Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

KARYA TULIS ILMIAH


PENTINGNYA ZAKAT SEBAGAI PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DAN NEGARA DENGAN MENEMPATKAN NILAI-NILAI MATERIAL
DAN SPIRITUAL
(Zakat For change)

Disusun oleh :

Nama : Fachmi fazri


NIM : 41502037
Prodi : Manajemen Bisnis Syariah
Angkatan : 2015

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM


(STEI) SEBI 2017
Jl.Raya Bojongsari,Pasar rebo,Gg.Mungkin,16517
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam berasal dari bahasa Arab , yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat ,sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi
bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamai. Pengertian kata Islam
dekat dengan arti kata agama yang berarti menguasai ,menundukkan, patuh ,hutang,
balasan dan kebiasan. Islam memiliki karakteristik yang khas dengan agama-agama
sebelumnya. Dalam memahami Islam dan ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan
dengan Islam perlu dikaji secara seksama, sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang
komprehensif. Hal ini penting dilakukan karena kualitas pemahaman ke-Islaman
seseorang dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan perilaku dalam menghadapi
berbagai permasalahan yang berkaitan dengan Islam.
Islam dibangun di atas lima landasan yaitu Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhamad utusan Alah, menegakan sholat, menunaikan zakat, puasa
ramadhon dan haji." (QS: Bukhori, Muslim).
Hal ini menunjukan bahwa zakat merupakan bagian penting dalam kehidupan
umat islam. Bahkan pada masa khalifah Abu Bakar As-siddiq orang-orang yang
enggan berzakat di perangi sampai mereka mau berzakat. Hal itu karena kewajiban
berzakat sama dengan kewajiban mendirikan sholat.
Bentuk organisasi pengelola zakat masa lampau pada umumnya hanya berbentuk
kepanitiaan yang keberadaannya sangat temporer, yaitu pada saat bulan puasa saja
setelah itu panitia dibubarkan atau secara otomatis dianggap bubar, setelah selesainya
pembagian zakat, dan sampai saat ini masih ada keberadaannya. Pada tahun 2000
setelah keluar Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat, dibeberapa daerah bahkan hampir seluruh daerah di Indonesia
telah dibentuk Badan Amil Zakat. Akan tetapi dalam realisasinya baru menyentuh
instansi-instansi pemerintah dengan membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), itupun
belum seluruh instansi melakukannya, karena pelaksanaannya masih suka rela bukan
keharusan. Padahal instansi pemerintah hanyalah sebagian kecil dari bagian
masyarakat umum islam, itupun belum seluruhnya instansi pemerintah menjadi UPZ.
Sedangkan sebagian besar masyarakat umat islam adalah masyarakat bukan pegawai
sipil, atau masyarakat biasa, mereka hanya segelintir kecil masyarakat yang dengan
kesadarannya membayarkan zakat hartanya ke BAZ Provinsi ataupun BAZ
Kabupaten atau Kota (Djupri, 2005:52).

Pengelolaan zakat dinilai tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum


dalam masyarakat dan perlu diganti. Jadi masyarakat Islam secara umum belum
tersentuh oleh Undang-undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 1999 tentang
pengelolaan zakat. Untuk mengotimalkan pengelolaan zakat tersebut sesuai kebutuhan
hukum dalam masyarakat pemerintah membentuk Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Dian Septiandani, 2012:2).
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibukota Negara, BAZNAS provinsi,
BAZNAS kabupaten/kota. Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib mendapat ijin
Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat).
Kedudukan lembaga zakat dalam lingkungan yang maju dan kompleks sangat
penting, Dengan semakin majunya umat, baik dari segi ekonomi, ilmu pengetahuan
maupun keyakinan beragama, maka diharapkan jumlahmuzakki akan bertambah dan
juga kuantitas zakat akan meningkat. Untuk mengoptimalkan pengelolaan zakat
dibutuhkan manajemen zakat yang baik yang membutuhkan dukungan politik
(political will) dari pemerintah. Selain itu manajemen zakat juga membutuhkan sistem
informasi akuntansi dan sistem informasi manajemen yang baik. Tanpa dukungan
tersebut pengelolaan zakat tidak akan efektif dan efisien (Mahmudi, 2003).

Lembaga zakat wajib mendistribusikan zakat kepada mustahik sesuai dengan


syariat islam. Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Indonesia sebagai
negara dengan mayoritas penduduk muslim, memiliki potensi zakat yang dibuktikan
dengan trend penghimpunan dana dan penyaluran dana zakat yang terus
menunjukkan kenaikan dari waktu ke waktu. Berdasarkan hasil penelitian IPB yang
bekerjasama dengan BAZNAS, potensi zakat di Indonesia sebesar Rp 218 triliun atau
1,8 sampai 4,34 persen dari gross domestic product (GDP). Data BAZNAS menunjukkan
bahwa penerimaan dan penyaluran dana zakat cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2002 dana zakat terhimpun adalah Rp 296.086.166,13 juta, dan di
tahun 2012 penerimaan zakat meningkat hingga mencapai Rp 40.387.972.149 milyar.
Penyaluran dana zakat pada tahun 2002 sebesar Rp 99.895.146 meningkat hingga
mencapai Rp 36.091.079.930 milyar pada tahun 2012.

Asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah dalam QS Al-
Taubah 9:60 yang Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk
yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Taubah
9:60)

Berdasarkan ayat tersebut, dapat diketahui bahwasannya pengelolaan zakat


bukanlah semata-mata dilakukan secara individual, dari muzakki diserahkan langsung
kepada mustahiq, tetapi dilaksanakan oleh sebuah lembaga yang khusus menangani
zakat, yang memenuhi persyaratan tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil
zakat inilah yang bertugas untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan
penagihan, pengambilan, pemberian edukasi,penjemputan dan mendistribusikan zakat
secara tepat dan benar. Untuk itu perlu adanya upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam berzakat, shodaqoh dan infaq.

1.2 Tujuan
Tujuan dalam karya tulis ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam ber Zakat, Shodaqoh dan berinfaq Melalui Baznas ataupun Lembaga amil zakat
lainnya guna meningkatkan kesejahteraan umat

1.3 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berzakat
melalui Lembaga amil zakat ?
2. Seberapa pentingkah Zakat, infaq dan shodaqoh dalam pandangan islam?

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penulisan suatu karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu pengetahuan dan informasi mengenai BAZNAS dan LAZ Lain nya yang
ada di indonesia
2. Kesadaran masyarakat bahwa pentingnya berzakat, infaq dan shodaqoh melalui
lembaga Amil zakat
3. Masyarakat dapat menyalurkan zakat, infaq dan shodaqoh secara kolektif melalui
Lembaga AMIL ZAKAT
4. Dapat Meningkatkan kesejahteraan ekonommi masyarakat dengan berzakat melalui
LAZ

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Zakat
Zakat adalah rukun islam yang ke tiga. Secara harfiah, zakat berarti tumbuh,
berkembang, menyucikan atau membersihkan. Secara terminology syariat, zakat
merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan
perhitungan tertentu, untuk orang-orang tertentu, dan sebagaimana telah ditentukan.
Zakat merupakan salah satu rukun islam. Zakat menjadi salah satu unsr pokok bagi
tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah Wajib (Fardu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah, seperti shalat, haji dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunah, sekaligus merupakan amal social
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia. (Aswin Yunan, 2010)

Zakat terbagi atas dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.yaitu sebagai
berikut:
1. zakat fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan setiap muslim menjelang Idul fitri pada
bulan Ramadhan. Besar zakat fitrah adalah setara dengan 2,5 kilogram makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat mal (zakat harta), zakat yang wajib di keluarkan dari hasil perniagaan,
pertanian, pertambangaan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak,
serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

2.2 Shodaqoh
Shodaqoh adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan. Menurut Al-Jurjani, Pengertian Sedekah ialah segala pemberian yang
dengan kita mengharapkan pahala dari Allah SWT. Pemberian yag dimaksud dapat
diartikan secara luas, baik itu pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang
berupa perbuatan atau sikap baik dan hukum dari shodaqoh ini ialah sunah.(Anonim,
2015)

2.3 Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian
dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
ajaran Islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpengasilan tinggi maupun rendah, apakah ia dalam kondisi lapang maupun
sempit; infaq dapat diberikan kepada siapa saja, misalnya kedua orang tua, anak
yatim dan lain sebagainya.
Infaq ada 2 macam yakni : Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan
lain-lain. Infak sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak
bencana alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain.(Anonim, 2015).

2.3.1 Waqaf
Waqaf Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “waqf” yang
berarti pada dasarnya berarti menahan, berhenti, atau diam. Sebagai satu istilah dalam
syariah Islam, wakaf dapat diartkan sebagai penahanan hak milik atas materi benda
untuk tujuan menyedekahkan manfaat. Jadi dapat disimpulkan bahwa wakaf
bertujuan untuk memberikan manfaat atau harta yang diwakafkan kepada orang yang
berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran agama Islam

Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh


Menurut Zakat Infaq Shodaqoh

Berdasarkan Amal tidak


Amal wajib Amal tidak wajib
kewajibannya wajib

Waktu
Ditentukan Kapan saja Kapan saja
pembayarannya

Memberikan Membelanjakan
sebagian hartanya untuk Membelanjakan
Berdasarkan
harta dengan kepentingan diri hartanya dijalan
ketentuannya
ketentuan sendiri dan Allah
tertentu keluarganya

2.4 BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga
yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,edukasi dan pendayagunaan zakat;
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki kewenangan:
1.Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
2.Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS
Kabupaten/Kota, dan LAZ
3.Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,waqaf dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
(Pusat BAZNAS, 2011)

BAB III
PEMBAHASAN

Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit
umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi
yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran. Salah satu cara
menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan
harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat
merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan
ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan
kemiskinan.

Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup
di akherat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat
alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan.
Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber
dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola
oleh Badan Amil Zakat (BAZ/LAZ) tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan
tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program
pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif
kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.

Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya pengentasan


kemiskinan atau pembangunan ekonomi. Berbeda dengan sumber keuangan untuk
pembangunan yang lain, zakat tidak memiliki dampak balik apapun kecuali ridha dan
mengharap pahala dari Allah semata. Namun demikian, bukan berarti mekanisme
zakat tidak ada sistem kontrolnya. Nilai strategis zakat dapat dilihat melalui:
Pertama, zakat merupakan panggilan agama. Ia merupakan cerminan dari
keimanan seseorang. Kedua, sumber keuangan zakat tidak akan pernah berhenti.
Artinya orang yang membayar zakat, tidak akan pernah habis dan yang telah
membayar setiap tahun atau periode waktu yang lain akan terus membayar. Ketiga,
zakat secara empirik dapat menghapus kesenjangan sosial dan sebaliknya dapat
menciptakan redistribusi aset dan pemerataan pembangunan.

Yang mendorong masyarakat Islam melaksanakan pemungutan zakat di Indonesia ini


antara lain adalah:
(1) keinginan umat Islam Indonesia untuk meyempurnakan pelaksanaan ajaran
agamanya. Setelah mendirikan shalat, berpuasa selama bulan Ramadhan dan bahkan
menunaikan ibadah haji ke Mekkah, umat Islam semakin menyadari perlunya
penunaian zakat sebagai kewajiban agama; kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
setiap orang yang mampu melaksanakannya karena telah memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan.
(2) Kesadaran yang semakin meningkat di kalangan umat Islam tentang potensi zakat
jika dimanfaatkan sebaik-baiknya, akan dapat memecahkan berbagai masalah sosial di
Indonesia.
(3) Usaha-usaha untuk mewujudkan pengembangan dan pengelolaan zakat di
Indonesia makin lama makin tumbuh dan berkembang.

Zakat yang diberikan kepada mustahiq akan berperan sebagai pendukung


peningkatan ekonomi mereka apabila dikonsumsikan pada kegiatan produktif.
Pendayagunaan zakat produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan
pelaksanaan yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal
kerja, dan kekurangan lapangan kerja, dengan adanya masalah tersebut maka perlu
adanya perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif tersebut.

Pengembangan Zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat


sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya fakir
miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan
dana zakat tersebut fakir miskin akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan
usaha, mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya untuk
menabung.
Di Indonesia Pengaturan pengelolaan zakat sudah di atur oleh lembaga amil
zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional (disingkat BAZNAS) & Juga di bantu oleh
banyak lembaga amil zakat lainnya seperti :
DOMPET DHUAFA,BAITUL MAAL HIDAYATULLAH (BMH),PKPU,IZI dll.

BAZNAS & LAZNAS ialah sebuah lembaga mengenai pengelolaan zakat dan
sejenisnya seperti infaq, shadaqoh, dan waqaf. Dalam hal ini umat muslim tidak lagi
kesulitan untuk mengelola zakat karena BAZNAS & LAZNAS adalah lembaga yang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS & LAZNAS merupakan
Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri Agama.

Kemudian selain lembaga Menurut Cecep dalam Ishlah (1995), bahwa


sesungguhnya pengelolaan zakat di dalam suatu negara harus didukung oleh empat hal,
yaitu;
1. Power (kekuatan), yaitu dukungan tokoh politik.
2. Public Relation (hubungan masyarakat), yaitu dukungan dari tokoh masyarakat.
3. Politics (lembaga-lembaga politis) seperti DPR atau parlemen.
4. Promotion & education (pemberitahuan kepada khalayak secara edukatif ) seperti lewat
media massa,INTERNET dan lain-lain.

Dengan adanya kehadiran pengelolaan zakat yaitu BAZNAS & LAZ


mempermudah bagi setiap masyarakat yang akan membayar zakat. Selain itu
kehadiran BAZNAS & LAZNAS juga sebagai wadah atau penyalur perantara dari
masyarakat yang akan membayar pajak dengan orang penerima zakat, kemudian
pengelolaannya dijamin tidak salah sasaran dan tidak akan di salahgunakan sehingga
tidak ada lagi kekhawatiran bagi masyarakat untuk membayar zakat sebagai
kewajiban yang harus terpenuhi.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam berzakat melalui baznas maupun laz lainnya yauitu
dengan cara penekanan maupun suatu informasi dan edukasi mengenai kebijakan
fiksal dalam islam yang harus mendapat perhatian serius dalam tata perekonomian
islam.
Dalam Negara islam, kebijakan fiksal merupakan salah satu perangkat untuk
mencapai tujuan syari’ah termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap
menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Seperti
yang dijelaskan dalam buku Ekonomi Islam Berbasis Pertanian oleh Nanah Sujanah,
S.AG., M.SI dosen Untirta yaitu bahwa zakat dalam berbagai bentuknya berfungsi
membangun pajak kekayaan Negara karena mendayagunakan semua bentuk kekayaan
yang ada. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika pemungtan zakat dilaksanakan secara
semestinya, secara ekonomi, dapat menghapus tingkat perbedaan kekayaan yang
mencolok dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi yang merata, disamping
dapat pula membantu mengekang laju inflasi. Dengan demikian dapat pula dikatakan
penanganan yang tepat akan zakat secara bertahap dapat menciptakan kondisi
keseimbangan tata ekonomi seperti yang di inginkan.

Kemudian Dengan adanya kehadiran pengelolaan zakat yaitu BAZNAS &


LAZNAS yakni merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh
pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas
dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah &waqaf (ZISWAF)
pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS & LAZNAS sebagai
lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Zakat, infaq,
dan shodaqoh yang dihimpun dan dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak
yang positif bagi masyarakat luas baik berupa modal usaha, pelatihan skill
(kemampuan), dan lain-lain. mempermudah bagi setiap masyarakat yang akan
membayar zakat. Dan tentunya dapat menciptakan kondisi keseimbangan tata
ekonomi masyarakat maupun Negara yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual pada tingkat yang
sama.

4.2 Saran
Adapun saran diberikan yakni Perlu mensosialisasikan lebih mendalam kepada
masyarakat terkait pentingnya kebijakan fiksal dalam islam bahwa zakat itu memiliki
peranan yang sangat penting demi kesejahteraan masyarakat dan Negara untuk
mengembangkan suat masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual.

Dan terakhir penulis akan memberiakan sedikit closing steatment mengenai karya
tulis kali ini, Zakat adalah sebuah sistem perekonomian dimana sejatinya jika sistem
zakat ini dapat di terapkan dan di maksimalkan dalam sebuah sistem perekonomian
suatu negara, terutama terlebih di negara INDONESIA maka saya yakin bahwa
kemiskinan tidak akan lagi nampak di muka bumi,karna sistem zakat ini merupakan
sistem perekonomian terbaik yang telah di turunkan oleh Allah melalui al-qur’an dan
telah di terapkan serta di contohkan oleh suri tauladan kita Yakni Nabi MUHAMMAD
SAW,
Wallahua’lambisshowaab (fachmi fazri/STEI SEBI 2015/08-2017)

Anda mungkin juga menyukai