Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS


(ABKC 3503)
PERCOBAAN II
“ANALISIS GRAVIMETRI”

Dosen Pembimbing:
Drs. H. Abdul Hamid, M.Si
Arif Sholahuddin, S.Pd, M.Si
Drs. H. Bambang Suharto, M.Si

Asisten:
Farah Medina
Muhammad Awaluddin Fitri

Oleh:
Hendra Kesuma Putra A1C315012
Gusti Puteri Nurhabibah A1C315010
Rahimah A1C315032
Izatul Hilalliyah A1C315048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
JANUARI 2018
PERCOBAAN II

Judul : Analisis Gravimetri


Tujuan : 1. Mengendapkan barium klorida dan menentukan persentase hasil
dari barium klorida
2. Menentukan persentase barium klorida dalam suatu campuran
3. Mendalami dan menggunakan hukum stoikiometri dalam reaksi
kimia
4. Mengembangkan keterampilan menyaring dan memindahkan
endapan
Hari/Tanggal : Rabu/ 18 Oktober 2017
Tempat : Laboratorium Kimia FKIP ULM Banjarmasin

I. DASAR TEORI
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau
senyawa tertentu. Bagian terbesar dan penentuan senyawa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi
bentuk dapat ditimbang dengan teliti. Berat unsur dapat dihitung berdasarkan rumus
senyawa dan berat atom unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dngan
berbagai cara, seperti : metode pengendapan; metode penguapan; metode
elektroanalisis; atau berbagai macam cara lainnya. Pada prakteknya 2 metode pertama
adalah yang terpenting, metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya
pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor pengoreksi dapat
digunakan (Khopkar, 2002).
Gravimetri merupakan cara memeriksa jumlah zat yang paling tua dan yang
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis
gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstannya).
Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan sejumlah bahan yang
dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus
senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil),
sehingga dapat diketahui berat tepatnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis
selanjutnya dihitung dan rumus senyawa serta berat atom penyusunnya (Gandjar, &
Rahman, 2007).
Metode gravimetri adalah suatu metode analisis secara kuantitatif yang
berdasarkan pada prinsip penimbangan. Analisis gravimetri digunakan pada beberapa
bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa dan kandungan-
kandungan unsur tertentu/molekul dari suatu senyawa murni yang diketahui
berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air dalam uranium oksida
dengan metode gravimetri (ASTM C-696) menggunakan alat microprocessor oven. Air
terserap secara fisika oleh bahan dapat dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap.
Pelepasan air ini sangat tergantung pada suhu dan waktu (Okdayani, 2010).
Suatu zat mengendap apabila hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar
daripada harga Ksp. Pada percobaan ini larutan barium klorida diendapkan dengan
larutan kalium kromat.

BaCl2 (aq) + K2CrO4 (s)  BaCrO4 (s) + 2 KCl (aq)

Endapan barium kromat disaring, hasil teoritis barium kromat dihitung dari
endapan yang terbentuk. Semua barium klorida dianggap berubah menjadi hasil. Hasil
teoritis ditentukan dari stoikiometri reaksi (Sholahuddin, Suharto, & Hamid, 2017).
Penetapan kadar air tanah dapat dilakukan secara langsung melalui pengukuran
perbedaan berat tanah (disebut metode gravimetri) dan secara tidak langsung melalui
pengukuran sifat-sifat lain yang berhubungan erat. Metode gravimetri merupakan
metode standar yang memiliki akurasi yang sangat tinggi. Namun metode ini harus
dilakukan dilabolatorium sehingga penerapannya sangat membutuhkan waktu dan
tenaga yang dibutuhkan dalam metode gravimetri (Hermawan, 2004).
Sulfat didalam senyawa organik terdapat sebagai thiophenols dan thiophenes.
Batu bara dengan kandungan sulfat tinggi ketika dibakar akan terbentuk sulfur dioksida
yang dapat menyebabkan polusi didalam udara. Ada beberapa metode analisis sulfat,
yaitu pertama metode gravimetri, sangat tergantung pada konsentrasi sulfat yang ada
dalam larutan, untuk konsentrasi kecil akan terbentuk endapan koloid (sangat halus)
sehingga endapan yang terbentuk susah dipisahkan (sulit penyaringannya). Selain hal
diatas, waktu pengerjaan dengan gravimetri cukup lama. Kedua, metode titrimetri,
perlakuannya (preparasi antara analisisnya) dilakukan secara konvensional butuh
waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan end pointnya; dan ketiga,
metode potensiometri, waktu lebih cepat dibandingkan kedua metode diatas tanpa
indikator, caranya sama dengan titrimetri, bedanya penentuan titik akhitnya (end point)
menggunakan elektroda ion selektif kalsium (Yudhi, 2009).
The liquor sulotion obtained after separating from the solid product was
analysed for the dissolved silica. The liquor was titrated with 1,5 M sulphuric acid until
pH 7 or slightly acidic to ensure complete precipitation of the silica. The silica obtained
was recovered by filtering, followed by drying in a oven for 24 hours and weighted.
This silica was dissolved silica which still remained in the reaction mixture and did not
being used up form zeolite crystal (Mohammed, Lintang, & Ramli, 2012).
Karakteristik kimia-fisika biosorben yang diamati meliputi penentuan
keasaman permukaan dengan metode analisis gravimetri, titrasi asam-basa, dan
spektrofotometri inframerah, dan luas permukaan menggunakan spektrofotometer UV-
vis denga metode adsorpsi metien biru. Pemanfaatannya sebagai biosorben Cd2+
dipelajari dari waktu setimbang, isoterm adsorpsi kapasitas adsorpsi, dan pengaruh pH
terhadap kapasitas adsorpsi (Widinati, 2010).
Metode-metode gravimetri berani dengan teknik analisis lain dalam hal
ketepatan yang dicapai jika analitnya merupakan penyusun utama (71% sampel)
dapatlah diharapkan ketepatan yang beberapa bagian tiap ribu. Jika sampel tidak terlalu
tumit, jika analitnya berada dalam jumlah kecil (<1%) biasanya tidak digunakan
metode gravimetri ( Day, & Underwood, 1996).
II. ALAT DAN BAHAN
A. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu:
1. Gelas kimia 250 mL 8 buah
2. Neraca analitik 1 buah
3. Hot plate 1 buah
4. Pipet tetes 10 buah
5. Batang pengaduk 8 buah
6. Spatula 2 buah
7. Erlenmeyer 100 mL 8 buah
8. Gelas ukur 25 mL 2 buah
9. Corong kaca 8 buah
10. Gelas ukur 10 mL 8 buah
11. Kaca arloji 8 buah

B. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu:


1. BaCl2 padat
2. K2CrO4 0,2 M
3. Aquades
4. Kertas saring

III. PROSEDUR KERJA


A. Persentase Hasil Barium Kromat
1) Menimbang gelas kimia 250 mL dan mencatat bobotnya
2) Memasukkann ke dalam gelas kimia kira–kira 1 g BaCl2 dan menimbang
kembali
3) Kemudian menambahkan 25 mL air suling, mengaduk–ngaduk sampai
larutan homogen, sesudah itu memasukkan lagi larutan K2CrO4 0,2 M
sebanyak 25 mL, mengaduk–ngaduk dan mengamati endapan yang
terbentuk. Menguji larutan dengan beberapa tetes larutan K2CrO4 apakah
endapan masih terbentuk
4) Jika endapan dari BaCrO4 masih terbentuk, maka menambahkan terus
K2CrO4 sampai endapan BaCrO4 tidak terbentuk lagi
5) Memanaskan sampai mendidih, mengalihkan dari api dan menyaring dengan
kertas saring Whatmann yang bobotnya telah diketahui
6) Mengambil kertas saring beserta endapannya, mengeringkan, menimbang,
dan mencatat bobotnya
7) Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4 dan menentukan juga persen hasil

B. Persentase Barium Klorida dalam Campuran


1) Mendapatkan suatu campuran yang mengandung barium klorida, Mencatat
bobotnya
2) Mengulangi prosedur 1
3) Menghitung massa barium klorida dalam campuran. Mencari persentase
barium klorida dalam campuran semula

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Persentase Hasil Barium Kromat
No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Menimbang gelas kimia 250 mL Bobot gelas kimia 250 mL 105,0 g,


kertas saring dan kaca arloji kertas saring 0,6 g, dan kaca arloji
41,2 g

2 Menimbang dan memasukkan 1 g Diperoleh 1 g BaCl2 di dalam gelas


BaCl2 ke dalam gelas kimia 250 kimia
mL

3 Menambahkan 25 mL aquades, Terbentuk larutan homogen


kemudian mengaduk–ngaduk
4 Memasukkan K2CrO4 0,2 M Terbentuk endapan
sebanyak 25 mL, dan mengaduk
– ngaduk

5 Menguji campuran dengan 140 Endapan semakin sedikit


tetes larutan K2CrO4

6 Memanaskan sampai mendidih Campuran mendidih

7 Menyaring dengan menggunakan Residu tertinggal di kertas saring


kertas saring Whatmann

8 Mengeringkan, menimbang dan Bobot keseluruhan 42,8 g


mencatat bobotnya Berat endapan (nyata) =
42,8 g – (41,2 + 0,6)
=1g

B. Persentase Barium Klorida dalam Campuran


No Perlakuan Hasil Pengamatan

1 Menimbang gelas kimia 250 mL Bobot gelas kimia 250 mL 101,2 g

2 Menimbang BaCl2 Diperoleh BaCl2 1 g

3 Menambahkan 25 mL aquades Terbentuk larutan homogen


sambil mengaduk

4 Memasukkan K2CrO4 0,2 M Terbentuk endapan


sebanyak 25 mL, dan mengaduk
– ngaduk

5 Menambahkan K2CrO4 sampai 68 tetes K2CrO4


tidak terbentuk endapan lagi

6 Memanaskan campuran Campuran panas


7 Menyaring campuran yang Endapan campuran tertinggal di
masih panas kertas saring

8 Menimbang kertas saring dan Berat kertas saring 0,6 g dan kaca
kaca arloji arloji 41,9 g

9  Mengeringkan endapan  Endapan mengering


selama beberapa hari

 Menimbang berat endapan  Berat total – (Berat kaca arloji +


kertas saring)
43,00 g – (41,9 g + 0,6 g) = 0,6 g

V. ANALISIS DATA

A. Persentasi Barium Kromat


Percobaan ini bertujuan untuk menunjukan persentase hasil barium kromat
yang di peroleh dari pengoksidasian antara kelarutan barium klorida dengan larutan
kalium kromat.
Untuk membuat larutan barium kromat klorida maka sebanyak 1 gram kristal
BaCl2 dilarutkan ke dalam 25 ml air suling yang menghasilkan larutan (homogen) yang
tidak berwarna atau bening. Hal ini menunjukan bahwa BaCl2 dapat larut sempurna
dalam air. Dalam proses ini. Pelarut yang digunakan adalah air suling. Hal ini
disebabkan karena hampir sebagian besar garam larut dalam air kecuali garam dengan
logam alkali. Pada proses pelarutan ini dihasilkan tidak berwarna (bening). Karena
dalam kelarutan tidak terdapat lion-ion yang mereaksinya yaitu:

H2O
BaCl2 + 2H2O Ba2x (aq) + 2Cl- (aq)

Setelah itu, larutan BaCl2 ditambahkan dengan larutan K2CrO4 0,2 M sebanyak
25 mL yang berwarna kuning. Dari penambahan tersebut terbentuk dua lapisan setelah
didiamkan beberapa saat. Pada lapisan yang berada pada bagian dasar gelas kimia
berupa endapan berwarna kuning susu, sedangkan pada bagian atas adalah larutan
kuning bening. Endapan kuning susu tersebut merupakan barium kromat (BaCrO4),
sedangkan larutan kuning bening adalah larutan KCl. Sedangkan larutan bening adalah
larutan KCl. Seharusnya larutan KCl tidak berwarna (bening), maka larutan KCl
berwarna kuning bening.

BaCl2 (aq) + K2CrO4 BaCrO4 (s) + 2KCl

Endapan BaCrO4 terbentuk dikarenakan hasil kali konsentrasi ion-ion BaCrO4


lebih besar daripada harga KSPnya. Dalam keadaan ini dapat dikatakan bahwa BaCrO4
sudah jenuh dalam campuran K2CrO4 ditambahkan sekitar 120 tetes. Penetesan
kembali K2CrO4 ini adalah untuk mengetahui apakah terbentuk lagi endapan BaCrO4
atau tidak. Penambahan K2CrO4 sedikit demi sedikit agar saat tidak terbentuk endapan
bagi pada lapisan KCl dapat teramati dengan jelas. Hasilnya setelah ditambahkan 120
tetes K2CrO4 tidak terbentuk lagi endapan dan nampak endapan terpisah secara nyata.
Hal ini menunjukan bahwa di dalam campuran tersebut sudah sudah jenuh dengan ion
CrO42-, maka dapat diartikan semua BaCl2 yang ada dalam campuran tersebut sudah
habis bereaksi membentuk endapan BaCrO4 dan jika jumlah ion BaCl2 telah habis
maka penambahan K2CrO4 hanya akan menambah ion CrO42- yang pada penambahan
tertentu menyebabkan kejenuhan. Adapun reaksi kesetimbangan antara ion CrO42-
dengan endapan BaCrO4.

Ba2+ (aq) + CrO42- (aq) BaCrO4 (s)

Dengan adanya penambahan ion senama maka kesetimbangan reaksi akan


bergerak kekanan dan jumlah endapan yang diperoleh semakin banyak, namun jika ion
Ba2+ yang berasal dari BaCl2 telah habis, maka larutan pun menjadi jenuh. Hal tersebut
sesuai dengan asas Le Chatalier yang menyatakan bahwa penambahan ion senama atau
ion yang sama akan memperkecil kalarutan suatu zat. Dalam hal ini kearutan K2CrO4
lah yang semakin kecil dengan penambahan ion CrO42- karena harga KSPnya menjadi
kecil daripada hasil kali konsentrasi ion-ionnya (Qc) sehingga terbentuk endapan.
Setelah pencampuran BaCl2 dan K2CrO4 dilakukan proses pemanasan sampai
campuran mendidih yang bertujuan untuk memekatkan larutan dan meningkatkan
konsentrasi larutan, serta untuk memastikan agar BaCl2 habis bereaksi dengan K2CrO4.
Selain itu, kenaikan temperatur juga akan mempercepat reaksi dan bertujuan untuk
memperoleh struktur endapan yang lebih baik akibat pembesaran partikel karena
penumpukan partikel, sehingga mudah disaring.
Setelah campuran mendidih, campuran disaring selagi panas dengan kertas
saring whatman. Penyaringan dilakukan selagi panas agar campuran tidak mengendap
dan mudah melewati kertas saring. Apabila sudah dingin, kemungkinan dapat
menurunkan kelarutan dan terbentuk endapan kembali dalam kondisi tertentu.
Penyaringan menghasilkan filtrat bening dan residu berwarna kuning susu yang
masih basah yang merupakan endapan BaCrO4. Filtrat bening tersebut menunjukan
bahwa dalam filtrat hanya mengandung senyawa KCl.
Kemudian melakukan proses penyaringan yang bertujuan agar molekul-
molekul air yang terkait dapat terlepas melalui penguapan. Penyaringan ini
menyebabkan air elektrolit dan kotoran-kotoran menguap lepas dari endapan, sehingga
diperoleh endapan BaCrO4 murni. Pengeringan dilakukan kurang lebih tiga hari.
Setelah dilakukan penimbangan diperoleh endapan kuning BaCrO4 seberat 1,9
gram yang merupakan berat nyata (sampel). Sedangkan menurut perhitungan berat
tioritis yaitu 1,021 gram, sehingga diperoleh persentase hasil endapan BaCrO4 sebesar
186,09 %, hal ini terjadi karena mengeringkannya hanya tiga hari, mengeringkan
diudara terbuka sehingga terdapat pengotor yang mempengaruhi berat endapan.

B. Pesentase Barium Klorida Dalam Campuran


Pada percobaan ini, saat campuran mengandung dengan air suling
menghasilkan larutan (homogen). Setelah ditambahkan K2CrO4 dan diaduk
menghasilkan campuran atau larutan kuning dan endapan putih. Kemudian dilakukan
penambahan kembali K2CrO4 sebanyak 50 tetes ke dalam campuran tersebut, dari hasil
pengamatan endapan berkurang sedikit demi sedikit. Sama halnya dengan percobaan
pertama, pada percobaan ini pun penambahan 50 tetes K2CrO4 dilakukan karena tidak
diketahui pasti berapa jumlah yang diperlukan untuk pengendapan berkurang.
Setelah dilakukan pemanasan pada campuran yang dilakukan diatas hot plate
sampai mendidih dapat teramati endapan sebagian naik ke atas permukaan. Proses
pemanasan dilakukan agar endapan menjadi lebih besar agar mempermudah proses
penyaringan.
Endapan dan kertas saring telah dilakukan selama 3 hari mempunyai massa 1,2
gram, dari massa endapan yang dihasilkan sebanyak 0,6 gram. Dari hasil perhitungan
(terlampir) didapat persentase barium klorida dalam campuran yaitu 52%. Hasil ini
menunjukan bahwa terdapat 52% barium dalam campuran yang dipakai dalam
percobaan dua ini.

VI. KESIMPULAN
1 Suatu zat akan mengendap apabila hasil kali onsentrasi ion-ionnya lebih besar
daripada harga KSPnya.
2 Barium Klorida dapat mengendap karena ditambahkan suatu zat penendap yaitu
K2CrO4.
3 Persen hasil barium kromat melebihi 100% yaitu 186,09%. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu zat pengotor yang ikut tersaring atau proses
pengeringan endapan yang belum kering sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R. A., & Underwood, A. L. (1996). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.

Gandjar, I. G., & Rahman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Hermawan, B. (2014). Penetapan Kadar Air Tanah Melalui Pengukuran Sifat


Dielektrik Pada Berbagai Tingkat Kepadatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Indonesia, 6 (2).

Khopkar. (2002). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.

Mohammed, M., Lintang, H. O., & Ramli, Z. (2010). Characterization and Gravimetri
Analycis of The Dissolved Oiuartz In The Conversion of The Coal Fly Ash to
Sodalite. The Malaysian Journal of Analytical Science, 16 (3), 235-240.

Okdayani, Y. (2010). Penentuan Kadar Air Dalam Serbuk NO2 Dengan Gravimetri.
Hasil-Hasil Penelitian EBN, 12 (7).

Sholahuddin, A., Suharto, B., & Hamid, A. (2017). Panduan Praktikum Kimia Analisis.
Banjarmasin: FKIP ULM.

Widinati, I. A. (2010). Karakterisasi Keasaman Dan Luas Permukaan Temperatur


Kelapa Hijau (Cocus nucifera) dan pemanfaatannya sebagai biosorben. Jurnal
Pertanian, 1 (1).
Yadhi, N. (2009). Penentuan Konsentrasi Sulfat Secara Potensiometri. Jurnal
Teknologi Pertanian Indonesia, 2 (3).
LAMPIRAN

A. PERHITUNGAN :
a. Perhitungan persentase hasil Barium Kromat (BaCrO4)
Diketahui : Berat nyata BaCrO4 =1g
Massa BaCl2. H2O =1g
Mr BaCl2. H2O = 228,34 g/mol
Mr BaCrO4 = 253,34 g/mol
V K2CrO4 = 25 mL + 140 tetes = 32 mL = 0,032 L
M K2CrO4 = 0,2 M
Ditanya : Persentase hasil BaCrO4 = … ?
Penyelesaian :
Berat teoritis BaCrO4
m BaCl₂.H₂O
n BaCl2.H2O =
Mr BaCl₂.H₂O

1𝑔
=
228,34 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 4 x 10⁻3 mol
n K2CrO4 = M K2CrO4 × V K2CrO4
= 0,2 M x 0,032 L
= 6,4 x 10⁻3 mol
Reaksi yang terjadi :

BaCl2 (aq) + K2CrO4 (aq) BaCrO4 (s) + 2KCl (aq)


M : 4 x 10⁻3 mol 6,4 x 10⁻3 mol - -
B : 4 x 10⁻3 mol 4 x 10⁻3 mol 4 x 10⁻3 mol 8 x 10⁻3 mol
S : - 2,4 x 10⁻3 mol 4 x 10⁻3 mol 8 x 10⁻3 mol
Berat teoritis endapan BaCrO4 = n BaCrO4 × Mr BaCrO4
= 4 x 10⁻3 mol × 253,34 g/mol
= 1,01 gram

Persentase hasil endapan barium kromat (BaCrO4)


Berat nyata
% hasil = ×100%
Berat teoritis
1 gram
= ×100%
1,01 gram

= 99 %
Jadi, persentase hasil endapan BaCrO4 dari percobaan adalah 99%

b. Persentase Barium Klorida dalam campuran


Diketahui : Mr BaCl2 = 208,34 g/mol
Massa BaCl2. H2O =1g
Massa campuran (endapan) = 0,5 g
Mr BaCl2.H2O = 228,34 g/mol
Ditanya : % BaCl2 dalam campuran =…?
Jawab :
m
n BaCl2.H2O =
Mr
1g
= 228,34 g/mol

= 4 x 10⁻3 mol
mol BaCl2.H2O = mol BaCl2 dalam campuran
Massa BaCl2 = n x Mr
= 4 x 10⁻3 mol × 208,34 g/mol
= 0,83 g

m endapan
% BaCl2 dalam campuran = x 100%
m BaCl2

0,5 g
= x 100%
0,83 g

= 60 %
Jadi, Persentase barium klorida (BaCl2) dalam campuran 60 %
B. PERTANYAAN
1. Jelaskan faktor apa saja yang harus dikontrol pada praktek agar
menghasilkan endapan yang mudah disaring dengan partikel yang relatif
kasar!
2. Jika 100 mL larutan BaCl2 0,01 M diendapkan dengan K2CrO4. Tentukan
berapa gram K2CrO4 yang diperlukan agar terbentuk endapan BaCrO4?

Penyelesaian:

1. Faktor yang harus dikontrol pada praktek agar menghasilkan endapan yang
mudah disaring dengan partikel yang relatif kasar yaitu:
a. Penentuan selang waktu pada saat pengendapan selanjutnya yang akan
membentuk partikel dengan ukuran yang cukup besar untuk mengendap
ke dasar wadah.
b. Pemilihan keadaan untuk pengendapan.
Untuk memperoleh endapan / partikel yang relatif kasar, yang perlu
diperhatikan dalam proses pengendapan adalah kelewat jenuhan nisbi
(R) yang dirumuskan dengan:
QS
R=
S
R = Kelewat jenuhan
Q = Kepekatan molar larutan setelah dicampur, belum timbul endapan
S = Kelarutan molar endapan
Jika endapan mempunyai hasil kali kelarutan yang rendah (S
yang rendah) dan endapan itu terbentuk dari larutan yang agak pekat (Q
tinggi), maka kelewat jenuhan nisbinya akan tinggi, sehingga sejumlah
besar inti akan terbentuk, yang mengelompok dengan cepat menjadi
endapan halus atau endapan tak bebentuk. Sebaliknya, jika kelewat
jenuhan nisbinya rendah (Q rendah, tapi s tinggi), maka jumlah inti yang
terbentuk juga akan rendah yang memungkinkan terbentuknya endapan
kasar. Jadi, endapan BaCrO4 akan lebih kecil bila diendapkan dari
larutan pekat dan akan menghasilkan endapan BaCrO4 akan lebih kecil
bila diendapkan dari larutan encer.
c. Laju pengendapan
Pengendapan zat pengendap secara perlahan-lahan akan
mempertahankan harga (Q S) rendah, sehingga tercapai kelewatjenuhan
nisbi yang rendah, dan dapat diperoleh endapan yang lebih besar. Untuk
menjaga agar perbedaan Q – S selalu kecil, maka larutan yang
digunakan sebaiknya larutan encer.
d. Pemanasan atau kadang-kadang dengan pengasaman larutan tempat
berlangsungnya pengendapan.
e. Pengadukan, juga penting karena dapat menghindarkan terjadinya
kelewat jenuhan setempat dalam larutan.
f. Dengan pemeraman endapan dalam cairan induknya.
Pemeraman endapan adalah pendiaman endapan dalam cairan
induknya. Pemeraman ini menyebabkan luas permukaan endapan
berkurang karena partikel endapan yang lebih besar muncul
menggantikan partikel-partikel yang lebih kecil. Selain perubahan
ukuran partikel endapan menjadi lebih besar, cara ini dapat merubah
bentuk yang kurang mantap menjadi lebih mantap, perubahan susunan
kimia endapan dan penghabluran kembali. Pada umumnya, endapan
yang lebih besar dan lebih murni dapat diperoleh dengan cara ini.
g. Pengeringan dan pemijaran endapan untuk mendapatkan bentuk-
timbang yang sesuai.
2. Diketahui : v BaCl2 = 100 mL = 0,1 L
M = 0,01 M
Ditanya : m K2CrO4 agar terbentuk endapan BaCrO4 ?
Penyelesaian :
BaCI2 (aq) + K2CrO4 (aq) BaCrO4 (s) + 2 KCl (aq)
n BaCl2 =M.V
= 0,01 M . 0,1 L
= 0,001 mol
n K2CrO4 yang diperlukan = 1/1 x 0,001 mol
= 0,001 mol
m K2CrO4 = n x Mr
= 0,001 mol x 194,2 g/mol
= 1,942 g
Jadi, massa K2CrO4 yan diperlukan agar terbentuk endapan BaCrO4 adalah
0,1942 gram.
LAMPIRAN FOTO

A. Persentase Hasil Barium Kromat

Menimbang gelas Menimbang kertas Menimbang kaca


kimia 250 ml saring arloji

Memasukkan 1 gram Menimbang gelas Menambahkan air


BaCl2 kimia yang berisi 1 kedalam gelas kimia,
gram BaCl2 mengaduk sampai
larutan homogen
Memasukkan larutan Menunggu sampai Meneteskan K2CrO4
K2CrO4 25 mL, mengendap kedalam gelas kimia
sambil mengaduk sampai bias endapan
hilang

Memanaskan diatas Menyaring dengan Diperoleh filtrat dan


hotplate sampai kertas saring selagi residu
mendidih panas
Menimbang residu
yang telah didiamkan
beberapa hari

B. Persentase Barium Klorida dalam Campuran

Menimbang kembali
Menimbang gelas Menimbang 0,1g
berat keseluruhan
kimia menggunakan BaCl2 menggunakan
dengan menggunakan
neraca analitik neraca analitik
neraca analitik
Menambahkan 25 mL Menambahkan 25 mL Menambahkan
aquades sambil K2CrO4 0,2M sambil beberapa tetes K2CrO4
mengaduk sampai diaduk dan amati 0,2M dan mengamati
homogen endapan yang hingga tidak terbentuk
tebentuk endapan lagi
Memanaskan hingga Menimbang kertas Menimbang kaca arloji
mendidih saring menggunakan menggunakan neraca
neraca analitik analitik

Menyaring larutan yang Mendiamkan selama 3 hari dan Menimbang


telah mendidih dengan
kertas saring whatman
FLOWCHART

1. Persentase hasil Barium Kromat

± 1 gram BaCl2 (s) + 25 mL H2O (air suling)

- Memasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml yang


sudah ditimbang
- Mengaduk-aduk sampai larutan homogen
Larutan I

Larutan I + 25 mL K2CrO4 0,2M

- Memasukkan K2CrO4 ke dalam larutan I


- Mengaduk larutan
- Mengamati endapan yang terbentuk
- Menambahkan K2CrO4 sampai endapan
BaCrO4 tidak terbentuk lagi

Campuran

- Memanaskan sampai mendidih


- Menyaring dengan kertas saring sederhana
yang bobotnya diketahui

Filtrat Residu
- Mengeringkan
- Menimbang

Endapan
NB : - Mencatat bobotnya
- Menghitung hasil teoritis endapan BaCrO4
- Menentukan persen hasilnya

2. Persentase Barium Klorida dalam campuran

X gram campuran mengandung BaCl2 (s) + 25 mL H2O (air suling)

- Memasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml yang


sudah diketahui bobotnya
- Mengaduk-aduk sampai larutan homogen
Larutan II

Larutan II + 25 mL K2CrO4 0,2M

- Memasukkan K2CrO4 ke dalam larutan II


- Mengaduk larutan
- Mengamati endapan yang terbentuk
- Menambahkan K2CrO4 sampai endapan
BaCrO4 tidak terbentuk lagi
Campuran

- Memanaskan sampai mendidih


- Menyaring dengan kertas saring whatman
yang bobotnya diketahui

Filtrat Residu
- Mengeringkan
- Menimbang
Endapan
NB : - Menghitung massa BaCl2 dalam campuran
- Mencari persentase BaCl2 dalam campuran semula

Anda mungkin juga menyukai