Anda di halaman 1dari 6

Katabolisme adalah proses perombakan suatu substrat kompleks dari suatu metabolisme

menjadi komponen-komponen sederhana sambil melepaskan energi berupa ATP.

Anabolisme adalah proses penyusunan komponen-komponen yang sederhana menjadi suatu


substrat yang kompleks sehingga menciptakan energi kimia maupun energi cahaya.

Dari kedua pengertian di atas, kita melihat bagaimana katabolisme dan anabolisme bekerja
secara antagonis (berlawanan). Penyusunan dan pembongkaran zat akan terus terjadi pada
organisme untuk melakukan aktivitas kehidupan seperti metabolisme dan lain-lain. Salah satu
contoh keterkaitan anabolisme dan katabolisme dapat kita lihat dalam tumbuhan hijau.

Tumbuhan hijau adalah organisme yang dapat membuat makanannya sendiri, di mana
terbentuk melalui proses fotosintesis (katabolisme). Kemudian terbentuklah makanan cadangan
pada tumbuhan yang dihasilkan dari proses penyusunan substrat (anabolisme).

1. Keterkaitan proses katabolisme dan anabolisme Reaksi pada katabolisme


merupakan reaksi penguraian yang memecah molekul dan cenderung melepas
energi. Reaksi pada anabolisme cenderung memerlukan energi. Jadi, reaksi
katabolisme memicu anabolisme, karena katabolisme menghasilkan ATP yang
digunakan untuk anabolisme.
2. 3. Skema anabolisme dan katabolisme
3. 4. Skema anabolisme dan katabolisme Pada skema tersebut, dapat dilihat bahwa di
dalam kloroplas, energi dari sinar matahari disimpan, kemudian diubah menjadi
molekul glukosa. Di dalam mitokondria, energi yang telah diubah menjadi molekul
glukosa dibongkar kembali kemudian digunakan untuk proses- proses dalam sel.
Oksigen yang dihasilkan dalam kloroplas digunakan oleh mitokondria selama proses
pembongkaran glukosa. Sejalan dengan itu, CO2 dan H20 yang diproduksi dala
mitokondria dapat digunakan oleh kloroplas sebagai bahan dasar dalam melakukan
fotosintesis.
4. 5. Energi dalam proses katabolisme dan anabolisme Dalam hukum termodinamika I,
jumlah energi yang dihasilkan untuk membentuk satu grol gula sama dengan energi
yang dihasilkan dari proses pembakaran satu grol gula pula, yaitu ±675 kalori.
5. 6. Energi dalam proses katabolisme dan anabolisme Dalam katabolisme juga
dihasilkan 38 ATP (380 kalori). Jadi, sebanyak ±55% energi dimanfaatkan untuk
proses metabolisme, sedangkan sisanya berubah menjadi energi panas. Dalam
proses anabolisme atau fotosintesis, energi yang jatuh pada daun hanya 2% saja
yang dimanfaatkan. Meskipun dari hasil percobaan, setiap 1m² luas daun dapat
menyerap ±200 kalori per jam, namun sebagian dari energi yang diterima tumbuhan
digunakan untuk penguapan/dipancarkan kembali.
6. 7. Energi dalam proses katabolisme dan anabolisme Meskipun demikian, pada
umumnya kecepatan rata-rata fotosintesis (anabolisme karbohidrat) adalah 8-12 kali
kecepatan respirasi (katabolisme gula). Jika kecepatan respirasi sama dengan
kecepatan fotosintesis, berarti semua glukosa yang dihasilkan oleh fotosintesis akan
habis untuk respirasi. Keadaan suhu serta cahaya sehingga produksi gula pada
fotosintesis sama dengan kebutuhan gula untuk respirasi disebut titik kompensasi
7. 8. Faktor yang mempengaruhi anabolisme dan katabolisme Faktor Luar Pengaruh
Pada Laju Katabolisme Anabolisme 1. Cahaya Mempercepat (pada batas optimal)
Mempercepat (pada batas optimal) 2. Suhu Mempercepat (0º C - 45º C) Di atas
suhu optimum menurunkan, karna merusak enzim. Rentang suhu optimum 0º C -
40º C, menurunkan ±45ºC 3. CO2 Menurunkan laju respirasi Meningkatkan, pada
kadar optimal 4. O2 Mempercepat Memperlambat 5. H2O Menurunkan Berpengaruh
tidak langsung, contoh: membuka dan menutupnya stomata.
8. 9. Faktor yang mempengaruhi anabolisme dan katabolisme Faktor Luar Pengaruh
Pada Laju Katabolisme Anabolisme 6. Unsur / senyawa kimia Dalam jumlah sedikit,
meningkatkan, dan dalam jumlah yang banyak, menurunkan, karena menghambat
reaksi enzim. Contoh: Aseton, eter, sianida, dsb. Kekurangan unsur N menghambat
sintesis klorofil sehinga menurunkan laju anabolisme. 7. Luka Meningkatkan, hingga
terjadinya kalus dibagian luka 8. Mekanis Perangsangan mekanis meningkatkan laju
katabolisme.
9. 10. Faktor yang mempengaruhi anabolisme dan katabolisme Faktor Dalam
Pengaruh pada Laju Katabolisme Anabolisme 1. Substrat respirasi mempercepat
laju katabolisme. Laju anabolisme dipengaruhi oleh: a. Klorofil b. Membuka
menutupnya stomata c. Anatomi daun d. Morfologi daun e. Hambatan pada
transportasi hasil fotosintesis, menghambat laju anabolisme. 2. Laju Katabolisme
dipengaruhi juga oleh kuantitas dan kualitas protoplasma
Hubungan antara Protein, Lemak, dan Karbohidrat
Karbohidrat, lemak, dan protein adalah senyawa yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga
senyawa tersebut bertemu dalam proses metabolisme, yaitu di dalam siklus Krebs. Sebagian
besar pertemuan tersebut melalui pintu awal siklus Krebs, yaitu asetil koenzim A (asetil KoA).
Ayo perhatikan ilustrasi berikut.

Protein, lemak, dan karbohidrat dapat ditemukan di dalam senyawa Asetil KoA. Lalu, asetil
KoA tersebut akan masuk ke dalam siklus Krebs. Pada gambar di atas, ditunjukkan bahwa sel
menggunakan ketiga molekul tersebut---protein, lemak, dan karbohidrat---untuk menghasilkan
ATP sebagai sumber energi. Protein tidak dapat dimanfaatkan secara langsung, tetapi dicerna
terlebih dahulu menjadi asam amino. Selanjutnya, asam amino akan diubah menjadi asam
piruvat, asetil KoA oleh suatu enzim. Asam amino tersebut akan langsung masuk ke dalam
siklus Krebs. Pengubahan asam amino melalui proses deaminasi akan menghasilkan NH3 yang
bersifat racun dan akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal.
Karbohidrat akan dicerna menjadi glukosa. Selanjutnya, sel tubuh akan merombak glukosa
tersebut melalui proses glikolisis dan daur asam sitrat atau Krebs untuk menghasilkan energi.
Berikut ini ringkasan metabolisme karbohidrat.
Sel tubuh juga akan mencerna lemak untuk menghasilkan energi. Sel akan menghidrolisis
lemak menjadi gliserol dan asam lemak. Kemudian, gliserol diubah menjadi gliseraldehid–3–
fosfat (G3P) dalam proses glikolisis. Lemak merupakan sumber energi utama karena
mengandung atom hidrogen terikat dalam jumlah besar. Selain itu, lemak merupakan senyawa
karbon yang paling banyak tereduksi, sehingga lebih banyak menyimpan energi. Apabila terjadi
pembakaran sempurna, maka energi yang dibebaskan akan semakin banyak. Hal ini
dikarenakan adanya pembebasan elektron yang lebih banyak.
Saat kalian mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak, kalian akan cepat
merasa kenyang. Ternyata, lemak menghasilkan ATP dua kali lebih banyak daripada
karbohidrat pada berat yang sama. Oleh karena itu, manusia dan hewan menyimpan cadangan
makanan dalam bentuk lemak tubuh. Apa yang terjadi jika lemak banyak menumpuk di dalam
tubuh? Kalian akan mengalami obesitas atau kegemukan. Untuk mendapatkan berat badan
ideal, kalian dapat melakukan olahraga atau diet yang sehat.

🔃 Protein dan Karbohidrat dapat diubah Menjadi Lemak


Kalian telah mengetahui bahwa protein, lemak, dan karbohidrat dapat saling mengisi sebagai
bahan penghasil energi tubuh. Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein.
Sintesis lemak dari karbohidrat dimulai saat glukosa diuraikan menjadi asam piruvat.
Kalian telah mengetahui bahwa asam piruvat ini akan diubah menjadi asetil KoA kemudian
diubah menjadi asam lemak. Sebagian asam piruvat diubah menjadi gliserol. Nah, asam lemak
dan gliserol ini akan diubah menjadi lemak.
Begitu juga dengan sintesis lemak dari protein. Asam amino yang terbentuk akan
mengalami deaminasi. Kemudian, masuk ke dalam siklus Krebs menjadi asam piruvat,
selanjutnya akan berubah menjadi asetil koenzim A. Asetil koenzim A akan diubah menjadi
asam lemak. Beberapa jenis asam amino seperti serin, alanine, dan leusin dapat diuraikan
menjadi asam piruvat kemudian menjadi gliserol. Gliserol dan asam lemak akan membentuk
lemak.
11 Keterkaitan antara Metabolisme Karbohidrat dengan Metabolisme Lemak dan Protein Seperti halnya
karbohidrat, lemak merupakan substrat penting dalam proses respirasi. Lemak disintesis dari karbohidrat
atau protein melalui asetil koenzim A dan gliserol yang berasal dari fosfogliseraldehid ( PGAL ), di mana
PGAL merupakan senyawa antara dalam tahap glikolisis dan daur krebs. Secara kimiawi, lemak
tersusun dari penggabungan suatu asam lemak dengan gliserol. Agar dapat digunakan sebagai substrat
respirasi ( reaksi katabolitik ) lemak terlebih dahulu dibongkar menjadi asam lemak dan gliserol.
Kemudian gliserol diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat, untuk selanjutnya diubah menjadi
fosfogliseraldehida yang merupakan zat antara pada tahap glikolisis dan daur krebs.Sementara itu asam
lemak diubah menjadi molekul asetil ko A dan masuk ke jalur respirasi. Berbeda dengan lemak,
protein merupakan molekul yang pembentukannya melibatkan DNA, RNA dan ribosom. Protein di dalam
sel tersusun dari asam amino. Beberapa asam amino dapat diubah menjadi glukosa ( alanin, serin,
glisin, sistein, metionin dan triptofan ). Dan beberapa asam amino lainnya seperti : fenilalanin, tirosin,
leusin, isoleusin dan lisin dapat diubah menjadi asam lemak. Dalam reaksi katabolitik, protein dipecah
menjadi asam amino. Asam amino ini dapat masuk ke jalur respirasi melalui cara transaminasi (
pemindahan gugus amin-NH2 ) maupun deaminasi ( pembuangan gugus amin ). Asam amino seperti
alanin, serin, glisin, sistein diubah menjadi asam piruvat dan masuk ke dalam mitokondria untuk
dimanfaatkan dalam respirasi. Sedangkan asam amino seperti fenilalanin, tirosin, leusin, isoleusin dan
lisin diubah menjadi asetil ko A untuk selanjutnya mengikuti jalur respirasi. Dalam proses repirasi,
karbohidrat merupakan molekul pertama yang menjadi substrat respirasi, Jika karbohidrat habis maka
baru lemak yang akan dioksidasi. Jika karbohidrat dan lemak sudah tidak ada lagi maka protein akan
dibongkar menjadi asam amino untuk dioksidasi. Dari ketiga substrat respirasi tersebut, karbohidrat
merupakan substrat respirasi yang utama. Jumlah energi yang dihasilkan oleh setiap gram protein setara
dengan jumlah energi yang dihasilkan oleh setiap gram karbohidrat, yaitu + 4,1 kkal. Sementara, setiap
gram lemak bila dioksidasi akan menghasilkan 2 kali lipat dari jumlah energi yang dihasilkan oleh
karbohidrat dan protein setiap gramnya yaitu + 9,3 kkal. 1 Molekul lemak + 2H2O à 2 C6H12O6 ( glukosa
). Perbandingan C : H : O molekul lemak ( misalnya : tristerin ) adalah 57 : 110 : 6. Pada molekul
karbohidrat perbandingan C : H : O adalah 6 : 12 : 6 . Itulah sebabnya energi yang digunakan dalam
oksidasi lemak jauh lebih banyak. Rantai asam lemak yang banyak mengandung gugus –CH2
merupakan bentuk penyimpanan yang ideal untuk surplus energi metabolic. Zat ini dalam bentuk sangat
tereduksi, sehingga energi yang dihasilkan juga besar. Di sisi lain, lemak disimpan dalam bentuk paling
pekat dan sedikit mengandung air, di mana energi potensial dapat disimpan. Sementara itu, pada
oksidasi protein di dalam tubuh produk akhir katabolismenya adalah urea dan senyawa nitrogen lainnya,
ditambah CO2 dan H2O. Itulah sebabnya nilai kalori protein dalam tubuh hanya + 4,1kkal / gram. Catatan
: setiap penggunaan per liter O2 untuk katabolisme, akan membebaskan energi sebesar 4,82 kalori (
4,82 kkal )

Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap

Anda mungkin juga menyukai