Anda di halaman 1dari 63

BLUD RSUD

PALABUHANRATU PEMERIKSAAN PASIEN HIV POSITIF PADA KUNJUNGAN


PERTAMA DI KLINIK ANYELIR

No. Dokumen No. Revisi : Halaman


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016 :
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Pasien Positif adalah pasien yang telah dinyatakan positif melalui pemeriksaan
dengan strategi tiga dan dibuktikan dengan adanya dokumen tertulis
2. Tujuan Sebagai acuan bagi petugas di klinik anyelir dalam menangani pasien HIV
positif yang datang ke klinik anyelir.
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli
1995 Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah
Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata
Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Pasien mendaftar terlebih dahulu dengan membayar regristrasi;


4. 2. Petugas regristrasi mencatat di buku regristrasi dengan mengisi form
rekam medik;
4. 3. Perawat melakukan pengukuran BB dan TB dan mencatat di form
Pemeriksaan fisik di forensik baseline;
4. 4. Perawat mengisi form identif responden
4. 5. Setelah mendapat giliran pemeriksaan, pasien diperiksa oleh dokter
umum yang bertugas;
4. 6. Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan stadium klinis
(WHO);
4. 7. Dokter yang memeriksa mengisi form anamnesis dan pemeriksaan fisik
form baseline;
4. 8. Dokter meminta pemeriksaan laboratorium sesuai SPM pelayanan pasien
HIV positif dengan memakai form pemeriksaan dasar lab di melati;
4. 9. Apabila pada pemeriksaan klinis didapati pasien berada dalam stadium 3
atau 4, pasien diberikan profilaksi kotrimoxazole 1 x 960 mg;
4. 10. Pasien dianjurkan kunjungan ulang setelah seminggu

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PELAYANAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN HIV
POSITIF PRA PENGOBATAN ARV DI KLINIK ANYELIR

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016
Jl.Jend Ahmad yani No.2
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Kunjungan ulang dimaksud adalah kunjungan yang dilakukan di
klinik anyelir oleh pasien setelah menjalani pemeriksaan pada
kunjungan pertama sebelumnya.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter umum, PPDS, Dokter spesialis Tim
HIV, Perawat di klinik anyelir dalam melayani pasien kunjungan
ulang.
3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001
Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Paien mendaftar terlebih dahulu dengan membayar regristrasi;


4. 2. Petugas pendaftar mencatat di form regristrasi Rawat Jalan;
4. 3. Perawat melakukan pengukuran BB dan TB serta mengisi
form pemeriksaan perawat;
4. 4. Pasien diperiksa oleh dokter umum / dokter PPDS yang
bertugas;
4. 5. Dokter melakukan pengkajian hasil pemeriksaan laboratorium
serta pemeriksaan fisik dan menuliskan di dokumen rekam
medik bagian form pemeriksaan dokter pada kartu kunjungan
klinik anyelir (Pra–ARV);
4. 6. Apabila pasien dalam keadan darurat yang memerlukan
tindakan segera, maka dokter yang memeriksa dapat
mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk kemudian
merujuk pasien kepada dokter yang sesuai dengan keadaan
pasien;
4. 7. Bagi pasien yang stabil maka dokter yang memeriksa merujuk
pasien kepada dokter PPDS Penyakit Dalam yang bertugas di
klinik anyelir untuk pengobatan Infeksi Oportunis dan
pengobatan ARV;
4. 8. Apabila diputuskan pasien memenuhi syarat untuk
pengobatan ARV, maka pasien menjalani konseling adherens
(lihat “Protap ARV sebagai pengobatan”)

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PEMBERIAN OBAT ANTI RETROVIRAL

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Obat ARV (Anti Retroviral) adalah obat yang diberikan
kepada pasien HIV Positif yang memenuhi persyaratan yang
telah ditentukan dalam SPM Pemberian Obat ARV di BLUD
RSUD Palabuhanratu.
Obat ARV yang tersedia di Instalasi Farmasi BLUD RSUD
Palabuhanratu, diantaranya :
1.1.1 Golongan NRTI : Zidovudin (AZT), Stavudin
(D4T), dan Lamivudin (3TC);
1.1.2 Golongan NNRTI : Nevirapin dan Afavirens;
1.1.3 Golongan PI : Lopinavir/ritonavir.

1.2 Dokter PPDS adalah dokter yang sedanan menjalani


pendidikan dokter Spesialis di BLUD RS. Sekarwangi.

1.3 SPM (Standar Pelayanan Medis) adalah standar acuan


penanganan medis bagi dokter di BLUD RSUD
Palabuhanratu.

1.4 Yang dimaksud keadaan darurat untuk pengambilan ARV


adalah keadaan dimana pasien kehabisan obat diluar
perhitungan pada saat klinik tutup.

2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter umum, dokter PPDS, dokter-dokter


spesialis pada Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS di BLUD
Rumah Sakit Palabuhanratu dalam tata laksana pemberian obat
ARV.

3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001
Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.1 Petugas yang berwenang memberikan ARV adalah :


4.1.1 Pada Tahap Inisiasi ARV diberikan oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam bagi pasien dewasa dan
Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak bagi pasien
anak;

4.1.2 Pada Tahap ulangan ARV dapat diberikan oleh


Dokter Umum atau Dokter PPDS yang bertugas di
Poliklinik;

4.1.3 Dokter dari Rumah Sakit lain atas persetujuan dokter


penanggungjawab pengobatan di Poliklinik Instalasi
Rawat Jalan BLUD RSUD Palabuhanratu.

4.2 Jenis obat yang diberikan adalah sesuai dengan SPM


Pengobatan ARV di BLUD RSUD Palabuhanratu;

4.3 Pasien yang berhak mendapat pengobatan ARV adalah pasien


yang memenuhi syarat sesuai SPM PENGOBATAN ARV
UNTUK ORANG DEWASA dan SPM PENGOBATAN
ARV UNTUK ANAK di BLUD RSUD Palabuhanratu

4.4 Tempat pengambilan obat ARV dapat diambil Apotik pada


Instalasi Farmasi yang ada di BLUD RSUD Palabuhanratu
pada :
Hari Senin s/d Jum’at, jam : 08.00 – 15.00

4.5 Pada keadaan darurat, obat ARV dapat diambil di Apotik 24


jam dengan persetujuan Apoteker penanggungjawab ARV
yang ada di Instalasi Farmasi.

4.6 PROSEDUR KERJA:


4.6.1 PASIEN
a. Pasien yang sudah ditentukan memenuhi syarat
mendapat pengobatan ARV terlebih dahulu
harus menjalani konseling Kepatuhan
(Adherence);

b. Setelah menjalani konseling kepatuhan, konselor


merujuk kembali kepada dokter yang merawat
untuk mendapat pengobatan ARV

4.6.2 DOKTER
Dokter yang merawat memberikan resep pengambilan
obat ARV sesuai dengan ketetuan pengambilan obat
ARV;

4.6.3 PENCATATAN
Pencatatan pelaporan pengambilan obat ARV dicatat
oleh petugas farmasi pada Instalasi Farmasi di BLUD
RSUD Palabuhanratu.

5. Unit Terkait 5.1. Instalasi Rawat Inap


5.2. Instalasi Gawat Darurat
5.3. Instalasi Rawat Jalan
5.4. Instalasi Farmasi
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PELAKSANAAN KONSELING ADHERENCE

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Konseling adherence selanjutnya disebut konseling
Kepatuhan adalah kegiatan konseling yang dilaksanakan pada
pasien yang akan memulai pengobatan ARV atau sedang
dalam pengobatan ARV (sebagai konseling lanjutan)
1. 2. Konseling adalah saran, anjuran, nasehat profesional yang
diberikan kepada seseorang yang mempunyai masalah /
problem (Oxford advance Learnes Dictionary 4 th ad);
1. 3. Adherence (kepatuhan) yang dimaksud adalah seberapa jauh
pasien mentaati intruksi atau aturan minum obat dengan :
dosis yang benar, cara yang benar dan seumur hidup;
1. 4. Konselor adalah petugas yang memiliki keterampilan
konseling dan pemahaman akan seluk beluk HIV/AIDS dan
pemahaman akan konseling kepatuhan.

2. Tujuan 2. 1. Sebagai acuan bagi petugas medis dan konselor di Rsud


Palabuhanratu dalam melaksanakan konseling kepatuhan;
2. 2. Menganalisa kesiapan pasien untuk menjalani pengobatan
ARV;
2. 3. Menyampaikan informasi, edukasi dan konseling kepada
pasien tentang pengobatan ARV;
2. 4. Memastikan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
ARV.

3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negalra tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001
Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Pada pelaksanaan konseling pertama, dilakukan hal – hal


sebagai berikut :
4.1.1. Pemeriksaan dan pengkajian gejala klinis;
4.1.2. Penjelasan umum tentang manfaat ARV dan keburukan
apabila tidak patuh;
4.1.3. Menggali kemungkinan hambatan;
4.1.4. Mengecek kembali pengetahuan pasien dan
pendamping tentang HIV/AIDS;
4.1.5. Lakukan konseling pencegahan;
4.1.6. Catat hasil konseling pada form konseling 1;
Catatan : Konseling sebaiknya didampingi oleh keluarga atau
pendamping minum obat.

4. 2. Pelaksanaa konseling kedua dikaji hal – hal sebagai


berikut :
4.2.1 Mengecek kembali perkiraan hambatan potensial;
4.2.2 Pemecahan masalah dari hambatan potensial
4.2.3 Diskusikan hasil tes laboratorium;
4.2.4 Kaji masalah kepatuhan minum obat profilaksis atau
obat TB
4.2.5 Bila ditemukan masalah ketidakpatuhan akibat efek
samping, rujuk pasien kepada dokter yang merawat;
4.2.6 Apabila tidak ada masalah dengan obat profilaksi atau
obat TB, rencanakan bersama awal pengobatan;
4.2.7 Bila dalam kajian diperkirakan kepatuhan akan baik,
langsung rujuk kepada dokter yang menangani untuk
mulai ARV;
4.2.8 Apabila kepatuhan masih diragukan, sarankan untuk
konseling ketiga.

4. 3. Pelaksanaan konseling ketiga, dikaji hal :


4.3.1 Kaji gejala klinis;
4.3.2 Tinjau ulang pengetahuan paien tentang HIV, Infeksi
oportunisi, CD4/Viral Load;
4.3.3 Ingatkan kembali tentang pencegahan;
4.3.4 Tinjau ulang rejimen pengobatan :
 Efek samping dan cara mengatasi;
 Strategi kepatuhan;
 Rencana follow up;
 Kaji kembali kesiapan pasien untuk minum obat.
4.3.5 Catat dalam catatan kunjungan

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PELAYANAN KUNJUNGAN ULANG PASIEN DALAM
PENGOBATAN ARV

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016

Jl.Jend Ahmad yani No.2


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Kunjungan ulang adalah : kunjungan yang dilakukan oleh
pasien yang sedang menjalani pengobatan ARV dengan
tujuan :
- Pemeriksaan karena adanya keluhan yang dirasakan oleh
pasien;
- Untuk menjalani konseling adherence (kepatuhan
berobat);
- Untuk pengambilan obat ARV.
1. 2. Form Kunjungan : adalah form yang diisi oleh dokter atau
perawat yang menangani pasien.

2. Tujuan Sebagai acuan prosedur bagi petugas tata usaha, perawat dan
dokter klinik anyelir dalam melaksanakan pelayanan bagi pasien
yang melakukan kunjungan ulang.
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001
Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Pasien mendaftar terlebih dahulu dengan membayar


regristrasi;
4. 2. Perawat yang bertugas mengisi form kunjungan, klinik
anyelir, form identif responden;
4. 3. Melakukan pemeriksaan TPRS serta mengukur TB dan BB;
4. 4. Pasien diperiksa oleh dokter umum atau dokter PPDS yang
bertugas;
4. 5. Dokter melengkapi rekam medis dan form kartu kunjungan
klinik anyelir (Pasca ARV);
4. 6. Apabila keadaan pasien masih dapat ditangani oleh dokter
pemeriksa maka dokter pemeriksa dapat memberikan
penanganan seperlunya;
4. 7. Apabila dianggap perlu untuk dirujuk maka dokter pemeriksa
merujuk kepada dokter PPDS terkait atau kepada dokter
Penyakit Dalam;
4. 8. Perawat melengkapi buku Register Rawat Jalan.

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT
(Voluntary Counseling and Testing) adalah kegiatan
konseling yang bersifat sukarela dan rahasia antara konselor
dari Tim Penanggulangan HIV-AIDS BLUD RSUD
Palabuhanratudengan orang yang ingin mengetahui status
HIV nya atau orang yang berisiko tertular HIV;
Disebut telah Menjalani VCT apabila menjalani :
1.2.1 Konseling Pre tes;
1.2.2 Testing; dan
1.2.3 Konseling Pasca Tes.

1.3 Konseling adalah saran, anjuran, nasehat profesional yang


diberikan kepada seseorang yang mempunyai
masalah/problem (oxford Advance Learnes Dictonary 4 th ad)

1.4 Konselor adalah petugas yang memiliki keterampilan


konseling dan pemahaman akan seluk beluk HIV/AIDS;

1.5 Prosedur pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang wajib


dilalui oleh semua orang yang akan menjalani VCT di BLUD
RSUD Palabuhanratu;

1.6 Tempat melaksanakan VCT adalah di Poliklinik yang ada


pada Instalasi Rawat Jalan atau di rawat inap pada Instaasi
Rawat Inap.

2. Tujuan 2.1 Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di BLUD


RSUD Palabuhanratu;

2.2 Sebagai acuan bagi petugas medis dan non medis di BLUD
Rumah Sakit Palabuhanratu dalam melaksanakan pelaksanaan
VCT.

3. Kebijakan 3.13. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.14. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.15. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga
Kesehatan (lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan
lembaran negara no 3637 );
3.16. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/
2001 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Departemen
Kesehatan;
3.17. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang Standar Pelayanan Keperawatan ;

3.18. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001


Tentang Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.19. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002
Tentang Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.20. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005
Tentang Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja
Perawat Dan Bidan ;
3.21. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang
Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18
Agustus 1993;
3.22. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734
Tertanggal 17 Juli 1995 Tentang Berlakunya Instrumen
Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.23. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur
Organisasi Tata Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
3.24. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.2 Klien / Pasien


4.1.1 Klien / Pasien adalah orang yang akan menjalani VCT
baik datang sendiri atau dikirim oleh petugas
medis yang terlebih dahulu mendaftar ditempat
pendaftaran poliklinik Instalasi Rawat jalan;

4.1.2 Klien / pasien diberi blanko permintaan tes yang


hanya diberi kode tanpa nama pasien;

4.1.3 Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, Klien/Pasien


menandatangani Informed Consent yang disediakan di
Poliklinik pada Instalasi Rawat Jalan;

4.1.4 Klien / Pasien menjalani konseling pra tes;

4.1.5 Klien / Pasien menjalani tes laoratorium di poliklinik;

4.1.6 Apabila hasil Positif, Klien/Pasien dirujuk ke dokter


yang bertugas dengan membawa hasil tes ;

4.1.7 Apabila hasil tes negatif, pasien mendapatkan saran


mengulang tes 3 (tiga) bulan yang akan datang;

4.1.8 Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes


pada saat itu, maka mendapatkan anjuran untuk
kunjungan ulang pada waktu yang telah disepakati;

4.3 Pelaksana Pelayanan VCT :


Pelaksana pelayanan adalah konselor dari Tim
Penanggulangan HIV/AIDS, yang bertugas :
4.2.1 Mencatat data klien / pasien pada buku registrasi
VCT;
4.2.2 Mengisi data pasien pada blanko VCT serta
mencocokkan data sesuai dengan data yang diberikan
oleh pasien pada saat pendaftaran serta melakukan
tanya jawab secara langsung kepada pasien akan
kecocokan data yang telah diberikan pada waktu
pendaftaran, apabila klien / pasien setuju untuk
dilakukan tes
4.2.3 Apabila Klien/Pasien setuju maka Konselor
menyarankan klien/pasien menandatangani blnko
VCT serta melakukan tes Laboratorium di Poliklinik
Instalasi Rawat Jalan

4.2.4 Apabila hasil Positif, konselor merujuk klien/pasien ke


dokter yang bertugas, serta memberikan hasil tes yang
telah dilakukan kepada klien/pasien untuk
diperlihatkan kepada dokter yang bertugas

4.2.4 Apabila hasil tes negatif, maka konselor memberikan


saran kepada klien/pasien agar mengulang tes 3 (tiga)
bulan yang akan datang;

4.2.5 Apabila klien/pasien belum setuju untuk menjalani tes


pada saat itu, maka konselor menganjurkan untuk
kunjungan ulang pada waktu yang telah disepakati;

4.2.6 Setelah didapatkan hasil konseling, maka hasil


tersebut disimpan pada kotak konselor dan menjaga
akan kerahasiaan hasil tersebut.

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap


5.2 Instalasi Gawat Darurat
5.3 Instalasi Rawat Jalan
5.4 Instalasi Rekam Medik
5.5 Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PROVIDER INITIATED TESTING AND COUNSELING (PITC)

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. PITC (Provider Inisiated Testing and consuling) adalah terting dan
konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan untuk kepentingan :
a. Diagnostik (Diagnostic testing)
b. Tawaran Rutin (Routine offer)
1. 2. Konseling dan tes sukarela selanjutnya disebut VCT (Voluntary
Counseling and Testing) adalah kegiatan konseling yang bersifat
sukarela dan rahasia antara konselor dari Tim Penanggulangan HIV-
AIDS BLUD RSUD Palabuhanratudengan orang yang ingin mengetahui
status HIV nya atau orang yang berisiko tertular HIV;

2. Tujuan 2. 1. Untuk dipakai sebagai acuan bagi petugas medis yang akan
melaksanakan PITC
2. 2. Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang pelaksanaan
PITC
2. 3. Untuk memperluas cakupan VCT di lingkungan pelayanan medis Rsud
Palabuhanratu;
2. 4. Agar setiap dokter di lingkungan Rsud Palabuhanratu dapat mengawali /
menginisiasi testing, untuk kemudian dilanjutkan dengan VCT;
2. 5. Untuk dapat mendeteksi labih dini status HIV pasien.

3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637
);
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya
Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli
1995 Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah
Sakit;

3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata


Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Dokter yang memeriksa atau merawat pasien menawarkan pemeriksaan


tes HIV kepada pasien;
4. 2. Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan alasan
menjalani tes;
4. 3. Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien menandatangani
persetujuan tes pada kartu rekam medik;
4. 4. Apabila pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani VCT;
4. 5. Bagi pasien yang mengambil darah pasien kemudian dibawa ke
laboratorium selesai, dokter yang merawat meminta konselor untuk
melakukan konseling pembukaan hasil pemeriksaan laboratorium.

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PREVENTION MOTHER TO CHILD TRANSMISSION (PMTCT)

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian
- Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayi yang dikandungnya
adalah kegiatanyang termasuk dalam PMTCT (Prevention Mother – to –
child Transmission) dari tim penanggulangan AIDS Rsud Palabuhanratu
Cibadak;
- Prosedur pelaksanaan PMTCT adalah alur pelayanan yang wajib di lalui
oleh ibu hamil, sebelum dan sesudah tes HIV.

2. Tujuan
2. 1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduksi;
2. 2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV positif;
2. 3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya;
2. 4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta bayi dan keluarganya.

3. Kebijakan
3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur
IBU HAMIL

POLI / IGD OBGYN RSUD LUAR RSUD

STATUS HIV STATUS HIV

(+) ( - )d BELUM BELUM ( - )d (+)


DIKETAHUI DIKETAHUI

VCT / PITC

MENOLAK
STATUS

TERAPI
ARV

KLINIK ANYELIR

ANTEPARTUM INTRAPARTUM POSTPARTUM

REKOMENDASIKAN
SEKSIO SESARIA

PERINATOLOGI SPESIALIS ANAK

BAYI BAYI
DARI IBU HIV (+) DARI IBU HIV (+)

TERAPI TERAPI
ARV ARV

IBU

KETERANGAN :

a. Ibu hamil yang datang ke Poliklinik / PONEK Rsud Palabuhanratu atas


kehendak sendiri atau tanpa rujukan dari dokter dan fasilitas kesehatan
lainnya;
b. Ibu hamil yang datang atas rujukan dokter atau fasilitas kesehatan lainnya;
c. Status HIV ibu hamil positif adalah : bila didapatkan hasil positif pada
pemeriksan laboratorium secara serologis dengan 3 (tiga) cara pemeriksaan
yang berbeda;
d. Status HIV ibu hamil negatif adalah : bila didapatkan hasil negatif pada
pemeriksaan laboratorium secara serologis dengan 3 (tiga) cara pemeriksaan
berbeda. Pemeriksaan diulang 3 (tiga) bulan kemudian, untuk memastikan
tidak dalam kondisi window periode;
e. Ibu hamil yang belum diketahui status HIV, dilakukan VCT atau PITC;
f. VCT (Voluntary Counseling and Testing) adalah kegiatan konseling yang
bersifat sukarela dan rahasia antara konselor dari Tim Penanggulangan HIV-
AIDS BLUD RSUD Palabuhanratudengan ODHA atau orang terduga HIV;
g. Ibu hamil yang menolak VCT, akan diupayakan konseling ulang, pada
kunjungan berikutnya;
h. PITC (Provider Inisiated Testing and consuling) adalah terting dan
konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan untuk kepentingan Tes
Diagnostik (Diagnostic testing) dan Tawaran Rutin (Routine offer)
i. ARV diberikan pada ibu hamil dengan HIV (+), mengacu pada prosedur
tetap ARV;
j. Antepartum : masa kehamilan mulai dari konsepsi sampai dengan awal
proses persalinan;
k. Intrapartum : masa selama proses persalinan yang ditandai dengan kontraksi
rahim yang teratur dan terjadi pembukaan jalan lahir;
l. Postpartum : masa setelah plasenta lahir hingga 40 hari selanjutnya;
m. Seksio sesarea : proses persalinan dengan pembedahan yang dilakukan pada
usia kehamilan 38 minggu atau sesegera mungkin bila pasien datang dalam
keadaan intrapartum (bila memungkinkan)

5. Unit Terkait 5. 1. PONEK


5. 2. Instalasi Rawat Inap
5. 3. Instalasi Gawat Darurat
5. 4. Instalasi Rawat Jalan
5. 5. Instalasi Rekam Medik
5. 6. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PEMBERIAN OBAT INFEKSI OPORTUNISTIK BANTUAN
PEMERINTAH UNTUK PENDERITA HIV / AIDS MELALUI KLINIK
ANYELIR
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Obat Infeksi oportunistik bantuan pemerintah adalah obat – obatan yang
digunakan untuk mengobati infeksi penyerta pada pasien HIV /AIDS yang
merupakan bantuan dari pemerintah melalui Direktorat Jendral P2&PL Pusat
dan diberikan secara cuma – cuma, disediakan di depo farmasi klinik anyelir
Rsud Palabuhanratu;
1. 2. Tim Penanggulangan Infeksi HIV / AIDS adalah tim Rsud Palabuhanratu
yang diberi tanggungjawab dalam menangani permasalahan HIV / AIDS di
Rsud Palabuhanratu;
1. 3. Depo Farmasi adalah fasiltas pelayanan farmasi yang dikelola oleh instansi
farmasi diruang penderita yang bertanggungjawab dalam pengelolaan dan
pelayanan perbekalan kesehatan serta memberikan pelayanan farmasi
lainnya;
1. 4. Petugas depo farmasi adalah apoteker, asisten apoteker dan petugas
administrasi dengan status sebagai pegawai Instalasi Farmasi yang bertugas
memberikan pelayanan perbekalan kesehatan penderita, dibawah
tanggungjawab Instalasi farmasi.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan langkah – langkah dan prosedur untuk
pengelolaan obat infeksi oportunistik bantuan pemerintah bagi penderita
HIV/AIDS yang disertai infeksi oportunistik

3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;

3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Petugas depo farmasi menerima obat / resep infeksi oportunistik dari pasien
atau keluarga pasien;
4. 2. Petugas depo farmasi memeriksa kelengkapan resep dan persyaratan yaitu
adanya legalisasi berupa cap dan tanda tangan dokter yang diberikan tim
penanggulangan infeksi HIV / AIDS Rsud Palabuhanratu di klinik anyelir
4. 3. Bila resep belum lengkap persyaratannya maka resep tersebut dikembalikan
kepada pasien dan harus dilegalisasi terlebih dahulu agar dapat dilayani;
4. 4. Petugas depo farmasi melayani resep yang sudah lengkap persyaratannya;
4. 5. Petugas depo farmasi melakukan serah terima obat infeksi oportunistik
dengan pasien;
4. 6. Petugas depo farmasi melaporkan data pemakaian obat infeksi oportunistik
kepada tim penanggulangan infeksi HIV / AIDS Rsud Palabuhanratu.

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Farmasi
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
KEWASPADAAN UNIVERSAL KLINIK

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Kewaspadaan Universal disingkat KU atau Universal Precaution yang
disingkat UP adalah upaya pengendalian infeksi di rumah sakit atau sarana
pelayanan kesehatan lainnya dengan prinsip utama : menjaga hygiene
sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan dan sterilisasi ruangan.
Kewaspadaan universal dijabarkan dalam lima kegiatan :
1.1.1 Cuci Tangan;
1.1.2 Pemakaian alat pelindung;
1.1.3 Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai;
1.1.4 Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah terjadinya luka ;
1.1.5 Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
1.2 Alat Pelindung : adalah alat yang dipakai untuk melindungi kulit dan
selaput lendir petugas dari resiko pejanan darah, semua jenis cairan tubuh,
sekret/ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir pasien (contoh :
sarung tangan, masker, kaca mata, visor, gaun, sepatu);
1.3 Alat Kesehatan Bekas Pakai adalah alat kesehatan yang dapat disterilkan
untuk pemakaian ulang (contoh : set balutan, alat-alat prosedur diagnostik
dll);

2. Tujuan 2.1 Mencegah terjadinya penularan infeksi kepada petugas dan pasien lain serta
lingkungan;
2.2 Menjaga keselamatan kerja dilingkungannya;
2.3 Mempertahankan lingkungan bersih dan aman;
2.4 Meningkatkan tanggungjawab petugas kesehatan, pasien dan keluarga
mengenai resiko yang dihadapi.

3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.4 Cuci Tangan


4.1.1 Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan, dengan cara 7 (tujuh) langkah cuci
tangan;
4.1.2 Cuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah memakai sarung tangan;
4.1.3 Cuci tangan dilakukan pada air mengalir dan memakai sabun atau
larutan antiseptik ;
4.1.4 Tata cara melakukan cuci tangan dibaca pada instruksi kerja buku
Kewaspadaan Universal (DepKes RI Tahun 2003 ;

4.5 Pemakaian Alat Pelindung :


Alat pelindung dipakai pada tindakan rutin, tindakan bedah tulang, otopsi,
perawatan gigi dll dengan jenis alat pelindung sebagai berikut :
4.2.1 Sarung Tangan;
4.2.2 Pelindung Wajag/masker;
4.2.3 Gogle/Kaca Mata;
4.2.4 Gaun Pelindung/Apronce;
4.2.5 Sepatu Pelindung.
Tata Cara pemakaian alat pelindung lihat instruksi kerja pada buku
kewaspadaan Universal dari DepKes Tahun 2003.

4.3 Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai


Prosedur pengelolaan peralatan dilakukan dengan melalui 4 (empat) tahap
kegiatan Yaitu :
4.3.1 Dekontaminasi;
4.3.2 Pencucian;
4.3.3 Sterilisasi atau DTT
4.3.4 Penyimpanan

4.4 Pengelolaan Benda Tajam


4.4.1 Jarum Suntik setelah dipakai tidak boleh digunakan lagi dan hanya
sekali pakai dan dibuang ketempat wadah tahan tusukan;
4.4.2 Alat tajam tidak boleh diserahkan langsung dari satu orang ke orang
lain, melainkan menggunakan teknik tanpa sentuh, yaitu dengan
menggunakan nampan/alat perantara;

4.4.3 Tidak dianjurkan menutup kembali jarum suntik bekas pakai


melainkan langsung dibuang ke wadah tahan tusukan. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali, gunakan cara penusukan jarum dengan satu
lengan untuk mencegah jari tertusuk jarum ;
4.4.4 Benda tajam lain (pisau, Gunting, pinset) setelah dipakai
didekontaminasi terlebih dahulu, baru dimasukan ke wadah
penyimpanan sementara.

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap


5.2 Instalasi Gawat Darurat
5.3 Instalasi Rawat Jalan
5.4 Instalasi Rekam Medik
5.5 Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN (PPP)

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Pajanan
1.1.1 Setiap perlukan yang menembus kulit seperti tusukan jarum, luka iris
atau kontak dengan lapisan mukosa/kulit yang tidak utuh (kulit yang
luka, pecah, lecet atau sedang terserang dermatitis);
1.1.2 Kontak dengan darah/cairan tubuh lain pada kulit yang utuh dengan
kontak yang lama (Pedoman Nasional perawatan, Dukungan dan
Pengobatan bagi ODHA halaman 35);
1.1.3 Pajanan dapat melalui :
1.1.3.1 Parerental berupa tusukan, luka dan lain-lain;
1.1.3.2 Percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut;
1.1.3.3 Percikan pada kulit yang tidak utuh (Pecah-pecah, lecet, atau
exematos).

1.2 Profilaksisi Pasca Pajanan


Selanjutnya disingkat PPP adalah tindakan/pengobatan yang diberikan
kepada petugas/keluarga atau orang sehat lain setelah terpajan oleh cairan
tubuh/darah ODHA atau terduga ODHA.

2. Tujuan 2.1 Sebagai acuan petugas medis dan konselor Poliklinik Instalasi Rawat Jalan
dalam menangani orang yang terpajan;

2.2 Melindungi petugas medis/non medis atau orang sehat lain di BLUD RSUD
Palabuhanratudari akibat pajanan ditempat kerja dan mengurangi resiko
penularan pada petugas kesehatan.

3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.6 Bagi Individu Yang Terpajan


4.1.1 Tindakan pertama pada setiap pajanan adalah mencuci dengan air
mengalir dan sabun septik;
4.1.2 Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir atau air dalam
jumlah yang banyak dengan sabun/antiseptik;
4.1.3 Bila Darah Mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci
dengan sabun dan air mengalir atau larutan garam dapur;
4.1.4 Bila darah mengenai mulut ludahkan dan kumur-kumur dengan air
beberapa kali;
4.1.5 Kalau terpecik pada mata cucilah mata dengan air mengalir (irigasi)
atau dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%);
4.1.6 Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan
dengan air;
4.1.7 Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut;
4.1.8 Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan secepatnya (kurang dari 4 jam)
kepada tim penanggulangan HIV-AIDS BLUD RSUD
Palabuhanratu.

4.7 Bagi Petugas yang menangani


4.1.1 Orang yang terpajan diperlakukan seperti dalam keadaan darurat dan
mengisi formulir laporan pajanan Poliklinik Instalasi Rawat Jalan
bagian awal sampai V (Katagori status HIV pasien KS;

4.1.2 Bila status sumber pajanan tidak diketahui, petugas melakukan


analisa sumber pajanan (bagian VI);

4.1.3 Petugas merujuk terpajan kepada konselor Poliklinik Instalasi Rawat


Jalan untuk konseling profilaxis;
4.1.4 Dalam konseling profilaxis ditentukan kode pajanan (KP) dan Kode
Status HIV sumber pajanan (KS);
4.1.5 Bila hasil analisa sumber pajanan tidak dapat ditentukan maka kode
sumber pajanan adalah ”KS HIV tidak tahu”;
4.1.6 Pemberian profilaxis adalah sebagai berikut :
4.1.6.1 KP1 dengan KS1 : Pertimbangkan pemberian
Duviral (Lamivudin dan Zidovudin) 2x1 tab selama 28
hari;

4.1.6.2 KP2 dengan KS2


Dianjurkan Duviral 2x1 tab
+ Efavirenz 1x600mg
selama 28 hari
KP3 dengan KS3
Catatan : Efavirenz tidak diberikan pada wanita hamil.
4.1.7 Terpajan menjalani VCT.

Kode
Kode Status
Pajanan Anjuran Pengobatan
(KS)
(KP)
1 (rendah) Obat tidak dianjurkan. Resiko toksisitas obat lebih tinggi dari resiko
1
mendapatkan infeksi HIV
2 (tinggi) Pertimbangkan Duviral (AZT/3TC). Pajanan memiliki resiko yang perlu
1
dipertimbangkan
1 Dianjurkan Duviral (AZT/3TC). Kebanyakan pajanan masuk dalam kategori
2
ini, namun belum pernah ditemukan kenaikan resiko penularan
2 2 Dianjurkan Duviral (AZT/3TC) + Efavirenz
3 1 atau 2 Ditemukan adanya kenaikan resiko tertular

*) Untuk petugas BLUD RS. Sekarwangi, Efavirenz diganti dengan Lopinavir


200mg 2x2 tablet.

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap;


5.2 Instalasi Gawat Darurat;
5.3 Instalasi Rawat Jalan;
5.4 Instalasi Rekam Medik.
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ARV SEBAGAI PROFILAKSIS PASCA
PAJANAN (PPP) DI KLINIK ANYELIR

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016
Jl.Jend Ahmad yani No.2
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) : adalah pemberian obat ARV pada petugas
kesehatan yang terpajan oleh darah atau cairan tubuh orang pengidap HIV;
1. 2. Obat Anti Retroviral adalah obat yang diberikan pada terpajan sesuai Protap
Profilaksis Pasca Pajanan (PPP);
1. 3. Kode Pajanan (KP) adalah kode yang diberikan kepada orang terpajan;
1. 4. Kode Status (KS) adalah kode yang diberikan begi sumber pajanan.

2. Tujuan Sebagai acuan prosedur bagi petugas dalam memberikan obat ARV pada pasca
pajanan

3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Pasien terpajan membawa resep dari dokter klinik anyelir atau dokter yang
bertugas ditempat terpajan atau dokter IGD;
4. 2. Petugas farmasi memberikan obat ARV;
4. 3. Petugas mencatat pada laporan pencatatan pelaporan pajanan sesuai
ketentuan.

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PEMBERIAN OBAT ANTI RETROVIRAL UNTUK PETUGAS
KESEHATAN YANG TERPAJAN

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Obat ARV (Anti Retroviral) adalah obat yang berisi zidovidun, lamivudin,
dan efavinez, yang disediakan di Depo Farmasi Pusat (Apotik 24 Jam) di
Samping Instalasi Gawat Darurat;
1.2 Tim penanggulangan infeksi HIV/AIDS adalah tim yang ada di BLUD
RSUD Palabuhanratuserta diberi tanggung jawab dalam menangani
permasalahan HIV/AIDS di BLUD RS. Sekarwangi;
1.3 Petugas Kesehatan yang beresiko terinfeksi HIV/AIDS adalah dokter,
perawat atau petugas kesehatan lain yang mengalami kecelakaan kerja pada
saat menangani pasien HIV/AIDS (misalnya tertusuk jarum yang telah
terkontaminasi virus HIV);
1.4 Depo Farmasi adalah fasilitas palayanan farmasi yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelayanan
perbekalan kesehatan serta memberikan pelayanan Farmasi lainnya;
1.5 Petugas Depo Farmasi adalah Apoteker, Asisten Apoteker dan petugas
administrasi dengan status sebagai pegawai Instalasi Farmasi yang bertugas
memberikan pelayanan perbekalan kesehatan penderita dibawah tanggung
jawab Instalasi Farmasi;
1.6 Formulir Pencatatan Pemakaian Obat ARV adalah catatan pemakaian obat
ARV yang berisi data pemakai, tanggal pemberian, jenis dan jumlah obat,
serta bukti serah terima obat ARV tersebut.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur untuk


pengelolaan obat antiretroviral bagi petugas kesehatan yang terpajan di BLUD
RSUD Palabuhanratu.

3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.8 Petugas Depo Farmasi menerima permintaan obat/resep ARV untuk petugas
kesehatan yang mengalami kecelakaan kerja, dengan ketentuan sebagai
berikut :
4.8.1 Di dalam jam kerja : permintaan obat/resep ARV berasal dari
Poliklinik Instalasi Rawat Jalan ;
4.8.2 Di luar jam kerja : permintaan obat/resep ARV berasal dari dokter
yang bertugas di tempat kejadian, atas persetujuan dokter anggota
Tim Penanggulangan infeksi HIV/AIDS BLUD RS. Sekarwangi;
4.2 Petugas Depo Farmasi memeriksa kelengkapan resep berupa pada resep
tersebut di kolom diagnosa tercantum PPP (Profilaksis Pasca Pajanan) atas
perintah dokter Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS BLUD RSUD
Palabuhanratu;
4.3 Jika kelengkapan resep telah memenuhi syarat, petugas Depo Farmasi
menyiapkan obat ARV tersebut;
4.4 Petugas Depo Farmasi mencatat pemakaian obat ARV tersebut pada
formulir Pencatatan Pemakaian Obat ARV;
4.5 Petugas Depo Farmasi melakukan serah terima obat ARV dengan petugas
kesehatan yang terpajan;
4.6 Petugas Depo Farmasi melaporkan data pemakaian obat antiretroviral untuk
petugas kesehatan Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS.

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap


5.2 Instalasi Gawat Darurat
5.3 Instalasi Rawat Jalan
5.4 Instalasi Farmasi
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PEMBERIAN OBAT ANTI RETROVIRAL UNTUK PASIEN PROGRAM
PMTCT

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Obat Anti Retroviral adalah paket obat yang berisi zidovidun, lamivudin,
nevirapin, efavinez, disediakan di depo farmasi Pusat (Apotik 24 Jam) di
Samping Instalasi Gawat Darurat;
1.2 Tim penanggulangan infeksi HIV/AIDS adalah tim yang ada di BLUD
RSUD Palabuhanratu serta diberi tanggung jawab dalam menangani
permasalahan HIV/AIDS di BLUD RSUD Palabuhanratu;
1.3 Pasien Program PMTCT adalah ibu hamil dan bayi yang beresiko terpapar
virus HIV/AIDS yang berobat ke BLUD RSUD Palabuhanratu;
1.4 Depo Farmasi adalah fasilitas palayanan farmasi yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelayanan
perbekalan kesehatan serta memberikan pelayanan Farmasi lainnya;
1.5 Petugas Depo Farmasi adalah Apoteker, Asisten Apoteker dan petugas
administrasi dengan status sebagai pegawai Instalasi Farmasi yang bertugas
memberikan pelayanan perbekalan kesehatan penderita dibawah tanggung
jawab Instalasi Farmasi;
1.6 Formulir Kendali Pengambilan Obat Antiretroviral (ARV) adalah catatan
pengambilan Obat Antiretroviral (ARV) yang berisi data pasien, nama
dokter yang menangani, waktu pengambilan obat, jenis dan jumlah obat,
informasi jadwal pasien kembali serta bukti serah terima Obat Antiretroviral
(ARV) tersebut.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pengelolaan paket obat antiretroviral (ARV) bagi pasien program PMTC

3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;

3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995


Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.1. Petugas Depo Farmasi menerima permintaan obat/resep ARV untuk pasien
Program PMTCT;
4.2. Petugas Depo Farmasi memeriksa kelengkapan resep dan persyaratannya,
yaitu : Legalisasi berupa cap yang diberikan oleh Tim Penanggulangan
Infeksi HIV/AIDS di Poliklinik Instalasi Rawat Jalan pada BLUD RSUD
Palabuhanratu;
4.3. Adanya persetujuan dari dokter anggota Tim Penanggulangan HIV/AIDS
BLUD RSUD Palabuhanratu;
4.4. Bila resep belum lengkap persyaratannya maka resep tersebut
dikonfirmasikan kembali kepada dokter yang menuliskan resep tersebut;
4.5. Petugas Depo Farmasi melayani resep yang sudah lengkap persyaratannya;
4.6. Petugas Depo Farmasi melakukan serah terima obat ARV dengan pasien
atau keluarganya dan mengingatkan kembali jadwal ambil obat diwaktu
kunjungan berikutnya;
4.7. Petugas Depo Farmasi melaporkan data pemakaian obat antiretroviral pasien
Program PMTCT dan kepada Tim Penanggulangan infeksi HIV/AIDS di
BLUD RSUD Palabuhanratu.

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap


5.2 Instalasi Gawat Darurat
5.3 Instalasi Rawat Jalan
5.4 Instalasi Farmasi
5.5 Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PEMBERIAN OBAT ANTI RETROVIRAL UNTUK PENDERITA
HIV/AIDS MELALUI POLIKLINIK

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1.1 Obat Anti Retroviral adalah paket obat yang berisi zidovidun, lamivudin,
nevirapin, efavirenz, stavudin, dan Lopinavir/ritonavir disediakan di
Poliklinik Instalasi Rawat Jalan;
1.2 Tim penanggulangan infeksi HIV/AIDS adalah tim yang ada di BLUD
RSUD Palabuhanratuserta diberi tanggung jawab dalam menangani
permasalahan HIV/AIDS di BLUD RSUD Palabuhanratu;
1.3 Penderita HIV/AIDS adalah pasien yang terinfeksi virus HIV/AIDS yang
berobat ke Poliklinik di BLUD RSUD Palabuhanratu;
1.4 Depo Farmasi adalah fasilitas palayanan farmasi yang dikelola oleh Instalasi
Farmasi yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelayanan
perbekalan kesehatan serta memberikan pelayanan Farmasi lainnya;
1.5 Petugas Depo Farmasi adalah Apoteker, Asisten Apoteker dan petugas
administrasi dengan status sebagai pegawai Instalasi Farmasi yang bertugas
memberikan pelayanan perbekalan kesehatan penderita dibawah tanggung
jawab Instalasi Farmasi;
1.6 Formulir Kendali Pengambilan Obat Antiretroviral (ARV) adalah catatan
pengambilan Obat Antiretroviral (ARV) yang berisi data pasien, nama
dokter yang menangani, waktu pengambilan obat, jenis dan jumlah obat,
informasi jadwal pasien kembali serta bukti serah terima Obat Antiretroviral
(ARV) tersebut.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pengelolaan paket obat antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS.

3. Kebijakan 3.1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;


3.2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3.3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3.4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3.5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3.6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3.7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3.8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3.9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;

3.10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995


Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3.11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3.12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.1 Petugas Depo Farmasi menerima permintaan obat/resep antiretroviral


(ARV) dari pasien atau keluarga pasien;
4.2 Petugas Depo Farmasi memeriksa kelengkapan resep dan persyaratannya,
yaitu : Legalisasi berupa cap yang diberikan oleh Tim Penanggulangan
Infeksi HIV/AIDS di Poliklinik Instalasi Rawat Jalan pada BLUD RSUD
Palabuhanratu
4.3 Bila resep belum lengkap persyaratannya maka resep tersebut
dikembalikan kepada dokter yang menuliskan resep tersebut, dan agar
dapat dilayani terlebih dahulu;
4.4 Petugas Depo Farmasi melayani resep yang sudah lengkap persyaratannya;
4.5 Petugas Depo Farmasi melakukan serah terima obat antiretroviral (ARV)
dengan pasien atau keluarganya dan mengingatkan kembali jadwal ambil
obat diwaktu kunjungan berikutnya;
4.6 Petugas Depo Farmasi melaporkan data pemakaian obat antiretroviral
(ARV) dan kepada Tim Penanggulangan infeksi HIV/AIDS di BLUD
RSUD Palabuhanratu

5. Unit Terkait 5.1 Instalasi Rawat Inap


5.2 Instalasi Gawat Darurat
5.3 Instalasi Rawat Jalan
5.4 Instalasi Farmasi
5.5 Tim Penanggulangan Infeksi HIV/AIDS
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PENGOBATAN DENGAN ANTIRETROVIRAL UNTUK PENDERITA
HIV/AIDS DEWASA

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016

Jl.Jend Ahmad yani No.2


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Pengobatan ARV diberikan pada :
a. Pasien Infeksi HIV / AIDS dengan stadium tertentu;
b. Profilaksis Pasca Pasjanan (lihat SOP PPP);
c. Pencegahan penularan dari ibu ke bayinya (lihat SOP dan SPM
PMTCT)
1. 2. Indikasi :

Rekomendasi untuk memulai ARV pada penderita dewasa berdasarkan stadium klinis
dan ketersediaan pemeriksaan marka imunologis

Tes CD 4 tidak tersedia


Stadium Klinis WHO Tes CD 4 tersedia

1 Jangan diobati Obati bila hitung CD 4 <200 /


mm3
2 Jangan diobati a
Pertimbangkan pengobatan bila
hitung CD4, 350/mm3 b,c dan
3 Obati segera mulai ARV sebelum hitung
CD4 menurun dibawah 200/mm3

Obati tanpa melihat hitung CD4


4 Obati

a. Hitung lin\mfosit total ≤1200/mm3 dapat dipergunakan sebagai pengganti CD4 bila tidak
tersedia dan pada penyakit HIV ringan. Tidak berguna pada penderita asimptomatik.
Sehingga pada keadaan tidak tersedianya CD4, penderita stadium klinis 2 harus diobati;
b. ARV direkomendasikan untuk dimulai pada penderita HIV dengan CD4 < 350/mm3 dan
TB paru atau infeksi bakterial berat.
c. ARV direkomendasikan untuk dimulai pada semua wanita hamil HIV dengan stadium
klinis 3 dan CD 4 < 350 cells/mm3

2. Tujuan Sebagai acuan dalam menetapkan lengkah-langkah dan prosedur pelayanan dan
pemberian paket obat antiretroviral (ARV) bagi penderita HIV/AIDS.
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;

3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang


Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Pemberian ARV untuk Pengobatan HIV/AIDS


4.1. 1. Regimen lini I
Standar : AZT / d4T + 3TC + NVP / EFV
4.1. 2. Regimen Lini I pada keadaan – keadaan khusus
a. Wanita Hamil
- Kriteria start sama dengan dewasa lain
- Bila memungkinkan setelah trimester 1
- Pilihan : AZT + 3TC + NVP
- Dihindari : EFV
b. Ko-infeksi TB

Waktu pemberian
Hitung CD 4 Rekomendasi ARV ARV setelah OAT

CD4 < 200/mm3 Mulai ARVa Antara 2-8 minggu

CD4 antara 200-350/mm3 Mulai ARVb Setelah 8 minggu

Evaluasi ulang
CD4 >350/mm3 Mulai ARVc setelah 8 minggu

Tidak tersedia Mulai ARVd Antara 2-8 minggu

c. Wanita hamil dan ko-infeksi TB


- Pilihan : AZT + 3TC + EFV
 Setelah trimester I
 Kontrasepsi post partum
- EFV dapat diganti dengan NVP setelah pengobatan TB
selesai
d. Ko-infeksi HBV
- NVP bila mungkin dihindari
- Kontraindikasi NVP : ALT > 10x nilai normal tertinggi
e. Ko-infeksi HCV
- Bila memungkinkan hindari NVP
- Kontraindikasi NVP : ALT > 10x nilai normal tertinggi
- Perhatikan interaksi obat
 Ribavirin dan AZT (monitor Hb)
 Interferon dan EFV (depresi)

f. Monitoring ARV
Tes
Saat mulai Sesuai
Laboratorium Setiap 6
Pre - ARV regimen Lini Indikasi
diagnosis dan Bulan
I atau II
monitoring
-
Tes HIV -

Hba -
WBC dan
- -
Hitung Jenisb
Hitung CD4c

Tes Kehamilan d
Kimia lengkap
(termasuk, tapi
tidak terbatas
pada ALTe,
enzim hati lain,
fungsi ginjal,
gula darah,
profil lipid,
amylase, lipase,
lektat dan
elektrolit
Viral Load - - -

 Monitoring Hb pada pasien AZT dilakukan pada saat baseline


dan minggu ke 4, 8 dan 12 setelah AZT;
 Monitoring pada minggu ke 4 , 8 dan 12 setelah permulaan
ART hanya merupakan alternatif;
 Pasien yang belum ada indikasi untuk pemberian ARV harus
dilakukan pemeriksaan CD4 setiap 6 bulan. Untuk pasien
dengan gejala stadium 2 atau nilai CD4 mendekati nilai batas,
frekuensi pemeriksaan CD4 dapat ditingkatkan. Pasien dalam
ARV harus diperiksa CD4 setiap 6 bulan bila stabil;
 Tes kehamilan diperlukan pada wanita yang memulai ARV
yang mengandung EFV dan bila dicurigai kehamilan pada
wanita yang mendapat EFV;
 Beberapa ahli berpendapat bahwa nilai prediktif monitoring
enzim hati rutin adalah rendah. WHO merekomendasikan
monitoring enzim hati tergantung gejala yang muncul.
Monitoring teratur enzim hati dalam 3 (tiga) bulan pertama
dan selanjutnya tergantung gejala yang timbul
direkomendasikan pada pasien wanita dengan CD4 lebih dari
250/mm3 dan penderita ko-infeksi Hepatitis B atau C dengan
penyakit hati lain;
 Monitoring rutin (setiap 6 bulan), apabila memungkinkan tes
kimia lengkap terutama profil lipid, ALT dan fungsi ginjal
harus dipertimbangkan pada penderita yang mendapat
regimen lini II;
g. Substitusi
Substitusi obat dilakukan bila ditemukan toksisitas obat grade 3
atau 4 menurut WHO.
Pemilihan obat substitusi
Toksisitas ARV I dan rekomendasi substitusi

ARV Toksisitas Saran Substitusi


Anemia berat a atau b d4T
AZT
Asidosis laktat TDF atau ABCd
Asidosis Laktat
TDF atau ABCd
d4T Lipoatrophy / sindrom metabolik e
Neuropati Periferal AZT
Toksisitas sistem saraf pusat persisten
NVP atau PIh
dan berat f
EFV Potensial teratogenisitas (trimester
pertama kehamilan atau wanita yang NVP atau PIh
tidak menggunakan kontrasepsi adekuat)
Hepatitis EFV atau PIh
Reaksi hipertensitivitas
NVP
Rash berat atau life-threatening EFV atau PIh
(Stevensens-Jhonson syndrome) g

 Singkirkan malaria pada area endemis, anemia berat (grade 4)


adalah Hb , 6.5 g/dL
 Hitung neutrofil < 500/mm3 (grade 4)
 Intoleransi gastrointestinal berat yang menyebabkan tidak
dapat mengingesti ARV (misal. Mual dan muntah persisten)
 Re-inisiasi ARV tidak boleh mengandung d4T atau AZT.
Bila tersedia dapat diberikan TDF atau ABC;
 Substitusi d4T tidak dapat menghilangkan lipoatrophy;
 Misal. Halusinasi persisten atau psikosis;
 Rash berat adalah rash luar dengan deskuamasi, angioedema,
atau reaksi menyerupai serum sickness; atau rash dengan
gejala konstitusionalseperti demam, lesi oral, blistering,
edema muka, atau conjunctivitis; stevensens-jhonson
syndrome dapat fatal. Life threatening rash, substitusi ke EFV
tidak direkomendasikan, walaupun hal ini pernah dilaporkan
di thailand tanpa muncul rash.
 PI dicadangkan untuk lini 2
h. Kegagalan terapi ARV
Kriteria Kegagalan ARV

Kegagalan klinisa Kondisi stage 4 baru atau rekurenb.c

CD4 turun ke nilai pre therapi atau lebih


rendah ; atau turun 50 % dari nilai
Kegagalan CD4d tertinggi selama ARV (bila diketahui ):
atau CD4 menetap ,50/mm

Kegagalan virologicalg Viral load diatas 10.000 copies/ml

 Harus dibedakan dengan IRIS


 Termasuk TB Paru, Infeksi bakterial berat
 Kecuali limfadenopatiTB, penyakit pleura Tb inkomplikata,
kandidiasis esofageal, pneumonia bakterial rekuren
 Tanpa infeksi penyerta yang menyebabkan penurunan CD4
transien
 Bila dapat dilakukan

4.1.3 Regimen lini 2

Regimen lini 2
Regimen lini 1 Komponen PI
Komponen RTI
Standar AZT/d4T + 3TC + NVP / EFV Ddl + ABC atau TDF + PI
ABC atau TDF + 3 TC
(± AZT)a

Bila tersedia akses terhadap obat lini 2. Bila tidak tersedia obat, lini 1
dilanjutkan

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU TATALAKSANA INFEKSI OPORTUNISTIK (IO) PADA PENDERITA
HIV / AIDS

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016

Jl.Jend Ahmad yani No.2


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur
5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap
5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PEMBERIAN COTRIMOXAZOLE PROFILAKSIS

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016

Jl.Jend Ahmad yani No.2


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Pemberian Co-Trimoxazole Profilaksis adalah bagian dari standar pelayanan
untuk pencegahan pneumocystis Jiroveci Pneuminia (PCP) dan Toxoplasmosis
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Kriteria Diagnosis :


4.1.1. Sebagai Prifilaksis Primer :
- Semua pasien simtomatik stadium 2, 3, 4 WHO
- Pasien asimtomatik dengan jumlah CD4 < 200
- Pada wanita hamil dengan persyaratan diatas, pemberian Co-
trimoxazole tanpa memandang umur kehamilan

4.1.2. Sebagai Profilaksis Sekunder :


Pada semua pasien yang pernah terinfeksi PCP, toxoplasmosis.
4. 2. Penatalaksanaan
4.2.1 Rejimen Obat
1 x sehari 1 tablet double strength (DS) atau 1 x 2 tablet single
strenght (SS).
DS = Sulfametoxazole 800 mg + trimetoprim 160 mg
SS = Sulfametoxazole 400 mg + trimetoprim 80 mg
Pada kasus adanya reaksi obat :
- Grade 1 : erythema ; lanjutkan co-trimoxazole dengan observasi
cermat, berikan antihistamin.
- Grade 2 : maculo papular rash yang difuse, deskuamasi kering;
lanjutkan co-trimoxazole dengan observasi cermat dan follow up,
berikan anti histamin.
- Grade 3 : vesikel, ulcerasi mukosa ; hentikan co-trimoxazole
sampai reaksi hilang (biasanya 2 minggu) dan kemudian
pertimbangkan pemberian ulang dengan desensitisasi.
- Grade 4 : dermatitis exfoliatif, steven jhonson syndrom atau
eritema multiforme, hentikan co-trimoxazole secara permanen.

Protokol desensitisasi co-trimoxazole

Hari 1 : 80 mg sulfametoxazole + 16 trimetoprim ( 2 ml suspensi);


Hari 2 : 160 mg sulfametoxazole + 32 trimetoprim ( 4 ml suspensi);
Hari 3 : 240 mg sulfametoxazole + 48 trimetoprim ( 6 ml suspensi);
Hari 4 : 320 mg sulfametoxazole + 64 trimetoxazole ( 8 ml suspensi);
Hari 5 : 1 tablet SS
Hari 6 : 2 tablet SS atau 1 tablet DS

4.2.2 Rejimen alternatif


Jika co-trimoxazole tidak dapat ditoleransi, berikan dapsone 50 mg PO
2 x sehari atai 1 x 100mg

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU PENGELOLAAN PENDERITA HIV DENGAN KO-INFEKSI
MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016

Jl.Jend Ahmad yani No.2


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Standar pelayanan medis ini merupakan pedoman bagi pengelolaan penderita
ODHA yang disertai dengan penyakit tuberkulosis (TB) baik secara diagnosis
dugaan maupun pasti. TB adalah penyakit penyerta dan penyebab kematian yang
paling sering mempengaruhi penderita dengan infeksi HIV. Karena kerentanan
imunologis pasien saat terinfeksi HIV, kemungkinan terjadinya oleh infeksi
M.tuberculosis meningkat sampai 20 x lipat (Ref), dan besar kemungnannya hal
tersebut akan mengancam jiwa. Sebaliknya, adanya infeksi TB pada orang dengan
ODHA mengakibatkan keadaan penyakit AIDS-nya memburuk dengan lebih
cepat.
Penyakit TB yang muncul pada penderita HIV dapat terjadi dengan gambaran
klinis yang tipikal (khas) maupun tidak. Gambaran yang tidak khas muncul lebih
sering pada penderita dengan tingkat penurunan kekebalan imunitas yang lebih
berat. Munculnya penyakit TB pada ODHA dapat terjadi di semua fase
perkembangan infeksi HIV, baik sebelum infeksi HIV bermanifestasi sebagai
penyakit maupun saat pasien menjadi AIDS. Tambahan lagi, penyakit TB dapat
terjadi di paru maupun di luar paru.
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Diagnosis
Pada TB paru, gejala yang sering timbul adalah :
- Batuk yang lama selama lebih dari 3 (tiga) minggu dan tidak membaik
dengan pengobatan antibiotik biasa;
- Produksi dahak yang produktif, purulen, kadang disertai dengan bercak
darah;
- Demam atau panas badan ringan atau tinggi;
- Berkeringat pada malam hari;
- Penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.

Disamping gejala diatas, untuk dapat mengkategorikan penderita TB-HIV


dengan baik, perlu ditanyakan apakah ada riwayat pengobatan TBC
sebelumnya. Adanya riwayat penyakit TB dapat diketahui bila ia pernah
dikatakan sakit TB atau mendapatkan obat TB yang berjumlah paling
sedikit 3 (tiga) macam disertai obat yang membuat urine berwarna merah.
Bila ya apakah obat yang diberikan di konsumsi secara lengkap sampai 6
bulan atau tidak. Apakah dokter atau Puskesmas sudah menyatakan
sembuh.

TB ekstraparu dapat menunjukkan gejala – gejala diatas disertai dengan


gejala yang berhubungan dengan lokasi radangnya. Manifestasi yang
tersering adalah : limfadenitis, efusi pleura, peritonitis, TBC milier,
meningitis. Gejala tersebut kemudian lebih jarang ditemukan, yaitu :
perikarditis, artritis, osteomielitis atau enteritis dll. Pada penderita HIV-
AIDS yang dialami, gejala TB paru dan gambaran foto thoraks ditemukan
lebih tidak tipikal ( Tabel 1. )

Tabel 1. Gejala Klinis dan radiologis TB Paru yang berkaitan dengan derajat immunosupresi
Immunosupresi ringan Immunosupresi Berat
Gejala dan tanda klinis Gambaran Klinis menyerupai TB Gambaran atipikal menyerupai TB
paru disertai batuk yang berdahak paru primer

Pemeriksaan hapusan dahak dapat Sediaan apus putum positif sulit


menunjukkan hasil yang + ditemukan

Foto Thoraks Biasanya menunjukkan gambaran Gambaran thoraks dapat


menyerupai TB Paru pada non menyerupai pneumonia bakterial,
ODHA : infiltrasi unilateral, atau bilateral
- Infiltrasi lobus atau dan/atau dapat ditemukan pada lobus bawah.
bilateral Lesi di lobus atas atau kavitasi lebih
jarang ditemukan. Penyakit TB
- Kavitasi Paru tak dapat disingkirkan dengan
- fibrosis pemeriksaan foto thoraks

4. 2. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti penyakit TB hanya dapat ditentukan dengan keberhasilan


menunjukkan adanya kuman M.tb/BTA dengan pemeriksaan mikroskopik
atau dengan mebiakkan kuman M.tb [TB guideline]. Untuk upaya ini,
diusahakan agar bahan pemeriksaan diambil sesegera mungkin, sebelum
obat TB dimulai, dari bahan yang sesuai dengan penyakitnya. Bahan
pemeriksaan harus segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan.

Hasil pemeriksaan mikrobiologi yang negatif tidak dapat menyingkirkan


diagnosis tuberkulosis [Ref]. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan
seperti pemeriksaan thoraks foto PA, pemeriksaan histopatologis,
pemeriksaaan sitologi [Ref]. Pemeriksaan Mantoux test tidak banyak dapat
membantu untuk menegakkan diagnosis karena respons immunologik yang
rendah pada penderita HIV-AIDS [Ref]. Bila bukti klinis menunjang dengan
kuat tetapi pemeriksaan penunjang tidak memberikan hasil positif, penderita
harus mendapatkan therapi aksjuvantibus, disertai penilaian responsnya pada
kunjungan berikutnya.
4. 3. Pembagian kategori penderita
Untuk penatalaksanaanya yang rasional, penderita dibagi ke dalam kategori
sebagai berikut :

4.3.1 Penderita HIV dengan TB Paru BTA Positif :


- Satu pemeriksaan sputum BTA Positif dengan
- Adanya infeksi HIV yang dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium atau
- Bukti klinis yang kuat akan adanya infeksi HIV

4.3.2 Penderita HIV dengan TB Paru BTA negatif :


- Terdapat paling sedikit 2 (dua) kali pemeriksaan dahak yang
menunjukkan hasil negatif dan
- Pemeriksaan radiologis konsisten dengan gambaran tuberkulosis
aktif dan
- Adanya infeksi HIV yang dibuktikan secara laboratorium atau
- Adanya bukti klinis yang kuat akan adanya infeksi HIV dan
- Adanya keputusan dari klinisi untuk memberikan pengobatan
tuberkulosis yang lengkap atau
- Pasien dengan pemeriksaan sputum BTA negatif tetapi pemeriksaan
kultur menunjukkan hasil yang positif untuk M. tuberkulosis

Algorithm for the diagnosis of tuberculosis in ambulatory HIV-


positive patient
Ambulatory patient with cough 2 – 3 weeks and no danger signs a

AFB
HIV test b

HIV + or status unknown c

AFB positive d AFB positive d

Threat for TB CXR e


CPT d TB likely Sputum AFB and culture g
HIV assesment f Cinical asessment g

TB unlikely

AFB positive d AFB positive d

Responsel No or patial response Responsel


Reassess for TB

4.3.3 Penderita HIV dengan tuberkulosis ekstraparu


- Terdapat hasil pemeriksaaan kultur positif atau BTA positif dari
spesimen yang diperoleh dari satu lesi ekstrapulmonal atau
- Pemeriksaan histopatologis menunjukkan bukti klinis yang
konsisten dengan tuberkulosis ekstrapulmonal yang aktif dan
- Adanya infeksi HIV yang dibuktikan secara laboratorium atau
- Adanya bukti klinis yang kuat akan adanya infeksi HIV dan
- Adanya keputusan dari klinisi untuk memberikan pengobatan
tuberkulosis yang lengkap
4.3.4 Penderita HIV dengan tuberkulosis berat / memerlukan segera
(paling sedikit 1 gejala)
- Tak dapat berjalan tanpa dibantu
- Frekuensi nafas lebih dari 30 kali permenit
- Panas badan lebih dari 390 C
- Nadi lebih cepat dari 120 kali permenit
4. 4. Penatalaksanaan
4.4.1 Pengobatan TBC
Rawat pasien TB sesuai panduan program nasional tuberkulosis dan
bekerjasama dengan otoritas lokal seperti tim DOTS Rsud
Palabuhanratu dan pengawas tingkat kabupaten. Daftarkan pasien
untuk memperoleh obat program TB nasional dan memastikan agar
penderita bisa mendapatkan pengelolaan tindak lanjutan dengan tepat.
Tabel 2. Anjuran rejimen terapi TB untuk penderita TB-HIV sesuai
dengan kategori diagnosis TB

Kategori yang
Hasil
Lokasi Penyakit Tipe Pasien dianjurkan
Laboratorium

Baru Kat 1
TB Paru BTA Positif

Lama Relaps Kat 2

Kembali setelah Kat 2


gagal
Kembali setelah Kat 2
putus berobat

MDR tb atau kronik Kat 4

BTA Negatif Kat 1 atau 3

Extrapulmonary Kat 1 atau 3

Rejimen obat yang diberikan sesuai dengan pola program TB nasional


sebagai berikut dalam tabel 3.

Kategori Fase intensif Fase intermiten


2 – 3 bulan pertama 4 – 6 bulan kemudian
I 2RHEZ 4 R3H3
4 RH
6 HE
II 2RHEZS – 1RHEZ 5R3H3E3
III 2RHZ 4 R3H3
4 RH
6 HE
Chronic case, refer to specialized Chronic case, refer to specialized
IV
center center

Monitoring kesembuhan pada penderita dengan sputum BTA positif,


monitoring keberhasilan lakukan pemeriksaan sediaan apus sputum BTA
dengan pola sebagai berikut :
- Pada akhir fase awal
- Saat fase lanjutan – pada akhir bulan 5
- Saat perawatan selesai – bulan 6 atau 8
Bila menggunakan rejimen kategori 1 dan ditemukan hasil pemeriksaan
yang positif pada akhir fase intensif. Ulangi lagi pemeriksaan foto thoraks
sebagai alat pemeriksaan penunjang tidak diperlukan untuk monitoring
keadaan penderita dan dianggap mubazir (ref : panduan program TB
nasional).

4.4.2 Pemberian obat ARV


Waktu dan urutan pemberian obat TB dan obat HIV sangat penting untuk
diperhatikan, pemberian ARV yang terlalu cepat akan dapat memberikan
reaksi paradoksial. Bila memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
CD4 pada penderita yang baru di diagnosis agar dapat ditentukan waktu
pemberian ARV terbaik (tabel 4).
Secara umum di tentukan bahwa sebaiknya terapi TB diselesaikan dahulu
sebelum memulai perawatan ARV, kecuali jika ada resiko tinggi terjainya
perburukan AIDS dan kematian pada saat terapi TB. Jika pengobatan TB
perlu diberikan bersama dengan HIV bersamaan, pilihan obat lini pertama
sebaiknya terdiri dari ZDV/3TC ditambah NNRTI atau ABC. Bila
digunakan regimen berbasis NNRTI, maka EFZ adalah obat terpilih
mengingat potensi terjadinya hepatotoksisitas terapi TB akan lebih kecil
dibandingkan dengan NVP.
Kecuali untuk SQV/r, PI’s tidak direkomendasikan untuk diberikan selama
terapi TB dengan rifampicin karena adanya interaksi dengan obat tersebut
(tabel 4).

Tabel 4. Timing pemberian terapi ARV

CD4 cell count Anjuran ARV Timing pemberian ART


sehubungan dengan mulainya
terapi TB
CD4 < 200 ARV dianjurkan untuk Antara 2 sampai dengan 8
diberikan a minggu sesudah terapi TB b
CD4 antara 200-350 ARV dianjurkan untuk Sesudah 8 minggu terapi TB
cells/mm3 diberikan
CD4 > 350 sel / mm3 Tunda pemberian ARV c Evaluasi ulang pasien setelah 8
minggu dan pada akhir terapi
TB
CD4 tidak diperiksa ARV dianjurkan untuk Antara 2 sampai dengan 8
diberikan d minggu setelah terapi TB

a. Dianjurkan menggunakan rejimen yang menggunakan EFV sebagai lini pertama, sebagai alternatif
dapat digunakan NVP dan NRTI (berbasis TDF atau ABC). Untuk rejimen yang mengandung
NVP, pemeriksaan SGPT harus dilakukan di setiap;
b. ARV harus segera di mulai setelah terapi TB dapat ditoleransi, terlebih lagi pada penderita dengan
gangguan imunosupresi yang berat;
c. ARV harus segera di mulai bila ada kelainan / penyakit stadium 3 atau 4 lain ditemukan;
d. Untuk penyakit tbc tanpa komplikasi yang umumnya memberikan respons yang baik pada terapi
tb (limfadenopati, pleura efusi), penundaan terapi ARV harus dipertimbangkan.

4.4.3 TB yang timbul saat penderita sedang menjalani terapi ARV


Bila tuberkulosis timbul pada saat penderita sudah menjalani terapi
ARV, rejimen terapi ARV perlu di substitusi. Pola substitusi ARV
adalah sebagai tercantum dalam tabel 5.

Tabel 5. Anjuran modifikasi pengobatan ARV pada penderita


yang menderita TB dalam 6 bulan pertama terapi ARV
Rejimen ARV saat Pilihan Terapi
Lini pertama atau Kedua
penyakit TBC timbul
Lini Pertama Lanjutkan dengan 2 NRTI’s atau EFV
2 NRTI + EFV

2 NRTI + NVP Ganti ke EFV atau


Ganti rejimen triple NRTI
Lanjutkan dengan 2 NRTI + NVP

Lanjutkan dengan rejimen triple NRTI


Rejimen triple NRTI

Lini Kedua 2 NRTI + PI Ganti atau Lanjutkan (kalau sudah mulai)


rejimenLPV/r atau rejimen dengan SQV/r.
Sesuaikan dosis dengan RTV

4.4.4 Reaksi pradoks / Sindroma reaksi rekonstitusi imun (IRIS)


Sindroma rekonstitusi imun dapat muncul dalam bentuk perburukan
gejala klinis TB setelah perbaikan. Reaksi IRIS dapat muncul pada
lebih kurang 1 dari 3 penderita TB-HIV yang memulai terapi ARV.
Umumnya IRIS muncul pada 3 bulan pertama mulainya terapi ARV
tetapi paling cepat dapat muncul setelah 5 hari. Gejala yang sering
ditemukan adalah panas badan, perburukan dari limfadenopati dan
penyakit parunya. Pada kebanyakan kasus IRIS dapat sembuh sendiri.
Pada reaksi yang berat, misalnya pada pembekakan limfadenopati
yang besar, bahkan mengganggu pernafasan diperlukan terapi
kortikosteroid.

4. 1. Bahan / Peralatan
- Formulir standar pengelolaan ARV, Baseline, Follow up, Registrasi
- Formulir standar pengelolaan TB, TB01, TB02, TB05, TB06
- Sputum pot steril
- Wadah pengumpulan spesimen
- Alat – alat untuk pengumpulan spesimen darah
- Obat tuberkulosis
- Obat ARV

4. 2. Indikator klinis
4.2.1 Awal
 Diagnosis TB berdasarkan kategori
- TBC paru BTA (+) (baru, kambuh, kembali setelah DO, transfer)
- TBC paru BTA (-), rontgen + (baru, kambuh, kembali setelah DO,
transfer), + kultur sputum untuk TBC*
- TBC ekstra paru
 Diagnosis HIV berdasarkan stage
- Stage 1-4
- Dengan sakit berat ?
- Infeksi Oppotunistik
- Tipe Resiko
 Status ARV (belum, first line, second line, gagal)
4.2.2 Selama Pengobatan
 Nilai kepatuhan pada pengobatan TB
 Nilai kepatuhan pada pengobatan ARV
 Kejadian efek samping obat, dan yang mana ?
 Kejadian sindroma Reaksi Rekonstitusi Imunologi
 Konversi Sputum BTA bulan ke-2
 Konversi Sputum kultur bulan ke-2, dan ke 5*
 Nilai kadar CD4* dan viral load

4.2.3 Akhir Pengobatan


 Kriteria TB (sembuh, komplit, putus berobat, meninggal, gagal,
transfer)
 Kriteria HIV (kapan ?) (……… , meninggal, transfer)
 Sembuh / perbaikan / mati
 Konversi sputum BTA di akhir terapi
 Nilai CD4 dan viral load

4. 3. Alur pasien masuk dan pencatatan


4.3.1 Alur pasien masuk dan pasien dari poli TB / DOTS

Pasien TB 01, TB 03 Tambah Data


TB  Faktor Resiko

Nilai Faktor
Tidak
Resiko HIV

ya

VCT / PITC TB 01, TB 03 Isi Data


 VCT Nomor
 VCT Tanggal

Testing Tidak
Isi Data
 Asal Pasien
Register VCT
 Tanggal Terima
ya  No. Reg TB

Hasil ? Neq
TB 01 Isi Data
 No. Reg HIV

Dos

Register HIV Isi Data


 Asal Pasien
 Tanggal Terima
Perawatan
Baseline HIV  No. Reg TB
HIV
 Tgl mulai th TB
4.3.2 Alur pasien masuk dan pasien dari poli anyelir

Pasien Register HIV Isi data


anyelir  Suspek TB

Nilai TB
TB 06 Melati Isi data
Algoritma Tidak TB 05* ke lab  Suspek TB
Diagnostik suspek
 No. Lab TB04

suspek

Laboratorium Baseline HIV Isi data


Sputum BTA  Hasil Sputum
Sputum kultur  Hasil toraks
Toraks foto  Hasil penilaian TB
Algoritma TB*

Diobati TB Tidak

ya
TB 01 Isi data
 No reg HIV
 Tanggal Masuk
Kirim Poli DOTS
Pengobatan TB
Baseline HIV Isi data
 No reg TB
 Tgl mulai th TB
 Kategori TB

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PENANGANAN JENAZAH INFEKSIUS

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.5/SOP.RAJAL/2016
Jl.Jend Ahmad yani No.2
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Jenazah Infectious adalah jenazah yang berpotensial menularkan penyakit
wabah yang beresiko tinggi
1. 2. Penyakit wabah beresiko tinggi adalah penyakit yang mudah menular dan
mengancam kematian

2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Kriteria Diagnosa :


4.1.1. Diagnosa pada Surat Keterangan Kematian
 Avian flu
 SARS
 HIV
 Hepatitis
4.1.2. Keterangan dari penyidik
4.1.3. Jenazah tak dikenal yang mencurigakan
4. 2. Penatalaksanaan

4.2.1 Persiapan Perawatan


 Setiap orang yang terlibat langsung menangani harus
menggunakan APP
 Menggunakan sarung tangan rangkap 2 (dua)
 Mencuci tangan dengan sabun tetap dilakukan sesudah melepas
sarung tangan
 Keluarga tidak boleh memeluk dan mencium jenazah

4.2.2 Perawatan Jenazah


 Dilakukan secepatnya, jangan ada waktu terbuang
 Tidak lebih dari yang diperlukan
 Perawatan jenazah di ruang perawatan
 Pemberitahuan ke kamar jenazah;
 Alat kesehatan (infus set, catheter, maag slang, dll) dilepas,
dimasukkan ke dalam kantung berisi disinfektan dan
diperlakukan sebagai sampah medis;
 Setiap luka ditutup plester kedap air;
 Jenazah dimasukkan kedalam kantong/karung plastik tembus
pandang, dikirim ke kamar jenazah pakai brankar stainless
steel;
 Kain/linen bekas direndam dalam sodium hypochlorite
selama ½ jam (30 menit) sebelum dicuci;
 Brankar dan alat lain yang berhubungan dengan
jenazah/cairan tubuh jenazah di disinfeksi dengan sodium
hypochlorite.

 Perawatan di kamar jenazah


 Plastik pembungkus jenazah dibuka / digunting memanjang di
tengah;
 Disiram pelan-pelan dengan sodium hypochlorite,
Pakaian/penutup jenazah dibuka dan langsung direndam
dalam sodium hypochlorite;
 Jenazah dimandikan dengan sodium hypochlorite yang diikuti
dengan tata cara ritual agama, dapat dilakukan oleh petugas
kesehatan atau petugas keagamaan di bawah supervisi dokter;
 Membersihkan rongga mulut dan lubang-lubang tubuh lain
menggunakan forceps atau alat lain yang sesuai;
 Embalming, dengan larutan formalin
 Semua lubang tubuh ditutup dengan kapas formalin lembab;
 Luka/Isei kulit ditutup dengan kapas/kassa formalin lembab
dan direkat/ditutup dengan plester kedap air
 Menutup/membungkus jenazah :
- Jenazah muslim dimasukkan ke dalam kantung plastik
tembus pandang, kemudian bungkus dengan kain kafan;
- Jenazah non muslim dikenakan pakaian kemudian
dimasukkan ke dalam kantung plastik tembus pandang.
atau Dapat dimasukkan ke dalam Peti.

 Mencuci tangan setelah melepaskan APP;


 Desinfeksi ruang perawatan jenazah dengan sodium
hypochlorite.

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
PENATALAKSANAAN INFEKSI HIV/AIDS
dan
INFEKSI OPORTUNISTIK
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian 1. 1. Infeksi HIV /AIDS adalah : Kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
oleh Human Immunodefisiency Virus (HIV), yang merusak sistem
kekebalan tubuh penderita dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi oportunistik yang
ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pengguna
narkoba suntik, hubungan seksual kelamin sejenis maupun antar jenis
kelamin, juga dapat ditularkan kepada bayi pada masa kehamilan, ketika
melahirkan dan bila menyusui.
1. 2. Infeksi Oportunistik adalah : infeksi yang disebabkan kuman selain HIV
yang menyertai penderita HIV/AIDS akibat daya tahan tubuh yang menurun

2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Kriteria Diagnosis : (penderita rawat inap / rawat jalan)


4.1.1. Anamnesis :
- Riwayat narkoba suntik
- Riwayat demam lama
- Riwayat batuk lama
- Riwayat diare lama
- Riwayat sariawan
- Riwayat sakit kepala, gangguan penglihatan, kelumpuhan
- Riwayat penyakit kelamin
- Riwayat penyakit kulit
- Riwayat hub. Seksual yang tidak aman (sejenis/antar sejenis)
- Riwayat penurunan berat badan

4.1.2. Pemeriksaan Fisik :


- Tanda vital, status gizi
- Kepala : Mata : konjungtiva dan sklera, gangguan pandangan
Lidah : oral thrus, deviasi
- Leher : kaku-kuduk, pembesaran kelenjar
- Dada : Paru : perubahan suara nafas, suara nafas tambahan
Jantung : Pembesaran jantung, perubahan bunyi jantung
- Perut : Pembesaran perut, pembesaran hati, pembesaran limpa,
kontur usus, nyeri tekan, pengumpulan cairan rongga
perut, dll
- Alat kelamin : duh tubuh, dll
- Anggota gerak : tanda bekas suntukan, bercak kemerahan,
papul dll
Kelumpuhan
Pembengkakan
Pengecilan anggota gerak dll
4. 2. Pemeriksaan Penunjang
4.2.1 Pemeriksaan Laboratorik/Mikrobiologik :
- Antibodi HIV, dengan 3 (tiga) metode berbeda
- CD4
- Pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai dengan infeksi
Oportunistikyang menyertai penderita, seperti : Pemeriksaan dahak,
kultur dan resistensi (TB paru, PCP, Infeksi paru karena
bakteri/jamur), fungsi faal hati serta pertanda hepatitis B dan
hepatitis C, lg G Toxoplasma, LDH, alkali-fosfatase, pemeriksaan
cairan ascites, cairan selaput paru dan otak secara kimia maupun
biakan, bila diperlukan serta analisa gas darah dan aspirasi sumsum
tulang untuk biakan dan pemeriksaan apusan sumsum tulang atas
indikasi.

4.2.2 Pemeriksaan Radiologik


- Foto dada (PA,AP,Lateral)
- USG abdomen (hati,limpa,kelenjar getah bening perut)
- CT scan (kepala, bagian tubuh lain)
4.2.3 Pemeriksaan Patologik
- Aspirasi jarum halus/biopsi jaringan (kulit, kelenjar getah bening,
jaringan tubuh lain)
4. 3. Penatalaksanaan
4.3.1 Penderita Rawat inap :
- Tirah baring;
- Pemantauan keadaan umum penderita;
- Pemberian cairan infus yang sesuai dengan keadaan medis
penderita;
- Pemberian oksigen atas indikasi medis;
- Asupan nutrisi;
- Penatalaksanaan infeksi oportunistik, skrining TB (kuesioner
skrining TB);
- Konseling kepatuhan (adherence) sebelum ARV;
- VCT/PITC pasangan;
- Pemberian ARV, setelah memungkinkan;
- Pemasangan akses vena besar (CVP) bila diperlukan penderita;
- Perawatan ICU bila memerlukan ventilasi mekanik.
4.3.2 Penderita Rawat jalan :
- Penderita infeksi HIV/AIDS, tanpa indikasi rawat inap;
- Penderita kunjungan pertama;
- Penderita kunjungan setelah kunjungan pertama;
- Pementuan infeksi oportunistik/skrining TB dan terapi profilaksis
infeksi oportunistik;
- VCT/PITC untuk pasangan;
- Dukungan LSM;
- Konseling kepatuhan (adherence) sebelum ARV;
- Pemberian ARV, bila memungkinkan;
- Pemantauan efek samping ARV;
- Pemantauan kepatuhan berobat.
4. 4. Konsultasi : ke disiplin ilmu terkait, seperti kolaborasi TB-HIV konsultasi
ke sub Bagian Pulmonologi
4. 5. Perawat Rumah Sakit : lampiran protokol
4. 6. Terapi : lampiran protokol
4. 7. Izin Tindakan : lampiran protokol
4. 8. Lama Perawatan : lampiran protokol
4. 9. Indikator klinis : penurunan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan
oleh infeksi HIV/AIDS

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU
STANDAR PELAYANAN MEDIS TOKSOPLASMOSIS SEREBRI

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Toksoplasmosis serebri adalah : penyakit yang disebabkan oleh infeksi pasatit
Toxoplasma gondii varian gondii dan/atau gatii di dalam sistem saraf manusia.
Kelainannya dapat berupa ensefalitis (radang otak) atau abses. Merupakan
penyebab abses otak tersering pada penderita AIDS
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4. 1. Kriteria Diagnosis


4.1.1. Anamnesis
Tidak ada anamnesis yang spesifik pada toksoplasmosis serebri.
Keluhan yang sering didapatkan adalah nyeri kepala, demam,
perubahan tingkah laku. Yang berjalan subakut sampai beberapa
minggu.
4.1.2. Pemeriksaan Fisik
Kadang – kadang bisa dijumpai tanda neurologi fokal (misalnya
hemiparesis, kelumpuhan saraf kranial) atau kejang, tergantung letak
lesi yang ada di dalam kepala. Dapat dijumpai papiledema dengan
tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial yang jelas.

4. 2. Pemeriksaan penunjang
4.2.1 Laboratorium
- Delapan puluh persen (80%) pasien dengan toksoplasmosis serebri
mempunyai CD4<100;
- Imunoglobulin biasanya positif, terutama IgG, Jarang didapatkan
IgM yang positif;
- Pemeriksaan CSS tidak memberi nilai diagnostik yang bermakna
4.2.2 Radiologi
Pada pemeriksaan CT scan didapatkan lesi multipel berbentuk cincin
yang menyangat dengan pemberian kontras, 27-43% berupa lesi
tunggal. Pada 10% kasus tidak didapatkan lesi
4. 3. Penatalaksanaan :
4.3.1 Medikamentosa :
- Pengobatan diberikan minimal 6 (enam) minggu
- Umumnya gabungan antara pirimetamin, sulfadiazin dan asam
folinat atau pirimetamin, klindamisin dan asam folinat
4.3.2 Follow Up pengobatan
- Karena seringkali toksoplasmosis serebri sulit debedakan dari lesi
lain di otak, pengobatan toksoplasmosis dilaksanakan secara
exjuvanibus. Respon yang baik terhadap pengobatan selama 2 (dua)
minggu + perbaikan gambaran CT scan kepala, mengkonfirmasikan
diagnosis;
- Evaluasi setelah 6 (enam) minggu meliputi evaluasi keadaan klinis
dan gambaran CT scan. Jika didapatkan perbaikan, pengobatan
dapat diganti ke regimen pencegahan sekunder.
4. 4. Pencegahan
4.4.1 Pencegahan paparan terhadap toksoplasma
- Penderita HIV harus diperiksa IgG toksoplasmanya untuk
mengetahui ada/tidaknya infeksi laten T.Gondii;
- Penderita HIV dianjurkan untuk menghindari kemungkinan kontak
dengan sumber infeksi toksoplasma seperti daging yang tidak
dimasak dengan baik, buah dan sayuran mentah, dll.
4.4.2 Pencegahan Primer
- Penderita HIV dengan CD4<100 dianjurkan minum pencegahan
primer terhadap toksoplasmosis (Trimetoprim-Sulfametoksazol
sediaan forte 1x sehari)
- Jika ada perbaikan klinis dengan pemberian HAART, yang ditandai
dengan CD4 > 200 selama setidaknya 3(tiga) bulan, dapat
dipikirkan penghentian pencegahan primer
4.4.3 Pencegahan Sekunder
- Setelah pengobatan yang berhasil, dianjurkan untuk memberikan
chronic maintenance therapy berupa pirimetamin + sulfadiazin +
leucovorin atau pirimetamin + klindamisin + leucovorine selama
CD4 masih berkisar antara 100 – 200;
- Jika CD4 >200 selama setidaknya 3 (tiga) bulan setelah menjalani
pencegahan sekunder, dapat dipikirkan penghentian pencegahan
sekunder;
- Jika CD4 kembali turun menjadi <200, dilakukan pengulangan
kembali pencegahan sekunder.

4. 5. Konsultasi : ke disiplin ilmu terkait (Ilmu Penyakit Dalam)


4. 6. Perawatan Rumah Sakit : selama menjalani terapi toksoplasmosis penderita
dianjurkan dirawat di Rumah Sakit

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD RSUD
PALABUHANRATU STANDAR PELAYANAN MEDIS MENINGITIS JAMUR
(KRIPTOKOKUS)

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


Jl.Jend Ahmad yani No.2 445.5/SOP.RAJAL/2016
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu

PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit

Dr. H.Asep Rustandi


NIP 196106261989031005
1. Pengertian Peradangan selaput otak dengan penyebab spesifik yaitu jamur Cryptococcus
neoformans. Jamur ini merupakan penyebab meningitis tersering pada penderita
AIDS, disamping kuman tuberkulosis.
2. Tujuan
3. Kebijakan 3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996 Tentang
Standar Pelayanan Keperawatan ;
3. 6. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/ 2001 Tentang
Registrasi Dan Praktek Perawat ;
3. 7. Keputusan Menteri Kesehatan No 900/Menkes/SK/VII/ 2002 Tentang
Registrasi Dan Praktek Bidan ;
3. 8. Keputusan Menteri Kesehatan No 836/Menkes/SK/VI/ 2005 Tentang
Pedoman Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan ;
3. 9. SK Dirjen Yan Med No.Ym.00.03.2.6.7637 Tentang Berlakunya Standar
Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit 18 Agustus 1993;
3. 10. SK Dirjen Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.734 Tertanggal 17 Juli 1995
Tentang Berlakunya Instrumen Evaluasi Penerapan Sak Di Rumah Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata Kerja
Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.

4. Prosedur 4.1. Kriteria Diagnosis


Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
- Tidak ada anamnesis dan pemeriksaan fisik yang khas untuk meningitis
jamur. Seringkali penderita mengeluhkan nyeri kepala hebat
dengan/tanpa defisit neurologi.
- Riwayat kontak dengan kotoran burung tidak signifikan berhubungan
dengan kejadian meningitis jamur.
- Diagnosis pasti ditegakkan dengan didapatkannya jamur kriptokokus baik
dari pemeriksaan langsung, pemeriksaan serologi dan/atau kultur.
4.2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
- Diagnosis-pasti ditegakkan jika didapatkan jamur dengan bentuk khas
(budding) di dalam CSS dengan pewarna Tinta India;

- Pemeriksaan serologi (Cryptococcal antigen testing) memperkuat


diagnosis;
- Kultur mikroorganisme dapat dilakukan pada media umum atau
saburaud;
- Profil CSS pada meningitis bakteri menyerupai meningitis tuberkulosis.
4.3. Penatalaksanaan :
Setelah diagnosis ditegakkan, perlu segera diberikan antijamur dengan
pilihan sebagai berikut :
a. Amfoterisin-B 1.0 mg/Kg berat badan/hari + flusitosin 100 mg/Kg berat
badan/hari selama 2 (dua) minggu, diikuti dengan
b. Flukonazole per oral 800 mg/hari selama 8 (delapan) minggu
c. Untuk pasien yang sudah masuk dalam stadium AIDS : diikuti dengan
flukonazole oral 200 mg/hari untuk terapi supresif (sering terjadi kasus
relaps)

5. Unit Terkait 5. 1. Instalasi Rawat Inap


5. 2. Instalasi Gawat Darurat
5. 3. Instalasi Rawat Jalan
5. 4. Instalasi Rekam Medik
5. 5. Instalasi Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai