TERE LIYE
SINOPSIS NOVEL
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan Tania, seorang gadis perempuan yang
berasal dari keluarga yang kurang mampu. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika sang
ayah meninggal dunia, dan membuat ibunya menjadi tulang punggung keluarga kecil
yang terdiri dari Tania, dan seorang adiknya bernama Dede.
Hari itu malam mulai larut. Tania dan Dede mengamen di sebuah bis kota yang
penuh dengan orang-orang yang baru pulang kantor. Saat mengamen itulah, Tania
yang berbaju lusuh dan tidak memakai alas kaki menginjak sebuah paku payung,
menciptakan luka di telapak kakinya dan membuat darah segar mengalir deras.
Kotak tersebut berisi dua buah sepatu, satu untuk Tania dan satu untuk Dede.
Hari itu juga seseorang itu berkunjung kerumahnya, bertemu dengan ibunya. Ia
mengatakan kepada sang ibu bahwa ia akan menyekolahkan Tania dan Dede hingga
tamat.
Tania kemudian mulai merasakan perasaan ganjil itu: Jatuh cinta. Tetapi dirinya
masih terlampau kecil dan tidak mengerti akan perasaan yang menyelimuti hatinya itu.
Namun, tak lama setelah nasib baik itu menghampirinya, cobaan kembali datang
menerpa dirinya. Ibunya meninggal.
Hidup Tania terus berlanjut meski duka menyelimuti hatinya. Tak lama setelah
kepergian ibunya, Tania menerima beasiswa untuk bersekolah menengah
di Singapura. Dengan nasihat Danar, ia berangkat ke Singapura, meninggalkan Dede,
pusara ibu, dan tentu saja meninggalkan dia.
Saat itulah Danar dan kak Ratna menyampaikan bahwa mereka memutuskan
untuk menikah. Tania kaget bukan main. Setelah kepulangan mereka, Tania bertekad
untuk tidak datang ke acara pernikahan mereka.
Dan Tania benar-benar tidak datang, meski Danar sendiri yang memintanya.
Meski kak Ratna sudah mendatangi kediamannya di Singapura beberapa hari sebelum
pernikahannya, hanya untuk membujuk agar Tania mau datang ke pernikahan tersebut.
Tania tidak mau datang karena ia mengira jawaban dari pertanyaannya selama
ini tentang perasaan Danar yang sebenarnya sudah jelas didepan mata: Malaikatnya itu
tak pernah mencintainya. Padahal ia sudah berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk
pemuda itu, menuruti semua perkataannya, dan tumbuh menjadi gadis yang cantik,
cerdas, dan dewasa.
Semuanya terus berlanjut sampaiakhirnya suatu hari Tania menerima e-mail dari
kak Ratna yang bercerita tentang kehidupan rumah tangganya dengan Danar. Cerita-
cerita itulah yang kemudian membuat Tania memutuskan untuk kembali pulang.
Karena novel itu bercerita tentang Tania dan Danar. Tentang perasaan Danar
yang sebenarnya: bahwa ia juga memendam rasa yang sama kepada Tania. Tapi novel
itu berhenti, dan tidak akan pernah selesai, berhenti pada saat hari pernikahan Danar
dengan Kak Ratna.
1. Tema
Tema dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam
kutipan berikut:
“Ketahuilah, Tania dan Dede.... Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin....
Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..”
(hlm.63)
“Bahwa hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus
mengerti...pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami...pemahaman
yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu
datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
2. PENOKOHAN.
Tania (Tokoh ‘Aku’)
Tania adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab,
menepati janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu,
Tania juga seorang yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia
rela mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi
uang untuk kelangsungan hidup mereka.
Cerdas
“Setelah berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil
melampaui 0,1 digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan
peringkat terbaik.” (hlm. 127)
Cantik
“Aku tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan
panjang. Menurut seseorang yang akan penting sekali dalam semua
urusan malam ini: “mukamu bercahaya oleh sesuatu, Tania..”” (hlm. 15)
Membanggakan
“Lihatlah....Tania yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu
membanggakan ibu. Tania yang akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)
Danar.
Danar adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati,
penyayang, dan menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-
novel karyanya laku keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
Tampan
“Dia berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang
orangtuanya tinggal di Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman
dengannya. Teman-temannya ikut tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih
ramai.” (hlm. 95)
Baik
“Dia beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku.
Mengeluarkan saputangan dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor
dan hitam karena bekas jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung
saputangan. Kemudian membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm. 24)
“saat kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk
beli obat merah.” (hlm.24)
Dede.
Dede adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas,
memilki nalar yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali
menyeletuk dan mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Danar, Tania, dan
Kak Ratna. Ia memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan
dari Danar sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita
bersama Danar di kelas mendongeng.
Cerdas
“Dede ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.”
(hlm.44)
Pandai Bercerita
“kau pandai sekali bercerita. Dua kali lebih pandai dibandingkan Tania.”
(hlm.177)
Tampan
“you’re really handsome baby. So i think, all the girls wouldn’t mind seeing
you around the flat.” Anne seperti mendapatkan sansak baru, menggoda
adikku.” (hlm.174)
Ratna
Kak Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia
begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang
sebenarnya Danar simpan diam-diam.
Pengertian, mau mendengarkan, sabar
“Matang, pengertian, mau mendengarkan, dan penyabar. Aku menelan
ludah. Dalam beberapa hal, sifat baik itu ada pada kak Ratna, bukan
padaku.” (hlm. 206)
Cantik, berperawakan seperti artis
“Kak Ratna amat cantik, rambutnya panjang, dan pakaiannya modis.
Seperti artis-artis itu. Badannya wangi. Mukanya ber-make-up tipis. Cantik
sekali.” (hlm.39)
Penyabar
“Aku bahkan sudah hampir enam bulan jarang berbincang dengannya. Dia
lebih banyak diam. Lebih banyak menyendiri. Belum lagi kesibukan
kerjanya. Kami hanya saling menegur di pagi hari. Saat dia pulang. Dan
peluk cium sebelum tidur. Sisanya kosong.” (hlm. 211)
Ibu
Ibu adalah seorang wanita paruh baya yang sangat baik dan menyayangi
keluarganya. Beliau seorang pekerja keras yang rela membanting tulang untuk
bekerja serabutan agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya meski jauh dari
kata cukup. Ibu pengertian, serta sangat sabar dan tabah dalam menhadapi
kehidupan. Beliau juga seorang pencemas yang mengkhawatirkan anak-anaknya.
Pencemas
“Kata ibu,”Tania, hati-hatilah disana! Kita harus mengganti setiap barang
yang rusak karena kita sentuh! Jaga adikmu, jangan nakal...” (hlm.17)
Pekerja keras
“Seminggu kemudian Ibu mulai bekerja, menjadi tukang cuci di salah satu
laundry mahasiswa.” (hlm.35)
Pengertian
“Tadi Ibu bilang jangan ganggu dia dengan berbagai pertanyaan. “Oom
Danar lagi capek!” itu pesan Ibu.” (hlm.47)
3. ALUR
Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur.
Hal ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
I. Pengenalan/Awal cerita.
Awal Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di
sebuah toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang
kelak akan mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai
perasaan Tania, sang tokoh utama, yang kemudian berlanjut dengan
pengenalan berbagai tokoh dalam cerita ini.
II. Konflik/ awal permasalahan
Permasalahan/konflik dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai
merasa perasaan yang mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede,
dan Ibu berjalan bersama ke Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain
itu, konflik juga terjadi ketika Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan
Danar akan segera menikah.
V. Resolusi/Penyelesaian
Resolusi dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk
meninggalkan Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke
Singapura.
4. LATAR
Latar Tempat
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan
Singapura. Seperti ketika di Indonesia, novel ini mengambil latar tempat di:
o Rumah kardus Tania: “dan akhirnya sampailah kami kepada pilihan
rumah kardus.” (hlm.30)
o Lingkungan rumah kardus Tania:“Aku, adikku, dan Ibu sering duduk
dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang mekar tersebut
dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)
o Toko buku favorit Danar: “Lantai dua toko buku terbesar kota ini. Sudah
setengah jam lebih aku terpekur berdiam diri disini. Mengenang semua
kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)
o Rumah sakit: “menyuruh kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm.
57)
o Pusara Ibu: “Aku tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa
merapat ke pusara ibu.” (hlm. 195)
o Kontrakan Danar “Sehari setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah
ke kontrakannya.” (hlm. 67)
o Kelas mendongeng milik Danar: “..melainkan karena setiap hari Minggu
dia membuka kelas mendongeng di rumahnya..” (hlm. 37)
o Bandara: “Ketika tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di
lobbi kedatangan luar negeri.” (hlm. 78)
o Dunia Fantasi: “Sepanjang kami di Dunia Fantasi, Kak Ratna selalu berdiri
di sebelahnya.” (hlm. 39)
o Bandara Changi: “Pukul 15.00 aku mengantar mereka ke Bandara
Changi” (hlm. 102)
o Flat Tania: ”Aku terkesima saat membuka pintu flat.” (hlm.147)
o Chinatown: “Kami makan malam di Chinatown” (hlm. 98)
o NUS (National University of Singapore): “Aku mengajaknya jalan-jalan di
Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm. 100)
o Toko buku terbesar di Singapura:”Buktinya, saat Dede ingin membeli
buku-buku di salah satu toko buku terbesar di Singapura, ia hanya
mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)
o Auditorium tempat graduation Tania: “Ketika aku keluar dari ruangan
auditorium, dia memelukku erat-erat.” (hlm.129)
o Kelas mendongeng yang didirikan Tania: “Besok paginya saat hari
Minggu, setengah hari dihabiskan di kelas mendongeng. Kami (aku dan
Anne) menggunakan salah satu gudang di bangunan flat. Menyingkirkan
semua barang yang tidak perlu menyulapnya menjadi kelas mendongeng
yang nyaman.” (hlm. 176)
Latar Waktu
o Pagi hari: “Besok pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur,
saputangan itu dicuci.” (hlm. 24)
o Siang hari: “Kami makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)
o Sore hari: “Aku ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan
adikku pulang lebih lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)
o Malam hari: “Malam-malam duduk didepan kontrakan berlalu percuma.”
(hlm. 37)
Latar Suasana
o Menyenangkan: “Pesta sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski
bagiku itulah pesta terbaik selama ini)” (hlm. 95)
o Menyedihkan: “Kak.. kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng
lemah. Usianya delapan tahun, dan ia belum mengerti benar tentang kata
“kematian”” (hlm. 62)
o Mengharukan: “Tahukah kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca
mendengar pidatomu.” (hlm. 130)
o Mengagetkan: “Mukaku memang terlanjur memerah. Semua ini
mengejutkan.” (hlm. 131)
5. SUDUT PANDANG.
Sudut pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Cerita ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini.
Tercermin dalam kutipan berikut ini:
“Aku mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“Aku menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“Dia menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup
sekali.” (hlm.237)
6. Gaya Bahasa
o Simile: “Seseorang yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga
kami...” (hlm.128)
o Hiperbola
“Seseorang yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan
dirinya.” (hlm.129)
“Esok malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
o Personifikasi:
“Angin malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
7. Nilai-nilai
Nilai Sosial:
Saling menolong. Menolong orang dengan tidak memandang siapa yang
ditolong. Seperti Danar yang menolong Tania dengan tidak memandang siapa
Tania
Nilai Moral:
Sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat, Jika kita
ingin bersungguh-sungguh mencapainya seperti Tania yang pantang menyerah
menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya.
Selalu memegang janji atau amanah yang telah diberikan. (Aku menyeka
sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak
pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan
buruk itu).
8. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah
menerima. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang kita
inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu memang bukan
hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat, meski seberapa
susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita bertahan, dan meski
seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang tersebut, kita tidak akan
bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik
menurut kehendak Tuhan.
Dan ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang
negatif, hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang
itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya
bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih
bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik lagi,
seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap melanjutkan
hidup dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.