Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat


menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja.
Dengan demikian malaria berperan sebagai salah satu penyakit yang sangat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yang berdampak kepada masalah
sosial ekonomi dan sosial budaya. Saat ini tujuan program pengendalian malaria di
Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang hidup sehat dalam lingkungan yang
terbebas dari penularan malaria pada tahun 2030 secara bertahap.
Berdasarkan data kasus malaria tahun 2014 dari 33 kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Sumatera Utara diantaranya 15 kabupaten/kota telah menerima sertifikat
Eliminasi malaria dan tahun 2015 tambah 1 kabupaten masuk dalam tahap
pemeliharaan yakni Kab. Tapanuli Selatan, sementara 18 Kabupaten/Kota
lainnya masih dalam tahap pemberantasan, yang tersebar dalam 189 desa endemis
tinggi dan 269 endemis sedang. Desa endemis tentunya berisiko tertular penyakit
malaria.
Di Sumatera Utara angka kesakitan malaria masih fluktuatif. Angka kesakitan
malaria tahun 2015 (API) 0,51 per 1000 penduduk. Hal ini mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan data tahun 2014 yakni (API) 1 per 1000 penduduk.
Jumlah kasus klinis tahun 2015 dilaporkan 91.236 kasus dan 92,66% telah
dikonfirmasi Laboratorium atau sebanyak 83.618 kasus. Jika dibandingkan data
tahun 2014 kasus klinis malaria juga mengalami penurunan sebanyak 33,49 %.
Namun disisi lain tingginya error rate tenaga mikroskopis masih berkisar antara 20
– 60% seperti yang dilaporkan dari Kab/ Kota. Hal ini perlu mendapat perhatian
untuk dilakukan ulang pelatihan bagi petugas lab Kab/ Kota.
Malaria merupakan permasalahan utama kesehatan masyarakat di Kabupaten
Mandailing Natal. Masalah malaria bukan hanya masalah kesehatan semata, bukan
saja merupakan tanggung jawab sektor kesehatan. Tetapi, malaria telah menjadi
masalah sosial masyarakat yang memberikan dampak luas terhadap kehidupan
sosial ekonomi masyarakat. Berarti juga permasalahan malaria tidak dapat dipikul

1
oleh sektor kesehatan saja tetapi seluruh lintas sektor pemerintah bahkan tanggung
jawab seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, diperlukan wadah untuk menghimpun
dan menggerakkan, mengkoordinasikan serta mensinergiskan segenap potensi,
sumber daya yang dibutuhkan untuk menanggulangi malaria. Landasan pemikiran
tersebutlah yang mengilhami ide pembentukan Kantor Pusat Penanggulangan
Malaria Kabupaten Mandailing Natal.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Malaria?
2. Bagaimana perkembangan penyakit Malaria di Sumatera Utara?
3. Bagaimana kemitraan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dengan berbagai
sektor di Sumatera Utara dalam upaya penanggulangan Malaria?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang penyakit Malaria
2. Mengetahui perkembangan penyakit Malaria di Sumatera Utara
3. Mengetahui Kemitraan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dengan berbagai
sektor di Sumatera Utara dalam upaya penanggulangan Malaria

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Malaria


2.1.1 Pengertian Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan
primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh
infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang
(panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan (Kemenkes RI, 2011).
Infeksi malaria bisa terjadi cukup dengan satu gigitan nyamuk. Malaria
jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Contoh
kondisi penularan penyakit ini adalah jika terjadi kontak dengan darah penderita
atau janin bisa terinfeksi karena tertular dari darah sang ibu.
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada
penggunaan residu insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi
dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir
seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika
Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian
Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi
setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan
penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk,
serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit
tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke
kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia
yang bermukim didaerah tersebut.
2.1.2 Jenis-Jenis Malaria
- Malaria tropica
Jenis penyakit malaria yang pertama yaitu penyakit malaria tropica.
Penyakit yang biasa disebut juga dengan sebutan demam rimba atau jungle
fever ini juga memiliki nama lain yaitu malaria aestivo autumnal. Malaria jenis
ini disebabkan oleh plasmodium falciparum yang juga merupakan sebagai
penyumbang terbesar kematian akibat malaria. Organisme dalam
bentuk plasmodium falciparum ini akan menghalangi aliran darah menuju ke

3
otak sehingga menyebabkan koma, mengigau serta yang paling fatal yaitu akan
menyebabkan kematian.
- Malaria kuartana
Dan untuk jenis penyakit malaria yang kedua yaitu malaria
kuartana. Pengertian penyakit malaria jenis kuartana ini adalah penyakit
malaria yang disebabkan oleh plasmodium malariae. Jenis malaria yang satu ini
memiliki masa inkubasi yang lebih lama jika dibandingkan dengan jenis malaria
tertian atau tropika. Gejala yang dialami dalam jenis penyakit ini pada pertama
kali tidak akan terjadi hingga 18 sampai 40 hari setelah terjadinya infeksi. Dan
selanjutnya gejala akan terus terulang kembali di setiap 3 hari sekali.
- Malaria tertiana
Jenis malaria yang ketiga ini merupakan jenis malaria yang paling ringan
yaitu penyakit malaria tertiana. Arti dari penyakit malaria yang satu ini yaitu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi plasmodium vivax. Dalam penyakit
malaria jenis ini terdapat gejala demam yang akan terjadi setiap dua hari sekali
yang mana gejala ini akan terjadi setelah gejala yang pertama kali.Dan gejala
ini akan dirasakan oleh penderita selama kurang lebih 2 minggu setelah
terjadinya infeksi.
- Malaria plasmodium ovale
Sesuai dengan namanya, jenis penyakit malaria yang satu ini disebabkan
oleh infeksi dari plasmodium ovale. Jenis penyakit ini hampir sama dengan
jenis malaria atertiana. Dimana pada masa inkubasi penyakit ini, protozoa akan
tumbuh di dalam sel hati beberapa hari sebelum gejala yang pertama terjadi.
Dan akhirnya organisme tersebut akan terus berkembang dan semakin
menyerang dan juga menghancurkan sel darah merah, dan hal tersebut akan
mengakibatkan demam tinggi.
2.1.3 Penularan Malaria
Penularan parasit plasmodium kepada manusia adalah melalui nyamuk
anopheles betina. Ketika nyamuk menggigit seseorang yang terinfeksi malaria,
nyamuk tersebut menyedot parasit yang disebut gametocytes. Parasit tersebut
menyelesaikan siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian
merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit anda, nyamuk ini
menyuntikan parasit ke aliran darah anda. Menuju hati kemudian
melipatgandakan diri. Bentuk penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa
4
penularan dari wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui
transfusi darah.
2.1.4 Pencegahan Malaria
Biasanya pemerintah melakukan foging (pengasapan) di tempat-tempat
endemik malaria. Namun. kita juga bisa melakukan pencegahan seperti berikut:
- Menghindari gigitan nyamuk dengan memakai baju tertutup
- Menggunakan krim anti nyamuk
- Memasang kelambu anti nyamuk
- Jika Anda akan bepergian ke tempat di mana banyak nyamuk malaria
mengancam, konsultasikan dulu dengan dokter
- Jangan keluar rumah setelah senja
- Menyemprotkan obat nyamuk di kamar tidur dan isi rumah
2.2 Kemitraan
2.2.1 Pengertian Kemitraan
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk
bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan kesepakatan
prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangun
kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian,
saling percaya dan saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya
kemitraan, harus ada kesepakatan misi, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus
berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk berkorban.
2.2.2 Prinsip-Prinsip Kemitraan
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu
kemitraan oleh masing-masing naggota kemitraan yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan (Equity)
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin
kemitraan harus merasa sama atau sejajar kedudukannya dengan yang lain
dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing
anggota serta berbagai sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus
diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak awal dijalinnya
kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini
5
akan menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara
golongan (mitra).
c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan
memperoleh manfaat dari kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi
masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan menjadi efisien dan efektif
bila dilakukan bersama
2.2.3 Lembaga Pencegahan Malaria di Sumatera Utara
Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal adalah
lembaga koordinatif dibawah koordinasi Kepala Daerah/Bupati untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang terbebas dari penularan malaria. Berdasarkan
Keputusan Kepala Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten
Mandailing Natal Nomor 443.41/ 240/ KPPM/ 2012 tentang Penetapan Rencana
Strategis Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2011-2016. Berdasarkan rencana strategis tersebut, target pencapaian
API pada tahun 2016 adalah 3 per 1.000 penderita. Dalam rencana strategis
tersebut telah ditetapkan visi “Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang
Sehat dan Bebas Malaria Tahun 2020”.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kantor Pusat Penanggulangan Malaria


Ide pembentukan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dicetuskan oleh Program
Malaria Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara. Ide langsung ditindaklanjuti dengan
dukungan Instruksi Gubernur Tahun 2007 tentang Pembentukan Pusat Pengendalian
Malaria di wilayah Propinsi Sumatera Utara. Dinkes Propinsi Sumatera Utara
selanjutnya melakukan advokasi ke Bupati/Walikota se-Propinsi Sumatera Utara untuk
setiap Kabupaten/Kota dapat membentuk Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dalam
upaya memperkuat sistem pengendalian malaria di Sumatera Utara.
Di Kabupaten Mandailing, setelah kunjungan advokasi Tim Dinas Kesehatan
Propinsi Sumatera Utara, Kantor Pusat Penanggulangan Malaria dibentuk dengan
dikeluarkannya Keputusan Bupati Mandailing Natal Tahun 2007. Sejak dikeluarkannya
SK Bupati sampai tahun 2013 fungsi keberadaan Kantor Pusat Penanggulangan Malaria
di Kabupaten Mandailing Natal tidak berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat pada
LAKIP Kantor Pusat Penanggulangan Malaria Pemerintah Kabupaten Mandailing
Natal dari tahun 2009 – 2013, dimana terdapat beberapa program yang tidak mencapai
target yaitu:
1. Pada tahun 2009: komunikasi, sarana/prasarana dan strategi penyediaan obat dan
perbekalan kesehatan tidak mencapai target 100 %.
2. Pada tahun 2010: komunikasi dan strategi dalam penyediaan padat karya
penanggulangan malaria tidak mencapai target 100 %.
3. Pada tahun 2011: penyemprotan di daerah endemis malaria tidak mencapai target
100%.
4. Pada tahun 2012 dan 2013: penurunan angka kesakitan malaria, penurunan daerah
endemis malaria, dan pendeteksian jenis dan tempat hidup nyamuk malaria serta
pengetahuan masyarakat terhadap malaria tidak mencapai target 100 %.
3.2 Kebijakan Eliminasi
a. Eliminasi Malaria dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah bersama mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia usaha,
lembaga donor, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan dan masyarakat.
b. Eliminasi Malaria dilakukan secara bertahap dari kabupaten/kota, provinsi, dan dari
satu pulau atau kebeberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia menurut

7
tahapan yang didasarkan pada situasi malaria dan kondisi sumber daya yang
tersedia.
3.3 Strategi
1. Melakukan penemuan dini dan pengobatan dengan tepat.
2. Memberdayakan dan menggerakan masyarakat untuk mendukung secara aktif
upaya eliminasi malaria.
3. Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap masyarakat yang berisiko.
4. Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan sosialisasi kepada Pemerintah dan
Pemerintah Daerah untuk mendukung secara aktif eliminasi malaria.
5. Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional maupun internasional,
secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait termasuk sektor swasta,
organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan melalui forum gebrak malaria
atau forum kemitraan lainnya.
6. Menyelenggarakan sistem surveilans, monitoring dan evaluasi serta informasi
kesehatan.
7. Melakukan upaya eliminasi malaria melalui forum kemitraan Gebrak Malaria atau
forum kemitraan lain yang sudah terbentuk.
8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan teknologi dalam
upaya eliminasi malaria.
3.4 Strategi Program Menurut Kemenkes RI (2011)
a. Diagnossis Malaria: Semua kasus malaria dikonfirmasi dengan mikroskop atau
RDT.
b. Pengobatan: ACT.
c. Pencegahan: Pendistribusian kelambu, Indoor Residual Spraying/IRS, dan lain-lain
Kelambu LLIN efektif sampai 3-5 tahun dan dapat dicuci secara teratur 3 bulan
sekali.
d. Kemitraan dalam Menuju Eliminasi Malaria Mitra Potensial Pengendalian Malaria
yaitu:
1. DPRD:
Legislatif bersama eksekutif contoh : penyusunan Perda “Pengawasan
Lingkungan dari Tempat Perindukan Nyamuk” pada sektor wisata. -
Penganggaran

8
2. BAPPEDA:
- Perencanaan program
- Penganggaran
3. Sektor Pariwisata:
Penggerakan “resort”, hotel dan institusi di sektor pariwisata untuk
meniadakan tempat perindukan nyamuk di lingkungan sekitar masing-masing.
4. Sektor Informasi/Humas:
- Penyebarluasan upaya penghindaran diri dari gigitan nyamuk
- Penyebarluasan upaya pencarian pengobatan.
5. Sektor Kimpraswil:
- Penyediaan air bersih dan pembangunan MCK (mandi, cuci, kakus).
- Program sungai bersih.
6. Sektor Peternakan:
Penyuluhan penempatan kandang yang berfungsi sebagai “cattle barier”.
7. Sektor Pertanian:
Dalam rangka tanam padi serempak dan sanitasi kebun.
8. Sektor Perikanan & Kelautan:
- Budi daya ikan (ikan pemakan jentik) ditebarkan di kolam, badan air. -
Penanaman kembali pohon bakau.
9. Sektor Pendidikan Nasional:
Menjadikan pengetahuan upaya pengendalian malaria sebagai materi
pelajaran Muatan Lokal.
10. Sektor Agama:
- Bersama sektor pendidikan nasional upaya pengendalian malaria sebagai
materi pelajaran muatan lokal.
- Materi penanggulangan malaria disebarluaskan melalui khutbah Jum’at atau
kebaktian Minggu.
11. PKK :
Penggerakan ibu rumah tangga dalam pencegahan gigitan nyamuk dan
upaya pencarian pengobatan.

9
12. LSM-LSM :
Penggerakan masyarakat dalam pencegahan dan KIE, serta penemuan dan
pengobatan malaria. Lintas Sektor/Lintas Program dan Lembaga Swadaya
Masyarakat berperan sesuai peran masing-masing yangberdampak positif
terhadap pengendalian malaria (www.bappenas go.id. jurnal. Diakses tgl
23/11/16).

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menurunkan produktivitas kerja.
Dengan demikian malaria berperan sebagai salah satu penyakit yang sangat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yang berdampak kepada masalah
sosial ekonomi dan sosial budaya. Maka dari itu dibentuklah Kantor Pusat
Penanggulangan Malaria di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara untuk
menekan tingginya angka Malaria di daerah tersebut. Penanggulangan ini dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan bermitra dengan
berbagai sector seperti sector pendidikan, sector pariwisata, PKK, maupun LSM.
4.2 Saran
Dengan diadakannya suata wadah Kantor Pusat Penanggulangan Malaria yang
mengadakan berbagai program dan kemitraan dengan berbagai sector yang ada di
daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara, diharapkan angka terjadinya penyakit
malaria dapat menurun, dan mewujudkan visi Kantor Pusat Penanggulangan
Malaria yaitu “Mewujudkan Masyarakat Mandailing Natal yang Sehat dan Bebas
Malaria Tahun 2020”.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara http://diskes.sumutprov.go.id/artikel-106-laporan-


pengendalian-penyakit-program-malaria-tahun-2015.html Diakses pada tanggal 23
November 2016

Kemenkes RI. 2011. Eliminasi Malaria di Indonesia. Kemenkes RI: Jakarta

VOA Indonesia. 2013. Kasus Malaria di Indonesia Masih Tinggi. Kasus


http://www.voaindonesia.com/content/kasus-malaria-di-indonesia-masih
tinggi/1648507.html Diakses pada 23 November 2016
www.bappenas go.id. jurnal. Diakses pada 23 November 2016

12

Anda mungkin juga menyukai