Anda di halaman 1dari 19

Makalah

ILMU DAN PENGETAHUAN

DISUSUN

NAMA : ZIKRA BARUADI

NIM : 441416025

KELAS : A

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

2017
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Ilmu Dan Pengetahuan”
dengan baik dan lancar .
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas, serta membantu
mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap perbedaan Ilmu dan
Pengetahuan. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan,
pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Ilmu dan Pengetahuan ini disajikan dalam konsep dan bahasa
yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami isi makalah
ini.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Filsafat
Ilmu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya
menyusun makalah Ilmu dan Pengetahuan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam
proses membangun mutu makalah ini .

Gorontalo, 15 Maret 2017

Penulis

Zikra Baruadi
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
B. Syarat-syarat ilmu
C. Pengertian Pengetahuan
D. Jenis Pengetahuan
E. Sumber Pengetahuan
F. Pengertian Ilmu Pengetahuan
G. Perbedaan ilmu dan pengetahuan

BAB 3 PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu adalah pengetahuan, namun pengetahuan belum tentu adalah ilmu.
Salah satu sifat manusia adalah rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Rasa itu telah
dimiliki sejak seseorang dilahirkan kedunia ini. Awalnya ketika seseorang masih
kecil rasa ingin tahunya masih terbatas yaitu rasa ingin tahu tentang dirinya dan
lingkungan sekitarnya. Namun, ketika dia mulai dewasa rasa ingin tahu ini sudah
mulai berkembang kedunia luar.

Semua orang mempunyai rasa ingin tahu yang bervariasi atau berbeda-
beda. Baik dari hal-hal yang paling sederhana sampai pada hal yang kompleks.
Rasa ingin tahu tentang sesuatu hal ini pun tidak terbatas tergantung dari masing-
masing individu. Rasa ingin tahu ini pun melahirkan gagasan baru yang mampu
merubah dunia.

Fakta bahwa hingga saat ini telah banyak orang yang berilmu yang mampu
menemukan dan melahirkan alat-alat canggih hingga dunia bisa secanggih saat
ini. Hal ini membuktikan bahwa seseorang dapat merubah dunia hanya dengan
ilmu dan pengetahuan yang ia miliki. Saat ini pemerintah telah menyediakan
gedung-gedung sekolah agar orang-orang bisa menuntut ilmu dan memiliki
pengetahuan yang luas. Dengan adanya ilmu dan pengetahuan seseorang mampu
bekerja atau membuka lapangan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
2. Apa saja syarat-syarat ilmu?
3. Apa yang dimaksud dengan pengetahuan?
4. Apa saja jenis pengetahuan?
5. Apa saja sumber pengetahuan?
6. Apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan?
7. Apa perbedaan ilmu dan pengetahuan ?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian dari ilmu
2. Mampu menyebutkan syarat-syarat ilmu
3. Memahami pengertian dari pengetahuan
4. Mampu menyebutkan jenis-jenis pengetahuan
5. Mampu menyebutkan sumber-sumber pengetahuan
6. Memahami pengertian ilmu pengetahuan
7. Memahami perbedaan ilmu dan pengetahuan
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu

Ilmu berasal dari Arab yaitu ”alima yang berarti tahu, jadi ilmu maupun
science secara etimologis berarti pengetahuan. Science berasal dari kata scio, scire
(bahasa latin yang artinnya tahu). Secara terminologis ilmu dan science punya
pengertian yang sama yaitu pengetahuan.
Beberapa pendapat para ahli tentang ilmu:

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia.Ilmu merupakan pengetahuan


tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu.
2. Mulyadhi Kartanegara mengatakan ilmu adalah any organized knowledge.
Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19,
tetapi setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau
inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik,
seperti metafisika.
3. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut bangunannya dari dalam.
4. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
5. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
6. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
7. Harsojo menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan terhadap seluruh dunia
empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia
yang pada prinsipnya dapat diamati oleh pancaindrea manusia. Lebih
lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang
mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk: “jika… maka”.
8. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat
dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan
hokum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan
pengalaman praktis.
Dari beberapa definisi ilmu yang dijelaskan para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang rasional,
sistematik, konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta
dari pengamatan yang telah dilakukan.
B. Syarat-syarat Ilmu
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu
golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun
bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada
karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang
dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek,
sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan
subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian
kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti:
cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan
suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang
teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang
ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal
yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga
bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang
keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an
(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam
mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk
mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia
konteks dan tertentu pula.

C. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah Informasi yang telah diproses dan
diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan
pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam
masalah proses bisnis tertentu.
Beberapa pendapat para ahli tentang pengetahuan:
1. Menurut Archie J. Bahm dalam tulisannya yang berjudul what’s science
dijelaskan bahwa pengetahuan yang disepakati sebagai ilmu harus dapat
diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan six kinds of
science yang meliputi problems, attitude, method, activity, conclusions,
and effects.
2. C. Menurut Soekidjo, Notoadmodjo 2003 pengetahuan ialah
merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.
3. Heidegger Pengetahuan adalah peristiwa yang menyebabkan kesadaran
manusia memasuki terang ada.
4. Martin & Oxman, 1988 Pengetahuan merupakan kemampuan untuk
membentuk model mental yang menggambarkan obyek dengan tepat
dan merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu
obyek.
5. Onny S. Prijono Pengetahuan adalah nilai yang membiasakan orang
yang mengembannya untuk selalu tahu (sadar) tentang apa yang dia
lakukan dan mandiri dalam penelitian.
Dari semua Pendapat tentang Pengertian Ilmu di atas kita dapat
menyimpulkan bahwa Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge),
tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori
yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut
filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah
produk dari epistemologi.
D. Jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan non ilmiah/ pengetahuan biasa (common sense)
Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman
manusia mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah ialah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang sudah lebih sempurna karena telah mempunyai dan
memenuhi syarat tertentu dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi
ilmiah.
3. Pengetahuan noesis (filsafat)
Pengetahuan Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak
mengenal batas, sehingga yang dicari adalah sebab-sebab yang paling
hakiki. Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebanaran
yang asli yang mengandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika atau pengetahuan yang objeknya
adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan
metafisik, ontologi dan aksionlogi.
4. Pengetahuan agama
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari
Tuhan melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib
diikuti para pemeluknya. Menjadi tolak ukur kebenaran dalam
keyakinan perpegang pada kitab yang dipegang oara pemeluknya.
E. Sumber Pengetahuan
Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Pembuktian kebenaran
pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasioanal atau menggunakan
logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir
rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang
diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Namun pada dasarnya, manusia
memperoleh pengetahuan empat sumber yakni empirisme, rasionalisme,
intuisi, dan wahyu. Empirisme, merupakan manusia yang mendasarkan
dirinya kepada pengalaman yang mengembangkan paham. Menganggap
bahwa dunia fisik adalah nyata karena merupakan gejala yang tertangkap
oleh pancaindera. Tokoh-tokohnya antara lain John Locke, Barkeley,
David Hume. Para penganut aliran empirisme tentu saja menentang kaum
rasionalis yang begitu memberikan tempat dan peranan bagi akal dalam
proses lahirnya pengetahuan. Mereka mengajarkan bahwa pengetahuan
diperoleh lewat pengalaman. Peran rasio dalam pengetahuan kecil saja.
Yang lebih menentukan adalah pengalaman indra. Akal hanya merupakan
tempat penampungan yang secara positif menerima apa yang diterima
indra. John Locke, filsuf Inggris, misalnya menyebut manusia dengan
tabula rasa (papan yang kosong). Di atas papan yang kosong inilah dicatat
pengalaman- pengalaman yang masuk lewat indra. Intuisi, merupakan
manusia yang memperoleh pengetahuan yang tanpa melalui proses
penalaran tertentu. Tanpa melalui proses berpikir berliku-liku tiba-tiba saja
dia sudah sampai disitu. Paham ini diajarkan oleh Henri Bergon, sering
filsuf Prancis. Bergson membedakan pengetahuan atas pengetahuan
diskursif dan pengetahuan intuitif. Pengetahuan diskursif bersifat analitis,
dan diperoleh melalui perantara simbol. Pengetahuan seperti ini
dinyatakan dalam simbol, yakni bahasa. Jadi ini merupakan pengetahuan
tidak langsung. Kalau saya menceritakan pengalaman saya, maka saya
menggunakan bahasa. Jadi, pengetahuan yang diperoleh dengan cara ini
bersifat tidak langsung. Sebaliknya pengetahuan intuitif bersifat langsung,
sebab tidak dikomunikasikan melalui media simbol. Pengetahuan ini
diperoleh lewat intuisi, pengalaman langsung orang yang bersangkutan.
Jelas, pengetahuan seperti ini lebih lengkap. Ia menghadirkan pengalaman
dan pengetahuan yang lengkap bagi orang yang mengalaminya. Tapi,
alhasil pengetahuan jenis ini bersifat subyektif, sebab hanya dialami oleh
orang tersebut. Menurut intuisionisme, pengetahuan yang lengkap hanya
diperoleh lewat intuisi, yakni penglihatan langsung. Pada pengalaman itu
orang seperti melihat kilatan cahaya yang memberikan kepadanya
pengetahuan tentang sesuatu secara tuntas. Jadi, ini merupakan
pengetahuan lengkap, sedangkan pengetahuan diskursif bersifat nisbih dan
parsial. Jelaslah, bahwa sifat pengetahuan dalam intuisionisme lebih
subyektif dibanding pengetahuan rasionalis dan empiris yang lebih objek.
Wahyu, merupakan pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui
hamba- Nya yang terpilih untuk menyampaikannya (Nabi atau Rasul).
Melalui wahyu, manusia diajarkan tentang pengetahuan, baik yang
terjangkau maupun tidak terjangkau oleh manusia.
F. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan adalah sebuah sarana atau definisi tentang alam
semesta yang diterjemahkan kedalam bahasa yang bisa dimengerti oleh
manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang
sesuatu. dalam kata lain dapat kita ketahui definisi arti ilmu yaitu
sesuatu yang didapat dari kegiatan membaca dan memahami benda-
benda maupun peristiwa.
G. Perbedaan ilmu dan pengetahuan
Perbedaaan Pengetahuan (Knowledge) dan Ilmu (Science)
Menurut Soekidjo N. (2005), seumum-umumnya ilmu pengetahuan
masih harus didasarkan pada pembuktian ilmiah, baik berdasarkan
pengalaman empiris maupun keputusan rasio yang mendalam. Jadi
bukan sekedar mengetahui obyeknya saja tetapi penalarannya harus
mencakup:
(1) Penyelidikan/ penelitian dengan cara/metode tertentu, dan
(2) Dari hasil penyelidikan tersebut disusun teori yang sistematis, logis
dan obyektif. Dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri:
1. Ada Obyek
Obyek Ilmu Pengetahuan dibedakan menjadi obyek material
sebagai obyek yang diselidiki,
yang dapat sama atau juga umum serta obyek formal sebagai
obyek khusus dari sudut mana ilmu itu dikaji dan yang
mencirikan/membedakan ilmu satu dengan ilmu yang lain). Contohnya
pada Sosiologi dan Psikologi, obyek materia manusia, akan tetapi untuk
obyek formalnya berbeda. Obyek formal untuk Sosiologi adalah
kebudayaan manusia, sementara obyek formal Psikologi pada keadaan
psikologis manusia.
2. Ada Metode (Metodologi)
yang menjamin untuk mencari kebenaran ilmu, berupa 3 sistem
langkah atau peraturan yang menyangkut prosedur dalam rangka
memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu, yaitu:
(a) Proses Induksi; mengandalkan pengetahuan dari fakta-fakta
pengalaman empiris yang dikumpulkan oleh masyarakat ilmiah sebagai
hasil pengamatan indera dan dinilai paling penting oleh Thomas Kuhn.
(b) Proses Deduksi; mengandalkan pengetahuan berdasarkan nalar/akal
budi/rasio, yang dikenal sebagai dunia ide dan dinilai paling penting
oleh Carl Popper.
(c) Bahasa Ilmiah : yang sangat erat hubungannya dengan logika dan
statistika sebagai sarana berpikir ilmiah.
3. Disusun secara Sistematis mengikuti Logika Tertentu
Ada 6 langkah dan 5 komponen informasi penting dalam pencarian
kebenaran pengetahuan, yang harus dilaksanakan secara sistematis
menurut urutan logika berpikir deduktif dan induktif, yaitu:
Langkah 1: Penemuan atau Penentuan masalah (informasi pertama
-masalah); Persepsi dan bahasa sebagai pengalaman sehari-hari
masyarakat ilmiah. Persepsi adalah apa yang dilihat sehari-hari, variabel
yang mempengaruhi persepsi: (1) atribut obyek persepsi, (2)situasi
lingkungan sosial persepsi, dan (3) karakteristik subyek yang
mempersepsi. Bahasa adalah bahasa yang digunakan sehari-hari oleh
masyarakat ilmiah, sedangkan pemurnian, adalah tuntutan agar persepsi
dan bahasa(pengalaman sehari-hari) didefinisikan dengan akal sehat/
rasio peneliti, terkendali/terarah sehingga menjadi istilah-
istilah/konsep-konsep ilmiah yang dapat digunakan saat merumuskan
masalah penelitian.
Langkah 2: Perumusan Kerangka Masalah atau mendeskripsikan
masalah dengan jelas; Masalah penelitian (problem) adalah masalah-
masalah yang dijumpai oleh masyarakat ilmiah dalam kehidupan
sehari-hari, yang harus dirumuskan secara ilmiah dalam konteks yaitu:
a. Latar Belakang Penelitian; Masalah dapat terjadi jika ada kesalahan/
kekeliruan atau perbedaan antara kenyataan yang dijumpai di lapangan
dengan apa yang seharusnya (teori-teori ilmu pengetahuan dari hasil-
hasil penelitian terdahulu/dari kepustakaan/internet). Masalahmasalah
yang dijumpai ini disampaikan secara ringkas sebagai pernyataan dalam
latar belakang tentang perlunyadilakukan penelitian.
b. Tujuan Penelitian disampaikan dalam bentuk pernyataan ringkas
tentang upaya untuk menjawab permasalahan.
c. Pertanyaan Penelitian.
Perumusan masalah yang dijumpai sebagai pertanyaan yang
harus dijawab melalui pelaksanaan penelitian berdasarkan
hukum/kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah.
d. Jawaban sementara atas masalah/pertanyaan penelitian disampaikan
dalam bentuk hipotesa penelitian.
e. Jawaban akhir atas masalah, tujuan dan pertanyaan penelitian harus
disampaikan dalam kesimpulan dan saran atas kesimpulan penelitian.
f. Langkah 3: Pengajuan (perumusan) Hipotesis(informasi kedua-
hipotesa).
Hipotesis adalah proposisi tentatif sebagai hasil penggabungan
konsep-konsep ilmiah dengan bahasa ilmiah, sehingga menjadi
penyataan sementara peneliti yang dapat diverifikasi atau
dipertanggung jawabkan dan berisi gagasan/tebakan/jawaban sementara
atas pertanyaan/masalah penelitian. Hipotesis dirumuskan berdasarkan
adanya hubungan (sebab akibat/koherensi/ korespondensi dan
konsisten) antara masalah penelitian dengan teori-teori dari hasil
penelitian terdahulu (yang disampaikan sebagai tinjauan
pustaka/kerangka teori
penelitian). (informasi ketiga-teori). Perumusan hipotesa sangat
dipengaruhi oleh kemampuan pengetahuan tertentu dari peneliti, karena
mengandalkan rasio/cara berpikir/penalaran akal budi peneliti dan
bertumpu pada fokus pengamatan peneliti yang dipengaruhi oleh
keluasan pengalaman empiris peneliti (sesuai kenyataan obyektif).
- Langkah 4: Deduksi dari hipotesis; proses identifikasi fakta-
fakta apa yang dapat dilihat di lapangan dengan memanfaatkan logika
deduksi. Logika adalah upaya pengkajian dengan berpikir secara sahih.
Logika digunakan selama proses penalaran dalam mencari pengetahuan,
agar pengetahuan yang dihasilkan melalui proses berpikir mempunyai
dasar kebenaran sehingga kesimpulan yang dihasilkan dapat dianggap
sahih. Logika deduktif adalahupaya penarikan kesimpulan dari hal-hal
yang umum menjadi hal-hal yang bersifat khusus (umum ke umum atau
umum ke khusus) dalam rangka menghasilkan ilmu-ilmu deduktif. Dari
berpikir secara logika deduktif akan dihasilkan ilmu pengetahuan yang
bersifat rasional, koheren (tidak ada kontradiksi) dan konsisten dengan
ilmu pengetahuan yang sebelumnya (hasilnya pengetahuan apriori=
mengandalkan pengetahuan terdahulu sebelum
proses tahu atau mendahului pengalaman). Pola berpikir yang
digunakan adalah Silogismus, yaitu dari dua premis(pernyataan) ditarik
satu kesimpulan, sebagai contoh:
Premis mayor: semua mahluk hidup mempunyai mata
Premis minor: ikan adalah mahluk hidup
Kesimpulan: ikan mempunyai mata
Langkah 5: Pembuktian Hipotesis (Informasi keempat- Observasi/
eksperimen), melalui proses observasi/eksperimen/verifikasi/falsifikasi
(error elimination); berdasarkan proses induksi yang dilakukan secara
bersamaan dengan proses deduksi, untuk
mengeliminasi kesalahan/kekeliruan agar tebakan/ pernyataan
sementara peneliti (hipotesis) tidak salah/tidak keliru/tidak meleset dan
kesimpulan dari fakta-fakta sesuai
dengan hukum penelitian yang berlaku yaitu:
(1) Hukum; yang dimaksud adalah dasar yang digunakan selama
proses pembuktian kebenaran proposisi tentatif, kebenaran karena
adanya hubungan sebab akibat/kesesuaian/ tidak kontradiksi/konsistensi
antara obyek penelitian dan perlakuan yang diberikan selama
observasi/eksperimen. Hukum dapat berupa:
(a) Teori paradigma, teori dominan hasil penelitian
terdahulu,yang dimanfaatkan sebagai dasar untuk membuktikan
proposisi tentative;
(b) Langkah-langkah Metode ilmiah/ siklus empiris yang harus
dilaksanakan.; dan
(c) Hukum alamiah yang berlaku pada obyek penelitian,
misalnya hukum berat jenis pada zat cair.
(2) Falsifikasi; adalah upaya untuk mencoba menghilangkan
kesalahan/ kekeliruan, agar hipotesa (penyataan yang masih harus
dibuktikan melalui penelitian/eksperimen/obeservasi)
tidak salah/keliru/meleset dan agar hasil penelitian tidak
bertentangan/kontradiksi dengan teori-teori ilmu pengetahuan
terdahulu, akan tetapi bukan berarti anomali (penyimpangan terhadap
teori-teori) tidak dimungkinkan, karena anomali-anomali ini dapat
menjadi pemicu
munculnya paradigma baru (teori-teori dominan baru)jika
didukung konsensus antara para peneliti(intersubyektif).
(3) Proses Deduksi; proses pembuktian memanfaatkan
rasio/akal budi peneliti dan logika deduktif,memanfaatkan kepustakaan
teori-teori ilmu pengetahuan hasil penelitian terdahulu sebagai titik
tolak kerangka teori.
(4) Proses induksi; proses pembuktian memanfaatkan indera dan
pengalaman empiris peneliti dan logika induktif melalui penarikkan
kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi hal-hal yang bersifat
umum untuk menghasilkan ilmu-ilmu induktif dengan kriteria,bahwa
suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung
oleh pernyataan tersebut.Sebagai contoh penyataan sementara/proposisi
tentatif/hipotesa harus berkorespondensi/berhubungan atau ada
persesuaian/koheren/ tidak kontradiktif dengan obyek yang dituju oleh
pernyataan tersebut dengan kata lain deskripsi realitas obyek hasil
penelitian harus sesuai hipotesa penelitian.
-Langkah 6: Penerimaan Kesimpulan atau Hasil Pembuktian
hipotesis menjadi teori ilmiah atau upaya generalisasi ilmu
pengetahuan baru. (Informasi kelimakesimpulan);Kesimpulan harus
berisi jawaban atas pertanyaan penelitian, dirumuskan sebagai hasil dari
proses pembuktian hipotesis, melalui upaya observasi/eksperimen
/klasifikasi yang didasarkan pada metode ilmiah/hukum/peraturan-
peraturan yang menyangkut prosedur untuk mendapatkan
pengetahuanyang disebut ilmu dan menjadi dasar dalam merumuskan
saran.
BAB 111
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan (knowledge), tetapi tidak setiap


pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan yang telah
disusun secara sistematis. Sedangkan pengetahuan adalah apa yang
diketahui oleh manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu.
Pengetahuan itu merupakan milik atau isi pikiran manusia yang merupakan
hasil dari proses usaha manusia untuk tahu.

B. Saran

Dalam penulisan karangan ilmiah atau penulisan lainnya harus dibedakan


antara ilmu dengan pengetahuan, agar kekaburan makna dari kata tersebut tidak
terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

1 .http://diahtyas8.wordpress.com/2011/03/10/apa-itu-ilmu-dan-apa-definisi-
ilmu/
2. http://kartika-s-n-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37181-
hardskill%20PENGERTIAN%20PENGETAHUAN,%20ILMU,%
20DAN%20ILMU%20PENGETAHUAN.html
3. http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.Soekidjo
Notoatmodjo. Etika sebagai Cabang Filsafat. Universitas
Indonesia. Jakarta. 2005.
4. Soekidjo Notoatmodjo. Metode Ilmu Pengetahuan. Universitas
Indonesia. Jakarta. 2005.
5. Soekidjo Notoatmodjo. Pengantar Filsafat. Universitas Indonesia.
Jakarta. 2005.

Anda mungkin juga menyukai