Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang oleh karena
gangguan keseimbangan karbohidrat,lemak dan protein yang disebabkan kekurangan insulin
secara absolute maupun relative. Sehingga menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan
glukosuria.

Pada keadaan normal glukosa diatur sedemikian rupa oleh insulin yang diproduksi oleh sel ß
pancreas. Sehingga kadarnya dalam darah selalu keadaan normal. Baik keadaan puasa maupun
sesudah makan, kadar gula darah selalu stabil sekitar 70 sampai 110 mg %. Pada keadaan
diabetes mellitus tubuh relative kekurangan sekresi insulin maupun aktivitas insulin akibatnya
pengaturan gula darah menjadi meningkat. Walaupun kadar gula darah selalu tinggi, terjadi juga
pemecahan lemak dan protein menjadi gula (glukoneogenesis) di hati yang tidak dapat dihambat
karena insulin sekresinya relative berkurang sehingga gula darah semakin meningkat. Akibatnya
terjadi gejala-gejala diabetes mellitus yaitu poliuri, polifagi, polidipsi, lemas, berat badan
menurun.

Pasien DM mempunyai resiko untuk terjadinya komplikasi khronik yaitu : Penyakit jantung
koroner dan penyakit pembuluh darah otak 2 kali lebih besar, 50 kali lebih mudah menderita
ulkus/gangrene, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal dan 25 kali lebih cenderung
mengalami kebutaan akibat kerusakan retina daripada pasien non DM.

Gangrene diabetik adalah gangrene yang dijumpai pada penderita DM. Sedangkan gangrene
sendiri adalah kematian jaringan oleh karena obstruksi pembuluh darah yang memberikan
makanan kepada jaringan tersebut. Gangren salah satu bentuk komplikasi dari penyakit DM.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit metabolisme memerlukan perawatan seumur hidup.
Perawatan terhadap penderita memerlukan kerja sama antara dokter, penderita dan keluarga
penderita. Gangrene diabetik ini dapat terjadi pada setiap bagian tubuh yang terendah diujung
terutama pada ekstremitas bawah.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. TujuanUmum
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan penulis dapat memperoleh gambaran tentang
penerapan asuhan keperawatan klien dengan ulkus diabetikum yang menggunakan pendekatan
asuhan keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I (Asuhan Keperawatan klien dengan Ulkus
Diabetikum)
b. Untuk mengetahui Anatomi fisiologi Ulkus Diabetikum
c. Untuk mengetahui Pengertian Ulkus Diabetikum
d. Untuk mengetahui Penyebab Ulkus Diabetikum
e. Untuk mengetahui Patofisiologi Ulkus Diabetikum
f. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Ulkus Diabetikum
g. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Ulkus Diabetikum
h. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medik Ulkus Diabetikum
i. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ulkus Diabetikum.
C. METODE PENULISAN

Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literature. Studi literatur yang penulis gunakan
dengan bantuan media kepustakaan, media internet dan sumber lain untuk mendapatkan dasar
ilmiah yang berhubungan dengan asuhan keperawatan.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun secara sistematik dengan urutan sebagai berikut :
1. Bab I (Pendahuluan) yang terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.

2. Bab II (TinjauanTeori) meliputi konsep dasar penyakit (anatomi fisiologi, pengertian, penyebab,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medik) dan asuhan
keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi).

3. Bab III (Penutup) menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.Anatomi dan Fisiologi
Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus
unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1. Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun sebaliknya
mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.

Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta yang
mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap
bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin
membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini
mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu
proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.
Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang mencakup kira-kira
25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel
mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)

Fisiologi Pankreas

Pankreas merupakan organ tubuh istimewa yang berfungsi ganda sebagai kelenjar eksokrin dan
endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin pankreas membantu dan berperan penting dalam sistem
pencernaan dengan mensekresikan enzim-enzim pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin.
Sebagai kelenjar endokrin, pankreas dikenal dengan produksi hormon-hormon insulin dan
glukagon yang berperan dalam metabolisme glukosa. Fungsi endokrin pankreas dilakukan oleh
pulau-pulau Langerhans yang tersebar di antara bagian eksokrin pankreas(Guyton, 1976;
Greenspan dan Forsham, 1983; Sundler dan Hakanson, 1988).

2 .Pengertian Ulkus Diabetikum


Ulkus Diabetikum adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk akibat
sumbatan yang terjadi di pembuluh sedang atau besar pada tungkai. (Askandar, 2001 )

Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab utama
morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan
peranan penting untuk terjadinya Ulkus Uiabetik untuk terjadinya Ulkus Diabetik melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).

3. Penyebab Ulkus Diabetikum


Ulkus Diabetikum terjadi karena komplikasi diabetes mellitus yang disebut neuropati sensorik.
Penderita diabetes juga memiliki sirkulasi darah yang buruk, Neuropati sensorik menyebabkan
hilangnya sinyal terhadap rasa sakit (mati rasa) setempat dan hilangnya perlindungan terhadap
trauma, sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari, akibatnya kalus yang sudah
terbentuk berubah menjadi ulkus yang bila disertai infeksi berkembang menjadi selulitis dan
berakhir dengan gangren.

Patofisiologi Ulkus Diabetikum


Diabetes seringkali menyebabkan penyakit vaskular perifer yang menghambat sirkulasi darah.
Dalam kondisi ini, terjadi penyempitan di sekitar arteri yang sering menyebabkan penurunan
sirkulasi yang signifikan di bagian bawah tungkai dan kaki. Sirkulasi yang buruk ikut berperan
terhadap timbulnya kaki diabetik dengan menurunkan jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai
ke kulit maupun jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti sirkulasi
darah yang buruk dan neuropati. Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan
faktor endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap
terjadinya kaki diabetik.

Angiopati diabetes disebabkan oleh beberapa faktor yaitu genetik, metabolik dan faktor risiko
yang lain. Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemia) ternyata mempunyai dampak negatif yang
luas bukan hanya terhadap metabolisme karbohidrat, tetapi juga terhadap metabolisme protein
dan lemak yang dapat menimbulkan pengapuran dan penyempitan pembuluh darah
(aterosklerosis), akibatnya terjadi gaangguan peredaran pembuluh darah besar dan kecil., yang
mengakibatkan sirkulasi darah yang kurang baik, pemberian makanan dan oksigenasi kurang dan
mudah terjadi penyumbatan aliran darah terutama derah kaki.
Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita neuropati dapat berkembang
menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan yang tidak disadari akibat adanya
insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi
dan menyebabkan ulserasi dan bahkan amputasi.

5.Manifestasi klinik Ulkus Diabetikum

Ulkus Diabetikum akibat mikriangiopatik disebut juga ulkus panas walaupun nekrosis, daerah
akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri
dibagian distal . Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan
secara akut emboli memberikan gejala klinis 5 P yaitu :
Pain (nyeri).
Paleness (kepucatan).
Paresthesia (kesemutan).
Pulselessness (denyut nadi hilang)
Paralysis (lumpuh).
Klasifikasi :
Wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai kelainan
bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
6.Pemeriksaan Diagnostik Ulkus Diabetikum

a. Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau
jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut
nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang. Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah
penggunaan alat untuk memeriksa aliran darah arteri maupun vena.Pemeriksaan ini ntuk
mengidentifikasi tingkat gangguan pada pembuluh darah arteri maupun vena.

Dengan pemeriksaan yang akurat dapat membantu proses perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini
sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index.Pada kondisi normal, tekanan sistolik pada
kaki sama dengan di tangan atau lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan di area kaki,
vena ataupun arteri, akan menghasilkan tekanan sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan yang
akurat dapat membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri sehingga manajemen
perawatan juga berbeda
Cara pemeriksaan ABPI adalah sebagai berikut :
a) Baringkan klien kurang lebih selama 20 menit.
b) Pastikan area kaki tidak ada sumbatan atau hambatan dari pakaian ataupun posisi.
c) Tutup area luka dengan lapisan melindungi cuff yang menekan.
d) Tempatkan cuff di atas ankle.
e) Doppler probe letakkan di dorsalis pedis dan anterior tibial pulse (dengankonekting gel). Arah
probe Doppler 45.
f) Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang.
g) Tekan cuff perlahan untuk menurunkan tekanan sampai terdengar bunyi pulselagi. Point ini
disebut tekanan sistolik ankle.
h) Pindahkan cuff ke lengan di sisi yang sama dengan ekstremitas bawah.
i) Cari pulse brachial dengan dopler probe ( konekting gel).
j) Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang.
k) Turunkan tekanan perlahan hingga terdengar bunyi pulse lagi, point ini disebuttekanan sistolik
brachial.
l) Hitung ABPI dengan membagi hasil sistolik ankle dengan hasil sistolik brachial.
ABPI= Tekanan
sistolik ankle
Tekanan sistolik brachial

Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini


< 0.5 0.5-0.7 0.7-0.8 >0.8 >1.2

Arterial ulcer Arterial danvenus Arterial dan Venous ulcer Calcified


ulcer venous ulcer

Gangguan Gangguan arteri Gangguan arteri Gangguan Periksa ulang


pembuluh arteri danvena dan vena pembuluh vena

Hasil pemeriksaan APBI tidak hanya berfungsi mendeteksi pulse pada pasien diabeteste tapi juga
sebagai panduan dalam “Bandaging” pada kasus “leg ulcer” atau luka kaki.

b. Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui


apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya.

7.Penatalaksanaan Medik Ulkus Diabetikum

1).Medis
Menurut Soegondo (2006: 14), penatalaksanaan Medis pada pasien dengan Diabetes Mellitus
meliputi:
a. Obat hiperglikemik oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1) Pemicu sekresi insulin
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin
3) Penghambat glukoneogenesis
4) Penghambat glukosidase alfa
b. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
1) Penurunan berat badan yang cepat
2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis
3) Ketoasidosis diabetik
4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
c. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respon kadar glukosa darah.

2.) Keperawatan

Usaha perawatan dan pengobatan yang ditujukan terhadap ulkus antara lain dengan antibiotika
atau kemoterapi. Perawatan luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan klorida atau
larutan antiseptic ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium permanganate 1 : 500 mg dan
penutupan ulkus dengan kassa steril. Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang dapat merata
tekanan tubuh terhadap kaki yang luka amputasi mungkin diperlukan untuk kasus DM.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 1226), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka
panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi. Ada beberapa komponen dalam
penatalaksanaan Ulkus Diabetik:

a.Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar untuk memberikan semua unsur makanan
esensial, memenuhi kebutuhan energi, mencegah kadar glukosa darah yang tinggi dan
menurunkan kadar lemak

b.Latihan
Dengan latihan ini misalnya dengan berolahraga yang teratur akan menurunkan kadar glukosa
darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian kadar
insulin.
c.Pemantauan
Dengan melakukan pemantaunan kadar glukosa darah secara mandiri diharapkan pada penderita
diabetes dapat mengatur terapinya secara optimal.

3.)Terapi (jika diperlukan)

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari untuk mengendalikan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

4.) Pendidikan

Tujuan dari pendidikan ini adalah supaya pasien dapat mempelajari keterampilan dalam
melakukan penatalaksanaan diabetes yang mandiri dan mampu menghindari komplikasi dari
diabetes itu sendiri.

5. )Kontrol nutrisi dan metabolic

Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyembuhan luka. Adanya
anemia dan hipoalbuminemia akan berpengaruh dalam proses penyembuhan. Perlu memonitor
Hb diatas 12 gram/dl dan pertahankan albumin diatas 3,5 gram/dl. Diet pada penderita DM
dengan selulitis atau gangren diperlukan protein tinggi yaitu dengan komposisi protein 20%,
lemak 20% dan karbohidrat 60%. Infeksi atau inflamasi dapat mengakibatkan fluktuasi kadar
gula darah yang besar. Pembedahan dan pemberian antibiotika pada abses atau infeksi dapat
membantu mengontrol gula darah. Sebaliknya penderita dengan hiperglikemia yang tinggi,
kemampuan melawan infeksi turun sehingga kontrol gula darah yang baik harus diupayakan
sebagai perawatan pasien secara total.

6. )Stres Mekanik

Perlu meminimalkan beban berat (weight bearing) pada ulkus. Modifikasi weight
bearing meliputi bedrest, memakai crutch, kursi roda, sepatu yang tertutup dan sepatu khusus.
Semua pasien yang istirahat ditempat tidur, tumit dan mata kaki harus dilindungi serta kedua
tungkai harus diinspeksi tiap hari. Hal ini diperlukan karena kaki pasien sudah tidak peka lagi
terhadap rasa nyeri, sehingga akan terjadi trauma berulang ditempat yang sama menyebabkan
,bakteri masuk pada tempat luka.

7. )Tindakan Bedah

Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
a. Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
b. Derajat I – V : pengelolaan medik dan bedah minor.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan Diabetes Mellitus
bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan pengaruh fungsi pada
organ, data yang perlu dikaji meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot.
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut.
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus.
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen.
e. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang.
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen.
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi.
g. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum.
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan.
h. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi.

2 .Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut (Carpenito, Lyna juall. 2000).
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran darah ke
daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
4. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
5. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang kurang.
6. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tingginya kadar gula
darah.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
8. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.

3. Fokus Intrvensi dan Rasional


a. Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah ke daerah gangren
akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
a. Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
b.Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosi.
c. Kulit sekitar luka teraba hangat.
d. Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
e. Sensorik dan motorik membaik
Rencana tindakan :
1). Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2). Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu istirahat), hindari
penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi oedema.
3). Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok, dan
penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok dapat
menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek dari
stres.
4). Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan gula darah
secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah sehingga perfusi
jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

b.Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
a. Berkurangnya oedema sekitar luka.
b. Pus dan jaringan berkurang
c. Adanya jaringan granulasi.
d. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara abseptik menggunakan
larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan
yang mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka dan larutan yang
iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus pemeriksaan gula
darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk mengetahui
jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit.

c.Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
a. Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
b. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi nyeri.
c. Elspresi wajah klien rileks.
d. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 – 37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit,
T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
1). Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2). Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3). Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan memperberat rasa nyeri.
4). Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.
5). Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin.
6). Lakukan massage saat rawat luka.
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran pus.
7). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

d.Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil :
a. Pergerakan paien bertambah luas
b. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri, berjalan ).
c. Rasa nyeri berkurang.
d.Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1). Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2). Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula darah dalam
keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
3). Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk melatih pasien
melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.
e.Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Berat badan dan tinggi badan ideal.
b. Pasien mematuhi dietnya.
c. Kadar gula darah dalam batas normal.
d. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1). Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat
diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2).Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3). Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan salah satu
indikasi untuk menentukan diet ).
4). Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5). Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga
gula darah menurun, pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan
mencegah komplikasi.

f.Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
b. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
c. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1). Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dapat membantu
menentukan tindakan selanjutnya.
2). Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah infeksi kuman.
3). Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh,
pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi.
5). Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan menurunkan kadar gula
dalam darah sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.

g.Diagnosa no. 7
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil:
a. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat
menjelaskan kembali bila ditanya.
b.Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1). Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh
mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2). Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan
kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa
dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
4). Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien
didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung dalam tindakan yang
dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5).Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika ada/memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.

4.Implementasi /Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana
setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual,
teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.

5.Evaluasi
Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien. Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses
keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di
tujuan.
2. Tercapai sebagian pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan
sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB. III
PENUTUP
1.Kesimpulan
Ulkus Diabetikum adalah Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes melitus
sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang
tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak
atherosklerosis pada dinding pembuluh darah.(Zaidah, 2005).

Ulkus Diabetikum terjadi karena komplikasi diabetes mellitus yang disebut neuropati sensorik.
Kondisi kaki diabetik berasal dari suatu kombinasi dari beberapa penyebab seperti sirkulasi
darah yang buruk. Berbagai kelainan seperti neuropati, angiopati yang merupakan faktor
endogen dan trauma serta infeksi yang merupakan faktor eksogen yang berperan terhadap
terjadinya kaki diabetik.

Manifestasi klinik untuk ulkus diabetikum secara akut meliputi : pain (nyeri), paleness
(kepucatan), paresthesia (kesemutan), pulselessness (denyut nadi hilang), paralysis (lumpuh).
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan, Pemeriksaan Fisik : inspeksi kaki untuk
mengamati terdapat luka atau ulkus pada kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan
sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri dorsalis pedis menurun atau
hilang. Pemeriksaan Doppler ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa aliran darah
arteri maupun vena. Pemeriksaan ini untuk mengidentifikasi tingkat gangguan pada pembuluh
darah arteri maupun vena.

Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada ulkus diabetikum yaitu 1.pengendalian DM
(langkah awal penanganan pasien ulkus diabetikum adalah dengan melakukan manajemen medis
terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan pasien dengan ulkus diabetikum
juga menderita malnutrisi, penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis) 2. strategi pencegahan
(edukasi kepada pasien, perawatan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat
melindungi). 3. penanganan ulkus diabetikum : tingkat 0 ( penanganan pada tingkat ini meliputi
edukasi kepada pasien tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan), tingkat I (memerlukan
debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksi usus, perawatan lokal luka dan
pengurangan beban), tingkat II (memerlukan debrimen antibiotik yang sesuai dengan hasil
kultur, perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti), tingkat III (memerlukan
debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan
pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur), tingkat IV (pada tahap ini biasanya
memerlukan tindakan amputasi sebagaian atau seluruh kaki).

Anda mungkin juga menyukai