PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar
wilayah Indonesia.1
Malaria pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2700 SM. Istilah
malaria berasal dari Italia pada abad pertengahan “Mala” (udara buruk) dan “Aria”
(rawa).2
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite dari genus
plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaran tusukan
(gigitan) nyamuk Anopheles spp. Ada empat jenis parasite malaria yaitu
Plasmodium Falciparum atau malaria tertian maligna (ganas) atau dikenal dengan
nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana
(jinak). Plasmodium Malariae menyebabkan malaria kuartana atau malaria
malariae. Dan Plasmodium Ovale jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya di
Afrika dan pasifik barat, menyebabkan malaria Ovale. Seseorang penderita dapat
dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium, infeksi demikian disebut infeksi
campuran (mixed infection).3
Infeksi parasit malaria di sub sahara Afrika menurun dari 131 juta pada
tahun 2010 hingga 114 juta pada tahun 2015. Infeksinya rata-rata meningkat pada
anak usia 2-10 tahun tetapi juga umumnya menginfeksi kelompok usia lain. Pada
tahun 2015 menurut World Malaria Report dilaporkan terdapat 212 juta kasus
malaria di dunia umumnya (90%) di Afrika, di ikuti Asia Selatan dan Asia Barat
(7%) dan Mediteranian Barat (2%) sekitar (4%) kasus di dunia disebabkan oleh
vivax, tapi di luar Afrika infeksi oleh vivax hanya (41%). WHO melaporkan tahun
2016 bahwa insiden malaria mengalami penurunan 41% dari tahun 2000 hingga
2015 dan menurun 21% anatar tahun 2010 dan 2015. Pada tahun 2015 dilaporkan
kematian akibat malaria 429.000 di dunia, umumnya (92%) terjadi di Afrika, Asia
selatan dan Asia barat (6%), Mediteranian barat (2%). Sebagian besar disebabkan
oleh plasmodium falcifarum dan vivax yang menyebabkan 3100 kematian di tahun
2015 dengan 86% terjadi diluar Afrika.4
Penyakit malaria masih ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Berdasarkan API (Annual Paracite Insidence) dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi
sedang di beberapa wilayah di kalimantan, Sulawesi dan sumatera sedangkan di
jawa – bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat desa / focus
malaria tinggi.5
Dalam rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah
maupun sedang dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria
merupakan salah satu indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs),
dimana ditargetkan untuk menghentikan penyebaran dan mengurangi insiden
malaria pada tahun 2015 yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan
dan angka kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP)
menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus terus menerus
dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan formulasi
kebijakan dan strategi yang tepat. Di dalam GMP ditargetkan 80% penduduk
terlindungi dan penderita mendapat pengobatan Arthemisinin based Combination
Therapy (ACT). Dan melalui Roll Back Malaria Partnership ditekankan kembali
dukungan tersebut. Karena pentingnya penanggulangan Malaria, maka beberapa
partner internasional salah satunya Global Fund, memberikan bantuan untuk
pengendalian malaria.1
Dalam pengendalian malaria, yang ditargetkan penurunan angka
kesakitannya dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk. Program eliminasi malaria di
Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No
293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi
dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh pulau
tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030. Status Indonesia masih tahap pertama yaitu
pada eliminasi malaria di DKI, Bali dan Barelang Binkar pada tahun 2010. Pada
tulisan ini, penulis membahas tentang bagaimana karakteristik penderita malaria di
wilayah Puskesmas Hamadi periode mei sampai juli tahun 2017.1
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja periode
September-November 2017?
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui karateristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja periode
September-November 2017
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Usia
1.3.2.2.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Jenis Kelamin
1.3.2.3.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan tempat tinggal
1.3.2.4.Mengetahui karakteristik penderita malaria di Puskesmas Kotaraja
berdasarkan Plasmodium
1.4.Manfaat Peneltian
1.4.1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Jayapura
Memberikan gambaran dan informasi mengenai malaria di wilayah
kerja Puskesmas Kotaraja distrik Abepura kota Jayapura periode 01 September
– 31 November 2017. Serta diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
masukan untuk meningkatkan kinerja internal dibidang kesehatan khususnya
pada penanganan dan pencegahannya.
1.4.2. Bagi Puskesmas Kotaraja
Memberikan bahan acuan bagi Puskesmas Kotaraja Distrik abepura kota
Jayapura dalam memberikan dan meningkatkan pelayanan Kesehatan,
khususnya penderita malaria.
1.4.3. Bagi Instusi Pendidikan
Memberikan bahan literatur atau bahan bacaan khususnya di
perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
1.4.4. Bagi Peneliti
- Memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian terutama di bidang
kesehatan masyarakat.
- Memberikan manfaat sebagai informasi, perbandingan, serta referensi bagi
kelompok peneliti selanjutnya.
- Dapat dijadikan syarat untuk menyelesaikan bagian Kepaniteraan Klinik
Madya (KKM) di stase Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) RSUD
Jayapura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2700 SM. Istilah malaria
berasal dari Italia pada abad pertengahan “Mala” (udara buruk) dan “Aria” (rawa), jadi
secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk
akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu, juga bisa diartikan sebagai suatu
penyakit infeksi dengan gejala demam berkala yang disebabkan oleh parasit
Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina. Dalam
sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah
disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quinine
digantikan dengan cinchona.2
Skizon
Pigmen menggumpal di tengah, skizon muda berinti < 8 dan skizon tua
berinti.
Mikrogametosit
Berbentuk pisang gemuk, inti tidak padat, pigmen mengelilingi inti,
sitoplasma biru pucat kemerahan.
Di Sumatera :
1. Anopheles barbirostris : di tempat berair yang banyak ditumbuhi
tanaman, baik sekitar rumah maupun sawah. Termasuk day biter.
Di dalam tubuh nyamuk Anopheles betina, dapat hidup lebih dari satu
spesies Plasmodium secara bersamaan sehingga dapat menyebabkan terjadinya
infeksi campuran (mixed infection).10,11
2.5.Cara Infeksi
Penyakit malaria dapat ditularkan dengan dua cara, yaitu cara alamiah,
contohnya melalui gigitan nyamuk dan non alamiah, misalnya tranfusi darah
maupun malaria dari ibu ke bayinya. Sedangkan menurut Garcia dan Bruckner
terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya infeksi
Plasmodium.5,6
1. Gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.
2. Transfusi darah dari donor penderita.
3. Penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi
4. Infeksi impor.
5. Infeksi kongenital.
2.6. Epidemiologi Malaria
Malaria termasuk penyakit kosmopolit yang tersebar sangat luas di
seluruh dunia, baik di daerah tropis, subtropics maupun daerah beriklim dingin.
Malaria ditemukan pada 64o LU (Archangel di Rusia) sampai 32o LS (Cordoba
di Argentina), dari daerah ketinggian 2666 m sampai daerah 433 m dibawah
permukaan air laut (Laut Mati). Diantara garis lintang dan bujur, terdapat
daerah yang bebas malaria, yaitu Pasifik Tengah dan Selatan (Hawaii, Selandia
Baru). Keadaan ini dikarenakan tidak ada vektor di tempat bebas malaria
tersebut, sehingga siklus hidup parasit tidak dapat berlangsung. Suatu daerah
dikatakan endemis malaria jika secara konstan angka kejadian malaria dapat
diketahui serta penularan secara alami berlangsung sepanjang tahun.
Peningkatan perjalanan udara internasional dan resistensi terhadap obat
antimalaria dapat meningkatkan kasus malaria impor pada turis, pelancong dan
imigran.1,9,10
Infeksi parasit malaria di sub sahara Afrika menurun dari 131 juta pada
tahun 2010 hingga 114 juta pada tahun 2015. Infeksinya rata-rata meningkat
pada anak usia 2-10 tahun tetapi juga umumnya menginfeksi kelompok usia
lain. Pada tahun 2015 menurut World Malaria Report dilaporkan terdapat 212
juta kasus malaria di dunia umumnya (90%) di Afrika, di ikuti Asia Selatan dan
Asia Barat (7%) dan Mediteranian Barat (2%) sekitar (4%) kasus di dunia
disebabkan oleh vivax, tapi di luar Afrika infeksi oleh vivax hanya (41%).
WHO melaporkan tahun 2016 bahwa insiden malaria mengalami
penurunan 41% dari tahun 2000 hingga 2015 dan menurun 21% anatar tahun
2010 dan 2015. Pada tahun 2015 dilaporkan kematian akibat malaria 429.000
di dunia, umumnya (92%) terjadi di Afrika, Asia selatan dan Asia barat (6%),
Mediteranian barat (2%). Sebagian besar disebabkan oleh plasmodium
falcifarum dan vivax yang menyebabkan 3100 kematian di tahun 2015 dengan
86% terjadi diluar Afrika.4
Penyakit malaria masih ditemukan diseluruh propinsi di Indonesia.
Berdasarkan API (Annual Paracite Insidence) dilakukan stratifikasi wilayah
dimana Indonesia bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi,
stratifikasi sedang di beberapa wilayah di kalimantan, Sulawesi dan sumatera
sedangkan di jawa – bali masuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih
terdapat desa / focus malaria tinggi.5
2.8.Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menegakkan diagnosis malaria dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan, antara lain: 9,10,11
1. Pemeriksaan mikroskopis
Darah
Terdapat dua sediaan untuk pemeriksaan mikroskopis darah,
yaitu sediaan darah hapus tebal dan sediaan darah hapus tipis. Pada
pemeriksaan ini bisa melihat jenis plasmodium dan stadiumstadiumnya.
Pemeriksaan ini banyak dan sering dilakukan karena dapat dilakukan
puskesmas, lapangan maupun rumah sakit. 9,10
Untuk melihat kepadatan parasit, ada dua metode yang digunakan
yaitu semi-kuantitatif dan kuantitatif. Metode yang biasa digunakan adalah
metode semi-kuantitatif dengan rincian sebagai berikut : 9,10
(-) : SDr negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : SDr positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : SDr positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : SDr positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++++) : SDr positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
Sedangkan untuk metode kuantitatif, pada SDr tebal menghitung
jumlah parasit/200 leukosit dan SDr tipis penghitungannya adalah jumlah
parasit/1000 eritrosit.9,10
Pulasan Intradermal ( Intradermal Smears )
Penelitian di Cina belum lama ini, memperlihatkan bahwa pulasan dari
darah intradermal lebih banyak mengandung stadium matur/matang dari
Plasmodium falciparum daripada pulasan darah perifer. Penemuan ini bisa
menjadi pertimbangan untuk mendiagnosis malaria berat dengan lebih baik
dan akurat. Pulasan ini hasilnya dapat positif atau dapat juga terlihat
pigmen yang mengandung leukosit setelah dinyatakan negatif pada pulasan
darah perifer. Untuk uji kesensitifitasannya, pulasan intradermal sebanding
dengan pulasan darah dari sumsum tulang yang lebih sensitif dari pulasan
darah perifer.9,10
2. Tes Diagnostik Cepat ( Rapid Diagnostic Test )
Metode ini untuk mendeteksi adanya antigen malaria dengan cara
imunokromatografi. Tes ini dapat dengan cepat didapatkan hasilnya, namun
lemah dalam hal spesifitas dan sensitifitas. Tes ini biasanya digunakan pada
KLB (Kejadian Luar Biasa) yang membutuhkan hasil yang cepat di
lapangan supaya cepat untuk ditanggulangi.
Selain pemeriksaan-pemeriksaan diatas juga terdapat pemeriksaan
penunjang lainnya. Pada malaria berat/malaria falciparum, terdapat
beberapa indikator laboratorium, antara lain :
Biokimia 9
Hipoglokemia : < 2.2 mmol/L
Hiperlaktasemia : > 5 mmol/L
Asidosis : pH arteri < 7.3
Vena plasma HCO3 < 15 mmol/L
Serum kreatinin : > 265 µmol/L
Total bilirubin : > 50 µmol/L
Enzim hati : SGOT > 3 diatas normal
SGPT > 3 diatas normal, 5-Nukleotidase ↑
Asam urat : > 600 µmol/L
Hematologi 9
Leukosit : > 12000 /µL
Koagulopati : platelet < 50000/µL
Fibrinogen < 200 mg/Dl
Parasitologi 9
Hiperparasitemia : > 100000/µL – peningkatan mortalitas >500000/µL –
mortalitas tinggi > 20% parasit yang mengandung tropozoit dan skizon.
1. Pengobatan malaria klinis Pada fasilitas pelayanan yang tidak ada fasilitas
diagnostik malaria, dapat diobati sementara dengan regimen :1,7
1. Pengendalian vector
Bisa menggunakan larvasida untuk memberantas jentik-jentik.
Semprot insektisida untuk membasmi nyamuk dewasa.
Penggunaan pembunuh serangga yang mengandung DEET (10-35%)
atau picaridin 7%.
2. Proteksi personal/Personal
Protection Adalah suatu tindakan yang dapat melindungi orang
terhadap infeksi, seperti:
Menghindari gigitan nyamuk pada waktu puncak nyamuk mengisap
(petang dan matahari terbenam).
Penggunaan jala bed (kelambu) yang direndam insektisida
sebelumnya, kawat nyamuk, penolak serangga.
Memakai baju yang cocok dan tertutup.
Penggunaan obat-obat profilaksis jika ingin bepergian ke daerah
endemis. 7,11
3. Vaksin Malaria
Parasit malaria mempunyai siklus hidup yang komplek,
sehingga vaksin berbeda-beda untuk setiap stadium, seperti:
Stadium aseksual eksoeritrositik Cara kerjanya menghambat
terjadinya gejala klinis maupun transmisi penyakit di daerah endemis.
Contohnya, circumsporozoite protein (CSP), Thrombospondin-related
adhesion protein (TRAP)
Stadium aseksual eritrositik Cara kerjanya menghambat terjadinya
infeksi parasit terhadap eritrosit, mengeliminasi parasit dalam eritrosit
dan mencegah terjadinya sekuesterasi parasit di kapiler organ dalam
sehingga dapat mencegah terjadinya malaria berat. Contohnya,
merozoite surface protein (MSP), ring infected erythrocyte surface
antigen (RESA), apical membrane antigen-1 (AMA-1).
Stadium seksual Cara kerjanya menghambat atau mengurangi
transmisi malaria di suatu daerah. Contohnya, Pfs 28 dan Pfs 25.12
2.13. Prognosis Penyakit Malaria
Pada serangan primer dengan Plasmodium vivax, Plasmodium
ovale dan Plasmodium malariae akan terjadi penyembuhan sempurna
pada pemberian terapi yang adekuat dan prognosisnya baik. Pada
Plasmodium falciparum prognosis berhubungan dengan tingginya
parasitemia, jika parasit dalam darah > 100.000/mm3 dan jika
hematokrit < 30% maka prognosisnya buruk. Apabila cepat diobati
maka prognosis bisa lebih baik, namun apabila lambat pengobatan akan
menyebabkan angka kematian meningkat.11
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 3.122 pasien yang dicurigai
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 732 pasien dengan hasil DDR
positif.
6 Definisi Operasional
3. 5 – 9 tahun
sampai dilakukan 4. 10 – 14 tahun
pemeriksaan. 5. ≥ 15 tahun
karakteristik fisik.
3. Plasmodium
malariae
4. Plasmodium
ovale
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan data sekunder yang
Umur N %
0 – 11 bln 19 2,60
1 677– 4 Thn 83 11,33
5 – 9 Thn 79 10,79
10 – 14 Thn 43 5,87
> 15 Thn 508 69,39
Total 732 100
Dari Tabel 4.1 menunjukan bahwa penderita Malaria yang terbanyak pada
kelompok rentan umur > 15 Tahun dengan persentase 69,39 % , dikuti dengan
kelompok rentan umur 1 – 4 tahun dengan persentase 11,33% , kelompok rentan umur
5 - 9 tahun dengan persentase 10,79%, kelompok rentan umur 10 – 14 tahun 5,87% ,
sedangkan kelompok rentan usia sedikit penderita malaria pada usia 0-11 bulan dengan
persentase 2,60%
Jenis Kelamin N %
Laki- Laki 434 59,28
Perempuan 298 40,71
Total 732 100
Dari Tabel 4.2 Menunjukan bahwa pasien dengan jenis kelamin laki- laki
merupakan penderita malaria lebih banyak, dengan presentase 59,28%, sedangkan
penderita yang berjenis kelamin Perempuan lebih sedikit jumlahnya dengan presentase
40,71%.
Alamat N %
Kel. Wahno 284 38,79
Kel. Vim 242 33,06
Kel. Wai Mhorock 65 8,87
Luar wilayah 141 19,26
Total 732 100
Jenis plasmodium N %
Falciparum 409 55,87
Vivax 278 37,97
Ovale 0 0
Malariae 10 1,36
Mix malaria 35 4,78
(p.falciparum dan p.vivax)
Total 732 100
Dari tabel 4.4 menunjukan bahwa distribusi penderita malaria berdasarkan jenis
plasmodium terbanyak yaitu jenis plasmodium falciparum dengan persentase 55,87%,
diikuti plasmodium vivax dengan persentase 37,97%, diikuti mix malaria (plasmodium
falciparum dan palsmodium vivax) dengan persentase 4,78%, dan yang terendah yaitu
plasmodium malariae dengan persentase 1,36%.
B. PEMBAHASAN
Dari penelitian retrospektif yang dilakukan dengan mengambil data sekunder
penderita malaria dari bagian Rekam Medik Puskesmas Kotaraja periode
September-november 2017 dari 3.122 total populasi dengan indikasi terinfeksi
plasmodium malaria dan di periksakan DDR, diambil 732 sampel penderita malaria
hasil konfirmasi laboratorium (DDR positif).
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan umur yang paling banyak menderita
malaria adalah kelompok rentan umur kelompok rentan umur > 15 Tahun dengan
persentase 69,39 % , kelompok rentan umur 17 – 25 tahun dan 26 – 35 tahun
dengan persentase 16,99%, dimana menurut Yohanna Sorontou (2014), kelompok
usia tersebut adalah kelompok usia produktif dengan karakter penderita yang
mempunyai mobilitas yang tinggi serta kebiasaan berada diluar rumah sampai larut
malam.14 . dikuti dengan kelompok rentan umur 1 – 4 tahun dengan persentase
11,33% , kelompok rentan umur 5 - 9 tahun dengan persentase 10,79%, kelompok
rentan umur 10 – 14 tahun 5,87% , sedangkan kelompok rentan usia sedikit
penderita malaria pada usia 0-11 bulan dengan persentase 2,60%
B. SARAN
1. Kepada Puskesmas Kotaraja diharapkan dapat meningkatkan promosi
kesehatan melalui penyuluhan tentang malaria kepada masyarakat agar
dapat meningkatkan pengetahuan tentang malaria, pemberian kelambu
berinsektisida, pemberian bubuk abate dan penyemprotan foging sebagai
upaya pemutusan rantai penularan malaria.
2. Kepada Masyarakat, diharapkan agar masyarakat dapat mengubah pola
hidup yang dapat menjadi penyebab penularan malaria, sepeti mengurangi
aktivitas diluar rumah, membersikan rumah dari tempat – tempat
perindukan nyamuk (menguras bak/teampat penampunagn air, mengubur
kaleng – kaleng atau botol yang jadi tempat perindukan nyamuk dan
menutup tempat penampung air), menggunakan kelambu berinsektisida
saat tidur dan memakai obat antinyamuk dan minum obat malaria sesuai
anjuran petugas kesehtan.
DAFTAR PUSTAKA