DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7:
T.P 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Komisi pemberantasan korupsi (KPK) dibentuk berdasarkan undang-undang nomor
30 Tahun 2002. KPK sendiri bersifat independen sehingga bebas dari kekuasaan manapun.
KPK mempunyai tugas penyelidikan,penyidikan,dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi (TPK). KPK sendiri memiliki sejumlah UU yang membantu KPK dalam
menyelesaikan setiap kasus korupsi dan menjadi pegangan lembaga ini.
Komisi Pemberantasan Korupsi bukanlah hal yang baru dicanangkan pada era ini,
Pada masa orde lama ada yang dinamakan Panitia Retooling Aparatur Negara, pada masa
orde baru ada yang dinamakan komisi 4, namun selalu saja ada alasan yang membuat badan-
badan tersebut berhenti ditengah jalan.
Namun pada tahun 2010, komisi hukum DPR mulai mewancanakan Revisi UU KPK.
Wacana Revisi UU KPK ini sempat dibahas oleh panitia kerja, namun revisi batal dilakukan
di karenakan presiden saat itu (Presiden SBY), lebih memfokuskan kinerja KPK. Pada zaman
pemerintahan Joko Widodo Revisi UU KPK kembali diwancanakan. Revisi UU KPK ini
sendiri sempat ditunda 2 kali oleh presiden Joko Widodo, Namun DPR tetap ingin merevisi
UU KPK sampai pada hari ini. Salah ssatu UU Krusial yanf ingin direvisi adalah UU
penyadapan dan adanya badan pengawas untuk KPK.
RUU KPK merupakan pembahasan yang penting di negara indonesia, karena ini akan
berhubungan dengan lembaga negara yang menjaga keuangan negara.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Sejarah KPK
Komisi pemberantasan korupsi bukanlah hal yang baru dicanangkan pada era ini,
pada masa orde lama ada yang dinamakan Panitia Rtooling Aparatur Negara, pada masa orde
baru ada yang dinamakn komisi 4, namun selalu saja ada alasan yang membuat badan-badan
tersebut berhenti ditengah jalan.
Pada tahun 1997-1998, keuangan yang menghantam indonesia dan negara asia
lainnya menggerakan serangkaian transisi ekonomi dan politik yang berpengaruh langsung
pada acara pengelolaan dana reboisasi pada januari 1998, IMF (International Monetery
Funds) mengalirkan 43 miliar US dollar melaui perjanjian pinjam dana penyelamatan dengan
pemerintahan indonesia yang berisi 50 persyaratan yang harus dipenuhi.
Di indonesia,transisi ekonomi yang terjadi disertai juga dengan proses reformasi yang
akhirnya menyebabkan mundurnya presiden Soeharto pada Mei 1998. KPK memiliki sebuah
slogan untuk menyelesaikan masalah korupsi di indonesia yaitu “Berani, Jujur, Hebat” KPK
dibentuk karena adanya tekanan internal dan eksternal yang menuntut adanya perubahan.
Internal : terjadi antara krisis keuangan asia pada tahun 1997 serta adanya upaya
penyelewengan dana APBN dan APBD oleh berbagai lapisan pemerintah.
Eksternal : sebagai upaya tuntutan dari IMF untuk melakukan reformasi struktural
pemerintah indonesia yang berkaitan untuk meningkatkan produktivitas serta untuk
mempercepat pemulihan keadaan ekonomi di indonesia.
Berikut merupakan beberapa contoh kasus korupsi di indonesia yang telah berhasil
dipecahkan oleh KPK,diantaranya:
Kasus ini merupakan salah satu kasus yang terungkap karena hasil dari
proses operasi tangkap tangan yang dilakukan oleh tim KPK terhadap
empat orng tersangka. Kasus ini dilatarbelakagi karena PT Indoguna
Utama mengalami kesulitan dalam encari pasokan sapi lokal,
dikarenakan pada tahun 2011 di wilayah sekitar terhadap minimnya
fasilitas rumah pemotong hewan(RPH).
Pada tahun 2010, komisi hukum DPR mulai mewacanakan revisi UU KPK. Pada 25
Oktober 2011 ketua komisi hukum DPR, Benny K. Harman menyatakan revsi UU KPK
merupakan sebuah keharusan karena mengandung beberapa point penting seperti mengenai
penyadapan. Namun pada 8 oktober 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan
pernyatan pres dan mengatakan bahwa beliau masih belum mengetahui tentang konsep DPR
yang ingin merevisi UU KPK.
Pada 9 Februari 2015, keluar surat keputusan DPR tentang Program Legislasi
Nasional 2015-2016 dan Program Legislasi Nasional RUU Prioritas Tahun 2015. Surat
dengan nomor 06A/DPR/II/2014-2015 ditandantangani oleh ketua DPR Setya Novanto.
Pada bulan Oktober 2015 mucul satu draf susunan Revisi UU KPK yang disinyalir
keluar dari dalam Gedung Parlemen di Senayan. Dalam cacatan Indonesia Corruption Watch
(ICW), sedikitnya terdapat 17 (tujuh belas) hal krusial dalam Revisi UU KPK versi Senayan
yang melemahkan KPK.
Pada tanggal 27 November 2015, Badan Legislasi (Baleg) DPR dan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Yosanna Laoly menyetujui Revisi UU KPK menjadi prioritas yang
harus diselesaikan pada tahun 2015 ini.
Tanggal 14 sampai 16 Desember 2015, Menteri Revisi UU KPK masuk dalam materi
pertanyaan uji kelayakan dan keputusan terhadap calon Pimpinan KPK proide 2015-2019.
Pada tanggal 25 Desember 2015, Rapat Paripurna di DPR RI memutuskan untuk memasukan
Revisi UU KPK dan RUU Pengampunan Pajak (tax amnesty) dalam Prolegnas 2015.
Keputusan yang dilakukan secara mendadak di hari-hari akhir masa sidang anggota DPR RI,
yang akan reses pada 18 Desember 2015.
1.Tanggapan DPR
DPR memiliki tanggapan yang berbeda mengenai RUU KPK ini sendiri.
Bahkan ada beberapa anggotanya memiliki pendapat yang sangat bertolak belakang,berikut
ini kami lampirkan beberapa pernyataan dari pihak DPR yang setuju dan pihak yang terkesan
netral dalam menanggapi masalah ini.
A. Menurut anggota komisi III DPR Masinton, DPR merevisi UU karena DPR
ingin mengembalikan sistem negara indonesia,dan mengembalikan kinerja
penegakan hukum.
B. Menurut Fadli Zon Wakil Ketua DPR, Jika pemerintah menolak revisi KPK,
maka DPR tidak akan melanjutkan revisi tersebut karena revisi suatu Undang-
Undang harus dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan DPR.
2. Tanggapan KPK
3.Tanggapan Masyarakat
Dari angket online yang kami sebarkan, kami mendapatkan 180 orang menjadi
responden.108 responden (60%) berjenis kelamin perempuan dan sisanya 72 responden
(40%) berjenis laki-laki dan dari 180 responden yang kami dapatkan, responden dengan umur
15 sampai 21 tahun merupakan yang terbanyak mengisi angket online kami,dengan total
85,6%. Sebagan besar terdiri dari siswa SMA dan mahasiswa.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian kami diatas dapat kami simpulkan bahwa:
RUU KPK merupakan sebuah bahasan penting di negara ini, karena ini akan
berhubungn dengan lembaga negara yang menjaga uang negara kita. Dalam
RUU KPK ini ada beberapa pasal yang dapat melemahkan KPK seperti
adanya badan pengawas dan kewenangan dalam melaksanakan penyadapan.
Namun badan pengawas KPK juga diberi wewenang untuk menerbitkan surat
perintah penghentian penyidikan (SP3) yang dimana bila badan pegawas tidak
netral nantinya akan bisa menjadikan KPK sebagai lahan untuk tindakan
korupsi selanjutnya.