Ketrampilan Dasar Diagnostik PDF
Ketrampilan Dasar Diagnostik PDF
4.1 Anamnesis
Anamnesis merupakan percakapan profesional terencana antara dokter-pasien da-
lam rangka menyusun riwayat penyakit. Melalui kegiatan ini penderita diharapkan dapat
mengemukakan berbagai keluhan yang dirasakan kepada dokter, sehingga informasi
mengenai penyakit balk yang sesungguhnya ataupun yang dicurigai dapat ditegakkan.
Disamping memberi arah dan luasnya pemeriksaan, riwayat ini memberikan kontribusi
yang tidak kecil dalam mengungkap berbagai faktor terkait seperti faktor mental, sosial-
ekonomi, dan budaya yang mungkin menjadi latar belakang penyakit atau masalah ke-
sehatan yang sedang dihadapi pasien.
Perasaan kurang percaya diri dan kreagu-raguan khususnya bagi pemula yang
baru masuk klinik dapat mengurangi kewibawaan mereka dihadapan penderita. Bekal
pengetahuan fakta medik-dental saja tidak akan banyak bermanfaat jika mereka tidak
terlatih untuk mencari makna yang tersembunyi dari berbagai tanggapan yang diberikan
penderita sebagai pribadi seutuhnya. Sikap sating percaya, sating menghargai, dan empati
akan sangat mendukung terbinanya sambung rasa dan kelancaran komunikasi antara
pasien dengan dokter, sehingga jawaban-jawaban yang diberikan pasien balk verbal atau
non verbal dapat mengambarkan perwujudan penyakit yang sebenarnya. Beberapa aspek
yang perlu diperhatikan saat melakukan ananmnesis:
Memulai wawancara
Dengan sikap rendah hati berikan salam hormat kepada pasien (misalnya dengan jabat
Langan atau gerak isyarat mempersilahkan pasien duduk). Melalui pendekatan yang
sopan umumnya penderita akan memberi respon yang menyenangkan.
Sikap menghadapi pasien
Tanpa memandang siapa yang saudara hadapi, tunjukkan sikap yang sungguhsungguh
ingin menolong pasien (bukan hanya belajar semata). Hadapi pasien de ngan tenang
dan hindari banyak aktifitas yang dapat mengganggu pasien ( misalnya sering melihat
jam atau mencatat hasil wawancara dengan tergesa-gesa.)
Lakukan pendekatan secara kekeluargaan sebelum menanyakan permasalahan pokok
atau keluhan utamanya. Pasien yang memeriksakan ke bagian oral medicine
khususnya sering disertai kekuatiran mengenai penyakit yang sedang diderita, dan
karena penderitaan yang kronis biasanya pasien juga peka atau mudah marah. Untuk
Agar riwayat penyakit dapat lengkap dan akurat maka untuk menyusunnya perlu
pendekatan yang sistematis dan runtut meliputi unsur-unsur berikut ini:
Data demografis
Merupakan informasi yang harus dicatat pertama kali dalam diagnostic database, yaitu
identitas pasien yang antara lain meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, tempat
lahir, pekerjaan, agama dan alamat pasien. Jika pasien mempunyai dokter pribadi atau
keluarga perlu dicatat alamat dokter yang bersangkuan. Informasi demikian penting karena
beberapa penyakit dan kondisi tertentu dijumpai pada kelompok umur, jenis kelamin, ras
atau kelompok pekerja tertentu.
Riwayat Medik
Mengacu pada konsep perawatan yang holistik maka dalam melaksanakan tugas profe-
sinya sebagai dokter gigi dituntut untuk membuka wawasan lebih luas balk dalam ilmu
pengetahuan maupun kerjasama dengan profesi kesehatan yang lain. Dokter gigi mem-
punyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien, sehingga pemahaman riwayat medik
sebelum perawatan dental mutlak diperlukan. Tidak ada pemikiran bahwa dalam hal
penyakit sistemik praktek dokter gigi harus mempunyai kecakapan yang sama dengan
dokter umum, tetapi dokter gigi harus lebih cakap dalam mengenali masalah medik yang
mempunyai relevansi kuat dengan diagnosis dan terapi oral. Beberapa riwayat kesehatan
dasar yang perlu diperhatikan dalam anamnesis:
Riwayat inap di rumah sakit; ( operasi, trauma dan penyakit serius ).
Tanda-gejala penyakit yang masih dirasakan sekarang
Obat-obatan yang sedang di minum atau digunakan
Kebiasan yang berkaitan dengan kesehatan (merokok, minum alkohol)
Waktu dan hasil pemeriksaan kesehatan yang terakhir dilakukan
Inspeksi
Inspeksi merupakan teknik pemeriksaan langsung dengan menggunakan indra mata.
Walaupun cara ini sangat sederhana, dalam pelaksanaanya harus dilakukan secara sis-
tematis yaitu mempunyai arah, pola dan tujuan tertentu. Sebelum melakukan inspeksi
pemeriksa harus mengetahui betul beberapa kharakteristik yang harus diamati di daerah
Diaskophi
Diaskophi merupakan teknik pemeriksaan inspeksi yang spesifik, yaitu dengan cara me-
meriksa melalui kaca tembus pandang (misalnya gelas obyek) yang ditekankan pada ja
ringan yang akan diperiksa. Tujuan utama cara pemeriksaan ini ialah untuk membedakan
apakah lesi-lesi berwarna kemerah-merahan atau kebiru-biruan merupakan lesi vaskuler
atau bukan. Lesi yang banyak mengandung pembuluh darah, penekanan dengan gelas
obyek akan menyebabkan daerah tersebut berubah menjadi pucat dan akan kembali
kewarna semula jika gelas obyek dilepas. Keadaan demikian sering terjadi pada beberapa
jenis lesi vaskuler seperti, varices, telangiektase, hemangioma. Sebaliknya jika tidak terjadi
pemucatan mengingatkan bahwa lesi tersebut bukan lesi vaskuler, tetapi oleh karena
sebab-sebab yang lain misalnya pigmentasi lokal, amalgam atau india ink tatoos, dan
ekstravasasi darah seperti petekie, ekhimosis dan hematom.
Palpasi
Merupakan teknik pemeriksaan untuk mengetahui kondisi suatu jaringan de ngan
menggunakan indra peraba. Pada umumnya jaringan tubuh mempunyai konsistensi yang
khas sehingga jaringan yang satu dengan yang lain dapat dibedakan dengan cara palpasi.
Agar pemeriksaan ini dapat dilakukan secara efektif, maka pemeriksa harus mengenal
betul karakteristis masing-masing daerah yang akan diperiksa, dan variasi struktur
anatomisnya yang normal.
Palpasi dapat dilakukan dengan cara menekan jaringan yang diperiksa ke arah
tulang atau jaringan di sekitarnya, atau menekan jaringan tersebut diantara kedua jari
(bidigital) atau diantara kedua tangan (bimanual). Pemeriksaan ini akan memberikan in-
formasi lebih rind mengenai kondisi-kondisi yang tidak dapat terungkap melalui inspeksi
seperti; texture/strutur, dimensi/ketebalan, konsistensi, temperatur. Aktivitas atau gerakan-
gerakan fungsional tertentu seperti detak nadi atau getaran-getaran yang ditimbulkan oleh
lesi vaskuler, dan getaran gigi pada tulang alveoler pada waktu gerak oklusi. dapat
dideteksi dengan cara palpasi
Sasaran pemeriksaan dengan cara palpasi pada dasarnya bukan untuk mengetahui
adanya rasa sakit, tetapi cara pemeriksaan ini dapat menimbulkan reaksi rasa sakit
Perkusi
Teknik pemeriksaan ini dilakukan dengan mengetukkan jari atau instrument ke arah
jaringan, dan pemeriksa mendengarkan bunyi yang ditimbulkannya serta mengamati reaksi
dari pasien. Perkusi pada gigi geligi akan memberikan nuansa bunyi dan warna suara yang
mempunyai informasi diagnostik tentang kondisi jaringan pendukung gigi khususnya status
jaringan periodontal. Reaksi penderita terhadap perkusi sangat bervariasi, oleh karena itu
perlu dibandingkan dengan reaksi gigi di sampingnya yang normal.
Auskultasi
Pemakaian metode pemeriksaan ini di kedokteran gigi sedikit berbeda dengan
dokter umum. Auskultasi pada dasarnya interprestasi bunyi yang terdengar dari bagian
tubuh. Di kedokteran gigi penerapanya banyak dilakukan untuk pemeriksaan sendi rahang
(TM)) atau pemeriksaan oklusi. Pada umumnya interprestasi hasil pemeriksaan ini harus
dikaitkan dengan kedudukan rahang, okulsi gigi geligi dan jenis suara yang terdengar.
Suara-suara Popping; grafting, atau snaping memberikan informasi diagnostik adanya
kelainan pada kapsul sendi, tulang, atau meniskus dari sendi rahang. Variasi bunyi yang
timbul pada waktu gerakan rahang ke arah sentrik oklusi dapat mengungkap adanya
kontak prematur. Stetoskop sangat membantu untuk teknik pemeriksaan ini. Untuk
mendeteksi bunyi dengan frekuensi tinggi gunakanlah diafragma yang datar sedang yang
bebentuk bel untuk bunyi dengan frekuensi rendah.
Probing.
Probing pada dasarnya merupakan pemeriksaan palpasi dengan menggunakan alat ter-
tentu. Pemeriksaan ini merupakan salah satu metode diagnostik penting di kedokteran gigi.
Untuk mengetahui adanya karies dilakukan probing pada permukaan gigi dengan
menggunakan ujung sonde atau eksplorer yang berujung lancip. Sedang untuk mengukur
kedaiaman pocket dipergunakan probe periodontal. Untuk memeriksa kondisi saluran
kelenjar ludah biasanya dilakukan probing menggunakan sonde tumpul. Apakah suatu
fistula di mulut disebabkan karena infeksi periapikal atau sebab yang lain, dapat dilakukan
probing dengan menggunakan gutta percha point yang dimasukan melalui fistula tersebut
kemudian dilakukan rontgen foto.