Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keanekaragaman spesies anggrek di indonesia sangat besar, diperkirakan sekitar 5000
spesies anggrek yang tersebar di hutan Indonesia. Keadaan ini merupakan potensi yang sangat
berharga bagi pengembangan anggrek di Indonesia. Terutama berkaitan dengan sumber daya
genetik angger yang sangat diperlukan untuk menghasilkan anggrek-anggrek silang yang baik
dan unggul. Anggrek merupakan tanaman hias yang bernilai esitika tinggi dan memiliki arti
penting dalam perdangan bunga. Selain Karena bunganya yang indah dengan warna yang
menarik anggrek dapat dijadikan sebagai tanaman pot maupun bunga potong. Tanaman anggrek
merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi dan sangat prosfektif
dibudidayakan. Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
bagian tanaman dalam kondisi aseptik sehingga dapat memperbanyak diri dan beregenerasi
menjadi individu baru yang utuh. Teknik kultur jaringan didasari oleh konsep totipotensi sel
yang artinya total genetic potential atau setiap sel dari tubuh multisel memiliki potensi
memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap (George dan Sherrington,
1984).
Adapun media yang digunakan dalam kultur jaringan anggrek tidak jauh berbeda dengan
media lainnya. Beberapa media yang digunakan untuk perbanyakan anggrek adalah Knudson 'C'
(Knudson, 1946), Wimber (Wimber, 1963) atau Fonnesbech (Fonnesbech, 1972) atau media MS
(Murashige and Skoog, 1962). Media yang digunakan umumnya media padat, kecuali Cattleya
yang dikulturkan dalam media cair. Media ini dipadatkan dengan Bacto agar (8 - 10 %). Sebagai
sumber karbon, sukrose ditambahkan dalam media (20 gr/L), atau kombinasi glukose (10%) dan
sukrose (10%). Hormon pertumbuhan ditambahkan dalam media ini dalam konsentrasi rendah.
Auksin yang digunakan antara lain IAA, IBA, NAA atau 2,4-D pada konsentrsi 1 mg/L karena
diduga auksin dapat merangsang pertumbuhan akar. Sitokinin yang digunakan umumnya adalah
Kinetin dan BAP pada konsentrsi 0.5 mg/L untuk merangsang pertumbuhan tunas (Mulyaningsih
dan Nikmatullah, 2006).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui tekhnik
kultur jaringan yang baik dan benar, dan dalam melakukan tekhnik kultur jaringan
tanamannya tidak terkontaminasi , serta untuk memperbanyak tanaman dengan cara
kultur jaringan pada kondisi yang aseptic.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anggrek merupakan tanaman hias yang bernilai esitika tinggi dan memiliki arti penting
dalam perdangan bunga. Selain Karena bunganya yang indah dengan warna yang menarik
anggrek dapat dijadikan sebagai tanaman pot maupun bunga potong, anggrek secara taksonomi
diklasifikasikan ke dalam phyllum Spermatophyta atau tumbuhan berbiji, kelas Angiospermae
atau berbiji tertutup, subkelas Monocotyledonae atau bijinya berkeping satu, ordo Gynandrae
karena alat reproduksi jantan dan betina bersatu sebagai tugu bunga dan famili Orcidaceae atau
keluarga anggrek (Kartiman, R. 2004). Sterilisasi merupakan suatu proses atau kegiatan
membebaskan suatu bahan atau benda dari semua mikroorganisme (Yunus et al., 2010).
Sterilisasi penting dilakukan untuk mencegah kontaminasi yang akan membawa kegagalan bagi
keberhasilan kultur jaringan. Prosedur sterilisasi perlu dilakukan pada lingkungan kerja,
sterilisasi alat dan media dan sterilisasi bahan tanam. Macam-macam sterilisasi dapat dilakukan
dengan tiga cara yang dapat dipakai sesuai kebutuhan. Pertama, sterilisasi secara mekanik
(filtrasi) dengan cara penyaringan untuk mensterilisasikan cairan yang mudah rusak jika terkena
panas atau mudah menguap, misalnya pada larutan enzim, hormon, dan antibiotik. Berikut ini
adalah klasifikasi dari tanaman anggrek.
Klasifikasi ilmiah anggrek katalia :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Orchidaceae

Subkultur merupakan salah satu tahap metode dalam kultur jaringan, yaitu suatu tekhnik
yang dilakukan antara tahapan kultur. Subkultur atau overplanting adalah pemindahan planlet
yang masih sangat kecil ( planlet muda ) dari medium lama ke dalam medium baru yang
dilakukan secara aseptis di dalam entkas atau Laminar Air Flow ( LAF ). Kegiatan subkultur
dilakukan sesuai dengan jenis tanaman yang dikulturkan, setiap tanaman memiliki karakteristik
dan kecepatan tumbuh yang berbeda beda. Sehingga cara dan waktu subkultur juga berbeda
beda. Keberhasilan dari tekhnik kultur jaringan juga tergantung dari jenis tanaman yang kita
gunakan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada tanggal 13 Juni di Lab Kultur Jaringan Fakultas Pertanian.

B. Alat dan Bahan


Alat : Laminar
Bunsen
Sarung tangan
Masker
Petridis
Pinset
Jas lab
Botol penyimpan tanaman
Hand sprayer
Plastic penutup botol
Karet
Isolasi
Bahan : Anggrek katalia
Alkohol
Media agar-agar

C. Cara Kerja
1. Menyalakan laminar kemudian nyalakam UV kurang lebih 30-60 menit
2. Matikan UV, buka tutup depannya dan bersihkan dinding dan mejanya dengan
alcohol 70% kemudian nyalakan lampu dan blowernya biarkan sekitar 5 menit
3. Gunakan masker dan sarung tangan atau semprot tangan dengan alcohol 70% setiap
kali akan dimasukan kedalam laminar.
4. Siapkan alcohol 96% dalam botol ( setengah botol )
5. Masukan peralatan tanaman, Bunsen, media, alkohol 96% , dll yang akan digunakan.
Namun, sebelumnya semua peralatan tersebut disemprot dengan alcohol 70%
6. Nyalakan Bunsen dan buka peralatan tanaman dari bungkusnya dan rendam dalam
alcohol 96%
7. Ambik planlet atau eksplant yang akan disukultur dan letakkan dalam Petridis
8. Pisahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan cara memotong ataupun
memisahkan rumpun-rumpunnya
9. Buka tutup botol media dan bakar mulutnya
10. Dengan menggunakan pinset, tanam/letakkan eksplant diatas media dan bakar
kembali mulut botol ( setap akan digunakan baka dulu alat tanaman nya )
11. Tutup kembali mulut botol dengan rapat ( melakukan semua pekerjaan tersebut harus
selalu dekat dengan Bunsen )
12. Beri label ( tanggal sub kultur dan kode media )
13. Setelah semua selesai tempatkan botol-botol tersebut di rak kultur secara rapi (
inkubasi ) dan amati perkembangannya setiap hari
14. Keluarkan semua peralatan yang digunakan, dan bersihkan kembali laminar dengan
alcohol 70%
15. Matikan tower laminar dan tutup kembali.
BAB IV
PEMBAHASAN
Subkultur atau overplanting adalah pemindahan planlet yang masih sangat kecil ( planlet
muda ) dari medium lama ke dalam medium baru yang dilakukan secara aseptis di dalam entkas
atau Laminar Air Flow ( LAF ). Subkultur juga merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan. Pada dasarnya subkultur adalah kita memotong, membelah dan
menanam kembali eksplan atau tanaman yang telah tumbuh sehingga jumlah tanamannya akan
bertambah banyak, sehingga waktu yang akan kita gunakan dalam memperbanyak tanaman lebih
efisien selai itu, kegiatan subkultur merupakan tahapan kegiatan yang relatif mudah
dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan dalam memperbanyak tanaman.

Subkultur dilakukan dengan beberapa alasan berikut :

 Tanaman sudah memenuhi atau sudah setinggi botol


 Tanaman sudah berada lama didalam botol sehingga pertumbuhan nya berkurang
 Tanaman mulai kekurangan hara
 Media dalam botol sudah mongering

Berikut adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kultur jaringan yaitu :

 Genotife tanaman
Genotife tanaman salah satu komponen penting dalam melakukan kultur jaringan atau
salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis eksplan
dalam kultur jaringan.
 Media kultur
Media kultur adalah komposisi zat pengatur tumbuh . dan jenis media yang digunakan
akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi eksplan yang akan digunakan
dalam kultur. Keberhasilan dari kultur jaringan juga tergantung dari media tanam yang
kita gunakan.
 Lingkungan tumbuh
- Suhu
Suhu sangat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, tanaman umumnya
tumbuh pada lingkungan dengan suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada
siang hari dan malam hari. Tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan suhu yang
cukup besar dan hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
- Kelembaban relatife
Selain suhu, kelembaban juga berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman yang akan
kita kulturkan. Kelembaban relatife dalam botol culture, yaitu dengan mulut botol
yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%, dan jika mulut
botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatife dalam botol tersebut dapat lebih
rendah dari 80%. Dan hal ini akan mempengaruhi hasil dari kultur jaringan.
- Cahaya
Cahaya dalam melakukan tekhnik kultir jaringan juga sangat berpngaruh, yaitu
kualitas dan kuantitas cahaya, yang meliputi intensitas cahaya, lama penyinaran dan
panjang gelombang cahaya yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan dalam kultur
invitro.
 Kondisi eksplan
Kondisi eksplan yang akan digunakan pada kultur jaringan juga sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan kultur jaringan pertumbuhan dan morfogenesis dalam
mikropropagasi sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunkan
sebagai eksplan. Kondisi eksplan yang mempengaruhi keberhasilan tekhnik
mikropropagasi adalah jenis eksplan, ukuran, umur, dan fase fisiologis jaringan yang
digunakan sebagai eksplan dalam kultur jaringan.

Berdasarkan dari hasil praktikum bioteknologi ( sub kultur) pada tekhnik perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan yaitu tanamannya tidak terkontaminasi ( berhasil ) hal ini
dikarenakan selama melakukan praktikum, praktikan mengikuti seluruh prosedur lab dengan
baik, alat yang digunakan pada saat praktikum sudah steril, dan praktikan melakukan
pengamatan sesuai dengan prosedur pertumbuhan tanaman secara kultur jaringan dan dilakukan
pengamatan secara rutin yaitu selama 2 minggu sehingga tidak terjadi kontaminasi yang
menyebabkan kegagalan pertumbuhan tanaman kultur tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tekhnik kultur jaringan merupakan suatu metode untuk mengisolasi bagian dari
tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya
pada lingkungan yang sesuai dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh kembali. Sedangkan subkultur
adalah salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Tekhnik kultur
jaringan dikatakan berhasil apabila tanaman yang dikultur kan mampu hidup atau tumbuh, dan
mengeluarkan tunas tanaman baru. Dan hasil dari praktikum sub kultur ini tanamannya tidak
terkontaminasi. Hal ini dikarenkan saat melakukan praktikum, praktikan mengikutikuti semua
prosedur lab dengan baik, Perbanyakan secara kultur jaringan harus dilakukan sesuai dengan
prosedur lab agar kondisi praktikum tetap terkendali dengan baik dan tidak terkontaminasi.
Daftar Pustaka

George dan Sherrington, 1984. Pengantar Bioteknologi. Medan : FMIPA UNIMED


http://ahmad-dahlan.Academiaedu.com
http://anggrek59cirebon.wordpress.com/2008/12/15/kultur-jaringan-pada-angrek
http://thransisca.wordpress.com/2011/01/30/makalah-kultur-jaringan-lengkap
Kartiman, R. 2004. Mikrooganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta : UI-Press
Mulyaningsih dan Nikmatullah, 2006. Media Kultur Jaringan. Medan : FMIPA UNIMED
Yunus et al., 2010. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanama. Jakarta : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai