Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

A. PENGERTIAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit obstruksi jalan nafas
karena bronkitis kronik atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif,
bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat revesibel.
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai
pengeluaran dahak. Sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan
paling sedikit selam 2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dan tuberkulosis paru,
bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkial.
Efisema adalah suatu perubahan anatomi paru-paru yang ditandai dengan
melebarnya secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai
kerusakan dinding alveolus.
B. ETIOLOGI
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetik
C. PATOFISIOLOGI
Pada bronkitis kronik maupun emfisema terjadi penyempitan saluran nafas.
Penyempitan ini dapat mengakibatkan obtruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada
brokitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm menjadi lebih
sempit, berkelok-kelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel
goblet. Saluran nafas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar
mukus. Pada emfisema paru penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya
elastitasi paru-paru.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Batuk
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi manjadi purulen (adanya nanah)
atau mukopurulen
3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas.
E. KOMPLIKASI
1. Infeksi yang berulang
2. Pneumotoraks spontan
3. Ritrositosis karena keadaan hipoksia kronik
4. Gagal nafas
5. Kor pulmonal.
F. DIAGNOSIS
1. Anemnesis: Riwayat penyakit yang ditandai 3 gejala klinis diatas dan faktor-
faktor penyebab.
2. Pemeriksaan Fisik:
 Pasien biasanya tampak kurus dengan barrel-shaped chest (diameter
anteroposterior dad meningkat)
 Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada.
 Penkusi dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang.
 Suara napas bekurang dengan ekspirasi memanjang.
3. Pemeriksaan Radiologi
 Foto toraks pada bronkitis kronik memperlihatkan tubural shadow berupa
bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilusmenuju apekk paru dan corakan
paru yang bertambah.
 Pemeiksaan Fungsi paru
 Pemeriksaan gas darah
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan labolatorium darah: hitung sel darah putih.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thoraks
2. Pemeriksaan EKG
3. Pemeriksaan Laboratorium
H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.
2. Terapi Eksaserbasi akut dilakukan dengan :
a) Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi.
 Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influensa dan S pneumonia, maka
digunakan ampisilin 4x0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4x0,5 g/hari
 Augmentin (amoksisilin dan asam klavulanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H.influenzae dan B. Catahalis yang memproduksi β-
laktamase.
b) Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena
berkurangnya sensifitas terhadap CO2
c) Fisioterapi membantu pasien untuk mnegeluarkan sputum dengan baik.
d) Bronkodilator (memperluas lumen saluran udara paru-paru), untuk mengatasi
obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan adrenergik dan antikolinergik.
Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratropium bromida 250
diberikan tiap 6 jam dan nebulizer atau aminofilin 0,25-0,5 g iv secara perlahan.
3. Terapi jangka panjang dilakukan dengan:
a) Antibiotik untuk kemotetrapi preventif jangka panjang, ampisilin 4 x 0,25-
0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut.
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran napas tiap
pasien maka sebelum penberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif dari
fungsi faal paru.
c) Fisioterapi
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktif vitas fisik.
e) Mukolitik dan ekspektoran.
f) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal napas tipe II
dengan.................
g) Rehabilitasi, pasien cendrung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
4. Rehabilitasi pasien PPOK adalah:
 Fisioterapi
 Rehabilitasi psikes
 Rehabilitasi pekerjaan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tak efektif b.d peningkatan produksi sekret
2. Pola napas tak efektif b.d hipoventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, hipoksemia, dan pola
pernapasan tak efektif
4. Defisit perawatan diri b.d keletihan sekunder akibat peningkatan upaya
pernapasan dan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi
J. INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory status : Ventilation Airway suction/isap lender jalan napas
Definisi : Ketidakmampuan  Respiratory status : Airway
 Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi patency
 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
atau obstruksi dari saluran  Aspiration Control
suctioning.
pernafasan untuk
 Informasikan pada klien dan keluarga tentang
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil :
suctioning
jalan nafas.  Mendemonstrasikan batuk
 Minta klien nafas dalam sebelum suction
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
dilakukan.
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
- Dispneu, Penurunan  Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
sputum, mampu bernafas dengan mudah,
suara nafas memfasilitasi suksion nasotrakeal
tidak ada pursed lips)
- Orthopneu  Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
 Menunjukkan jalan nafas yang paten
- Cyanosis tindakan
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
- Kelainan suara nafas  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
(rales, wheezing) setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
tidak ada suara nafas abnormal)
- Kesulitan berbicara  Monitor status oksigen pasien
 Mampu mengidentifikasikan dan
- Batuk, tidak efekotif atau  Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
mencegah factor yang dapat menghambat
tidak ada suksion
jalan nafas
- Mata melebar  Hentikan suksion dan berikan oksigen
- Produksi sputum apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
- Gelisah saturasi O2, dll.
- Perubahan frekuensi dan
irama nafas Airway Management
Faktor-faktor yang berhubungan:
 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
- Lingkungan : merokok, atau jaw thrust bila perlu
menghirup asap rokok,  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
perokok pasif-POK, infeksi ventilasi
- Fisiologis : disfungsi  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
neuromuskular, hiperplasia alat jalan nafas buatan
dinding bronkus, alergi  Pasang mayo bila perlu
jalan nafas, asma.  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Obstruksi jalan nafas :  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
spasme jalan nafas, sekresi  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tertahan, banyaknya mukus, tambahan
adanya jalan nafas buatan,  Lakukan suction pada mayo
sekresi bronkus, adanya  Berikan bronkodilator bila perlu
eksudat di alveolus, adanya
 Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
benda asing di jalan nafas.
Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2

2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :


 Respiratory status : Ventilation
Definisi : Pertukaran udara  Respiratory status : Airway patency Airway Management
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak  Vital sign Status
 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
adekuat Kriteria Hasil :
atau jaw thrust bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Batasan karakteristik : efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
ventilasi
- Penurunan tekanan sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan
inspirasi/ekspirasi sputum, mampu bernafas dengan mudah,  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Penurunan pertukaran tidak ada pursed lips) alat jalan nafas buatan
udara per menit  Menunjukkan jalan nafas yang paten  Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
pernafasan tambahan frekuensi pernafasan dalam rentang normal,  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
- Nasal flaring tidak ada suara nafas abnormal)  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Dyspnea  Tanda Tanda vital dalam rentang normal tambahan
- Orthopnea (tekanan darah, nadi, pernafasan)  Lakukan suction pada mayo
- Perubahan  Berikan bronkodilator bila perlu
penyimpangan dada  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
- Nafas pendek Lembab
- Assumption of 3-point  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
position keseimbangan.
- Pernafasan pursed-lip  Monitor respirasi dan status O2
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama Terapi Oksigen
- Peningkatan diameter  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
anterior-posterior  Pertahankan jalan nafas yang paten
- Pernafasan rata-  Atur peralatan oksigenasi
rata/minimal  Monitor aliran oksigen
 Bayi : < 25 atau >  Pertahankan posisi pasien
60  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Usia 1-4 : < 20  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
atau > 30 oksigenasi
 Usia 5-14 : < 14
atau > 25 Vital sign Monitoring
 Usia > 14 : < 11  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
atau > 24  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Kedalaman pernafasan  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
 Dewasa volume atau berdiri
tidalnya 500 ml saat  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
istirahat bandingkan
 Bayi volume  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
tidalnya 6-8 ml/Kg dan setelah aktivitas
- Timing rasio  Monitor kualitas dari nadi
- Penurunan kapasitas vital  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
Faktor yang berhubungan :  Monitor pola pernapasan abnormal
- Hiperventilasi  Monitor suhu, warna, dan kelembaban
- Deformitas tulang kulit
- Kelainan bentuk dinding  Monitor sianosis perifer
dada  Monitor adanya cushing triad (tekanan
- Penurunan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
energi/kelelahan sistolik)
- Perusakan/pelemahan  Identifikasi penyebab dari perubahan vital
muskulo-skeletal sign
- Obesitas
- Posisi tubuh
- Kelelahan otot
pernafasan
- Hipoventilasi sindrom
- Nyeri
- Kecemasan
- Disfungsi
Neuromuskuler
- Kerusakan
persepsi/kognitif
- Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
3 Intoleransi aktivitas b/d fatigue NOC : NIC :
Definisi : Ketidakcukupan energu
 Energy conservation
Energy Management
secara fisiologis maupun psikologis  Self Care : ADLs
untuk meneruskan atau Kriteria Hasil :  Observasi adanya pembatasan klien dalam
menyelesaikan aktifitas yang  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik melakukan aktivitas
diminta atau aktifitas sehari hari. tanpa disertai peningkatan tekanan darah,  Dorong anak untuk mengungkapkan perasaan
Batasan karakteristik : nadi dan RR terhadap keterbatasan
a. melaporkan secara verbal  Mampu melakukan aktivitas sehari  Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
adanya kelelahan atau hari (ADLs) secara mandiri  Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
kelemahan.  Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
b. Respon abnormal dari emosi secara berlebihan
tekanan darah atau nadi  Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
terhadap aktifitas  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
c. Perubahan EKG yang pasien
menunjukkan aritmia atau 
iskemia Activity Therapy
d. Adanya dyspneu atau
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidaknyamanan saat
beraktivitas. dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Faktor factor yang berhubungan:
mampu dilakukan
 Tirah Baring atau
imobilisasi  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
 Kelemahan menyeluruh yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
 Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen social
dengan kebutuhan  Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
 Gaya hidup yang
dipertahankan. sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

4 Defisit perawatan diri NOC : NIC :


 Self care : Activity of Daily Living Self Care assistane : ADLs
Definisi : (ADLs)  Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri
Gangguan kemampuan untuk Kriteria Hasil : yang mandiri.
melakukan ADL pada diri  Klien terbebas dari bau badan  Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
 Menyatakan kenyamanan terhadap untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting
Batasan karakteristik : kemampuan untuk melakukan ADLs dan makan.
ketidakmampuan untuk mandi,  Dapat melakukan ADLS dengan  Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
ketidakmampuan untuk bantuan utuh untuk melakukan self-care.
berpakaian, ketidakmampuan  Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-
untuk makan, ketidakmampuan hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
untuk toileting  Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
Faktor yang berhubungan : melakukannya.
kelemahan, kerusakan kognitif  Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
atau perceptual, kerusakan kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
neuromuskular/ otot-otot saraf pasien tidak mampu untuk melakukannya.
 Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
 Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

DEFINISI :
Adalah obstruksi airway kronik yang bersifat irreversibel akibat beberapa kelainan
paru : bronkhitis kronis, emfisema paru, asma, fibrosis kistik dan bronkhiektosis. Secara
umum dipakai untuk : bronkhitis kronis dan emfisema paru. Obstruksi tersebut umumnya
bersifat progresif, bisa disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat revesibel.
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran
dahak. Sekurang-kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama
2 tahun. Gejala ini perlu dibedakan dan tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan
asma bronkial.
Efisema adalah suatu perubahan anatomi paru-paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara sebelah distal bronkus terminal, disertai kerusakan dinding
alveolus.
ETIOLOGI :
Merokok (paling sering), polusi udara (sulfur dioksida), paparan kerja (jamur, debu,
asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja), infeksi paru/saluran napas (virus), nutrisi (defisiensi
vit. antioksidan), defisiensi α1 – antitripsin, bersifat genetik.
TANDA DAN GEJALA :
Bronkitis kronik :
 Diagnosis klinis : Sekresi mukus berlebih berkaitan dengan obstruksi aliran
udara dan sumbatan mukus → manifestasi : batuk produktif, rekuren/kronik.
 Tanda dan gejala : sering batuk sampai kejang; sesak napas; riak kental ddan
sulit dikeluarkan, produksi sputum bervariasi tergantung ada tidaknya infeksi; pada
stadium akhir dapat terjadi dada menggembung.
Emfisema paru :
 Tanda dan gejala : pada stadium awal seringkali tidak ada gejala; sesak napas
yang meningkat keparahannya selama bertahun-tahun; mengi dan batuk yang
menghasilkan riak sedikit; infeksi berulang yang jarang dari paru atau saluran
bronkus.
KOMPLIKASI :
1. Gagal / insufisiensi pernapasan
2. Atelektasis
3. Pneumonia
4. Pneumothoraks
5. Hipertensi paru
6. Kor pulmonal
7. Ritrositosis karena keadaan hipoksia kronik
8. Infeksi berulang
PATOFISIOLOGI :
 Didalam paru ada keseimbangan antar enzim proteolitik elastase dan anti elastase
untuk mencegah kerusakan jaringan.
 Sumber elastase : sel PMN, magrofag, alveolar
 Sumber elastase dipengaruhi oleh asap, rokok, infeksi
 Anti elastase : berupa enzim alpha-1 anti tripsin
 Bila elastase meningkat maka anti elastase menurun
 Klarena terjadi ketidak seimbangan antara elastase dan anti elastase maka terjadi
kerusakan jaringan elastin paru dan terjadi emfisema
 Penyempitan saluran pernapasan terjadi PPOM
 Pada bronkhitis kronis penyempitan terjadi pada saluran pernapasan kecil dan besar
karena proses hipertropi, hiperplasi kelenjar mukus
 Pada emfisema penyempitan karena elastisitas paru berkurang
 Pada paru terdapat keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru keluar
dengan yang menarik ke dalam, keluar oleh tekanan intra pleural dan otot dinding dada
kedalam oleh elastisitas paru
 Keseimbangan tersebut membentuk kapasitas residu fungsional

Berdasarkan para ahli, pencetus bisa berdasarkan :


a. Gangguan saraf autonom
b. Gangguan sistem imun
 Gangguan saraf autonom
Saraf simpatis saraf para simpatis
( Andrenergik ) ( Kolinergik )

Bronko dilatasi Bronko Konstriksi


Gangguan saraf simpatis Hiperaktivitas syaraf kolinergik
( Blokasde reseptor andrenergik Beta  Hawa dingin
dan hiperaktivitas AD. 2  Asap rokok
 Debu rumah

Bronkho konstriksi
 Sesak nafas
 Bersihan jalan nafas tidak efektif
 PK : Hipoksemia
 Intoleransi aktivitas
 Cemas
 Kurang pengetahuan
 Gangguan sistem imun
Masuknya alergen ke saluran nafas
( Debu, bulu hewan, kapas, dan lain-lain )

Merangsang sistem imun


Membentuk antibodi Ig E

Ig E menempel pada permukaan


Sel mastoid di saluran nafas dan kulit

Mencetuskan serangkaian reaksi dan pelepasan


Mediator : seperti histamin, leukotrin, prostaglandin dan eusinophil

Broncho konstriksi, Edema, produksi sekresi meningkat

Obstruksi jalan nafas

Atelektasis Peningkatan sumbatan

Perfusi menurun Kerja pernafasan meningkat

Hipoksemia Fatigue obstruksi

Hiperkapnia
Ekspirasi menurun, udara tertahan

Alveolus membesar Asidosis respiratorik


 PK : Hipoksemia
 PK : gagal nafas
Difusi gas terganggu
PENATALAKSANAAN :
Terdapat 4 komponen penatalaksanaan PPOK menurut WHO 1998 :
 Pengkajian dan pemantauan penyakit
 Kurang faktor resiko
 Terapi PPOK stabil
 Terapi eksaserbasi akut
Tatalaksana tersebut meliputi :
1. Stop merokok : bila pasien dapat berhenti merokok maka progresivitas
penurunan VEP 1 nya dapat diperkecil
2. Terapi farmakologi PPOK
 Terapi PPOK stabil
- Bronkhodilator
Pengobatan utama PPOK adalah dengan obat bronkhodilator. Bronkhodilator
utama yang sering dipakai adalah agonis-β, antikolinergik, Methyl-Xanthin.
Pemberian secara inhalasi (Meterred Dose Inhaler) lebih menguntungkan
daripda cara oral atau parenteral karena efeknya cepat pada orghan paru dan efek
sampingnya minimal. Pemberian secara MDI lebih disarankan dari pada
pemberian cara Nebulizer. Efek bronkhodilator kerja cepat sudah dimulai dalam
beberapa menit dan efek puncaknya terjadi setelah 15-20 menit dan berakhir
setelah 4-5jam sedangkan bronkhodilator kerja lambat banyak dipakai secara
teratur dan lama, efek puncaknya terjadi setelah 30-90 menit, tapi ia mempunyai
waktu kerja yang sedikit lebih lama yaitu 6-8 jam. Pemakaian teofilin tidak
banyak karena batas antara dosis terapeutik dan dosis toksisnya terlalu dekat.
Kombinasi yang terbanyak dipakai untuk PPOK adalah agonis-B kerja cepat
(fenoterol, salbutamol) dan antikolinergik (Ipratropium)
- Steroid
Terapi PPOK denga steroid masih konraversial walaupun begitu steroid masih
dipakai secara terbatas dan biasanya diberikan setelah terapi bronkhodilator
masih belum memberikan hasil yang optimal.
 Terapi PPOK eksaserbasi akut
- Pemeriksaan spirometri pada umumnya menunjukan keadaan eksaserbasi yang
berat bila nilai arus puncak ekspirasi = APE (PEF)<100L/dtk atau VEP 1<1L
- Indikasi rawat di RS pada eksaserbasi akut PPOK bila keluhan makin berat
miasalnya sesak napas masih ada saat istirahat; riwayat PPOK berat; terdapat
gejala cyanosis, edema perifer; respon terapi awal eksaserbasi akut gagal;
aritmia; usia lanjut.
- Pertimbangan untuk ventilator mekanik invasifr : ancaman gagal nafas akut ,
kalainan asam basa berat, perburuakan status mental ; dll.
3. Terapi oksigen pada PPOK
Pemberian O2 bertujuan untuk mencegah kerusakan sel-sel atau organ. Oksigen
terutama diberikan kepada : keadaan eksaserbasi akut, keadaan waktu beraktivitas, terus
menerus (jangka panjang)pada PPOK berat yakni >15 jam perhari dosis 1-2 L/menit
dengan nasal kanul pada keadaan PaO2<55mmHg atau SaO2<88%. PaO2 55-60 mmHg
atau SaO2 89% dimana terdapat hipertensi pulmonal, edema perifer tanda gagal jantung
dan polisetimia (Ht>55%).
4. Rehabilitasi pada PPOK
Tujuan : mengurangi keluhan dan gejala, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan
toleransi aktivitas fisik dan psikis.
5. Nutrisi pada PPOK
Nutrisi hendaknya seimbang berdasarkan kalori yang dibutuhkan, porsi makan kecil tapi
sering, komponen nutrisi lain yang dianjurkan rendah Na, tinggi Mg, vitamin E dan C,
makan sebaiknya segar (natural) disertai buah dan sayuran
6. Pembedahan pada PPOK
7. Vaksinasi Pada PPOK
Meliputi vaksinasi terhadap influenza dan pneumocox
8. Edukasi pada PPOK
- Pasien dengan batuk kronik dan sesak napas yang progresif perlu mengetahui
tentang status kesehatannya, bagaimana dapat melakukan aktivitas yang terbatas jadi
lebih optimal, bagaimana mencegah perburukan penyakit, cara berhenti merokok atau
menjauhi polusi udara, menerangkan penyakit PPOK secara keseluruhan. Dengan
hasil edukasi diharapkan pasien lebih menyadari penyakitnya sehingga mengurangi
rasa takut dan cemasnya. Bagi keluarga penting supaya menyadari keadaan sakit
pasien sehingga pasien mendapat dukungan penuh secara moril.
BAB I
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BP. K
DENGAN PPOK
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Bapak K
No. RM : 564645
Tempat Tanggal Lahir : Klaten, 31/12/1931
Umur : 76 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SMTA
Alamat : Prambanan, Klaten
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Jawa
Diagnosa Medis : PPOK
Tanggal Masuk RS : 19/02/2007 jam 12.10 WIB
Tanggal Pengkajian : 20/02/2008 Jam 08.00 WIB
Sumber Informasi : Pasien, keluarga, rekam medis
Penanggung Jawab
Nama : Bp. K
Umur : 46 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Prambanan, Klaten
Pekerjaan : Swasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan Pasien : Anak
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas, bila tiduran dengan posisi telentang makin terasa
sesak, dan bila aktivitas berlebih akan merasa sesak; Nyeri kepala, rasanya cekot-cekot
dengan skala 4 - 5, nyeri terus menerus; bila pipis terasa nyeri, sedikit-sedikit dan
keluarnya tetes-tetes dan tidak lancar.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering sesak napas kumat-kumatan sudah 1,5 tahun, batuk kumat-kumatan,
sesak napas jika aktivitas meningkat. 1 hari SMRS, pasien merasa nyeri kepala, sesak
napas berat. Pasien masuk RS pada tanggal 19/02/08 dengan keluhan sesak napas dan
nyeri kepala cekot-cekot.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak mempunyai riwayat Jantung, TBC, DM.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit DM, Jantung, Asma, HT.
5. Genogram

75 THN

Keterangan :
: Laki-laki/Perempuan
: Meninggal
: Garis Pernikahan
: Tinggal serumah
: Pasien
: Garis keturunan
C. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan sakit adalah apabila merasa tidak nyaman dan tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari. Dan jika merasa sakit pasien selalu memeriksakan
kesehatan ke RS atau Puskesmas.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit :
Makan 2-3x/hari dengan jenis nasi, lauk, sayur. Klien tidak alergi terhadap makanan
tertentu. Minum air putih 5-7 gelas perhari .
Selama sakit :
Di RS pasien makan 3X sehari dengan jenis nasi, lauk, sayur. Minum air putih 5-8
gelas perhari.
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB 1-2 kali/hari dengan warna konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. BAK 3-
5 kali sehari, warna jernih dengan bau khas.
Selama sakit :
BAB 1kali /1-2 hari, konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. BAK sering tapi tak
lancar, keluar sedikit-sedikit dan terasa nyeri, warna kuning dengan bau khas.
4. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toieting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total

5. Tidur dan Istirahat


Sebelum sakit :
Pasien tidur 6-7 jam perhari, pasien mengatakan tidak ada keluhan, bangun tidur terasa
segar.
Selama sakit :
Pasien mengatakan pada malam hari dapat tidur mulai jam 21.00-04.00 WIB tapi bila
terasa sesak pasien mengatakan sulit untuk tidur.
6. Sensori, Persepsi dan Kognitif
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, dengan menggunakan bahasa jawa. Pasien
tidak mempunyai gangguan pendengaran, pengecapan dan penglihatan serta
penciuman.
7. Konsep diri
a. Identitas Diri : Pasien mampu mengenali diri dan menyadari dirinya seorang
laki-laki yang sudah berumur dan mempunyai cucu
b. Gambaran Diri : pasien merasa dirinya sedang sakit namun pasien merasa
dapat sembuh dan sekarang sedang menjalankan pengobatan.
c. Ideal Diri : Pasien ingin sembuh dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari
seperti sebelum sakit
d. Harga Diri : pasien tidak putus asa dalam melakukan pengobatan, karena
keluarga selalu memberikan perhatian dan motivasi
e. Peran Diri : selama ini pasien menjalani perannya sebagai ayah dan kakek bagi
cucunya. Pasien selama di rumah juga sering ikut pengajian yang diadakan di
sekitar tempat tinggalnya.
8. Sexual dan Reproduksi
Pasien sudah berumur 75 tahun, mempunyai 6 orang anak dan 11 cucu.
9. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Hubungan dengan keluarga dan masyarakat baik, komunikasi dengan
menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia
Selama sakit : Hubungan dengan keluarga, sesama pasien, dan perawat baik.
10. Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : bila ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarga
Selama sakit : bila ada masalah selalu bicara dengan keluarga dan berdoa,
menjalankan pengobatan sesuai dengan anjuran Tim kesehatan.
11. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam, rutin menjalankan ibadah
Selama sakit : Pasien pasrah pada Tuhan dan berdoa.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : KU sedang, Kesadaran : CM
2. TTV : S : 36,2 °C N : 84 X/mnt TD : 150/70 mmHg RR : 28
X/mnt
3. Antropometri : TB : 164 cm; BB : 49 kg; IMT: 18,22 ; Status gizi :
4. Kepala : Mesochepal, rambut beruban, cukup bersih, pasien merasa nyeri
cekot-cekot pada kepala. Wajah pasien terlihat sayu/kusut.
5. Mata, Telinga, Hidung :
Mata : simetris, konjungtiva merah muda (tak anemis), sklera putih (tak ikterik), tak
ada gangguan penglihatan.
Hidung : bersih, napas cepat, lubang hidung simetris, terpasang kanul O2 dosis
3L/mnt.
Telinga : simetris kanan dan kiri, tak ada serumen, bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
6. Mulut : Membran mukosa lembab, tidak ada gangguan menelan, lidah bersih,
gigi masih utuh.
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
8. Dada/Thoraks :
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, ada retraksi dada
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru sonor pada interkosta 3, suara jantung redup pada interkosta 4
Auskultasi : suara napas Weezing, bunyi jantung S1-S2 Reguler
9. Abdomen
Inspeksi : bentuk supel, tidak ada lesi, asites tak ada
Palpasi : tidak teraba masa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi timpany pada lambung
Auskultasi : peristaltik usus 14 kali permenit
10. Genetalia :
Bersih, tidak berbau, tidak terpasang kateter, tak ada tanda-tanda peradangan.
11. Ekstremitas :
Ekstremitas atas dan bawah simetris, terpasang infus D5% 10 tpm pada tangan kiri
sejak 19/02/08. tidak ada oedema pada tangan maupun kaki. Akral hangat.
12. Kulit :
Turgor kulit cukup, warna kulit sawo matang, tak ada sianosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Sampel Jenis Pemeriksaan Hasil Angka normal Interpret
asi
19/02/08 Serum BUN 12,3 mg/dl 7,0 - 18,0 Normal
CREA 1,13 mg/dl 0,60 - 1,30 Normal
AST 22,3 IU/L 10,0 - 42,0 Normal
ALT 19,7 IU/L 10,0 - 40,0 Normal
GLU 108,3 mg/dl 80 - 120 Normal
UREUM 26,32 mg/dl 20,00 - 40,00 Normal

Darah WBC 6,3 x 10³/UL 4,8 - 10,3 Normal


rutin RPC 4,63 x106/UL 4,7 - 6,1 Normal
HGB 1 4,2 g/dl 14 - 18 Normal
HCT 42,7 % 42 - 52 Normal
MCV 92,2 fL 80 - 100 Normal
MCH 30,7 fL 27 - 31 Normal
MCHC 33,3 Pg 33 - 37 Normal
PLT 190 X10 ³/UL 150 - 450 Normal
RDW 48,3 fL 35 - 47 High
PDW 9,0 fL 9 - 13 Normal
MPV 8,0 fL 7,2 - 11,1 Normal
P-LCR 13,1 % 15 - 25 Low
Differential
Lym% 24,1 % 19-48 Normal
MXD% 12,5 % 0-8 High
Neut% 63,4 % 40-74 Normal
Lym# 1,5 x 10³/UL 1-37 Normal
MXD# 0,8 x 10³/UL 0-1,2 Normal
Neut# 4,0 x 10³/UL 1,5-7 Normal

Diff.
Stab 2%
Segmen 71%
Lymfo 24%
Mono 3%

F. Therapy
19/02/08
Infuse D5% 10 tpm
O2 dosis 3L/mnt
Inj. Furosemid 1 A/12 Jam
Inj. Ceftriaxone 1gram/12 jam
KSR 1X1
Ambroxole 3X1
Dexametasone 3X1
Amdixal 5 dosis 1-0-0
G. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS : Pasien mengatakan Nyeri kepala, Nyeri akut Agen biologis
rasanya cekot-cekot dengan skala 4 - 5,
nyeri terus menerus; nyeri bila hendak
BAK.
DO : S:36,2 °C N:84 X/mnt TD:150/70
mmHg RR : 28 X/mnt, wajah pasien
terlihat kusut

DS : Pasien mengatakan pipis sedikit- Retensi urine Proses penyakit


sedikit dan sering, saat pipis terasa
sakit
DO : saat BAK pasien meringis menhan
nyeri, BAK sering dan sedikit-sedikit
DS : -
DO : Terpasang infuse sejak tanggal Resiko infeksi Prosedur invasif
03/01/08, AL 7,8 x 10³/UL, HGB 8,6
g/%

DS : pasien mengatakan sesak napas, bila


tiduran sesak bertambah Pola napas tak efektif Hiperventilasi
DO : RR 28X/mnt, N 84 X.mnt, retraksi
dada (+), suara napas Wheezzing

DS : Pasien mengatakan bila kerja berat


pasien akan merasa sesak napas Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan
DO : Nadi istiraahat 84x/mnt, RR 28 X/mnt antara kebutuhan dan
suplay oksigen

H. Diagnosa Perawatan Sesuai Prioritas


1. Pola napas tidak efektif b.d Hiperventilasi
2. Nyeri akut b.d Agen biologis
3. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplay
oksigen
4. Retensi urine b.d proses penyakit
5. Resiko infeksi b.d tindakan prosedur invasif
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEPERAWATAN
Rabu, Pola napas tidak efektif NOC : Airway Managment
20/02/08 b.d Hiperventilasi  Respiratory status :  Posisikan pasien untuk memaksimalkan - Memberikan kenyamanan pada pasien
Airway patency ventilasi dan memberikan napas yang paten
 Vital sign Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara - Untuk mengetahui adanya kelainan pada
Setelah dilakukan tindakan tambahan pernapasan, hal ini untuk mengetahui apa
keperawatan selama 3x24  Atur intake cairan untuk mengoptimalkan yang terjadi pada pasien
jam diharapkan klien dapat keseimbangan cairan - Mencegah sekresi tetap lembab dan
mempertahankan  Monitor respirasi dan status O2 memudahkan pengeluaran
kepatenan jalan napas, Terapi Oksigen
dengan kriteria hasil :  Pertahankan jalan nafas yang paten - Mengurangi sesak napas yang dialami
 Menunjukkan jalan  Atur peralatan oksigenasi pasien
nafas yang paten (klien  Monitor aliran oksigen - Mencegah kerusakan sel-sel atau organ
tidak merasa tercekik,  Pertahankan posisi pasien
irama nafas, frekuensi  Observasi adanya tanda tanda
pernafasan dalam hipoventilasi
rentang normal, tidak  Monitor adanya kecemasan pasien
ada suara nafas terhadap oksigenasi
abnormal) Vital sign Monitoring
 Tanda Tanda vital  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR - Pada pasien dengan PPOK bila kambuh
dalam rentang normal  Monitor sianosis perifer maka biasanya terjadi perunahan tand-
(tekanan darah 110-  Identifikasi penyebab dari perubahan vital tanda vital
130/60-90 mmHg, sign
Nadi 60-90X/mnt, RR
12-24 X/mnt)
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Bapak K No. RM :


Umur : 75 tahun Dx Medis : PPOK
Hari/ Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/
Tgl Nama Nama
Rabu, Pola napas tidak 07.30 - Memposisikan pasien dengan Rabu, 20/02/08 jam 13.45
20/02/08 efektif b.d posisi semifowler untuk S : Pasien mengatakan masih sesak
Hiperventilasi memaksimalkan ventilasi Hindra O : N 84 X/mnt, TD 150/70 mmHg, RR 28X/mnt,
- Auskultasi suara nafas, catat terpasang kanule O2 dosis 3 L/mnt, suara napas
adanya suara tambahan Hindra wheezing, posisi tidur pasien semifowler
- Memonitor aliran O2 dengan A : tujuan belum tercapai
dosis 3L/mnt Hindra - frekwensi napas cepat
11.00 - Mengukur TD, N, suhu, dan P : Lanjutkan intervensi
13.30 RR  Kaji pola napas pasien
- Memberikan obat oral : Hindra  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ambroxole 1 tablet dan dexametasone ventilasi
0,5 mg (1tablet)  Atur intake cairan untuk mengoptimalkan
keseimbangan cairan
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien Hindra
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Monitor sianosis perifer
 Memberikan obat oral : ambroxole 1 tablet
dan dexametasone 0,5 mg (1tablet)
Kamis, 07.30
21/02/08 - Mengkaji pola napas pasien Kamis, 21/02/08 Jam 13.45
- Memposisikan pasien dengan S : pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang
posisi semifowler untuk Hindra O : N 80 X/mnt, TD 100/70 mmHg, RR 26X/mnt,
memaksimalkan ventilasi terpasang kanule O2 dosis 3 L/mnt, posisi tidur
- Menganjurkan pasien untuk pasien semifowler, tidak ada sianosis perifer
11.00 banyak minum air putih A : Tujuan tercapai sebagian Hindra
13.30 - Mengukur TD, N, suhu, dan - Sesak napas berkurang
RR Hindra P : Lanjutkan intervensi
- Memberikan obat oral :  Kaji pola napas pasien
13.35 ambroxole 1 tablet dan dexametasone Hindra  Monitor aliran oksigen
0,5 mg (1tablet)  Pertahankan posisi pasien
- Mengkaji sianosis perifer  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Berikan obat sesuai program
Jumat, 07.45
22/02/08 Jumat, 22/02/08 jam 13.45
- Mengkaji pola napas pasien S : pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang
- Memonitor aliran oksigen Hindra O : N 80 X/mnt, TD 130/70 mmHg, RR 26X/mnt,
11.00 - Mempertahankan posisi yang terpasang kanule O2 dosis 3 L/mnt, posisi tidur
13.20 nyaman bagi pasien pasien semifowler
- Mengukur TD, nadi, suhu, dan Hindra A : Tujuan tercapai sebagian
RR - Sesak napas berkurang Hindra
- Memberikan obat oral : P : Lanjutkan intervensi
dexametasone 0,5 mg (1tablet)  Kaji pola napas pasien
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Berikan obat sesuai program
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEPERAWATAN
Rabu, Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :
20/02/08 biologis  Pain Level,
 Pain control, Pain Management  Mengetahui subyektifitas klien
Setelah dilakukan asuhan  Lakukan pengkajian nyeri secara terhadap nyeri untuk menentukan
keperawatan selama 3 x 24 komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, tindakan selanjutnya
jam, klien menunjukan nyeri durasi, frekuensi, kualitas dan faktor  Mengetahui tingkat nyeri untuk
berkurang atau hilang dengan presipitasi menetukan intervensi selanjutnya
Kriteria Hasil :  Observasi reaksi nonverbal  Mengurangi nyeri dan pasien
dari
 Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan merasa lebih nyaman
(mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat
tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
untuk mengurangi nyeri, pencahayaan dan kebisingan  Mengetahui subyektifitas klien
mencari bantuan)  Pilih dan lakukan penanganan nyeri terhadap nyeri untuk menentukan
 Melaporkan bahwa nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter tindakan selanjutnya
berkurang dengan personal)  Mengalihkan pasien dari
menggunakan manajemen  Ajarkan tentang teknik non farmakologi perhatiannya terhadap nyeri dan
nyeri, skala 1-2  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri membentru pasien mengurangi
 Mampu mengenali nyeri  Evaluasi keefektifan kontrol nyeri respon terhadap nyeri
(skala, intensitas, frekuensi  Tingkatkan istirahat  Analgesik memblokade reseptor
dan tanda nyeri)  Kolaborasikan dengan dokter jika ada nyeri
 Menyatakan rasa nyaman keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang
normal
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Bapak K No. RM :


Umur : 75 tahun Dx Medis : PPOK
Hari/ Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/
Tgl Nama Nama
Rabu, Nyeri akut b.d agen 07.35  Mengkaji keluhan nyeri, lokasi, Rabu, 20/02/08 jam 13.45 WIB
20/02/08 biologis karakteristik, onset/durasi, S : pasien mengatakan masih nyeri pada kepala
frekuensi, kualitas, dan beratnya dengan skala 4-5, nyeri terasa cekot-cekot
nyeri. O : KU Lemah, wajah pasien memerah . TD
 Mengobservasi respon ketidak 150/70mmHg, S 36,2 °C, N 84X/mnt, RR 28
nyamanan secara verbal dan non X/mnt
verbal. A : Tujuan belum tercapai
 Menyediakan lingkungan yang  Nyeri belum terkontrol
nyaman P : Lanjutkan intervensi
09.00  Menganjurkan pasien untuk  Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
meningkatkan istirahat yang adekuat durasi, frekuensi, kualitas dan beratnya nyeri
untuk meringankan nyeri.  Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi
11.00  Mengukur TD, N, RR, S  Observasi respon ketidak nyamanan secara
13.00  Mengkaji perubahan nyeri verbal dan non verbal
 Menganjurkan pasien untuk meningkatkan
istirahat yang adekuat untuk meringankan nyeri
 Monitor Vital Sign

- Mengkaji keluhan nyeri, lokasi, Kamis , 20/02/08 jam 13.45


Kamis, 07.30 karakteristik, onset/durasi, S: pasien mengatakan masih nyeri pada kepala
21/02/08 frekuensi, kualitas, dan beratnya dengan skala 4-5, nyeri terasa cekot-cekot
nyeri O: KU lemah, TD 100/70mmHg, S 36,6°C, N 80
- Mengobservasi respon ketidak x/mnt
07.40 nyamanan secara verbal dan non A: Tujuan belum tercapai
verbal - Nyeri belum berkurang
11.00 - Mengukur Vital Sign: TD, N, P: Lanjutkan intervensi
11.15 RR  Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
- Menganjurkan pasien untuk onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya
meningkatkan istirahat yang nyeri.
adekuat untuk meringankan nyeri  Observasi respon ketidaknyamanan secara
verbal dan non verbal.
 Monitor vital sign
 Anjurkan Pasien banyak istirahat untuk
mengarangi nyeri
 Sediakan lingkungan yang nyaman.

Jumat, 22/02/08 jam 13.30 WIB


Jumat, 07.40 S: pasien mengatakan masih nyeri pada kepala
22/02/08 - Mengkaji keluhan nyeri, lokasi, dengan skala 4-5, nyeri terasa cekot-cekot
karakteristik, onset/durasi, O: KU lemah, wajah tenang, TD 130/70mmHg, S
frekuensi, kualitas, dan beratnya 36,2 °C, N 84 X/mnt RR26 x/mnt
nyeri A: Tujuan belum tercapai
- Mengobservasi respon ketidak - Nyeri belum berkurang
nyamanan secara verbal dan non P: Lanjutkan intervensi
11.00 verbal - Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik,
11.10 - Mengukur Vital Sign: TD, N, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya
RR,S nyeri.
- Menganjurkan Pasien banyak - Observasi respon ketidaknyamanan secara
istirahat untuk mengarangi nyeri verbal dan non verbal..
- Sediakan lingkungan yang
nyaman.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEPERAWATAN
Senin, Intoleransi Aktivitas b.d NOC : NIC :
14/01/08 kelemahan atau fatique  Energy conservation Energy Management
 Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
Setelah dilakukan tindakan dalam melakukan aktivitas
keperawatan selama  Kaji adanya factor yang menyebabkan
3x24jam, pasien kelelahan
menunjukan toleransi Activity Therapy
terhadap aktivitas dengan  Bantu klien untuk mengidentifikasi
Kriteria Hasil : aktivitas yang mampu dilakukan
 Berpartisipasi dalam  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
aktivitas fisik tanpa yang sesuai dengan kemampuan fisik,
disertai peningkatan psikologi dan social
tekanan darah, nadi dan  Bantu pasien untuk mengembangkan
RR motivasi diri dan penguatan
 Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Bpk K No. RM : 429101
Umur : 75 tahun Dx Medis : PPOK
Hari/ Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/
Tgl Nama Nama
Rabu, Intoleransi 08.30  Mengkaji kemampuan aktivitas Rabu, 20/02/08 Jam 13.45 WIB
20/02/08 Aktivitas b.d pasien S : pasien mengatakan kalau banyak beraktivitas sesak
kelemahan atau  Mengkaji pasien akan adanya napas akan kambuh
fatique 11.00 kelelahan fisik dan emosi secara O : TD 150/70 mmHg, S 37,2°C, N 84 X/mnt, RR 28
berlebihan X/mnt, KU lemah
 Mengukur TD, S, RR, N A : Tujuan tercapai sebagian
 Membantu klien untuk  Belum Mampu melakukan aktivitas sehari hari
mengidentifikasi aktivitas yang mampu (ADLs) secara mandiri
dilakukan P : Lanjutkan Intervensi
 Kaji kemampuan aktivitas pasien
 Ukur TD, S, RR, N
 Kaji pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
 Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
social
 Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan

Kamis, 07.45 Kamis, 21/02/08 Jam 13.45 WIB


21/02/08 08.00 S : pasien mengatakan badan lemes, masih sesak napas
 Mengkaji kemampuan aktivitas O : TD 107/80 mmHg, S 36,2°C, N 80 X/mnt, RR 26
pasien X/mnt, KU lemah, pasien tiduran seharian
 Kaji pasien akan adanya kelelahan A : Tujuan belum tercapai
fisik dan emosi secara berlebihan Belum Mampu melakukan aktivitas sehari hari
11.00  Membantu untuk memilih aktivitas (ADLs) secara mandiri
konsisten yang sesuai dengan P : Lanjutkan intervensi
kemampuan fisik, psikologi dan social  Ukur TD, S, RR, N
 Ukur TD, S, RR, N  Kaji pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan

Jumat, 07.40 Jumat, 22/02/08 Jam 13.40 WIB


22/02/08 S : pasien mengatakan badan lemes, masih sesak napas,
11,00 dan kepala terasa nyeri
 Mengkaji kemampuan aktivitas O : TD 130/80 mmHg, S 36,6°C, N 80 X/mnt, RR 26
pasien X/mnt, KU lemah, pasien tidur dan istirahat
 Mengukur TD, S, RR, N A : Tujuan tercapai sebagian
 Membantu klien untuk Belum Mampu melakukan aktivitas sehari hari
mengidentifikasi aktivitas yang (ADLs) secara mandiri
mampu dilakukan P : Lanjutkan intervensi
 Ukur TD, S, RR, N
 Kaji pasien akan adanya kelelahan fisik dan
emosi secara berlebihan
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEPERAWATAN
Rabu, Retensi urine b.d Setelah dilakukan tindakan - Kaji pola BAK pasien - untuk mengetahui setelah minum
20/02/08 proses penyakit keperawatan selama 2x24 jam - Anjurkan minum air putih yang banyak yang banyak apakah ada
diharapkan pasien lancar - Lakukan irigasi Kateter secara berkala peruabahan pada pola BAK
dalam eliminasi urine dengan atau terus menerus dengan tehnik steril pasien
kriteria hasil : - memudahkan BAK
- distensi kandung kemih (-)

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Bp K No. RM :
Umur : 75 tahun Dx Medis : PPOK
Hari/ Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/
Tgl Nama Nama
Rabu, Retensi urine b.d 08.30 Menganjurkan pasien minum air putrih Rabu, 20/02/08 Jam 13.00 WIB
20/02/08 proses penyakit 6-8 gelas sehari S : pasien mengatakan pipis sakit, keluar menetes dan
sedikit
12.30 Mengkaji pola BAK pasien O : BAK sedikit, menetes
A : Tujuan belum tercapai
 Retensi urine
P : Lanjutkan Intervensi
 Lakukan irigasi kateter

Kamis, 21/02/08 jam 07.30


Kamis, Kateter sudah terpasang S : pasien mengatakan pipis tak sakit
21/02/08 O : BAKlewat DC, blas (-)
A : Tujuan tercapai
P : Lanjutkan Intervensi
 Consul dokter bedah

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

HARI/ DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


TGL KEPERAWATAN
Rabu, Resiko infeksi b.d tindakan NOC : NIC :
20/02/08 prosedur invasif  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
 Risk control  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
Setelah dilakukan tindakan tangan
keperawatan selama  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
3x24jam, pasien tidak tindakan keperawatan
menunjukan tanda-tanda  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
infeksi dengan Kriteria pelindung
Hasil :  Ganti letak IV perifer dan line central dan
 Klien bebas dari tanda dressing sesuai dengan petunjuk umum
dan gejala infeksi  Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Jumlah leukosit dalam Infection Protection (proteksi terhadap
batas normal infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup
 Dorong istirahat
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Bp K No. RM :
Umur : 75 tahun Dx Medis : PPOK
Hari/ Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/
Tgl Nama Nama
Senin, Resiko infeksi b.d 07.40  Menggunakan sabun Rabu, 20/02/08 Jam 13.00 WIB
14/01/08 tindakan prosedur antimikrobia untuk cuci tangan S:-
invasif  Mencuci tangan setiap sebelum O : tidak ada kemerahan, bengkak, gatal, panas, nyeri
dan sesudah tindakan keperawatan pada daerah yang ditusuk jarum infus, pasien
 Menggunakan sarung tangan istirahat (tidur)
sebagai alat pelindung A : Tujuan tercapai sebagian
08.30  Melakukan dressing infus  Terbebas dari tanda dan gejala
08.35  Memonitor tanda dan gejala infeksi
infeksi pada tempat penusukan jarum P : Lanjutkan Intervensi
09.00 infus  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
 Memberikan injeksi cefriakson tangan
09.15 1gr IV  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Memotivasi pasien untuk tindakan keperawatan
istirahat  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
pelindung
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
 Memberikan injeksi cefriakson 1gr IV
Kamis, 08.30
21/02/08 Kamis, 21/02/08 jam 13.40
 Menggunakan sabun
antimikrobia untuk cuci tangan S:-
 Mencuci tangan setiap sebelum O : tidak ada kemerahan, bengkak, nyeri, panas pada
dan sesudah tindakan keperawatan daerah yang ditusuk jarum infuse
 Menggunakan sarung tangan A : Tujuan tercapai sebagian
08.45 sebagai alat pelindung  Terbebas dari tanda dan gejala
 Mengkaji tanda dan gejala infeksi
09.00 infeksi pada daerah yang ditusuk P : Lanjutkan intervensi
jarum infuse  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
 Memberikan injeksi cefriakson tangan
1grIV  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
 Gunakan sarung tangan sebagai alat
Jumat, 07.30 pelindung
22/02/08  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
lokal
 Menggunakan sabun  Memberikan injeksi cefriakson 1gr IV
antimikrobia untuk cuci tangan
 Mencuci tangan setiap sebelum Jumat, 22/02/08 Jam 13.30 WIB
08.10 dan sesudah tindakan keperawatan S:-
 Menggunakan baju, sarung O : tidak ada kemerahan, bengkak, nyeri, panas pada
08.15 tangan sebagai alat pelindung daerah yang ditusuk jarum infuse; Diit yang
 Melakukan dressing infuse disediakan dihabiskan
09.00 A : Tujuan tercapai sebagian
 Mengkaji tanda dan gejala
infeksi pada daerah yang ditusuk  Terbebas dari tanda dan gejala infeksi
jarum infuse P : Lanjutkan intervensi
 Memberikan injeksi cefriakson  Monitor tanda dan gejala infeksi
1gr IV sistemik dan lokal
 Menganjurkan pasien untuk  Memberikan injeksi cefriakson 1gr IV
menghabiskan diit yang disediakan  Cek AL
RS

Anda mungkin juga menyukai