebuah pengukur elevasi yang dipakai di jalan-jalan, adalah alat
mekanis atau elektromekanis beroda yang ditarik oleh mobil atau truk,
mengukur lereng dan jarak kemudian secara otomatis dan terus-menerus
mengintegral dan mencatat hasilnya sebagai selisih-selisih elevasi.
Sebuah profil dengan kerelitian orde-keempat dapat diperolej pada
kecepatan 30 mil/jam.
ProfilMelintang
Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk digali maupun untuk
ditimbun, profil memanjang belum cukup. Maka diperlukan lagi profil
melintang yang harus tegak lurus pada sumbu proyek dan pada tempat-
tempat penting. Jarak antara profil melintang pada garis proyek melengkung
dibuat lebih kecil daripada pada garis proyek yang lurus. Profil melintang
harus pula dibuat di titik permukaan dan titik akhir garis proyek
59
melengkung.
Cara pengukuran untuk profil melintang sama dengan cara pengukuran
untuk profil memanjang, hanya jarak–jarak adalah pendek bila dibandingkan
dengan jarak-jarak pada profil memanjang. Skala untuk jarak dan beda tinggi,
karena jarak-jarak menjadi pendek, dapat dibuat sama, misalnya 1 : 100.
Untuk menghitung penggalian tanah atau penimbunan tanah, cukuplah
diambil jumlah rata-rata penggalian tanah atau penimbunan tanah yang
didapat dari dua profil melintang yang berdekatan diperbanyak dengan jarak
antara dua profil melintang itu.
V. KeselamatanKerja
1. Gunakaan pakaian kerja lapangan dan helm safety pelindung kepala
2. Dalam membawa jalon di arahkan ke posisi vertikal.
3. Hindarkan alat dari kemungkinan hilang.
4. Pusatkan perhatian pada pekerjaan
VI. LangkahKerja
1. Pilihlah medan yang akan diukur guna rencana pembuatan jalan.
2. Tentukan titik-titik pusat (A, B, C, dst) secara memanjang yang akan di
ukur guna mendapatkan data hasil pengukuran memanjang.
3. Tentukan juga titik-titik yang berada di samping (A1, A2, B1, B2, dst)
titik pusat yang segaris dengan titik pusat yang akan diukur guna
mendapatkan data hasil pengukuran melintang.
60
4. Posisikan leveling di titik A lalu lakukkan pengukuran pada titik B,
pengukuran dilakukan dengan membaca skala bak ukur yang berimpit
pada setiap benang pada leveling.
5. Dari titik A juga dilakukan pengukuran ke titik A1 dan A2 dan di dapat
data pengukuran melintang di titik A.
6. Posisikanalat di titik B dan lakukan hal yang sama ketika pengukuran
di titik A
VII. Pembahasan
Tinggi Bacaan Bak Ukur (m) Jara
Nomor Sasa Beda Keting
Alat Kiri Kanan k
Titik ran Tinggi gian
(m) Ba Bt Bb Ba Bt Bb (m)
P1 1,500 +5,000
A 2,220 2,115 2,170 5 -0,695 +4,305
B 2,150 2,100 2,050 10 -0,600 +4,4
C 1,350 1,325 1,300 5 0,175 +5,175
P2 1,450 +4,900
A 2,140 2,115 2,090 5 -0,665 +4,235
B 2,080 2,030 1,980 10 -0,58 +4,32
C 1,120 1,095 1,070 5 0,355 +5,255
P3 1,350 +4,700
A 1,650 1,625 1,600 5 -0,275 +4,425
B 1,150 1,125 1,100 5 0,225 +4,925
C 0,900 0,830 0,800 10 0,500 +5,2
Perhitungan:
Jarak
P1a = 100 x (Ba-Bb)
= 100 x (2,220-2,170)
=100 x (0,05)
=5
P1b = 100 x (Ba-Bb)
=100 x (2,150-2,050)
=100 x 0,10
61
=10
P1c = 100 x (Ba-Bb)
=100 x (1,350-1,300)
=100 x 0,05
=5
Jarak P2a = 100 x (Ba-Bb)
= 100 x (2,140-2,090)
=100 x 0,05
=5
P2b = 100 x (Ba-Bb)
=100 x ( 2,080-1,980)
=100 x (0,10)
=10
P2c = 100 x (Ba-Bb)
=100 x (1,120-1,070)
=100 x (0,5)
=5
Jarak P3a = 100 x (Ba-Bb)
= 100 x (1,650-1,600)
=100 x 0,050
=5
P3b = 100 x (Ba-Bb)
= 100 x (1,150-1,100)
=100 x 0,05
=5
P3c = 100 x (Ba-Bb)
= 100 x (0,900-0,800)
= 100 x 0,15
= 10
Beda Tinggi
62
P1a = Ta – Bta
= 1,500-2,195
= -0,695
P1b = Ta – Bta
= 1,500 – 2,100
= -0,600
P1c = Ta – Bta
= 1,500 – 1,325
= 0,175
P2a = Ta – Bta
= 1,450 – 2,115
= -0,665
P2b = Ta – Bta
= 1,450 – 2,030
= -0,58
P2c = Ta – Bta
= 1,450 – 2,030
= 0,355
P3a = Ta – Bta
=1,350 – 1,625
= -0,275
P3b = Ta – Bta
= 1,350 -1,125
= 0,225
P3c = Ta – Bta
= 1,350 – 0,850
= 0,500
Ketinggian
a. Titik P1
Titik a = 5,000 - 0,695 = +4,305
63
Titik b = 5,000 - 0,600 = +4,4
Titik c = 5,000 + 0,175= +5,175
b. Titik P2
Titik a = 4,900 - 0,665 = +4,235
Titik b = 4,900 - 0,58 = +4,32
Titik c = 4,900 + 0,355 = +5,255
c. Titik P3
Titik a = 4,700 - 0,275 = +4,425
Titik b = 4,700 + 0,225 = +4,925
Titik c = 4,700 + 0,500 = +5,2
a1
Gambar P1 Galian
Timbunan
5,000 5,175 – 5,000=0,175
+5,000
4,800 a2 b1
64
4,400
4,000
No Titik b a P1 c
Jarak 10 5 5 0 5 5
5
Ketinggian +4,400 +4,305 +5,000 +5,175
Gambar P2
Galian
Timbunan
5,400
5,255 – 4,900=0,355
5,000 +4,900
a2
a1 b1
4,600
65
No Titik b a P2 c
Jarak 10 5 5 0 5 5
5
Ketinggian +4,320 +4,235 +4,900 +5,255
Gambar P3 Galian
\
Timbunan
4,925-4,700= 0,225
4,800
a1
b1
b2
4,400
4,700-4,425= 0,275
No Titik a P3 b c
Jarak 5 5 0 5 5 10
566
Ketinggian +4,425 +4,700 +4,925 +5,200
VIII. Kesimpulan
Dari pratikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Mencari luas dan volume pada propil melintang berhubungan dengan
pengukuran pada propil memanjang
2. Propil melintang didasarkan pada jarak bak ukur dengan levelling dan
ketingginan yang diperoleh dari titik awal dengan beda tinggi.
3. Ketelitian sangat diperlukan pada saat melakukan pengukuran pada propil
melintang
IX. Saran
1. Dalam menegakan levelling, pastikan lavelling dalam keaadaan datar
dengan melihat apakah nivo telah berada pada kedudukan horizontal, agar
hasil pembidikan akurat
2. Bacalah bak ukur dengan teliti agar tidak ada kesalahan pada saat
pembuatan data
67
Dokumentasi
68