Sop Hiv Aids
Sop Hiv Aids
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
4.6.2 DOKTER
Dokter yang merawat memberikan resep pengambilan
obat ARV sesuai dengan ketetuan pengambilan obat
ARV;
4.6.3 PENCATATAN
Pencatatan pelaporan pengambilan obat ARV dicatat
oleh petugas farmasi pada Instalasi Farmasi di BLUD
RSUD Palabuhanratu.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan Sebagai acuan prosedur bagi petugas tata usaha, perawat dan
dokter klinik anyelir dalam melaksanakan pelayanan bagi pasien
yang melakukan kunjungan ulang.
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001
Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2.2 Sebagai acuan bagi petugas medis dan non medis di BLUD
Rumah Sakit Palabuhanratu dalam melaksanakan pelaksanaan
VCT.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan 2. 1. Untuk dipakai sebagai acuan bagi petugas medis yang akan
melaksanakan PITC
2. 2. Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang pelaksanaan
PITC
2. 3. Untuk memperluas cakupan VCT di lingkungan pelayanan medis Rsud
Palabuhanratu;
2. 4. Agar setiap dokter di lingkungan Rsud Palabuhanratu dapat mengawali /
menginisiasi testing, untuk kemudian dilanjutkan dengan VCT;
2. 5. Untuk dapat mendeteksi labih dini status HIV pasien.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan
2. 1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi;
2. 2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif;
2. 3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya;
2. 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta bayi dan keluarganya.
3. Kebijakan
3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
4. Prosedur
IBU HAMIL
VCT / PITC
MENOLAK
STATUS
TERAPI
ARV
KLINIK ANYELIR
REKOMENDASIKAN
SEKSIO SESARIA
BAYI BAYI
DARI IBU HIV (+) DARI IBU HIV (+)
TERAPI TERAPI
ARV ARV
IBU
KETERANGAN :
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan langkah – langkah dan prosedur untuk
pengelolaan obat infeksi oportunistik bantuan pemerintah bagi penderita
HIV/AIDS yang disertai infeksi oportunistik
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
4. Prosedur 4. 1. Petugas depo farmasi menerima obat / resep infeksi oportunistik dari pasien
atau keluarga pasien;
4. 2. Petugas depo farmasi memeriksa kelengkapan resep dan persyaratan yaitu
adanya legalisasi berupa cap dan tanda tangan dokter yang diberikan tim
penanggulangan infeksi HIV / AIDS Rsud Palabuhanratu di klinik anyelir
4. 3. Bila resep belum lengkap persyaratannya maka resep tersebut dikembalikan
kepada pasien dan harus dilegalisasi terlebih dahulu agar dapat dilayani;
4. 4. Petugas depo farmasi melayani resep yang sudah lengkap persyaratannya;
4. 5. Petugas depo farmasi melakukan serah terima obat infeksi oportunistik
dengan pasien;
4. 6. Petugas depo farmasi melaporkan data pemakaian obat infeksi oportunistik
kepada tim penanggulangan infeksi HIV / AIDS Rsud Palabuhanratu.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan 2.1 Mencegah terjadinya penularan infeksi kepada petugas dan pasien lain serta
lingkungan;
2.2 Menjaga keselamatan kerja dilingkungannya;
2.3 Mempertahankan lingkungan bersih dan aman;
2.4 Meningkatkan tanggungjawab petugas kesehatan, pasien dan keluarga
mengenai resiko yang dihadapi.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan 2.1 Sebagai acuan petugas medis dan konselor Poliklinik Instalasi Rawat Jalan
dalam menangani orang yang terpajan;
2.2 Melindungi petugas medis/non medis atau orang sehat lain di BLUD RSUD
Palabuhanratudari akibat pajanan ditempat kerja dan mengurangi resiko
penularan pada petugas kesehatan.
Kode
Kode Status
Pajanan Anjuran Pengobatan
(KS)
(KP)
1 (rendah) Obat tidak dianjurkan. Resiko toksisitas obat lebih tinggi dari resiko
1
mendapatkan infeksi HIV
2 (tinggi) Pertimbangkan Duviral (AZT/3TC). Pajanan memiliki resiko yang perlu
1
dipertimbangkan
1 Dianjurkan Duviral (AZT/3TC). Kebanyakan pajanan masuk dalam kategori
2
ini, namun belum pernah ditemukan kenaikan resiko penularan
2 2 Dianjurkan Duviral (AZT/3TC) + Efavirenz
3 1 atau 2 Ditemukan adanya kenaikan resiko tertular
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan Sebagai acuan prosedur bagi petugas dalam memberikan obat ARV pada pasca
pajanan
4. Prosedur 4. 1. Pasien terpajan membawa resep dari dokter klinik anyelir atau dokter yang
bertugas ditempat terpajan atau dokter IGD;
4. 2. Petugas farmasi memberikan obat ARV;
4. 3. Petugas mencatat pada laporan pencatatan pelaporan pajanan sesuai
ketentuan.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
4. Prosedur 4.8 Petugas Depo Farmasi menerima permintaan obat/resep ARV untuk petugas
kesehatan yang mengalami kecelakaan kerja, dengan ketentuan sebagai
berikut :
4.8.1 Di dalam jam kerja : permintaan obat/resep ARV berasal dari
Poliklinik Instalasi Rawat Jalan ;
4.8.2 Di luar jam kerja : permintaan obat/resep ARV berasal dari dokter
yang bertugas di tempat kejadian, atas persetujuan dokter anggota
Tim Penanggulangan infeksi HIV/AIDS BLUD RS. Sekarwangi;
4.2 Petugas Depo Farmasi memeriksa kelengkapan resep berupa pada resep
tersebut di kolom diagnosa tercantum PPP (Profilaksis Pasca Pajanan) atas
perintah dokter Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS BLUD RSUD
Palabuhanratu;
4.3 Jika kelengkapan resep telah memenuhi syarat, petugas Depo Farmasi
menyiapkan obat ARV tersebut;
4.4 Petugas Depo Farmasi mencatat pemakaian obat ARV tersebut pada
formulir Pencatatan Pemakaian Obat ARV;
4.5 Petugas Depo Farmasi melakukan serah terima obat ARV dengan petugas
kesehatan yang terpajan;
4.6 Petugas Depo Farmasi melaporkan data pemakaian obat antiretroviral untuk
petugas kesehatan Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pengelolaan paket obat antiretroviral (ARV) bagi pasien program PMTC
4. Prosedur 4.1. Petugas Depo Farmasi menerima permintaan obat/resep ARV untuk pasien
Program PMTCT;
4.2. Petugas Depo Farmasi memeriksa kelengkapan resep dan persyaratannya,
yaitu : Legalisasi berupa cap yang diberikan oleh Tim Penanggulangan
Infeksi HIV/AIDS di Poliklinik Instalasi Rawat Jalan pada BLUD RSUD
Palabuhanratu;
4.3. Adanya persetujuan dari dokter anggota Tim Penanggulangan HIV/AIDS
BLUD RSUD Palabuhanratu;
4.4. Bila resep belum lengkap persyaratannya maka resep tersebut
dikonfirmasikan kembali kepada dokter yang menuliskan resep tersebut;
4.5. Petugas Depo Farmasi melayani resep yang sudah lengkap persyaratannya;
4.6. Petugas Depo Farmasi melakukan serah terima obat ARV dengan pasien
atau keluarganya dan mengingatkan kembali jadwal ambil obat diwaktu
kunjungan berikutnya;
4.7. Petugas Depo Farmasi melaporkan data pemakaian obat antiretroviral pasien
Program PMTCT dan kepada Tim Penanggulangan infeksi HIV/AIDS di
BLUD RSUD Palabuhanratu.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pengelolaan paket obat antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
Rekomendasi untuk memulai ARV pada penderita dewasa berdasarkan stadium klinis
dan ketersediaan pemeriksaan marka imunologis
a. Hitung lin\mfosit total ≤1200/mm3 dapat dipergunakan sebagai pengganti CD4 bila tidak
tersedia dan pada penyakit HIV ringan. Tidak berguna pada penderita asimptomatik.
Sehingga pada keadaan tidak tersedianya CD4, penderita stadium klinis 2 harus diobati;
b. ARV direkomendasikan untuk dimulai pada penderita HIV dengan CD4 < 350/mm3 dan
TB paru atau infeksi bakterial berat.
c. ARV direkomendasikan untuk dimulai pada semua wanita hamil HIV dengan stadium
klinis 3 dan CD 4 < 350 cells/mm3
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pemberian paket obat antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS.
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
Waktu pemberian
Hitung CD 4 Rekomendasi ARV ARV setelah OAT
Evaluasi ulang
CD4 >350/mm3 Mulai ARVc setelah 8 minggu
f. Monitoring ARV
Tes
Saat mulai Sesuai
Laboratorium Setiap 6
Pre - ARV regimen Lini Indikasi
diagnosis dan Bulan
I atau II
monitoring
-
Tes HIV -
Hba -
WBC dan
- -
Hitung Jenisb
Hitung CD4c
Tes Kehamilan d
Kimia lengkap
(termasuk, tapi
tidak terbatas
pada ALTe,
enzim hati lain,
fungsi ginjal,
gula darah,
profil lipid,
amylase, lipase,
lektat dan
elektrolit
Viral Load - - -
Regimen lini 2
Regimen lini 1 Komponen PI
Komponen RTI
Standar AZT/d4T + 3TC + NVP / EFV Ddl + ABC atau TDF + PI
ABC atau TDF + 3 TC
(± AZT)a
Bila tersedia akses terhadap obat lini 2. Bila tidak tersedia obat, lini 1
dilanjutkan
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
4. Prosedur
5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap
5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PEMBERIAN COTRIMOXAZOLE PROFILAKSIS
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
4. Prosedur 4. 1. Diagnosis
Pada TB paru, gejala yang sering timbul adalah :
- Batuk yang lama selama lebih dari 3 (tiga) minggu dan tidak membaik
dengan pengobatan antibiotik biasa;
- Produksi dahak yang produktif, purulen, kadang disertai dengan bercak
darah;
- Demam atau panas badan ringan atau tinggi;
- Berkeringat pada malam hari;
- Penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
Tabel 1. Gejala Klinis dan radiologis TB Paru yang berkaitan dengan derajat immunosupresi
Immunosupresi ringan Immunosupresi Berat
Gejala dan tanda klinis Gambaran Klinis menyerupai TB Gambaran atipikal menyerupai TB
paru disertai batuk yang berdahak paru primer
4. 2. Pemeriksaan Penunjang
AFB
HIV test b
TB unlikely
Kategori yang
Hasil
Lokasi Penyakit Tipe Pasien dianjurkan
Laboratorium
Baru Kat 1
TB Paru BTA Positif
a. Dianjurkan menggunakan rejimen yang menggunakan EFV sebagai lini pertama, sebagai alternatif
dapat digunakan NVP dan NRTI (berbasis TDF atau ABC). Untuk rejimen yang mengandung
NVP, pemeriksaan SGPT harus dilakukan di setiap;
b. ARV harus segera di mulai setelah terapi TB dapat ditoleransi, terlebih lagi pada penderita dengan
gangguan imunosupresi yang berat;
c. ARV harus segera di mulai bila ada kelainan / penyakit stadium 3 atau 4 lain ditemukan;
d. Untuk penyakit tbc tanpa komplikasi yang umumnya memberikan respons yang baik pada terapi
tb (limfadenopati, pleura efusi), penundaan terapi ARV harus dipertimbangkan.
4. 1. Bahan / Peralatan
- Formulir standar pengelolaan ARV, Baseline, Follow up, Registrasi
- Formulir standar pengelolaan TB, TB01, TB02, TB05, TB06
- Sputum pot steril
- Wadah pengumpulan spesimen
- Alat – alat untuk pengumpulan spesimen darah
- Obat tuberkulosis
- Obat ARV
4. 2. Indikator klinis
4.2.1 Awal
Diagnosis TB berdasarkan kategori
- TBC paru BTA (+) (baru, kambuh, kembali setelah DO, transfer)
- TBC paru BTA (-), rontgen + (baru, kambuh, kembali setelah DO,
transfer), + kultur sputum untuk TBC*
- TBC ekstra paru
Diagnosis HIV berdasarkan stage
- Stage 1-4
- Dengan sakit berat ?
- Infeksi Oppotunistik
- Tipe Resiko
Status ARV (belum, first line, second line, gagal)
4.2.2 Selama Pengobatan
Nilai kepatuhan pada pengobatan TB
Nilai kepatuhan pada pengobatan ARV
Kejadian efek samping obat, dan yang mana ?
Kejadian sindroma Reaksi Rekonstitusi Imunologi
Konversi Sputum BTA bulan ke-2
Konversi Sputum kultur bulan ke-2, dan ke 5*
Nilai kadar CD4* dan viral load
Nilai Faktor
Tidak
Resiko HIV
ya
Testing Tidak
Isi Data
Asal Pasien
Register VCT
Tanggal Terima
ya No. Reg TB
Hasil ? Neq
TB 01 Isi Data
No. Reg HIV
Dos
Nilai TB
TB 06 Melati Isi data
Algoritma Tidak TB 05* ke lab Suspek TB
Diagnostik suspek
No. Lab TB04
suspek
Diobati TB Tidak
ya
TB 01 Isi data
No reg HIV
Tanggal Masuk
Kirim Poli DOTS
Pengobatan TB
Baseline HIV Isi data
No reg TB
Tgl mulai th TB
Kategori TB
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
4. 2. Pemeriksaan penunjang
4.2.1 Laboratorium
- Delapan puluh persen (80%) pasien dengan toksoplasmosis serebri
mempunyai CD4<100;
- Imunoglobulin biasanya positif, terutama IgG, Jarang didapatkan
IgM yang positif;
- Pemeriksaan CSS tidak memberi nilai diagnostik yang bermakna
4.2.2 Radiologi
Pada pemeriksaan CT scan didapatkan lesi multipel berbentuk cincin
yang menyangat dengan pemberian kontras, 27-43% berupa lesi
tunggal. Pada 10% kasus tidak didapatkan lesi
4. 3. Penatalaksanaan :
4.3.1 Medikamentosa :
- Pengobatan diberikan minimal 6 (enam) minggu
- Umumnya gabungan antara pirimetamin, sulfadiazin dan asam
folinat atau pirimetamin, klindamisin dan asam folinat
4.3.2 Follow Up pengobatan
- Karena seringkali toksoplasmosis serebri sulit debedakan dari lesi
lain di otak, pengobatan toksoplasmosis dilaksanakan secara
exjuvanibus. Respon yang baik terhadap pengobatan selama 2 (dua)
minggu + perbaikan gambaran CT scan kepala, mengkonfirmasikan
diagnosis;
- Evaluasi setelah 6 (enam) minggu meliputi evaluasi keadaan klinis
dan gambaran CT scan. Jika didapatkan perbaikan, pengobatan
dapat diganti ke regimen pencegahan sekunder.
4. 4. Pencegahan
4.4.1 Pencegahan paparan terhadap toksoplasma
- Penderita HIV harus diperiksa IgG toksoplasmanya untuk
mengetahui ada/tidaknya infeksi laten T.Gondii;
- Penderita HIV dianjurkan untuk menghindari kemungkinan kontak
dengan sumber infeksi toksoplasma seperti daging yang tidak
dimasak dengan baik, buah dan sayuran mentah, dll.
4.4.2 Pencegahan Primer
- Penderita HIV dengan CD4<100 dianjurkan minum pencegahan
primer terhadap toksoplasmosis (Trimetoprim-Sulfametoksazol
sediaan forte 1x sehari)
- Jika ada perbaikan klinis dengan pemberian HAART, yang ditandai
dengan CD4 > 200 selama setidaknya 3(tiga) bulan, dapat
dipikirkan penghentian pencegahan primer
4.4.3 Pencegahan Sekunder
- Setelah pengobatan yang berhasil, dianjurkan untuk memberikan
chronic maintenance therapy berupa pirimetamin + sulfadiazin +
leucovorin atau pirimetamin + klindamisin + leucovorine selama
CD4 masih berkisar antara 100 – 200;
- Jika CD4 >200 selama setidaknya 3 (tiga) bulan setelah menjalani
pencegahan sekunder, dapat dipikirkan penghentian pencegahan
sekunder;
- Jika CD4 kembali turun menjadi <200, dilakukan pengulangan
kembali pencegahan sekunder.
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu