Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE NON HEMORAGIK (SNH)

A. Definisi
Stroke Non Hemoragik (snh) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang
dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya :
trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti arteros sklerosisi dan
arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplay nutrisi dan
oksigen ke otak menurun yang menyebabkan terjadinya infark (Price, 2006).
Stroke Non Hemoragik juga disebut sebagai Stroke iskemik yaitu
penyumbatan yang bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri
menuju ke otak (Wikipedia, 2009)
B. Etiologi
Menurut Smaltzer (2002) penyebab Stroke Non Hemoragik yaitu :
1. Trombus (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak
dari bagian tubuh yang lain)
Merupakan penyumbatan yang terjadi karena bekuan darah, lemak dan
udara sehingga menyumbat sisitem arteri cerebral.
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak).
4. Aterosklerosis
Terbentuk dari endapan ateroma (endapan lemak) yang berlebihan dalam
pembuluh darah sehingga menyebabkan penyempitan lumen pembuluh
darah sehingga mengganggu aliran darah.
5. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah,
terutama menuju otak.
6. Hipotensi
Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnya aliran darah ke otak.
C. Patofisiologi
Otak menerima aliran darah dengan fungsi yang normal serta
membutuhkan oksigen dan glukosa. Infark serebri diawali dengan terjadinya
penurunan Cerebral Blood Flow (CBF) yang menyebabkan suplay oksigen ke
otak akan berkurang.
Stroke Non Hemoragik (SNH) dapat berupa iskemia atau emboli dan
trombosis serebral. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklorosis atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat
atau terjadi tubulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebrovaskuler.
D. Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer dkk (2010) menjelaskan ada enam tanda dan
gejala stroke Non Hemoragik yaitu sebagai berikut :
1. Kehilangan Motorik
Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah
satu sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan
hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh).
2. Kehilangan komunikasi : fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke
adalah bahasa dan komunikasi. Disfungsi bahas dan komunikasi dapat
dimanifestasikan sebagai berikut :
a. Disatria (kesulitan bicara) disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara)
c. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
3. Defisit lapang pandang (kesulitan lapang pandang)
4. Defisit sensori (kehilangan kemampuan untuk merasakan posisi dan
gerakan bagian tubuh)
5. Kerusakan fungsi kognitif (lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa dan kurang motivasi).
6. Disfungsi kandung kemih (pasien biasanya mengalami inkontensia
urinarius karena kerusakan kontrol motorik)
E. Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi sebagai berikut:
1. Hipoksia serebral (otak bergantung pada keterbatasan oksigen yang
dikirimkan ke jaringan).
2. Penurunan darah serebral (aliran darah serebral bergantung pada tekanan
darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral).
3. Luasnya area cidera (embolisme serebral dapat terjadi setelah infark
miokard atau fibralasi atrium, embolisme akan menurunkan aliran darah
ke otak).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik
a. CT-scan
Pemeriksaan ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma adanya jaringan otak yang infark atau iskemia.
b. MRI (Magnetik Resonan Imaging)
Untuk menunjukan are yang mengalami infark, hemoragik.
c. Angiografi serebral
Membantu menunjukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdrahan atau obstruksi arteri.
d. Pemeriksaan foto thorax
Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran
jantung atau kelainan jantung.
e. Sinar X Tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
f. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperlikemia
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
G. Penatalaksanaan
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreks adanya hiperglikemia atau hipoglkemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik.
9. Hindari kenaikan suhu, batuk konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
10. Nutrisi peroral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
11. Penatalaksanaan Spesifik berupa :
- Stroke Non Hemoragik : asetosal, neuroprotektor, trombolisis,
antikoagulan, obat hemoragik
- Stroke Hemoragik : neuroprotektor, tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan perfusi jaringan serebral b/d ketidakefektifan
sirkulasi darah ke otak
2. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan, susah menelan.
I. Intervensi
1. Ketidak seimbangan perfusi jaringan serebral b/d ketidakefektifan
sirkulasi darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi
jaringan efektif
Intervensi (peningkatan perfusi serebral)
- Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang
dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan
TIK.
- Catat status neurologik secara teratur
- Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
- Pantau tekanan darah
- Tinggikan kepala 15-45 derajat
- Kolaborasi obat sesuai indikasi
2. Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pola nafas efektif
Intervensi :
- Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan
- Auskultasi suara nafas
- Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
- Berikan oksigenasi sesuai indikasi
- Kolaborasi obat sesuai dokter
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan pemasukan, susah menelan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi adekuat
Intervensi :
- Kaji status nutrisi pasien
- Ketahui makanan kesukaan pasien
- Anjurkan makanan sedikit tapi sering
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat
J. Pathway

Multifaktor penyebab dan predisposisi stroke

Arteri menyempit dan trombus, embolus,

Arteri menyempit tersumbat

Suplay darah ke otak berkurang

ISKEMIK

Gangguan Kelumpuhan Area pada Terkena pada


penglihatan, area motorik di pusat bicara syaraf ke VII
disorientasi otak (motoris
ataksia Fasialis)
Kerusakan
Kelumpuhan komunikasi Fungsi
Gangguan anggota gerak verbal pengecapan
persepsi badan/tubuh menurun
sensori

Terkena pada
saraf ke 12 Imobilitas Gangguan Defisit
(hipoglosus) fisik perfusi jaringan perawatan diri
perifer

Menelan
terganggu

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. Jakarta
: EGC.

Mutaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


System Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.

Tarwoto, wartonah. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Pernafasan . Jakarta : sagung Seto

NANDA. 2008. Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.


Yogyakarta : Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai