BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan maraknya isu globalisasi, kita dituntut agar menjaga dan melestarikan
kebudayaan kita. Kebudayaan yang ditinggalakan nenek moyang kita tidak akan ternilai
harganya, sangat banyak manfaat yang diberikan dari karya orang terdahulu. Melupakan
budaya sama saja dengan mengkhianati pendahulu kita, dimana mereka telah berjuang, baik
pikiran dan tenaga untuk membangun suatu ide yang dapat membangkitkan semangat kerja
serta gotong royong orang melalui berbagai media atau kebudayaan. Peran generasi muda
diperlukan untuk melestarikan budaya tersebut sebagai perwujudan cinta dan turut mengisi
kemerdekaan para nenek moyang kita.
Para generasi muda saat ini umumnya banyak yang lupa atau bahkan tidak tahu tentang
kebudayaan daerahnya sendiri, maka jangan heran jika kebudayaan kita dibajak orang lain.
Orang dengan mudah meniru warisan leluhur kita, sedangkan kita tidak bisa berbuat apa-
apa.
Di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat berbagai macam suku yang bercampur baur satu sama
lain, namun cukup ada empat suku yang besar di wilayah ini, yakni: Bugis, Makassar, Mandar
dan Toraja. Dengan beragamnya suku tidak membuat suatu perbedaan bagi masyarakat
Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Sulawesi,
khusunya Sulawesi Selatan. Mayoritas wilayah Sulawesi Selatan didominasi oleh suku bugis,
hampir diseluruh wilayah ada orang bugis. Dapat dikatakan bahwa suku bugis adalah suku
yang paling tua di Sulawesi Selatan.
Sebagai suku yang dikenal sebagai perantau dan pelaut yang tangguh, bugis tidak hanya
meraih sukses di daerahnya saja, mereka bahkan merambah seluruh wilayah Indonesia. Boleh
dikatakan bahwa diseluruh wilayah Indonesia pasti ada orang bugis, itu dapat dibuktikan
dengan kegigihan orang bugis dalam meraih sukses di negeri rantau. Tidak hanya sampai
disitu, perantauan orang bugis juga sangat dikenal di berbagai Negara di dunia.
Hal tersebut di atas didukung dengan peralatan transportasi yang cukup hebat, yakni Perahu
Pinisi. Perahu ini cukup dikenal di berbagai belahan dunia, dengan perahu ini orang bugis
bisa berlayar keseluruh penjuru dunia. Ketangguhan para pelaut bugis-makassar merupakan
suatu asset yang luar biasa bagi Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya.
Seiring berjalannya waktu, keaslian suku bugis sudah mulai dipudar, hal ini didasari atas
tuntutan zaman. Kita sudah sulit membedakan antara orang bugis asli dengan orang bugis-
makassar atau orang bugis-mandar. Perkawinan dan perantauan menjadikan suatu
keberagaman yang dijadikan satu.
B. PERMASLAHAN
1. Apakah pengertian mappadendang ?
2. Apa sajakah nilai yang terkandung dalam acara mappadendang ?
3. Bagaimanakah kegiatan dalam acara mappadendang ?
4. Pengertian Tudang Sipulung ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk melesatarikan kebudayaan daerah khususnya suku Bugis di Sulawesi Selatan
2. Untuk mengingatkan generasi muda agar mencintai daerahnya yang memiliki keragaman
budaya serta didalam menjaga warisan dan asset budaya dari nenek moyang kita.
D. MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca dapat menyadari adanya tradisi-tradisi atau adat-adat yang ada di daerah
suku Bugis, sehingga tidak melupakan kebiasaan yang dilantunkan dari nenek moyang
leluhur kita, kepada generasi penerus negeri Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mappadendang
Mappadendang adalah salah satu acara yang merupakan rangkaian kegiatan di dalam
tudang sipulung. Acara tudang sipulung adalah yang dibuat dalam rangkaian pesta panen
rakyat atau masyarakat suku bugis.
D. Tudang Sipulung
Acara tudang sipulung adalah yang dibuat dalam rangkaian pesta panen rakyat atau
masyarakat suku bugis. Setelah melaksanakan panen raya masyarakat melakukan ritual adat
sebagai rasa syukur kepada maha pencipta yang telah memberikan hasil panen yang
melimpah sekaligus juga sebagai penghargaan bagi para petani yang telah bekerja keras
mengelola usaha taninya, yakni dengan ditunjukkan hasil panen yang bagus.
Pelaksanaan tudang sipulung biasanya dilakukan dalam suatu areal terbuka atau lapangan
atau biasa juga dilakukan di kolong rumah (panggung) pemuka adat atau kepala
pemerintahan setempat. Peserta yang hadir biasanya dari seluruh petani dan keluarga tani
kampung atau daerah setempat, semuanya berkumpul untuk memeriahkan acara. Mereka
berbondong-bondong bersama para keluarganya, dengan membawa seluruh anak-anak
mereka.
Selain untuk tujuan pesta, pelaksanaan tudang sipulung juga dimanfaatkan oleh para aparat
setempat untuk mengadakan pembinaan petani dalam hal ini melaksanakan kegiatan
penyuluhan. Di dalam materi yang disampaikan pada menyangkut seluruh kegiatan usaha
tani, misalnya masalah-masalah yang dialami petani selama masa bertanam sampai panen
serta bagaimana pemecahan masalah petani tersebut. Dengan adanya penyuluhan itu
diharapkan hasil panen musim tanam berikutnya dapat meningkat atau paling tidak dapat
dipertahankan.
Di forum Tudang Sipulung inilah dirumuskan pola-pola pertanian yang akan dilakukan. Mulai
dari waktu menanam, jenis benih yang disemai, sampai kepada pola pembagian irigasi,
semuanya disusun dan disepakati lewat Tudang Sipulung.
Tudang sipulung membuat petani merasa sangat terbantu, yakni disamping ucapan rasa
syukur atas hasil panennya juga mereka dapat memperoleh ilmu dan wawasan yang lebih.
Harapan petani juga sama yakni berharap agar pada musim tanam berikutnya dapat
memperoleh hasil panen yang lebih melimpah.
Sebagai petani kecil yang menggantungkan hidupnya kepada hasil panen, baik itu untuk
dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual jika ada kelebihan. Petani akan menjual hasil
panennya kepada tengkulak atau pedagang pengumpul yang bersedia menampungnya.
Selain untuk tujuan di atas, acara tudang sipulung juga memberikan peluang bagi
terciptanya hubungan yang erat antara pemerintah dengan para petani yang bersangkutan.
Untuk itu petani akan merasa terbantu dalam hal kebijakan pemerintah yang berpihak
kepada petani. Silaturahmi antara pemerintah dengan para petani sangat membantu kepada
peningkatan produksi hasil panen daerah, petani sebagai pelaku utama perlu diberi
perhatian khusus agar mereka semakin bersemangat untuk berusaha tani.
Ritual yang biasanya dilakukan di dalam acara tudang sipulung ini ada beberapa poin, selain
kegiatan penyuluhan juga ada kegiatan penting yakni mappano’ ase’ (serah panen), kegiatan
ini dilakukan dalam rangkaian acara syukuran. Padi yang diserah adalah padi hasil panen
petani, padi biasanya di simpan di rumah ketua adat setempat atau yang dipercayakan.
Selebihnya hasil panen dapat dikonsumsi atau dijual, Sedangkan untuk padi yang diserah
nantinya akan dijadikan lagi sebagai benih bibit padi baru untuk musim tamam padi tahun
berikutnya.
Wilayah Sulawesi Selatan dikenal dengan produksi padi nasional yang cukup tinggi, dan
merupakan salah satu penyumbang surplus beras nasional, maka tidak salah jika. Sulawesi
Selatan dijuluki dengan lumbung padi Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebudayaan yang diwariskan oleh nonek moyang kita adalah tidak ternilai harganya.
Kebudayaan suatu daerah adalah menggambarkan suatu sikap atau prilaku dari jati diri suatu
daerah/suku. Selain menggambarkan jati diri dan kebiasaan sehari-hari, kebudayaan juga
mengandung pesan yang ingin disampaikan kepada para generasi muda sebagai penerus
masa depan negeri.
B. Saran
1. Untuk menjaga kelestarian budaya nasional, para generasi muda sebagai generasi
penerus harus tahu, mengerti dan dapat mempraktekkannya.
2. Agar kebudayaan kita tidak bibajak oleh pihak luar sebaiknya kita bentengi dengan
menghargai setiap aspek kebudayaan yang ada.
Lesung
1. Lesung panjangnya berukuran kurang lebih 1,5 meter dan maksimal
3 meter. Lebarnya 50 cm Bentuk
2. lesungnya mirip perahu kecil (jolloro; Makassar) namun berbentuk
persegi panjang
3. Enam batang alat penumbuk yang biasanya terbuat dari kayu yang
keras atau pun bambu berukuran setinggi orang dan ada dua jenis alat
penumbuk yang berukuran pendek, kira-kira panjangnya setengah meter.