Disusun oleh :
Asas pelaksanaan pengelolaan zakat didasarkan pada firman Allah dalam QS Al-
Taubah 9:60 yang Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk
memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk
yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS Al-Taubah
9:60)
1.2 Tujuan
Tujuan dalam karya tulis ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam ber Zakat, Shodaqoh dan berinfaq Melalui Baznas ataupun Lembaga amil zakat
lainnya guna meningkatkan kesejahteraan umat
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penulisan suatu karya tulis ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu pengetahuan dan informasi mengenai BAZNAS dan LAZ Lain nya yang
ada di indonesia
2. Kesadaran masyarakat bahwa pentingnya berzakat, infaq dan shodaqoh melalui
lembaga Amil zakat
3. Masyarakat dapat menyalurkan zakat, infaq dan shodaqoh secara kolektif melalui
Lembaga AMIL ZAKAT
4. Dapat Meningkatkan kesejahteraan ekonommi masyarakat dengan berzakat melalui
LAZ
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Zakat
Zakat adalah rukun islam yang ke tiga. Secara harfiah, zakat berarti tumbuh,
berkembang, menyucikan atau membersihkan. Secara terminology syariat, zakat
merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan
perhitungan tertentu, untuk orang-orang tertentu, dan sebagaimana telah ditentukan.
Zakat merupakan salah satu rukun islam. Zakat menjadi salah satu unsr pokok bagi
tegaknya syariat islam. Oleh sebab itu, hukum zakat adalah Wajib (Fardu) atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah, seperti shalat, haji dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten
berdasarkan Al-Qur’an dan as-sunah, sekaligus merupakan amal social
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan umat manusia. (Aswin Yunan, 2010)
Zakat terbagi atas dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat mal.yaitu sebagai
berikut:
1. zakat fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan setiap muslim menjelang Idul fitri pada
bulan Ramadhan. Besar zakat fitrah adalah setara dengan 2,5 kilogram makanan
pokok yang ada di daerah bersangkutan.
2. Zakat mal (zakat harta), zakat yang wajib di keluarkan dari hasil perniagaan,
pertanian, pertambangaan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak,
serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
2.2 Shodaqoh
Shodaqoh adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang
membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan. Menurut Al-Jurjani, Pengertian Sedekah ialah segala pemberian yang
dengan kita mengharapkan pahala dari Allah SWT. Pemberian yag dimaksud dapat
diartikan secara luas, baik itu pemberian yang berupa harta maupun pemberian yang
berupa perbuatan atau sikap baik dan hukum dari shodaqoh ini ialah sunah.(Anonim,
2015)
2.3 Infaq
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut istilah infaq berarti mengeluarkan sebagian
dari harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
ajaran Islam. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang
berpengasilan tinggi maupun rendah, apakah ia dalam kondisi lapang maupun
sempit; infaq dapat diberikan kepada siapa saja, misalnya kedua orang tua, anak
yatim dan lain sebagainya.
Infaq ada 2 macam yakni : Infaq wajib diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan
lain-lain. Infak sunnah diantara nya, infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak
bencana alam, infak kemanusiaan, dan lain-lain.(Anonim, 2015).
2.3.1 Waqaf
Waqaf Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “waqf” yang
berarti pada dasarnya berarti menahan, berhenti, atau diam. Sebagai satu istilah dalam
syariah Islam, wakaf dapat diartkan sebagai penahanan hak milik atas materi benda
untuk tujuan menyedekahkan manfaat. Jadi dapat disimpulkan bahwa wakaf
bertujuan untuk memberikan manfaat atau harta yang diwakafkan kepada orang yang
berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran agama Islam
Waktu
Ditentukan Kapan saja Kapan saja
pembayarannya
Memberikan Membelanjakan
sebagian hartanya untuk Membelanjakan
Berdasarkan
harta dengan kepentingan diri hartanya dijalan
ketentuannya
ketentuan sendiri dan Allah
tertentu keluarganya
2.4 BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan satu-satunya
yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001
yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan
sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga
yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab
untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.
BAZNAS menjalankan empat fungsi, yaitu:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,edukasi dan pendayagunaan zakat;
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Untuk terlaksananya tugas dan fungsi tersebut, maka BAZNAS memiliki kewenangan:
1.Menghimpun, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat.
2.Memberikan rekomendasi dalam pembentukan BAZNAS Provinsi, BAZNAS
Kabupaten/Kota, dan LAZ
3.Meminta laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,waqaf dan dana
sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS Provinsi dan LAZ.
(Pusat BAZNAS, 2011)
BAB III
PEMBAHASAN
Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit
umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi
yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada kekufuran. Salah satu cara
menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan
harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat
merupakan salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat
berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta pembangunan
ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni orang miskin secara
konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lebih permanen yaitu mengentaskan
kemiskinan.
Salah satu yang menunjang kesejahteraan hidup di dunia dan menunjang hidup
di akherat adalah adanya kesejahteraan sosial-ekonomi. Ini merupakan seperangkat
alternatif untuk mensejahterakan umat Islam dari kemiskinan dan kemelaratan.
Sehubungan dengan hal itu, maka zakat dapat berfungsi sebagai salah satu sumber
dana sosial-ekonomi bagi umat Islam. Artinya pendayagunaan zakat yang dikelola
oleh Badan Amil Zakat (BAZ/LAZ) tidak hanya terbatas pada kegiatan- kegiatan
tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi konvensional, tetapi dapat pula
dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat, seperti dalam program
pengentasan kemiskinan dan pengangguran dengan memberikan zakat produktif
kepada mereka yang memerlukan sebagai modal usaha.
BAZNAS & LAZNAS ialah sebuah lembaga mengenai pengelolaan zakat dan
sejenisnya seperti infaq, shadaqoh, dan waqaf. Dalam hal ini umat muslim tidak lagi
kesulitan untuk mengelola zakat karena BAZNAS & LAZNAS adalah lembaga yang
melakukan pengelolaan zakat secara nasional. BAZNAS & LAZNAS merupakan
Lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri Agama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam berzakat melalui baznas maupun laz lainnya yauitu
dengan cara penekanan maupun suatu informasi dan edukasi mengenai kebijakan
fiksal dalam islam yang harus mendapat perhatian serius dalam tata perekonomian
islam.
Dalam Negara islam, kebijakan fiksal merupakan salah satu perangkat untuk
mencapai tujuan syari’ah termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap
menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan dan kepemilikan. Seperti
yang dijelaskan dalam buku Ekonomi Islam Berbasis Pertanian oleh Nanah Sujanah,
S.AG., M.SI dosen Untirta yaitu bahwa zakat dalam berbagai bentuknya berfungsi
membangun pajak kekayaan Negara karena mendayagunakan semua bentuk kekayaan
yang ada. Hal ini dapat dibuktikan bahwa jika pemungtan zakat dilaksanakan secara
semestinya, secara ekonomi, dapat menghapus tingkat perbedaan kekayaan yang
mencolok dan sebaliknya dapat menciptakan redistribusi yang merata, disamping
dapat pula membantu mengekang laju inflasi. Dengan demikian dapat pula dikatakan
penanganan yang tepat akan zakat secara bertahap dapat menciptakan kondisi
keseimbangan tata ekonomi seperti yang di inginkan.
4.2 Saran
Adapun saran diberikan yakni Perlu mensosialisasikan lebih mendalam kepada
masyarakat terkait pentingnya kebijakan fiksal dalam islam bahwa zakat itu memiliki
peranan yang sangat penting demi kesejahteraan masyarakat dan Negara untuk
mengembangkan suat masyarakat yang didasarkan atas distribusi kekayaan
berimbang dengan menempatkan nilai-nilai material dan spiritual.
Dan terakhir penulis akan memberiakan sedikit closing steatment mengenai karya
tulis kali ini, Zakat adalah sebuah sistem perekonomian dimana sejatinya jika sistem
zakat ini dapat di terapkan dan di maksimalkan dalam sebuah sistem perekonomian
suatu negara, terutama terlebih di negara INDONESIA maka saya yakin bahwa
kemiskinan tidak akan lagi nampak di muka bumi,karna sistem zakat ini merupakan
sistem perekonomian terbaik yang telah di turunkan oleh Allah melalui al-qur’an dan
telah di terapkan serta di contohkan oleh suri tauladan kita Yakni Nabi MUHAMMAD
SAW,
Wallahua’lambisshowaab (fachmi fazri/STEI SEBI 2015/08-2017)