Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar
wilayah Indonesia.1
Malaria pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2700 SM. Istilah
malaria berasal dari Italia pada abad pertengahan “Mala” (udara buruk) dan “Aria”
(rawa).2
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite dari genus
plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaran tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Ada empat jenis parasite malaria yaitu
Plasmodium Falciparum atau malaria tertian maligna (ganas) atau dikenal dengan
nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana
(jinak). Plasmodium Malariae menyebabkan malaria kuartana atau malaria
malariae. Dan Plasmodium Ovale jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya di
Afrika dan pasifik barat, menyebabkan malaria Ovale. Seseorang penderita dapat
dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi
campuran (mixed infection).3
Infeksi parasit malaria di sub sahara Afrika menurun dari 131 juta pada
tahun 2010 hingga 114 juta pada tahun 2015. Infeksinya rata-rata meningkat pada
anak usia 2-10 tahun tetapi juga umumnya menginfeksi kelompok usia lain. Pada
tahun 2015 menurut World Malaria Report dilaporkan terdapat 212 juta kasus
malaria di dunia umumnya (90%) di Afrika, di ikuti Asia Selatan dan Asia Barat
(7%) dan Mediteranian Barat (2%) sekitar (4%) kasus di dunia disebabkan oleh
vivax, tapi di luar Afrika infeksi oleh vivax hanya (41%). WHO melaporkan tahun
2016 bahwa insiden malaria mengalami penurunan 41% dari tahun 2000 hingga
2015 dan menurun 21% anatar tahun 2010 dan 2015. Pada tahun 2015 dilaporkan
kematian akibat malaria 429.000 di dunia, umumnya (92%) terjadi di Afrika, Asia
selatan dan Asia barat (6%), Mediteranian barat (2%). Sebagian besar disebabkan
oleh plasmodium falcifarum dan vivax yang menyebabkan 3100 kematian di tahun
2015 dengan 86% terjadi diluar Afrika.4
Penyakit malaria masih ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Berdasarkan API (Annual Paracite Insidence) dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi
sedang di beberapa wilayah di kalimantan, Sulawesi dan sumatera sedangkan di
jawa – bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa / focus
malaria tinggi.5
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah
maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria
merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs),
dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden
malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan
dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP)
menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus
dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi
kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk
terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination
Therapy (ACT). Dan melalui Roll Back Malaria Partnership ditekankan kembali
dukungan tersebut. Karena pentingnya penanggulangan Malaria, maka beberapa
partner internasional salah satunya Global Fund, memberikan bantuan untuk
pengendalian malaria.1
Dalam pengendalian malaria, yang ditargetkan penurunan angka
kesakitannya dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Program eliminasi malaria di
Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No
293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi
dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau
tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030. Status Indonesia masih tahap pertama yaitu
pada eliminasi malaria di DKI, Bali dan Barelang Binkar pada tahun 2010. Pada
tulisan ini, penulis membahas tentang bagaimana karakteristik penderita malaria di
wilayah Puskesmas Hamadi periode mei sampai juli tahun 2017.1

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja periode
September-November 2017?

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui karateristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja periode
September-November 2017
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Usia
1.3.2.2.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Jenis Kelamin
1.3.2.3.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan tempat tinggal
1.3.2.4.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Plasmodium

1.4.Manfaat Peneltian
1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Memberikan gambaran dan informasi mengenai malaria di wilayah
kerja Puskesmas Kotaraja distrik Abepura kota Jayapura periode 01 September
– 31 November 2017. Serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan untuk meningkatkan kinerja internal dibidang kesehatan khususnya
pada penanganan dan pencegahannya.
1.4.2. Bagi Puskesmas Kotaraja
Memberikan bahan acuan bagi Puskesmas Kotaraja Distrik abepura kota
Jayapura dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan,
khususnya penderita malaria.
1.4.3. Bagi Instusi Pendidikan
Memberikan bahan literatur atau bahan bacaan khususnya di
perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
1.4.4. Bagi Peneliti
- Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian terutama di bidang
kesehatan masyarakat.
- Memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi
kelompok peneliti selanjutnya.
- Dapat dijadikan syarat untuk menyelesaikan bagian Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) RSUD
Jayapura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Malaria

Malaria pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2700 SM. Istilah malaria
berasal dari Italia pada abad pertengahan “Mala” (udara buruk) dan “Aria” (rawa), jadi
secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk
akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu
penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Dalam
sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah
disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine
digantikan dengan cinchona.2

2.2. Penyebab Penyakit Malaria

2.2.1. Jenis Parasit

Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus Plasmodium.


Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu :

 Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum


atau malaria tertiana maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
 Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria
tertiana benigna
 Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau
malaria tertiana benigna ovale
 Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria
malariae atau malaria kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium diatas, manusia juga bisa terinfeksi oleh
Plasmodium knowlesi, yang merupakan plasmodium zoonosis yang sumber
infeksinya adalah kera. Penyebab terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum
menyebabkan suatu komplikasi yang berbahaya, sehingga disebut juga dengan
malaria berat.3,6,7

2.2.2. Siklus Hidup

Gambar 1. Siklus hidup plasmodium

Siklus hidup Plasmodium terdiri dari 2, yaitu siklus sporogoni (siklus


seksual) yang terjadi pada nyamuk dan siklus skizogoni (siklus aseksual) yang
terdapat pada manusia. Siklus ini dimulai dari siklus sporogoni yaitu ketika
nyamuk mengisap darah manusia yang terinfeksi malaria yang mengandung
plasmodium pada stadium gametosit (8). Setelah itu gametosit akan membelah
menjadi mikrogametosit (jantan) dan makrogametosit (betina) (9). Keduanya
mengadakan fertilisasi menghasilkan ookinet (10). Ookinet masuk ke lambung
nyamuk membentuk ookista (11). Ookista ini akan membentuk ribuan sprozoit
yang nantinya akan pecah (12) dan sprozoit keluar dari ookista. Sporozoit ini
akan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk, salah satunya di kelenjar ludah
nyamuk. Dengan ini siklus sporogoni telah selesai.

Siklus skizogoni terdiri dari 2 siklus, yaitu siklus


eksoeritrositik dan siklus eritrositik. Dimulai ketika nyamuk menggigit
manusia sehat. Sporozoit akan masuk kedalam tubuh manusia melewati luka
tusuk nyamuk (1). Sporozoit akan mengikuti aliran darah menuju ke hati,
sehingga menginfeksi sel hati (2) dan akan matang menjadi skizon (3). Siklus
ini disebut siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium falciparum dan
Plasmodium malariae hanya mempunyai satu siklus eksoeritrositik, sedangkan
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mempunyai bentuk hipnozoit (fase
dormant) sehingga siklus eksoeritrositik dapat berulang. Selanjutnya, skizon
akan pecah (4) mengeluarkan merozoit (5) yang akan masuk ke aliran darah
sehingga menginfeksi eritrosit dan di mulailah siklus eritrositik. Merozoit
tersebut akan berubah morfologi menjadi tropozoit belum matang lalu matang
dan membentuk skizon lagi yang pecah dan menjadi merozoit lagi (6). Diantara
bentuk tropozoit tersebut ada yang menjadi gametosit (7) dan gametosit inilah
yang nantinya akan dihisap lagi oleh nyamuk. Begitu seterusnya akan berulang-
ulang terus. Gametosit tidak menjadi penyebab terjadinya gangguan klinik pada
penderita malaria, sehingga penderita dapat menjadi sumber penularan malaria
tanpa diketahui (karier malaria).6,7,8

Table 1. Lamanya siklus eksoeritrositik


Table 2. Lamanya siklus eritrositik

2.3. Morfologi Penyakit


Penelitian berikut akan membahas tentang malaria falciparum, sehingga
morfologi yang akan dibahas adalah morfologi dari Plasmodium falciparum
secara mikroskopis yaitu sebagai berikut :9
 Tropozoit muda
Berbentuk cincin, terdapat dua buah kromatin, bentuk marginal, sel darah
merah tidak membesar, tampak sebagian sitoplasma parasit berada di
bagian tepi dari eritrosit ( bentuk accole atau form appliqué). Pada bentuk
tropozoit lanjut mengandung bintik-bintik Maurer (Maurer dots).

Gambar 2. Bentuk tropozoit muda Plasmodium falciparum.

 Skizon
Pigmen menggumpal di tengah, skizon muda berinti < 8 dan skizon tua
berinti.

Gambar 3. Bentuk skizon Plasmodium falciparum.


 Makrogametosit
Berbentuk pisang langsing, inti padat di tengah, pigmen mengelilingi inti,
sitoplasma biru kelabu.

Gambar 4. Bentuk makrogametosit Plasmodium falciparum.

 Mikrogametosit
Berbentuk pisang gemuk, inti tidak padat, pigmen mengelilingi inti,
sitoplasma biru pucat kemerahan.

Gambar 5. Bentuk mikrogametosit Plasmodium falciparum


Parasit malaria mempunyai predileksi untuk sel darah merah tertentu.
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale mempunyai afinitas terhadap
retikulosit, Plasmodium falciparum tidak pandang umur sel, dan Plasmodium
malariae mengutamakan sel-sel tua.8,9
2.4. Vektor Malaria
Nyamuk Anopheles adalah vektor siklik satu-satunya dari malaria manusia.
Dari sekitar 400 spesies Anopheles, hanya sekitar 70 spesies yang menjadi
vektor malaria. Tiap spesies mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda-beda.
Berikut beberapa contoh yang banyak ditemukan di beberapa pulau di
Indonesia :3,9,10,11
 Di Jawa dan Bali :
1. Anopheles sundaicus : tempat perindukan di rawa, sepanjang pantai
berair asin atau air tawar campur air asin terutama yang banyak
mengandung alga. Termasuk night biter (pukul 20-24), tempat istirahat
di luar dan dalam rumah, mampu terbang 5 km dari perindukan.
2. Anopheles aconitus : tempat perindukan di sawah, saluran irigasi dan
anak sungai di pedalaman, terlebih air yang mengandung jerami busuk.
Termasuk day biter dan tempat istirahatnya di rumah, kandang atau
semak.
 Di Papua :
1. Anopheles farauti : menyukai air tawar dan air payau. Tempat
perindukan di tepi sungai, rawa, genangan hujan, kolam Termasuk
night biter mengisap darah malam hari dan dini hari. Beristirahat di luar
dan di dalam rumah.
2. Anopheles punctulatus : tempat perindukan di genangan air, tepi
sungai. Termasuk night biter.
 Di Kalimantan :
1. Anopheles balabacensis : tidak memilih tempat perindukan seperti, air
di tanah bekas injakan kaki, kolam, sungai kecil.

 Di Sumatera :
1. Anopheles barbirostris : di tempat berair yang banyak ditumbuhi
tanaman, baik sekitar rumah maupun sawah. Termasuk day biter.
Di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu
spesies Plasmodium secara bersamaan sehingga dapat menyebabkan terjadinya
infeksi campuran (mixed infection).10,11
2.5.Cara Infeksi
Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara alamiah,
contohnya melalui gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya tranfusi darah
maupun malaria dari ibu ke bayinya. Sedangkan menurut Garcia dan Bruckner
terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya infeksi
Plasmodium.5,6
1. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
2. Transfusi darah dari donor penderita.
3. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
4. Infeksi impor.
5. Infeksi kongenital.
2.6. Epidemiologi Malaria
Malaria termasuk penyakit kosmopolit yang tersebar sangat luas di
seluruh dunia, baik di daerah tropis, subtropics maupun daerah beriklim dingin.
Malaria ditemukan pada 64o LU (Archangel di Rusia) sampai 32o LS (Cordoba
di Argentina), dari daerah ketinggian 2666 m sampai daerah 433 m dibawah
permukaan air laut (Laut Mati). Diantara garis lintang dan bujur, terdapat
daerah yang bebas malaria, yaitu Pasifik Tengah dan Selatan (Hawaii, Selandia
Baru). Keadaan ini dikarenakan tidak ada vektor di tempat bebas malaria
tersebut, sehingga siklus hidup parasit tidak dapat berlangsung. Suatu daerah
dikatakan endemis malaria jika secara konstan angka kejadian malaria dapat
diketahui serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun.
Peningkatan perjalanan udara internasional dan resistensi terhadap obat
antimalaria dapat meningkatkan kasus malaria impor pada turis, pelancong dan
imigran.1,9,10
Infeksi parasit malaria di sub sahara Afrika menurun dari 131 juta pada
tahun 2010 hingga 114 juta pada tahun 2015. Infeksinya rata-rata meningkat
pada anak usia 2-10 tahun tetapi juga umumnya menginfeksi kelompok usia
lain. Pada tahun 2015 menurut World Malaria Report dilaporkan terdapat 212
juta kasus malaria di dunia umumnya (90%) di Afrika, di ikuti Asia Selatan dan
Asia Barat (7%) dan Mediteranian Barat (2%) sekitar (4%) kasus di dunia
disebabkan oleh vivax, tapi di luar Afrika infeksi oleh vivax hanya (41%).
WHO melaporkan tahun 2016 bahwa insiden malaria mengalami
penurunan 41% dari tahun 2000 hingga 2015 dan menurun 21% anatar tahun
2010 dan 2015. Pada tahun 2015 dilaporkan kematian akibat malaria 429.000
di dunia, umumnya (92%) terjadi di Afrika, Asia selatan dan Asia barat (6%),
Mediteranian barat (2%). Sebagian besar disebabkan oleh plasmodium
falcifarum dan vivax yang menyebabkan 3100 kematian di tahun 2015 dengan
86% terjadi diluar Afrika.4
Penyakit malaria masih ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Berdasarkan API (Annual Paracite Insidence) dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi,
stratifikasi sedang di beberapa wilayah di kalimantan, Sulawesi dan sumatera
sedangkan di jawa – bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih
terdapat desa / focus malaria tinggi.5

Table 3. insidensi malaria menurut propinsi tahun 2007 – 2013.

2.7. Patologi dan Gejala Klinis


Gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh
penderita. Waktu terjadinya infeksi pertama kali hingga timbulnya penyakit
disebut sebagai masa inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi
hingga ditemukannya parasit malaria didalam darah disebut periode prapaten.
Keluhan yang biasanya muncul sebelum gejala demam adalah gejala
prodromal, seperti sakit kepala, lesu, nyeri tulang (arthralgia), anoreksia (hilang
nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan kadang merasa dingin di
pungung.7,9,10
Keluhan utama yang khas pada malaria disebut “trias malaria” yang
terdiri dari 3 stadium yaitu :7
1. Stadium menggigil
Pasien merasa kedinginan yang dingin sekali, sehingga menggigil. Nadi
cepat tapi lemah, bibir dan jari-jari tangan biru, kulit kering dan pucat.
Biasanya pada anak didapatkan kejang. Stadium ini berlangsung 15 menit
sampai 1 jam.
2. Stadium puncak demam Pasien yang semula merasakan kedinginan berubah
menjadi panas sekali. Suhu tubuh naik hingga 41o C sehingga menyebabkan
pasien kehausan. Muka kemerahan, kulit kering dan panas seperti terbakar,
sakit kepala makin hebat, mual dan muntah, nadi berdenyut keras. Stadium
ini berlangsung 2 sampai 6 jam.
3. Stadium berkeringat Pasien berkeringat banyak sampai basah, suhu turun
drastis bahkan mencapai dibawah ambang normal. Penderita biasanya dapat
tidur nyenyak dan saat bangun merasa lemah tapi sehat. Stadium ini
berlangsung 2 sampai 4 jam.
Pemeriksaan fisik yang ditemukan lainnya yang merupakan gejala khas
malaria adalah adanya splenomegali, hepatomegali dan anemia. Anemia terjadi
bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
 Sel darah merah yang lisis karena siklus hidup parasite
 Hancurnya eritrosit baik yang terinfeksi ataupun tidak di dalam limpa
 Hancurnya eritrosit oleh autoimun
 Pembentukan heme berkurang
 Produksi eritrosit oleh sumsum tulang juga berkurang
 Fragilitas dari eritrosit meningkat
Gejala yang biasanya muncul pada malaria falciparum ringan sama
dengan malaria lainnya, seperti demam, sakit kepala, kelemahan, nyeri tulang,
anoreksia, perut tidak enak. 7,9,10
Malaria Berat
Menurut WHO, malaria berat adalah malaria yang disebabkan oleh
infeksi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax aseksual dengan satu
atau lebih komplikasi, akan tetapi Plasmodium vivax jarang ditemukan pada
kasus ini. sebagai berikut : 7,9
1. Malaria cerebral Terjadi akibat adanya kelainan otak yang menyebabkan
terjadinya gejala penurunan kesadaran sampai koma, GCS (Glasgow
Coma Scale) < 11, atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang yang
tidak disebabkan oleh penyakit lain.
2. Anemia Berat Hb < 5 gr% atau hematokrit < 15% pada hitung parasit
>10.000/µL, bila anemianya hipokromik/mikrositik dengan
mengenyampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia/hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut Urin < 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau < 12
ml/kgBB pada anak setelah dilakukan rehidrasi, dan kreatinin > 3 mg%.
4. Edema paru / ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome).
5. Hipoglikemi (gula darah < 40 mg%).
6. Syok Tekanan sistolik < 70 mmHg disertai keringat dingin atau perbedaan
temperatur kulit-mukosa > 10C.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus digestivus atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2x24 jam setelah pendinginan pada
hipertemia.
9. Asidemia (pH < 7,25) atau asidosis (plasma bikarbonat < 15 mmol/L).
10. Makroskopik hemoglobinuri (blackwater fever) oleh karena infeksi pada
malaria akut (bukan karena obat anti malaria).
11. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada
pembuluh kapiler pada jaringan otak.
Selain itu juga terdapat beberapa keadaan yang digolongkan dalam malaria
berat, yaitu :
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS < 15) atau dalam keadaan delirium dan
somnolen.
2. Kelemahan otot (tidak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologik.
3. Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil
malaria.
4. Ikterik (bilirubin > 3 mg%).
5. Hiperpireksia (temperatur rectal > 40o C) pada dewasa/anak.

2.8.Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, antara lain: 9,10,11
1. Pemeriksaan mikroskopis
 Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah,
yaitu sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada
pemeriksaan ini bisa melihat jenis plasmodium dan stadiumstadiumnya.
Pemeriksaan ini banyak dan sering dilakukan karena dapat dilakukan
puskesmas, lapangan maupun rumah sakit. 9,10
Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang digunakan
yaitu semi-kuantitatif dan kuantitatif. Metode yang biasa digunakan adalah
metode semi-kuantitatif dengan rincian sebagai berikut : 9,10
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung
jumlah parasit/200 leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah
parasit/1000 eritrosit.9,10
 Pulasan Intradermal ( Intradermal Smears )
Penelitian di Cina belum lama ini, memperlihatkan bahwa pulasan dari
darah intradermal lebih banyak mengandung stadium matur/matang dari
Plasmodium falciparum daripada pulasan darah perifer. Penemuan ini bisa
menjadi pertimbangan untuk mendiagnosis malaria berat dengan lebih baik
dan akurat. Pulasan ini hasilnya dapat positif atau dapat juga terlihat
pigmen yang mengandung leukosit setelah dinyatakan negatif pada pulasan
darah perifer. Untuk uji kesensitifitasannya, pulasan intradermal sebanding
dengan pulasan darah dari sumsum tulang yang lebih sensitif dari pulasan
darah perifer.9,10
2. Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostic Test )
Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara
imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya, namun
lemah dalam hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada
KLB (Kejadian Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di
lapangan supaya cepat untuk ditanggulangi.
Selain pemeriksaan-pemeriksaan diatas juga terdapat pemeriksaan
penunjang lainnya. Pada malaria berat/malaria falciparum, terdapat
beberapa indikator laboratorium, antara lain :
 Biokimia 9
Hipoglokemia : < 2.2 mmol/L
Hiperlaktasemia : > 5 mmol/L
Asidosis : pH arteri < 7.3
Vena plasma HCO3 < 15 mmol/L
Serum kreatinin : > 265 µmol/L
Total bilirubin : > 50 µmol/L
Enzim hati : SGOT > 3 diatas normal
SGPT > 3 diatas normal, 5-Nukleotidase ↑
Asam urat : > 600 µmol/L
 Hematologi 9
Leukosit : > 12000 /µL
Koagulopati : platelet < 50000/µL
Fibrinogen < 200 mg/Dl
 Parasitologi 9
Hiperparasitemia : > 100000/µL – peningkatan mortalitas >500000/µL –
mortalitas tinggi > 20% parasit yang mengandung tropozoit dan skizon.

2.9.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadi Infeksi Plasmodium


Selain faktor manusia dan vektor dari malaria, juga terdapat faktor lain, seperti
: 7,11
 Faktor nutrisi
Apabila seorang penderita malaria juga mengalami malnutrisi, imunitas akan
menurun, sehingga malaria jadi lebih berat
 Faktor lingkungan
Transmisi dipengaruhi oleh iklim :
a. Paling baik pada suhu 20-30o C
b. Kelembapan udara yang lebih dari 60% (umur nyamuk > panjang).
c. Musim hujan (breeding site >, kelembapan >).
d. Pada keadaan hujan deras malaria berkurang, karena larva dan
jumlahnya berkurang karena terbawa oleh air.
2.10. Terapi Malaria
Berdasarkan atas aktivitasnya, obat anti malaria dapat dibagi menjadi :
 Gametosida : untuk membunuh bentuk seksual plasmodium (misalnya
klorokuin, kuinin dan primakuin).
 Sporontosida : untuk menghambat ookista (misalnya primakuin,
kloroguanid).
 Skozintisida : untuk memberantas bentuk skizon jaringan dan hipnozoit
(misalnya primakuin dan pirimetamin)
 kizontisida darah : untuk membunuh skizon yang berada di dalam darah
(misalnya klorokuin, kuinin, meflokuin, halofantrin, pirimetamin,
sulfadoksin, sulfon dan tetrasiklin).7,11

1. Pengobatan malaria klinis Pada fasilitas pelayanan yang tidak ada fasilitas
diagnostik malaria, dapat diobati sementara dengan regimen :1,7

Tabel 4. pengobatan malaria klinis


2. Pengobatan malaria falciparum
 Lini pertama1,7,11
Tabel 5. pengobatan malaria falciparum lini pertama

Tabel 6. Dosis Penggunaan DHP pada malaria falciparum


 Lini Kedua
Tabel 7. pengobatan malaria falciparum lini kedua

3. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi


Malaria berat adalah malaria yang terinfeksi Plasmodium
falciparum, pengobatan lama menggunakan kinin dihidroklorida drip,
sedangkan pengobatan terbaru menggunakan Artesunat i.v dan
Artemether i.m
4. Pengobatan malaria berat Artemeter dan artesunate yang merupakan
qinghaosu, diberikan dengan dosis 160 mg artemeter i.m diikuti 80 mg
per hari selama 4 hari atau 120 mg artesunat infus i.v diikuti 60 mg perhari
selama 4 hari.7,11
5. Kemoprofilaksis Ditujukan bagi orang yang akan pergi ke daerah
endemis malaria yang pergi dalam jangka waktu tertentu. Biasanya
diberikan pada infeksi Plasmodium falciparum karena merupakan spesies
dengan virulensi yang tinggi. Obat yang diberikan adalah Doksisiklin 2
mg/kgBB setiap hari selama tidak lebih dari 4-6 minggu. Doksisiklin
tidak boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan anak usia < 8 tahun.7,11
2.11. Komplikasi Penyakit malaria
Penyakit malaria dapat mengakibatkan beberapa komplikasi,
diantaranya adalah :12
 Rupture lienalis
 Malaria cerebral
 Anemia hemolytic
 Black water fever
2.12. Pencegahan Malaria

Pencegahan ditujukan untuk orang yang tinggal di daerah endemis


maupun yang ingin pergi ke daerah endemis: 1,7,11

1. Pengendalian vector
 Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
 Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.
 Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET (10-35%)
atau picaridin 7%.
2. Proteksi personal/Personal
Protection Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang
terhadap infeksi, seperti:
 Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap
(petang dan matahari terbenam).
 Penggunaan jala bed (kelambu) yang direndam insektisida
sebelumnya, kawat nyamuk, penolak serangga.
 Memakai baju yang cocok dan tertutup.
 Penggunaan obat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah
endemis. 7,11
3. Vaksin Malaria
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek,
sehingga vaksin berbeda-beda untuk setiap stadium, seperti:
 Stadium aseksual eksoeritrositik Cara kerjanya menghambat
terjadinya gejala klinis maupun transmisi penyakit di daerah endemis.
Contohnya, circumsporozoite protein (CSP), Thrombospondin-related
adhesion protein (TRAP)
 Stadium aseksual eritrositik Cara kerjanya menghambat terjadinya
infeksi parasit terhadap eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit
dan mencegah terjadinya sekuesterasi parasit di kapiler organ dalam
sehingga dapat mencegah terjadinya malaria berat. Contohnya,
merozoite surface protein (MSP), ring infected erythrocyte surface
antigen (RESA), apical membrane antigen-1 (AMA-1).
 Stadium seksual Cara kerjanya menghambat atau mengurangi
transmisi malaria di suatu daerah. Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.12
2.13. Prognosis Penyakit Malaria
Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae akan terjadi penyembuhan sempurna
pada pemberian terapi yang adekuat dan prognosisnya baik. Pada
Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan tingginya
parasitemia, jika parasit dalam darah > 100.000/mm3 dan jika
hematokrit < 30% maka prognosisnya buruk. Apabila cepat diobati
maka prognosis bisa lebih baik, namun apabila lambat pengobatan akan
menyebabkan angka kematian meningkat.11
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yakni penelitian retrospektif.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Hamadi berdasarkan catatan dari

Laboratorium Puskesmas kotarja.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan sejak 1 September – 30 November 2017.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 3.122 pasien yang dicurigai

malaria dan dipriksa DDR.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 732 pasien dengan hasil DDR

positif.

6 Definisi Operasional

Variabel Definisi Kriteria

Umur Umur spesimen yang 1. 0 – 11 bulan

dihitung dari tanggal lahir 2. 1 – 4 tahun

3. 5 – 9 tahun
sampai dilakukan 4. 10 – 14 tahun

pemeriksaan. 5. ≥ 15 tahun

Jenis Kelamin Jenis kelamin spesimen saat 1. Laki-Laki

pemeriksaan berdasarkan 2. Perempuan

karakteristik fisik.

Alamat Rumah Lokasi tempat tinggal 1. Kel. Wahno

spesimen berdasarkan 2. Kel. Vim

wilayah kerja Puskesmas 3. Kel. Wai mhorock

Hamadi 4. Luar wilayah

Jenis Plasmodium Jenis plasmodium malaria 1. Plasmodium

yang ditemukan dari 106 falciparum

spesimen pada saat 2. Plasmodium

dilakukan pemeriksaan. vivax

3. Plasmodium

malariae

4. Plasmodium

ovale
3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan data sekunder yang

diambil dari data pada Laboratorium Puskesmas Kotaraja.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan data dilakukan melalui metode analisis deskriptif dengan

menggunakan sistem tabulasi, dianalisis berdasarkan hasil persentase.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil penelitian pada bulan September- November 2017 berdasarkan objek
penelitian dari data Rekam Medik penderita malaria, tercatat 732 (Tujuh ratus tiga
puluh dua) penderita yang didiagnosa menderita malaria.

Tabel 4.1 Distribusi Penderita Malaria Bersdasarkan Umur

Umur N %
0 – 11 bln 19 2,60
1 677– 4 Thn 83 11,33
5 – 9 Thn 79 10,79
10 – 14 Thn 43 5,87
> 15 Thn 508 69,39
Total 732 100

Dari Tabel 4.1 menunjukan bahwa penderita Malaria yang terbanyak pada
kelompok rentan umur > 15 Tahun dengan persentase 69,39 % , dikuti dengan
kelompok rentan umur 1 – 4 tahun dengan persentase 11,33% , kelompok rentan umur
5 - 9 tahun dengan persentase 10,79%, kelompok rentan umur 10 – 14 tahun 5,87% ,
sedangkan kelompok rentan usia sedikit penderita malaria pada usia 0-11 bulan dengan
persentase 2,60%

Tabel 4.2 Distribusi Penderita Malaria berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %
Laki- Laki 434 59,28
Perempuan 298 40,71
Total 732 100
Dari Tabel 4.2 Menunjukan bahwa pasien dengan jenis kelamin laki- laki
merupakan penderita malaria lebih banyak, dengan presentase 59,28%, sedangkan
penderita yang berjenis kelamin Perempuan lebih sedikit jumlahnya dengan presentase
40,71%.

Tabel 4.3 Distribusi Penderita Malaria berdasarkan alamat tempat tinggal


penderita

Alamat N %
Kel. Wahno 284 38,79
Kel. Vim 242 33,06
Kel. Wai Mhorock 65 8,87
Luar wilayah 141 19,26
Total 732 100

Dari tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi penderita malaria berdasarkan


alamat tempat tinggal penderita terbanyak di Kel. Wahno dengan persentase 38,79
%, diikuti Kel. Vim dengan persentase 33,06 %, luar Wilayah 19,26%, dan terendah
pada Kel. Wai Mhorock dengan persentase 8,87%.

Tabel 4.4 Distribusi Penderita Malaria berdasarkan jenis plasmodium

Jenis plasmodium N %
Falciparum 409 55,87
Vivax 278 37,97
Ovale 0 0
Malariae 10 1,36
Mix malaria 35 4,78
(p.falciparum dan p.vivax)
Total 732 100

Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi penderita malaria berdasarkan jenis
plasmodium terbanyak yaitu jenis plasmodium falciparum dengan persentase 55,87%,
diikuti plasmodium vivax dengan persentase 37,97%, diikuti mix malaria (plasmodium
falciparum dan palsmodium vivax) dengan persentase 4,78%, dan yang terendah yaitu
plasmodium malariae dengan persentase 1,36%.

B. PEMBAHASAN
Dari penelitian retrospektif yang dilakukan dengan mengambil data sekunder
penderita malaria dari bagian Rekam Medik Puskesmas Kotaraja periode
September-november 2017 dari 3.122 total populasi dengan indikasi terinfeksi
plasmodium malaria dan di periksakan DDR, diambil 732 sampel penderita malaria
hasil konfirmasi laboratorium (DDR positif).
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan umur yang paling banyak menderita
malaria adalah kelompok rentan umur kelompok rentan umur > 15 Tahun dengan
persentase 69,39 % , kelompok rentan umur 17 – 25 tahun dan 26 – 35 tahun
dengan persentase 16,99%, dimana menurut Yohanna Sorontou (2014), kelompok
usia tersebut adalah kelompok usia produktif dengan karakter penderita yang
mempunyai mobilitas yang tinggi serta kebiasaan berada diluar rumah sampai larut
malam.14 . dikuti dengan kelompok rentan umur 1 – 4 tahun dengan persentase
11,33% , kelompok rentan umur 5 - 9 tahun dengan persentase 10,79%, kelompok
rentan umur 10 – 14 tahun 5,87% , sedangkan kelompok rentan usia sedikit
penderita malaria pada usia 0-11 bulan dengan persentase 2,60%

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa Jenis kelamin yang terbanyak


adalah laki-laki dengan presentase 58,5 %. Tingginya angka pasien laki- laki pada
usia produktif memungkinkan penularan yang lebih luas. Hal ini dikarenakan
kelompok laki- laki kebanyakan keluar rumah yang sering dapat memungkinkan
terjadinya penularan.
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi penderita malaria
berdasarkan alamat tempat tinggal penderita terbanyak di menunjukan bahwa
distribusi penderita malaria berdasarkan alamat tempat tinggal penderita terbanyak
di Kel. Wahno dengan persentase 38,79 %, diikuti Kel. Vim dengan persentase
33,06 %, luar Wilayah 19,26%, dan terendah pada Kel. Wai Mhorock dengan
persentase 8,87%. sTempat perindukan di tepi sungai, rawa, genangan hujan, kolam
Termasuk night biter mengisap darah malam hari dan dini hari. Beristirahat di luar
dan di dalam rumah.

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi penderita malaria


berdasarkan jenis plasmodium terbanyak yaitu jenis plasmodium falciparum dengan
persentase 55,87%, diikuti plasmodium vivax dengan persentase 37,97% , diikuti
mix malaria (plasmodium falciparum dan palsmodium vivax) dengan persentase
4,78%, dan yang terendah plasmodium malariae dengan persentase 1,36%.
Berdasarkan siklus hidup plasmodium falciparum lebih singkat (5 – 7 hari)
dibandingkan dengan jenis plasmodium lainnya dan satu skison dalam siklus
esksoeritrositik menghasilkan lebih banyak merozoit (trofozoit muda sebanyak
30.000).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Usia terbanyak penderita Malaria adalah pada kelompok rentan umur >15
Tahun dengan persentase 508 orang 69,39 %.
2. Jenis kelamin yang paling banyak menderita malaria adalah laki- laki
dengan jumlah kasus 434 orang (59,28%).
3. Berdasarkan alamat tempat tinggal penderita adalah pada daerah kel.
Wahno dengan jumlah kasus 284 orang (38,79%).
4. Plasmodium yang paling banyak menginfeksi penderita adalah
plasmodium falciparum dengan jumlah kasus 409 orang (55,87%).

B. SARAN
1. Kepada Puskesmas Kotaraja diharapkan dapat meningkatkan promosi
kesehatan melalui penyuluhan tentang malaria kepada masyarakat agar
dapat meningkatkan pengetahuan tentang malaria, pemberian kelambu
berinsektisida, pemberian bubuk abate dan penyemprotan foging sebagai
upaya pemutusan rantai penularan malaria.
2. Kepada Masyarakat, diharapkan agar masyarakat dapat mengubah pola
hidup yang dapat menjadi penyebab penularan malaria, sepeti mengurangi
aktivitas diluar rumah, membersikan rumah dari tempat – tempat
perindukan nyamuk (menguras bak/teampat penampunagn air, mengubur
kaleng – kaleng atau botol yang jadi tempat perindukan nyamuk dan
menutup tempat penampung air), menggunakan kelambu berinsektisida
saat tidur dan memakai obat antinyamuk dan minum obat malaria sesuai
anjuran petugas kesehtan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ferdinand JL. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Epidemiologi


malaria di Indonesia. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. April 2011
2. Nurhalin. Sejarah Malaria dan Tokoh-tokoh Malaria. Universitas
Muhammadyah. 2015
3. Hiswani. Gambaran penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia.Universitas
Sumatera Utara. Digitized by USU Digital Library.2004
4. World Health Organization. World Malaria Report. 13 December 2016
5. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. 1 December 2013
6. Nugroho A, Tumewu WM. Siklus Hidup Plasmodium Malaria. Dalam
Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi dan
Penanganan. Jakarta: EGC,2000 Hal. 38-52
7. Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006 hal.1754-1760
8. Udomsangpetch R, Wahlin B, Carlson J dkk. Plasmodium falciparum
infected eritrocytes from spontaneous eritrocytes rossettes. J Experiment
Med 2008.
9. Husada, Sriasi G. Parasitologi Kedokteran edisi Ketiga. FKUI.2006. Hal
171-209
10. Pribadi W. Parasit Malaria. Dalam: Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi
W. Paratitologi Kedokteran edisi 3. Jakarta:FKUI.2000.hal.171-197
11. Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria dari Molekuler ke Klinis
edisi 2. Jakarta:EGC 2010
12. Kartono M. Nyamuk Anopheles:Vektor Penyakit Malaria. MEDIKA.
No.XX.2003.
13. Arsin Andi A.Tinjauan Aspek Epidemiologi Malaria di Indonesia.Makasar:
Masagenapress.2012.hal 88 – 89.
14. Sorontou Yohanna. Ilmu Malaria Klinik.Jakarta: EGC.2014. hal 5.

Anda mungkin juga menyukai