Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“DIARE DAN HEPATITIS A”

Oleh:

Walina (1511211011) Muhammad Ibnu Dzaky (1511211043)

Arini Putri (1511211029) Yuthia Tri Wahyu R. (1511211059)

Ivani Radha (1511211033) Rio Fikrul Irsyad (1511211072)

Dosen Pengampu :

dr. Fauziah Elytha, Msi

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Andalas
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “DIARE DAN HEPATITIS A” tepat waktu dan juga kami
mengucapkan terimakasih kepada Ibuk dr. Fauziah Elytha, Msi selaku dosen mata
kuliah EPIDEMIOLIGI PENYAKIT MENULAR yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit diare dan hepatitis A. Kami
mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Padang, 12 September 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita terbesar di


dunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik satu balita meninggal karena
diare. Diare sering kali diaanggap sebagai penyakit sepele, padahal
ditingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas (2001) diare merupakan
penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita. Berdasarkan data Riskesdar
tahun 2007 dari Kemenkes, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga
11 bulan akibat diare mencapai 31,4%. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun
sebanyak 25,2%.
Hepatitis A merupakan infeksi hati akut. Karena sifat menularnya,
penyakit ini disebut juga hepatitis infeksiosa. Penyakit ini merupakan
masalah kesehatan di Indonesia karena masih sering menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB). Penyakit ini termasuk common source yang
penularan utamanya melalui makanan dan sumber air, namun bisa juga
ditularkan melalui hubungan seksual. Hepatitis virus akut merupakan
urutan pertama dari berbagai penyakit hati di seluruh dunia. Penyakit
tersebut ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian
setiap tahunnya. Hepatitis masih menjadi suatu masalah kesehatan di
negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya kasus hepatitis A
dikarenakan oleh berbagai faktor, antara lain karena rendahnya hygiene
dan sanitasi, pemukiman padat penduduk, terkontaminasinya makanan dan
minuman oleh virus hepatitis, pada keadaan yang jarang, infeksi hepatitis
A dapat ditularkan melalui kontak seksual (anal-oral), dan tranfusi darah.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan diare?


2. Apa penyebab dari diare?
3. Bagaimana cara pengobatan/penyembuhan diare?
4. Apa yang dimaksud dengan hepatitis A?
5. Apa penyebab hepatitis A?
6. Bagaimana cara pengobatan/penyembuhan hepatitis A?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang diare dan hepatitis A


2. Agar mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari penyakit diare dan
hepatitis A
3. Agar mahasiswa dapat menegtahui cara pengobatan/penyembuhan dari
penyakit diare dan hepatitis A

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat. Pengertian lain diare adalah sebuah
penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan
masih memiliki kandungan air berlebihan. Diare adalah Suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja
yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih
dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari).
Diare seringkali disertai kejang perut dan muntah-muntah, diare
disebut juga muntahber (muntah berak) ,muntah menceret atau muntah
bocor. Diare menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Jika
tinja atau kotoran tersebut mengandung lendir dan darah, penderita telah
mengalami fase yang disebut disentri. Diare dapat terjadi dalam kadar
yang ringan maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat
akut, dan berlangsung dalam waktu lama. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh berbagai hal dan kadang diperlukan pengobatan khusus. Namun
sebagian besar diare dapat diobati sendiri di rumah, meskipun kita tidak
yakin penyebab yang menimbulkannya. Diare tak pernah pandang bulu, ia
dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, baik orang tua
maupun muda. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal
di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut
catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,
sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah
satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita.

6
2.2.2 Penyebab Diare

1. Makan tanpa cuci tangan dengan sabun


2. Minum air mentah
3. Makan makanan yang dihinggapi lalat
4. Keracunan makanan
5. Beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari racun
Bakteri.
6. Mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang
yang tidak cukup makanan.
2.2.3 Penularan Kuman Penyakit Diare

Kuman penyakit diare dapat ditularkan melalui :


1. Air dan makanan yang tercemar
2. Tangan yang kotor
3. Berak disembarang tempat
4. Botol susu yang kurang bersih
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung, seperti :
1. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan benar.
4. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar
atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.2.4 Macam-Macam Penyakit Diare
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu :
1. Diare Akut

7
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
a. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh
bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat
menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi eteral diikuti
puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi tekal (overflow
diarrhea) atau berbagai kondisi lain.
b. Patogenesis
Diare akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal
ini disebabkan masukan minuman atau makanan yang
terkontaminasi tinja ditambah dengan ekresiyang buruk, makanan
yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak.
Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aeorosolisasi
(Morwalk, Rotavirus), tangan yang terkontaminasi (Clostridium
diffecile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya
diare akut adalah faktror penyebab (agent) dan faktor penjamu
(host). Faktor penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh
terhadap organisme, yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan
lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas lambung,
imunitas, juga mencakup lingkongan mikroflora usus. Faktor
penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi
yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman-kuman
tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang disebabkan infeksi bakteri terbagi dua, yaitu:
1. Bakteri noninvasit (enterotoksigenik)
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada mukosa
usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin meningkat kadar
siklik AMP di dalam sel, menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke
dalam lumen usus yang diikuti air, ion karbonat, kation natrium, dam
kalium.

8
2. Bakteri enteroinvasif
Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi, dan bersifat sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat
bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan
ini adalah Enteroinvasive E. Coli (EIEC). S. Paratyphi B, S.
Typhimurium, S. enteriditis, S. choleraesuis, Shigela, Yersinia, dan
C. Pertringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit
menyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica),
kerusakan vilia yang penting untuk penyerapan air, elektrolit, dan zat
makanan (G. Lambdia).
c. Manifestasi klinis
Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua
golongan yaitu :
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare di dapat lendir kental dan kadang-
kadang darah.

d. Penatalaksanaan
Pada orang dewasa, penata laksanaan diare akut akibat
infeksi terdiri dari :
 Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
1) Jenis cairan
2) Jumlah cairan
3) Jalan masuk atau cara pemberian cairan
4) Jadwal pemberian cairan.
 Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
 Terapi simtomatik
 Terapi defenitif

2. Diare kronik

9
Diare kronik ditetapkan berdasarkan kesepakatan, yaitu diare
yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku bagi
orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu
dua minggu.
a. Etiologi

Diare kronik memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak


seluruhnya diketahui.
b. Patofisiologi

Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal pokok, yaitu


konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat
pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan ensimatik,
disertai gangguan mukosa, akan mempengaruhi pertukaran air dan
elektrolit, sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang terbentuk.
Diare kronik dibagi tiga yaitu :
 Diare osmotik

Dijelaskan dengan adanya faktor malabsorpsi akobat adanya


gangguan absorpsi karbohidrat, lemak atau protein, danb tersering
adanya malabsorpsi lemak. Teses berbentuk steatore.
 Diare sekretorik

Terdapat gangguan tranpor akibat adanya perbedaan osmotif


intralumen dengan mukosa yang besar sehungga terjadi penarikan
cairan dan alektrolit ke dalam lumen usus dalam jumlah besar. feses
akan seperti air. Diare sekresi terbagi dua berdasarkan pengaruh
puasa terhadap diare :
 Diare sekresi yang dipengaruhi keadaan puasa berhubungan
dengan proses intralumen, dan diakibatkan oleh bahan-bahan
yang tidak dapat diabsorpsi, malabsorpsi karbohidrat, letesiensi
laktosa yang mengakibatkan intolerassi laktosa.
 Diare cair yang tidak dipengaruhi keadaan puasa terdapat pada
sidrom korsinoid, VIP (Vasoactive Inkestinal Polypeptida) oma,
karsinoma tiroid medular, adenoma vilosa, dan diare diabetik.

10
 Diare inflamasi, diare dengan kerusakan kematian enterosit
disertai peradangan. Fese berdarah. Klompok ini paling sering
ditemukan. Terbagi dua yaitu nonspesitik dan spesitik.
2.2.5 Tanda-Tanda Penyakit Diare

Tanda-tanda penyakit diare adalah berak encer biasanya 3X atau


lebih dalam sehari, kadang-kadang disertai dengan muntah, badan lesu dan
lemah, tidak mau makan, dan panas. Bahaya dari diare:

1. Penderita akan kehilangan cairan tubuh


2. Penderita akan menjadi lesu dan lemah
3. Penderita akan meninggal apabila kehilangan cairan tubuh terlalu
banyak

2.2.6 Usaha Untuk Mengatasi Diare

Penderita diberi minim, larutan yang terbaik untuk penderita diare


adalah Oralit, kalau tidak ada boleh diberi larutan Gula, Garam (LGG),
bisa juga diberi air the, air kelapa. Larutan oralit bisa dibuat dengan cara
melarutkan bubuk oralit 1 bungkus kedalam 1 gelas air masak aduk
sampai semua larutan larut dalam air. Sedangkan LGG dengan cara, ambil
1 sendok teh gula, seperempat sendok teh garam lalu larutkan kedalam 1
gelas air masak kemudian diaduk. Adapun cara memberikan larutan oralit,
yaitu:
1. Minumkan segera larutan sampai penderita tidak merasa haus lagi
(pada anak balita diasanya memerlukan 3 bungkus oralit 200 CC
dalam 3 jam pertama)
2. Jika anak muntah pemberian oralit dihentikan dulu, lau kemudian
dilanjutkan lagi.
3. Bila sampai hati ke-2 anak masih terus diare atau keadaan anak
bertambah parah maka dengan segera dibawah ke Puskesmas atau
Rumah Sakit terdekat. Selam perjalanan pemberian oralit harus terus
diberikan.
2.2.7 Pengobatan Terhadap Penyakit Diare

Karena bahaya diare terletak pada dehidrasi maka


penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya dehidrasi dan

11
rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi. Cairan rehidrasi oral yang
dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air tajin, ASI, air teh encer, sup
wortel, air perasan buah, dan larutan gula garam (LGG). pemakaian
cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi,
sedangkan bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minum
oralit.Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan
mengatasi dehidrasi. Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga
dapat menggantikan elektrolit yang ikut hilang bersama cairan tubuh
Anak yang mengalami diare berat dan lama yang disertai dengan
demam, muntah, atau nyeri perut atau yang kotorannya terdapat darah atau
lendir harus segera dibawa ke dokter. Walaupun anak tidak menunjukkan
gejala-gejala di atas tetapi anak tampak mengalami dehidrasi dengan
tanda-tanda mulut dan lidah kering, kulit yang kering dan pucat, mata
cowong, penurunan aktivitas (tampak mengantuk atau lelah), dan
menurunnya jumlah kencing dari biasanya juga harus segera dibawa ke
dokter.
Perawatan utama terhadap anak yang mengalami diare adalah
pemberian cairan yang adekuat dengan cairan yang sesuai. Cairan ini dapat
diberikan baik melalui mulut ataupun melalui infus bila anak mengalami
dehidrasi sedang sampai berat. Bayi dan anak kecil sebaiknya tidak diberi
cairan berupa air saja karena air tidak mengandung garam dan mineral
serta zat gizi yang diperlukan. Prinsip utama perawatan diare adalah
penggantian cairan serta garam dan mineral yang hilang melalui kotoran,
muntah dan demamnya. Perkiraan jumlah cairan yang hilang dan beratnya
muntah serta diare akan menentukan jenis terapi yang akan diberikan oleh
dokter.
2.2 Hepatitis A

2.2.1 Sejarah

Penyakit ini sudah dikenal antara tahun (460 – 375 SM), oleh
Hippocrates di wilayah Babilonia, mereka adalah seorang tabib kuno dari
daerah Yunani dan pada tahun 752 M Paus Zaccharias Menulis sebuah
surat kepada Santo Bonifacius tentang bentuk-bentuk dari penyakit kuning

12
yang menular sehingga mereka menamakan penyakit ini Icterus
Infectiosa. penyakit Hepatitis A banyak terjadi pada saat peperangan. Pada
tahun 1912 Cockayne memberikan nama Hepatitis Infectiosa untuk
penyakit kuning menular tersebut dan tahun 1923 Blumer berhasil
membuat sebuah ringkasan yang sempurna berdasarkan letupan Epidemik
Jaundice yang terjadi di Amerika Serikat antara tahun 1912 – 1923 dan
observasi tersebut menyatakan terdapat eksistensi dua bentuk utama virus
Hepatitis yaitu Infectiosa dan Serum Hepatitis.
Kemudian timbul pernyataan bahwa Hepatitis A adalah
suatu penyakit yang diakibatkan oleh masuknya virus Hepatitis A ke
dalam tubuh yang kemudian menyerang hati. Penyakit Hepatitis A
merupakan penyakit dengan distribusi global dan infeksi Hepatitis A
ditandai dengan adanya antibodi anti HAV yang secara universal erat
hubungannya dengan standar kesehatan atau sanitasi daerah
yang bersangkutan.Penyakit Hepatitis A juga dapat menyebabkan letupan
pada kelompok populasi yang berbeda salah satu contoh adalah letupan
yang terjadi pada saat kampanye militer.Pada tahun 1950 – 1970 pola Sero
Epidemiologi penyakit ini diteliti oleh Murray, Krugman (1967) dan
kawan-kawan yang menuntun ke arah pencegahan penyakit tersebut.
Pada tahun 1973, Feinstone SM dan kawan-kawan menemukan
Virus Hepatitis A untuk pertama kalinya,secara jelas dengan pemeriksaan
Immune Electrone Microscope pada spesimen tinja dan selanjutnya di
kembangkan cara pemeriksaan Immunoassay, hal ini sangat sensitif untuk
memungkinkan deteksi antigen Hepatitis A dengan antibodinya dan
membuahkan hasil ditemukannya tes diagnostik untuk IgM spesifik yang
dapat membedakan infeksi virus Hepatitis A yang baru terjadi dengan
yang telah lama terjadi serta tahun 1979 Provost dan Hilleman berhasil
membiakkan Virus Hepatitis A dalam kultur sel dan merupakan
awal perkembangan vaksin Hepatitis A.
Virus Hepatitis A berukuran 27 nanometer dan oleh Anderson
(1988) dapat digolongkan, serta Krugman (1992) sebagai Piconavirus
Ternyata terdapat satu sorotipe yang bisa menimbulkan penyakit Hepatitis

13
pada manusia. Dari gambaran skema komponen-komponen partikel virus
Hepatitis A bahwa peneliti terdahulu menemukan suspensi sample tinja
akan tetap bersifat infeksius meski mendapat tindakan sterilisasi dengan
asam, eter, suhu tinggi dan bahkan dibekukan lebih dari satu tahun. Namun
virus Hepatitis A dapat di inaktivasi dengan cara sterilisasi uap atau (auto
claving), merebus, paparan terhadap konsentrasi tinggi formalin dan
radiasi sinar ultra violet (UV).
Replikasi dari penyakit Hepatitis A target primer utama dari HAV
adalah sel-sel hati ( Hepatosit ) setelah virus tertelan mereka
terabsorsimelalui pembuluh darah diangkut ke hati dan begitu sampai di
hati mereka akan di telan oleh Hepatosit. Di sel materi genetik atau
genondari HAV yang terdiri dari stranded RNA akan bertindak sebagai
suatu template yang akan memproduksi protein virus selanjutnya protein
ini akan berkembang kembali membentuk capsid virus yang baru dan akan
dirilis melalui saluran empedu kecil yang terdapat di antara sel-sel hati dan
mereka lalu secara bebas akan dibuang melalui tinja.
2.2.2 Pengertian

Hepatitis A adalah suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus yang disebarkan oleh kotoran/tinja penderita,biasanya melalui
makanan (fecal - oral), Hepatitis A paling ringan dibanding hepatitis jenis
lain (B dan C). Hepatitis adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar
karena reaksi hepar terhadap berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan
dan alkohol. (Ester monika, 2002 : 93). Hepatitis adalah infeksi sistemik
yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang
digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn inflamasi
pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia
serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati.
Hepatititis dalam bahasa awam sering disebut dengan istilah lever atau
sakit kuning. Padahal definisi lever itu sendiri sebenarnya berasal dari
bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan penyakit hati. Namun
banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan lever adalah

14
penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat
menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan
oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung
empedu. (M. Sholikul Huda)
Penyakit ini bersifat self-limiting (sembuh spontan) dan tidak
meninggalkan komplikasi permanen pada hati.Dengan perawatan yang
baik, penderita dapat kembali pulih seperti sediakala. Virus Hepatitis
(VHA) berbentuk partikel dengan ukuran 27 nanometer, merupakan virus
RNA dan termasuk golongan Picornaviridae. Hanya terdapat satu serotipe
yang dapat menimbulkan penyakit hepatitis pada manusia. Virus ini sangat
stabil dan tidak rusak dengan perebusan singkat. Penggandaan atau
replikasi terjadi dalam sel epitel hati dan epitel usus. Penyakit ini bersifat
akut, hanya membuat kita sakit sekitar 1 sampai 2 minggu. Virus Hepatitis
A (HAV) yang menjadi penyebabnya sangat mudah menular, terutama
melalui makanan dan air yang terkontaminasi oleh tinja orang yang
terinfeksi. Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap
makanan memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya
berjangkit di masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Hepatitis
A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan
kerusakan permanen.
2.2.3 Sifat Umum Viris Hepatitis A

Virus ini dapat dirusak dengan di otoklaf (121 o C selama 20 menit), dengan
dididihkan dalam airselama 5 menit, dengan penyinaran ultra ungu (1 menit pada 1,1
watt), dengan panas kering (180 o C selama 1 jam), selama 3 hari pada 37 o C atau
dengan khlorin (10-15 ppm selama 30 menit). Resistensi relative hepatitis virus A
terhadap cara-cara disinfeksi menunjukkan perlunya diambil tindakan istimewa dalam
menangani penderita hepatitis beserta produk-produk tubuhnya.
2.2.4 Penyebab, Tanda, dan Gejala Hepatitis A

Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan


melalui feses manusia yang diakibatkan kesalahan dalam mengkonsumsi
suatu jenis makanan dan minuman. Virus hepatitis A atau VHA
penyebarannya melalui pembuangan limbah manusia yang dilatar

15
belakangi oleh keadaan lingkungan dan sanitasi yang kurang baik dan
bersih. Hepatitis A ini masih tergolong jenis hepatitis yang ringan dan
dapat disembuhkan dengan pemberian vaksinasi, lamanya penyakit ini
berlangsung 2-6 minggu.
Sebenararnya penyebab dari penyakit Hepatitis A paling banyak
disebabkan oleh zat kimia bisa juga terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
dan terlalu sering memakan Bahan kimia seperti obat obatan. Akan
tetapi Penyakit Hepatitis A pada saat ini terjadi di sebabkan oleh makanan
ataupun minuman yang terinfeksi oleh virus hepatitis A, dan selama
hubungan suami istri juga menjadi penyebab penyakit Hepatitis A ini , tapi
semua hepatitis A akan sembuh tidak ada yang kronis. Adapaun gejala dari
hepatitis A terbagi atas 3 stadium yaitu :
1. Fase prodromal ( pendahuluan) . Berlangsung 2-7 hari dengan gejala
seperti menderita influenza. Dengan Keluhan yang ada antara lain
badan terasa lemas dan lelah, tidak nafsu makan (anoreksia), mual dan
muntah, nyeri dan tidak enak di perut, demam, kadang-kadang
menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi (arthralgia), pegal-pegal pada
otot (mialgia), diare, dan rasa tidak enak di tenggorokan. umumnya
menghilang atau menurun. Pada fase ini penderita umumnya baru
menyadari terkena hepatitis. Jika dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,
akan ditemukan hati yang membesar serta peningkatan kadar enzim hati
dan bilirubin darah.
2. Fase ikterik ( dengan gejala kuning ). Biasanya setelah demam turun,
air seni terlihat kuning pekat seperti air teh. gatal-gatal pada kulit.
Bagian putih dari bola mata (sclera), selaput lendir langit-langit mulut,
dan kulit berwarna kekuning-kuningan. Bila terjadi hambatan aliran
empedu ke dalam usus maka tinja akan berwarna pucat seperti dempul
(faeces acholis). Warna kuning semakin bertambah kuning, selanjutnya
menetap dan kemudian menghilang secara perlahan-lahan. Keadaan ini
berlangsung sekitar 10-14 hari. Pada akhir stadium ini keluhan mulai
berkurang dan penderita merasa lebih enak. Pada usia lebih lanjut
sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (cholestasis) lebih berat

16
sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung
lebih lama. Tingkat kematian rendah (0,2% dari kasus icteric) dan
penyakit akhirnya sembuh sendiri. Dalam kasus-kasus kematian sangat
tinggi berhubungan dengan bertambahnya usia, dan kelangsungan
hidup ini jarang terjadi lebih dari 50 tahun.

3. Fase penyembuhan (konvalesen). Fase ini ditandai dengan hilangnya


keluhan yang adam Pada fase ini terjadi penyembuhan, gejala kuning
menurun, nafsu makan kembali membaik, mual-muntah menghilang,
dan organ hati kembali mengecil perlahan-lahan.Kadar enzim hati dan
bilirubin darah pun berangsur-angsur menurun, walaupun penderita
masih terasa cepat lelah. Umumnya penyembuhan sempurna secara
klinis dan laboratoris memerlukan waktu 6 bulan. Gejala kuning tidak
selalu ditemukan. Untuk memastikan diagnosis dilakukan pemeriksaan
enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi
radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali
fosfatase dapat dilakukan di samping kadar bilirubin.
Penyakit Hepatitis disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran atau
tinja penderita biasanya melalui makanan (fecel-oral), bukan melalui aktivitas sexual
atau melalui darah,selain itu akibat buruknya tingkat kebersihan. Yang bisa ditularkan
lewat jarum suntik yang terkontaminasi atau melalui darah orang yang tercemar
hepatitis A. Penelitian infektivitas menunjukkan bahwa risiko paling besar penulran
hepatitis A adalah antara 2 minggu sebelum dan 1 minggu sesudah timbulnya ikterus.
Penularan melalui jalan udara relative tidak begitu penting.
2.2.5 Pencegahan

Menurut WHO, ada beberapa cara untuk mencegah penularan


hepatitis A, antara lain :
1. Secara Umum
Pencegahan secara umum adalah dengan cara mengubah pola
hidup menjadi lebih sehat dan bersih ( hygiene perorangan). Misalnya
menjaga kebersihan dan cara makan yang sehat, seperti mencuci tangan
sesudah ke toilet sebelum menyiapkan makanan, atau sebelum makan.

17
Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan sanitasi, pemakaian air
bersih, pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan
sumur yang memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat,
memasak bahan makanan dan minuman.merupakan tindakan penting
untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum
dan sesudah penyakit klinis mereka menjadi apparent.
2. Secara khusus
Pencegahan secara khusus dapat dilakukan dengan :
a. Imunisasi pasif ( antibodi )
Diberikan sebagai pencegahan kepada aggota keluarga
serumah yang kontak dengan penderita atau orang yang diketahui
telah makan makanan mentah yang diolah atau ditangani oleh
individu yang terinfeksi dan diberikan kepada orang-orang yang
akan berpergian ke daerah endemis. Begitu muncul gejala klinis,
tuan rumah sudah memproduksi antibodi.. Imunisasi pasif
menggunakan HBlg (human normal immunoglobulin) dengan dosis
0,02 ml per kg berat badan. Pemberian paling lama satu minggu
setelah kontak. Kekebelan yang didapat hanya bersifat sementara. .
Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum,
memberi 80-90% perlindungan jika diberikan sebelum atau selama
periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi,
namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A. tetapi imunisasi
aktif adalah lebih baik.
b. Imunisasi aktif
Menggunakan vaksin hepatitis A (Havrix). Orang dewasa
diberikan satu vial yang berisi satu ml (720 Elisa unit), sedangkan
anak berusia kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis. Jadwal
penyuntikan yang dianjurkan sebanyak 3 kali, yaitu dengan range
pemberian pada 0,1, dan 6 bulan. Pada tempat suntikan biasanya
timbul pembengkakan (edema) berwarna kemerah-merahan yang
terasa nyeri bila ditekan. Kadang-kadang setelah disuntik terasa sakit
kepala yang akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Imunisasi tidak

18
diberikan bila sedang sakit berat atau alergi (hipersensitif) terhadap
vaksin hepatitis A.
Vaksinasi hepatitis A terutama diberikan kepada orang-orang yang
mempunyai resiko tinggi untuk tertular penyakit ini. Misalnya anggota
keluarga atau orang serumah yang dekat dengan penderita, dokter,
paramedis, petugas laboratrium, anggota ABRI yang tinggal di barak-
barak, wisatawan asing yang mengunjungi daerah endemis (foreign
travel), homoseksual, dan anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan
bayi. Kasus-kasus ringan Hepatitis A biasanya tidak memerlukan
pengobatan dan kebanyakan orang yang terinfeksi sembuh sepenuhnya
tanpa kerusakan hati permanen.
Perilaku hidup bersih seperti mencuci tangan pakai sabun sebelum
makan dan sesudah dari toilet adalah salah satu cara terbaik untuk
melindungi diri terhadap virus Hepatitis A. Orang yang dekat dengan
penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis
A bisa dilakukan dalam bentuk sendiri (Havrix) atau bentuk kombinasi
dengan vaksin hepatitis B (Twinrix). Imunisasi hepatitis A dilakukan dua
kali, yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan
kemudian, sementara imunisasi hepatitis B dilakukan tiga kali, yaitu dasar,
satu bulan dan 6 bulan kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi
orang yang potensial terinfeksi seperti penghuni asrama dan mereka yang
sering jajan di luar rumah.
2.2.6 Cara Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk hepatitis A, sebab


infeksinya sendiri biasanya akan sembuh dalam 1-2 bulan. Terapi hal yang
dilakukan hanya untuk mengatasi gejala yang ditimbulkan. Contohnya,
pemberian parasetamol untuk penurun panas. Terapi harus mendukung
dan bertujuan untuk menjaga keseimbangan gizi yang cukup. Tidak ada
bukti yang baik bahwa pembatasan lemak memiliki efek menguntungkan
pada program penyakit. Telur, susu dan mentega benar-benar dapat
membantu memberikan asupan kalori yang baik. Minuman mengandung

19
alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis akut karena efek
hepatotoksik langsung dari alkohol (WHO, 2010).
Namun untuk mengurangi dampak kerusakan pada hati sekaligus
mempercepat proses penyembuhan, beberapa langkah penanganan
berikut :
 Istirahat. Tujuannya untuk memberikan energi yang cukup bagi sistem
kekebalan tubuh dalam memerangi infeksi.
 Anti mual. Salah satu dampak dari infeksi hepatitis A adalah rasa mual,
yang mengurangi nafsu makan. Dampak ini harus diatasi karena asupan
nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan.
 Istirahatkan hati. Fungsi hati adalah memetabolisme obat-obat yang
sudah dipakai di dalam tubuh. Karena hati sedang mengalami sakit
radang, maka obat-obatan yang tidak perlu serta alkohol dan sejenisnya
harus dihindari selama sakit.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat. Diare menyebabkan cairan tubuh
terkuras keluar melalui tinja. Diare dapat terjadi dalam kadar yang ringan
maupun berat. Biasanya terjadi secara mendadak, bersifat akut, dan
berlangsung dalam waktu lama. Karena bahaya diare terletak pada
dehidrasi maka penanggulangannya dengan cara mencegah timbulnya
dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi dehidrasi.

Hepatitis A adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh virus


yang disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita. Biasanya melalui
makanan. Hepatitis A merupakan hepatitis yang paling ringan jika
dibandingkan dengan hepatitis lain (B dan C). Penyakit ini sudah dikenal
antara tahun (460 – 375 SM), oleh Hippocrates di wilayah Babilonia,
mereka adalah seorang tabib kuno dari daerah Yunani dan pada tahun 752
M Paus Zaccharias Menulis sebuah surat kepada Santo Bonifacius tentang
bentuk-bentuk dari penyakit kuning yang menular sehingga mereka
menamakan penyakit ini Icterus Infectiosa. Penyakit ini bersifat self-
limiting (sembuh spontan) dan tidak meninggalkan komplikasi permanen
pada hati. Menurut WHO ada beberapa cara untuk mencegah penularan
penyakit hepatitis A, secara umum dan secara khusus. Pencegahan secara
umum adalah dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan
bersih. Sedangkan pencegahan secara khusus dapat dilakukan dengan
imunisasi pasif (antibody) dan imunisasi aktif (menggunakan vaksin
hepatitis A).
3.2 Saran

Kami menyadari kalau makalah ini masih jauh dari sempurna,


kritik dan saran dari Ibuk/Bapak pembimbing mata kuliah ini sangat
diperlukan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Penerbit : Kementerian Kesehatan


RI, Jakarta.
Google Search. Diunduh Tanggal 26 November 2012 pada Hari Senin.
Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
Oswari, 2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Mansjoer, Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi
8, Vol 2. Jakarta : EG

22

Anda mungkin juga menyukai