Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
adanya infeksi lain, seperti Swollen Head Syndrome (SHS), Chronic Respiratory
Disease (CRD), Newcastle Disease (ND) dan sebagainya.
Pengobatan akan efektif, bila diberikan pada awal kejadian dan dianjurkan
untuk dilakukan uji sensitivitas terhadap antibiotik dalam aplikasinya. Untuk
pengendalian penyakit ini, harus ditujukan pada perbaikan manajemen
peternakan, meliputi sanitasi/desinfeksi mesin penetas, program pencegahan
penyakit dan vaksinasi yang sesuai, terutama untuk pencegahan penyakit yang
bersifat imunosupresif dan pernafasan. Peternakan unggas mengalami
peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun, baik dari segi produksi maupun
konsumsi produk unggas. Akan Tetapi perkembangannya mengalami berbagai
kendala, salah satunya akibat penyakit kolibasilosis yang disebabkan bakteri
patogen Escherichia coli. Penurunan produksi yang disebabkan kolibasilosis
cukup mengkhawatirkan. Hal itu ditunjukkan dengan tingginya angka morbiditas
dan mortalitas.
2
d. Mengetahui cara penularan Kolibasilosis pada ayam.
e. Mengetahui gejala klinis Kolibasilosis pada ayam.
f. Mengetahui diagnosis Kolibasilosis pada ayam.
g. Mengetahui cara pengendalian dan pencegahan Kolibasilosis pada ayam.
h. Mengetahui pengobatan Kolibasilosis pada ayam.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Etiologi
E. coli tergolong bakteri Gram Negatif, berbentuk batang yang tidak
membentuk spora, tidak tahan asam dan ukurannya 2−3 x 0,6 µm (GORDON dan
JORDAN, 1982). Bakteri ini dapat ditemukan pada berbagai infeksi pada hewan
dan merupakan agen primer atau sekunder dari infeksi tersebut. Berdasarkan
penyakit yang ditimbulkannya, dapat digolongkan menjadi dua kelompok.
Pertama, E. coli yang bersifat oportunistik, artinya dapat menyebabkan penyakit
dalam keadaan tertentu, misalnya kekurangan makanan atau mengikuti penyakit
lain. Kedua, bersifat enteropatogenik/enterotoksigenik, E. coli yang mempunyai
antigen perlekatan dan memproduksi enterotoksin sehingga dapat menimbulkan
penyakit. (LAY dan HASTOWO, 1992).
Faktor virulensi E. coli dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap pagositosis,
kemampuan perlekatan terhadap epitel sel pernafasan dan ketahanannya terhadap
daya bunuh oleh serum. E. coli yang patogen ini mempunyai struktur dinding sel
yang disebut “pili”, yang tidak ditemukan pada serotipe yang tidak patogen
(TABBU, 2000), dan “pili” inilah yang berperan dalam kolonisasi (LAY dan
HASTOWO, 1992).
Ada tiga macam struktur antigen yang penting dalam klasifikasi E. coli yaitu,
antigen O (Somatik), antigen K (Kapsel) dan antigen H (Flagella) (GUPTE, 1990;
LAY dan HASTOWO, 1992). Determinan antigen (tempat aktif suatu antigen) O
terletak pada bagian liposakarida, bersifat tahan panas dan dalam
pengelompokannya diberi nomor 1,2,3 dan seterusnya. Antigen K merupakan
polisakarida atau protein, bersifat tidak tahan panas dan berinterferensi dengan
aglutinasi O, sedangkan antigen H mengandung protein, terdapat pada flagella
yang bersifat termolabil. Pada saat ini telah diketahui ada 173 grup serotipe
antigen O, 74 jenis antigen K dan 53 jenis antigen H (BARNES dan GROSS,
1997).
4
Serotipe yang banyak menyebabkan penyakit pada unggas adalah O1, O2,
O35 dan O78 (TABBU, 2000), dan dikenal patogenitasnya cukup tinggi
(CHARLTON et al., 2000). E. coli O111 juga tergolong patogen, karena dapat
mengakibatkan kematian mendadak pada ayam yang sedang mulai bertelur
dengan ditandai septikemia dan poliserositis fibrinosa (ZANELLA et al., 2000).
Selain itu, E. coli O111 ini juga merupakan salah satu jenis serotipe patogen
terhadap manusia dan dapat menyebabkan gastroenteritis pada bayi yang sifatnya
fatal (GUPTE, 1990).
Tiga serotipe E. coli O1 : K1, O2 : K1 dan O78 : K80 merupakan serotipe
yang sering ditemukan pada isolasi sewaktu ada wabah kolibasilosis pada ayam
(CHARLTON et al., 2000). Ketiga serotipe tersebut, merupakan serotipe yang
banyak menimbulkan koliseptikemia pada ayam. Artinya, E. coli masuk ke dalam
sirkulasi darah ayam, menginfeksi berbagai jaringan melalui luka usus atau
saluran pernafasannya. Biasanya mengikuti penyakit lain yang menyerang saluran
pencernaan ataupun pernafasan.
Gambar 1. E.Coli
(Sumber : http://www.poultryhub.org/health/diseases/types-of-
disease/colibacillosis/)
2.2 Patogenesis
Perjalanan penyakit ini dimulai dari bakteri E. coli patogen menginfeksi
saluran pernafasan dan pencernaan. Pada pencernaan dapat menyebabkan diare
karena bakteri tersebut masuk ke host mengadakan perlekatan berkolonisasi pada
5
saluran pencernaan kemudian berkembangbiak dan menginvasi sel-sel atau
jaringan setelah itu bakteri ini memproduksi toksin sehingga terjadi peradangan
pada organ. Diare terjadi oleh produksi toksin LT (heat–labile) dan ST (heat–
stabile) setelah itu akumulasi c AMP dan c GMP mengakibatkan absorbsi NaCl
menurun dan sekresi ion klorida meningkat sehingga tekanan osmotik lumen usus
meningkat dan terjadi peristaltik usus meningkat sehingga terjadi diare. Jumlah E.
coli yang terdapat pada unggas di lingkungan terjadi kontaminasi selain
pencernaan juga melalui saluran pernafasan.
6
septikemia dan kematian, atau infeksi meluas ke permukaan serosal, perikardium,
sendi, dan organ lainnya.
7
7. Coligranuloma : bungkul-bungkul pada hati, sekum, doudenum dan
mesenterium.
8. Kematian sampai 75 %.
2.5 Diagnosis
Pertimbangan diagnosis dengan memperhatikan predisposisi infeksi dan faktor
lingkungan. Patogenitas dari isolat diperlihatkan saat inokulasi parenteral dari
ayam muda atau dewasa dengan timbulnya fatal septisemia atau lesi tipikal dalam
3 hari (Aiello, 1998). Kolibasilosis memiliki angka morbiditas yang bervariasi dan
mortalitas 5-20% (Mc Mullin, 2004).
Isolasi dari kultur Escherichia coli yang diambil dari darah di jantung, hati,
atau lesi khas visceral pada karkas segar yang diindikasi primer atau sekunder
kolibasilosis (Aiello, 1998). Mc Mullin (2004), menambahkan dari kultur aerob
8
akan didapat koloni 2-5 mm pada plat agar darah (PAD) dan McConkey
agar setelah 18 jam, pada kebanyakan strain Escherichia coliakan memfermentasi
laktosa dan menghasilkan koloni merah terang pada McConkey agar
Kolibasilosis dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan
makroskopis maupun mikroskopis serta isolasi dan identifikasi
bakteri Escherichia coli. Isolasi bakteri dapat berasal dari swab organ visceral
seperti hepar, jantung, lien, perikardium, air sac dan yolk sac yang ditanam pada
Eosine Methylene Blue (EMB) yang merupakan media selektif untuk Escherichia
coli yang diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370C, yang akan menghasilkan
koloni berwarna metallic sheen. Identifikasi Escherichia coli berdasarkan tes
laboratorium yang meliputi pengecatan Gram atau sederhana, dan uji biokimia
(Giovanardi et al., 2005).
Differensial Diagnosa:
Penyakit yang menjadi diferensial diagnosa Kolibasilosis adalah
mycoplasmosis, salmonellosis, pasteurellosis, pseudotuberculosis, erysipelas,
chlamydiosis dan staphylococcosis (Purchase, 1989).
2. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakuan yaitu dimulai dari seleksi secara ketat ayam
yang berkualitas pada awal pemeliharaan dan mencegah pencemaran bakteri pada
air minum ataupun pada pakan. Pencegahan penyakit yang bersifat imunosupresif
menjadi prioritas sehingga infeksi oleh bakteri e.coli dapat dicegah.
9
3. Pengendalian dan Pemberantasan
2.7 Pengobatan
Terapi antimikrobial merupakan hal yang penting untuk menurunkan
angka kejadian maupun mortalitas akibat kolibasilosis (Freed et al., 1993; Goren,
1990; Watts et al., 1993). Mc Mullin (2004), merekomendasikan penggunaan
amoksisilin, tetrasiklin, neomisin (aktifitas lokal di usus), gentamisin
atau ceftiour (pada hatchery), sulfonamid, fluorokuinolon untuk terapi
kolibasilosis. Dan juga pengobatan Kolibasilosis dapat diberikan antibiotika
liannya, seperti oksitetrasiklin, klortetrasiklin, khlorampenikol, fluoroquinolon.
Adapun alternatif pengobatan kolibasilosis pada ayam dapat menggunakan
kombinasi imbuhan herbal kunyit dan zink dalam pakan (Wientarsih et al,. 2013).
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari paparan materi diatas dapat penulis simpulkan bahwa , Kolibasilosis
merupakan penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh bakteri
Escherichia coli patogen sebagai agen primer ataupun sekunder. Sebagai infeksi
primer atau sekunder, penyakit ini menyerang ayam pedaging dan petelur, pada
semua umur, tetapi lebih sering pada umur muda dibanding yang tua. Tanda klinis
kolibasilosis tidak spesifik dan dipengaruhi oleh umur ayam, lama infeksi, organ
yang terserang dan adanya penyakit lain bersamanya.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna , kedepannya
penulis akan lebih baik lagi dalam menjelaskan tentang paper diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
http://dokterternak.com/2011/05/31/penyakit-colibacillosis-akibat-bakteri-e-coli-
pada-ayam/. Diakses pada 5 feb 2018.
Adnan, Kunta. 2012. Diagnosa Kolibasilosis pada Ayam Layer.
http://dokterternak.com/2012/04/16/diagnosa-kolibasilosis-pada-ayam-
kolibasilosis-eschericia-coli-e-coli-air-saculitis-karakteristik-biokimia-
faktor-virulensi-patogenesitas-cara-penularan-diagnosa-pengoban/.
Diakses pada 5 feb 2018.
Wientarsih et al. 2013. Kombinasi Imbuhan Herbal Kunyit dan Zink dalam Pakan
sebagai Alternatif Pengobatan Kolibasilosis pada Ayam Pedaging. Bogor:
Jurnal Veteriner. Vol. 14 No. 3: 327-334.
13