Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN ELEKTRO PNEUMATIC

Disusun Oleh:
1.Rahardi Wardhana (6511040052)

2.Happy Gerda (6511040058)

3. Lisa Martha Lena S (6511040039)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA


SURABAYA

2013
BAB I

Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi pada saat sekarang ini Berbagai macam
teknologi banyak bermunculan mulai dari teknologi yang baru ditemukan. Sampai teknologi
yang merupakan perkembangan dari teknologi-teknologi sebelumnya. Khususnya pada
bidang kontrol, teknologi-teknologi yang diterapkan berkembang dengan pesat pula dimana
pada saat ini proses didalam system kontrol tidak hanya berupa suatu rangkaian control
dengan menggunakan peralatan control yang dirangkai secara listrik. Tetapi sudah
menggunakan peralatan kontrol dengan system pemrograman yang dapat diperbarui atau
lebih popular disebut dengan nama PLC (pemrograman Logic Controller ) selain itu juga
pada saat ini di industry-industri system pengontrolan tidak hanya menggunakan PLC saja
tetapi sudah dipadukan dalam penerapannya dengan HMI (Human Machine Interface)
sehingga pengontrolannya sudah dapat dilakukan di depan monitor computer saja dengan
tampilan susunan yang menarik.

TIU
Mahasiswa mampu merancang sistem kontrol elektro pneumatic pada level menengah.

TIK
 Mahasiswa mengetahui dan memahami komponen – komponen dasar sistem kontrol
elektro-pneumatic
 Mahasiswa memahami simbol standard setiap komponen elektro-pneumatic
 Mampu memahami gambar system elektro pneumaticmenengah dan mampu
mengimplementasikan dalam bentuk rangkaian
 Merancang dan merakit sistem kontrol elektro pneumatic baik berupa: sequence
circuit, cascade circuit, maupun lgic circuit.

BAB II
Dasar Teori
Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip
kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan
media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik.Sinyal elektrik
dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan
sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung ataupun
pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan
elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai
elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan
mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau
silinder yang akan menjalankan sistem Keunggulan dan karakteristik khas dari udara
bertekanan adalah:Ketersediaan : Udara praktis terdapat dimana-mana dalam jumlah
yang terbatas,Transportasi : Udara dengan sangat mudah dapat ditransportasikan melalui
pipa saluran sampai jarak yang jauh,Penyimpanan : Udara bertekanan dari kompresor
dapat disimpan dalam tabung untuk sewaktu-waktu dipergunakan,Temperatur : Udara
bertekanan relatif tidak peka terhadap perubahan temperatur, sehingga menjamin
pengoperasian yang handal,Tahan ledakan : Udara bertekanan tidak mengandung resiko
terbakar atau meledak,Bersih : Udara bertekanan tanpa lubrikasi adalah bersih. Ini
penting dalam industri makanan, kayu & tekstil,Konstruksi : Konstruksi komponen yang
sederhana sehingga harganya murah, Kecepatan : Udara bertekanan merupakan media
kerja yang cepat, Pengaturan : Dengan menggunakan komponen-komponen udara
bertekanan, kecepatan dan gaya dapat diatur,Beban berlebih: Perkakas dan elemen kerja
pneumatik akan tetap aman terhadap beban berlebih yang diberikan. Beban berlebih
akan menyebabkan peralatan berhenti tanpa ada kerusakan sedikitpun.

Kekurangan dari udara bertekanan adalah : Pengadaan : Udara bertekanan harus disiapkan
dengan baik untuk mencegah timbulnya resiko keausan komponen pneumatik (akibat partikel
debu dan kondensasi),Mampu dimampatkan : Udara bertekanan dapat dimampatkan sehingga
tidak mungkin diperoleh kecepatan piston yang teratur & konstan,Gaya : Udara bertekanan
hanya efisien sampai gaya tertentu (untuk tekanan 6 – 7 bar atau 600 – 700 kPa) maka gaya
berkisar antara 20.000 – 30.000 Newton,Gangguan suara: Udara buangan menimbulkan suara
yang bising Untuk mengatasi digunakan material peredam suara – Biaya : Pemakaian udara
bertekanan memerlukan biaya yang relatif mahal.

infootomasi.wordpress.com/2012/06/02/pengertian-elektro-pneumatik/

http://teknik-ketenagalistrikan.blogspot.com/search/label/Rangkaian kelebihan
dan kekurangan udara%20Elektronika

KOMPONEN SISTEM ELEKTO PNEUMATIK


2.1.1Komponen – komponen pneumatic
2.1.2 Service Unit
Merupakan pusat pelayanan udara tekan yang telah siap digunakan oleh sistem, terdiri dari :
filter, reducing valve, pressure gauge, oil sprayer, simbol service unit.

2.1.3 Katub Kontrol Langsung (Directional Control Valve)


Sebagaimana pada pneumatic ada beberapa katub 3/2, 4/2, 5/2, 4/3, dll. Perbedaannya adalah
bahwa pada elekto pneumatik katub tersebut di kontrol secara elektric oleh solenoid.

2.1.4 Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)

Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung pada
gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara
mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik
ataupun elektronik. Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada
yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung),
“Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan “Change Over”
(tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan NC).
2.1.5 Sakelar tekan, dioperasikan manual

Sakelar tekan biasa

Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol dinyalakan.
Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button switch). Disebut sakelar tekan
karena untuk mengalirkan sinyal, mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar.

Simbol yang digunakan:

Sakelar tekan manual secara umum untuk kontak NO


(General Push-button switch, NO)

Sakelar tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan


untuk kontak NO

Saklear tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan


untuk kontak NC

Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches)

Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan tombol yang mengunci. Adapun menguncinya


sakelar ini disebabkan kerja mekanik. Untuk mengembalikan ke posisi semula (posisi tidak
aktif) maka sakelar ini harus ditekan lagi. Penunjukkan sistem ini berdasarkan standardisasi
Jerman, diatur dengan nomor DIN 43 065. Penunjukkan aktuasi: I tanda mengaktifkan, O
tanda untuk mengembalikan ke posisi sebelum bekerja. Posisi penempatan sakelar:
a). Berjajar ke pinggir: pada posisi ini perlu diperhatikan bahwa tanda untuk mengaktifkan
disimpan disebelah kanan.

b). Berjajar ke bawah: pada posisi ini tanda untuk mengkatifkan berada pada posisi atas.
Contoh sakelar tekan mengunci:

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara


ditekan untuk kontak NO

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara


ditarik untuk kontak NC

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara


diputar untuk kontak NO

4.2.4.2 Sakelar Pembatas (Limit Switches)

Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type)

Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang menyatakan bahwa
posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk mesin ataupun untuk silinder. Biasanya
sistem kontak yang dipakai adalah sistem tersambung bergantian (Change over).
Sakelar pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol
sakelar pembatas mekanik:
Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch)

Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat
digunakan. Macam sakelar pembatas tipe ini antara lain:

a. Sakelar Pembatas (sensor) Buluh

Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak


memungkinkan dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya debu, pasir
ataupun lembab. Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan magnet yang terpasang pada
slinder.Dengan adanya magnet maka buluh kawat akan tersambung atau terputus bila
magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat tersebut.
b. Sakelar Pembatas Induktif

Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan. Biasa
dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin
atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi atau terpakai untuk logam.
Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari oscillator, pemicu tegangan dan
penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi
keduanya mempunyai tegangan operasi antara 10–30 volts.

c. Sakelar Pembatas Kapasitif

Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun
non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang
diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam.

d. Sakelar Pembatas Optik

Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa
sinar.

2.2 Pengolah Sinyal Listrik

2.2.1. Relay

Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang
kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan
elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada
peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah
umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun yang
lainnya. Pemilihan relay yang sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria,
antara lain: Perawatan yang minim ,Kemampuan menyambungkan beberapa saluran
secara independent
http://margionoabdil.blogspot.com/2013/04/cara-kerja-komponen-
komponen-elektro.html

2.2.2 Cara kerja relay:

Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan
kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan plat yang ada didekat
kumparan akan tertarik maupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung maupun
terputus.Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik
maka plat tadi akan kembali keposisi semula karena ditarik dengan pegas.

Simbol Relay:
Relay Normally Open
Relay Normally Closed
Kombinasi NO & NC

Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut:


Angka yang pertama menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua
selalu bernomor ¾ untuk relay NO dan ½ untuk relay yang NC.

2.2.3 Keuntungan dan kerugian penggunaan Relay:

Keuntungan:

- Mudah mengadaptasi bermacam-macam tegangan operasi.


- Tidak mudah terganggu dengan adanya perubahan temperature disekitarnya, karena relay
masih bisa bekerja pada temperature 233 K (-40o C) sampai 353 K (80o C).
-mempunyai tahanan yang cukup tinggi pada kondisi tidak kontak.
- mungkinkan untuk menyambungkan beberapa saluran secara independent.
- Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama Oleh karena
keuntungan-keuntungan di atas maka penggunaan relay sampai saat ini masih
dipertahankan.

Kerugian:

- Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api


- Memerlukan tempat yang cukup besar
- Bila diaktifkan, berbunyi
- Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu
- Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas.
2.3 Pembagian Relay

2.3.1Relay Mengunci (Latching relays)

Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetic, dimana relay ini akan
tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber energi sudah diputuskan,
seolah-olah terkunci pada posisi akhir. Sistem pengunci biasanya dengan mempergunakan
kerja mekanik. Penggunaan relay ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah.

2.3.2 Remnant Relay

Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan terjadi
elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber energinya
telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir. Untuk
menyalakan relay ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan untuk
mematikannya mempergunakan arus negatif.

2.3.3 Relay Tunda Waktu

Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC, di mana


hubungan kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung seketika pada saat
relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan
ataupun menyambungkannya bisa diatur. Ada dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay
tunda waktu hidup (time delay switch on) dan relay tunda waktu mati (time delay switch
off).

BAB III
Metedologi Penelitian

III.I Alat dan Bahan

Alat :

1. Relay : 2 buah.

2 . Tombol NO (electrik) : 2 buah.

3. Sole noid Ganda : 1 buah.

4.Silinder/Aktuator : 1 buah.

5.Kompresor.
6.Sumber DC (-/+)

Bahan :

1.Tubing : 3 buah

2.Jumper : 18

BAB V
KESIMPULAN
Setelah melakukan aktivitas praktek ini, dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian
elektropneumatik, solenoid tidak boleh terhubung langsung dengan arus. Sebaiknya
menggunakan relay. Agar solenoid aman dan pada rangkaian elektro pneumatic juga tidak
menggunakan tombol pneumatic. Karena tombol yang dipakai adalah tombol elektro.
BAB IV
ANALISA PEMBAHASAN

RANGKAIAN ELEKTRO PNEUMATIK

LATIHAN I

A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada konstruksi yang tumpang tindih.

b. langkah kerja
Ketika tombol start (katup 3/2 push button) di tekan maka piston A bergerak
maju dan menekan a1 (katup 2.2) menyebabkan piston B bergerak maju dan
menekan b1 (katup 1.3) menyebabkan piston A bergerak mundur dan menekan
a0 (katup 2.3) menyebabkan piston B bergerak mundur. Jika diinginkan
gerakan kontinu maka bisa di pasang b0 sehingga ketika B bergerak mundur
maksimum menyebabkan b0 tertekan dan A bergerak maju dan seterusnya.

C. Pertanyaan :
1. Buatlah step diagramnya secara lengkap
2. Buatlah Rangkaiannya
3. Buatlah Tombol Start , Stop, Emergency untuk rangkaian diatas

D. Jawab

1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step


diagramsebagai berikut :
a. Rangkaian selengkapnya adalah :
b. digram langkah kerja

+ --
+ --

RANGAKAIAN
LATIHAN II
A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara
berurutan dan ada konstruksi yang tumpang tindih.

B. Langkah kerja
Suatu alat bantu perlobangan dengan mekanisme sebagai berikut; ketika tombol
start ditekan maka piston A maju melakukan pencengkraman benda kerja,
kemudian piston B melakukan perlobangan disusul piston C dan D. Kemudian
piston B, C, dan D, mundur secara bersamaan kemudian disusul piston A.

C. Pertanyaan :
1. Buatlah step diagramnya secara lengkap
2. Buatlah Rangkaiannya
3. Buatlah Tombol Start , Stop, Emergency untuk rangkaian diatas

D. Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :

Deskripsi langkah piston :


Keterangan: Jalur 1

Jalur 2

A+ B+ C+ D+ B- A-
C-
D-

Diagram langkah piston

+ -
+ -
+ -
+ -
RANGKAIAN
Latihan III

A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan
dan ada konstruksi yang tumpang tindih.

B. Contoh Alat Penanda Penutup Produk (Stamping)


Suatu alat penanda produk dengan langkah kerja sebagai berikut : Produk
dimasukkan ke tumpuan secara manual, kemudian tombol start ditekan maka
piston A maju dan melakukan penandaan kemudian mundur, setelah piston a
mundur barru piston B maju dan kemudian mundur.

C. Pertanyaan :
1. Buatlah step diagramnya secara lengkap
2. Buatlah Rangkaiannya
3. Buatlah Tombol Start , Stop, Emergency untuk rangkaian diatas

D. Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :

a. Rangkaian selengkapnya adalah :

b. digram langkah kerja

+ --
+ --
RANGKAIAN
Latihan IV

A. Definisi
Sistem kontrol pneumatik dimana instruksi ke output berjalan secara berurutan
dan ada konstruksi yang tumpang tindih.

B. Contoh Alat Pelubang dan Penghalusan lubang


Suatu alat pelubang dan penghalusan lubang dengan mekanisme sebagai berikut;
Piston A maju kemudian mencengkram benda kerja kemudian piston B maju
{mengebor} sampai maksimum. Kemudian mundur, kemudian piston C maju
memindahkan benda kerja ke alat penghalus lubang setelah itu piston D bergerak
maju melakukan penghalusan lubang. Setelah selesai piston D mundur disusul
piston C mundur (benda kerja ke posisi semula). Kemudian pencekam benda kerja
(piston A) mundur sehingga benda kerja dapat dilepaskan.

C. Pertanyaan :
1. Buatlah step diagramnya secara lengkap
2. Buatlah Rangkaiannya
3. Buatlah Tombol Start , Stop, Emergency untuk rangkaian diatas

D. Jawab
1. Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step
diagramsebagai berikut :

a. Rangkaian selengkapnya adalah :


b. digram langkah kerja
RANGKAIAN

Anda mungkin juga menyukai