Ketika sedang berjalan menuju masjid untuk solat jumat, aku bertemu
dengan seseorang yang sibuk berbicara sendiri. Ia berbicara layaknya orang
yang sedang mengobrol. Melihat ke arah kanan, menggerakkan tangannya,
bertanya, menjawab, dan menyatakan.
“Sok, bakal kayo nian mentang lah bisnis. Awak aku galo mbantu
merumputi kebunnyo tu maren.”
Orang itu memakai kaos oblong yang cukup lusuh dan kotor, dan ketika
dilihat lagi baik-baik ternyata ia mengenakan celana bolong di bagian pangkal
pahanya. Sobeknya cukup lebar, sedangkan dia tidak mengenakan celana dalam.
Terus berjalan, ia melihat satu dahan daun pisang kering menjuntai yang
dibatasi pagar bambu setinggi dada orang dewasa. Ia membersihkan daun
kering itu, hingga tinggal meninggalkan dahannya saja, “Nah, lah bersiah” lalu
kembali berjalan.
Suara azan bergeming. “Nah lah azan, melah cepat dikit kito solat jumat”.
“Berapo rekaat solat jumat tu?” Ia lanjut berbicara sendiri, namun topiknya
tentang solat.
Ketika sampai di masjid, ia mengambil wudu. Mencuci muka, membasahi
rambut, dan mencuci kaki, lalu masuk ke dalam masjid dan meletakkan sandal
jepitnya di tempat kerumunan sandal masyarakat lain. Di dalam masjid, ia
celingas-celingus melihat ke arah kiri dan ke arah kanan.
Saat masjid mulai ramai diisi oleh masyarakat yang berdatangan satu-
persatu ketika ustad sedang berkhotbah, ia mundur ke saf atau barisan yang
paling belakang. Sesekali mengangguk kepada orang di sebelahnya.
Aku berkata tak bersuara, “Ternyata ia ingat sandal mana yang miliknya.”
Biodata Penulis
Alamat : Jl. WR. Supratman, depan gedung Rektorat UNIB, Kandang Limun, Kota
Bengkulu.
Hp : 085601095069