Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITAIF

“UJI KADAR ION Ca2+”

Disusun Oleh :

Nama : Alvy M. Umage

NIM : 15101101030

Jurusan : Kimia

Kelompok : I

Tanggal :

Acc :

Dosen/Asisten

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2016
PEMBUATAN LARUTAN

I. Tujuan

 Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu


 Menentukan konsentrasi suatu larutan contoh

II. Dasar Teori

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih. Larutan yang mengandung
jumlah maksimum zat terlarut didalam pelarut pada suhu tertentu dinamakan larutan jenuh
(saturated solution). Sebelum titik jenuh tercapai, larutannya disebut larutan tak jenuh
(Unsaturated solution), larutan ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan dengan
kemampuannya untuk melarutkan. Jenis ketiga, larutan lewat jenuh (supersaturated solution),
mengandung lebih banyak zat terlarut dibandingkan dengan yang terdapat didalam larutan
jenuh (Chang, 2004).
Dalam cairan dan padatan, molekul-molekul saling terikat akibat adanya tarik-menarik
antar molekul. Gaya ini juga memainkan peranan penting dalam pembentukan larutan. Bila
suatu zat (zat terlarut) larut dalam zat lain (pelarut), partikel zat terlarut akan menyebar ke
seluruh pelarut. Partikel zat terlarut ini menempati posisi yang biasanya ditempati oleh molekul
pelarut (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), kemudahan partikel zat terlarut menggantikan molekul pelarut
bergantung pada kekuatan relatif dari tiga jenis interaksi yaitu :
 Interaksi pelarut-pelarut
 Interaksi zat terlarut-zat terlarut
 Interaksi pelarut-zat terlarut
Menurut Chang (2004), terdapat beberapa cara untuk menyatakan satuan konsentrasi
yaitu:
a. Persen berdasarkan massa
Persen berdasarkan massa (percent by mass) biasanya juga disebut persen berdasarkan
bobot didefinisikan sebagai :
Massa zat terlarut
Persen berdasarkan massa zat terlarut = 𝑥 100%
massa zat terlarut+massa pelarut

massa zat terlarut


= 𝑥 100%
massa larutan
Persen berdasarkan massa tidak memiliki satuan karena merupakan perbandingan dari dua
kuantitas yang sama.
b. Molaritas (M)
Satuan Molaritas merupakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 L larutan, artinya :
mol zat terlarut
M=
Liter larutan
Jadi, molaritas memiliki satuan (mol/L)
c. Molalitas (m)
Molalitas ialah banyaknya mol zat terlarut yang dilarutkan didalam 1 kg (1000 gram)
pelarut, artinya :
mol zat terlarut
Molalitas =
massa pelarut
Misalkan, untuk menyiapkan 1 molal, atau 1 m larutan berair natrium sulfat (Na2SO4) perlu
melarutkan 1 mol (142 g) zat tersebut dalam 1 kg air.

Larutan Merupakan campuran homogen antara dua zat atau lebih yang berbeda jenis. Ada
dua komponen zat dalam pembuatan larutan, yakni zat terlarut dan zat pelarut. Fase larutan
dapat berupa fase cair, padat, atau gas tergantung pada dua sifat komponen larutan tersebut.
Apabila fase pembuat larutan atau zat-zat pembentuknya sama, zat yang berbeda dalam jumlah
terbanyak umumnya disebut pelarut, sedangkan zat yang lainnya disebut zat terlarut (Sukardjo,
1997).

Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Perubahan gaya antar molekul yang dialami
oleh molekul yang bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut keadaan tercampur
mempengaruhi baik kemudahan membentuk maupun kestabilan larutan(Oxotoby et al., 2001)

Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fase dengan gas padatan atau cairan lain.
Kesetimbangan ini sering kali menunjukkan efek yang menarik ditentukan oleh bobot molekul
dan zat terlarut. Beberapa cara dapat digunakan untuk menyatakan komposisi larutan.
Persentase massa (dengan istilah biasa adalah persen bobot) sering digunakan sehari-hari dan
diidentifikasi sebagai persentase berdasarkan massa suatu zat dalam larutan. Dalam kimia, yang
paling bermanfaat untuk menyatakan komposisi ialah fraksi mol, molaritas, dan
molalitas(Aliwati, 2003).

Fraksi mol suatu zat dalam campuran ialah jumlah mol zat itu dibagi dengan jumlah
keseluruhan mol yang ada. Istilah ini diperkenalkan dalam pembahasan campuran gas dan
hukum Dalton. Rumus fraksi mol:
𝑛1
𝑋𝑖 =
𝑛1 + 𝑛2

𝑛2
𝑋2 = 𝑛 = 1 − 𝑋1
1 +𝑛2

Fraksi mol total atau fraksi mol semua spesies harus berjumlah satu(Aliwati, 2003).

Konsentrasi zat ialah jumlah mol persatuan waktu. Satuan Internasional mol per meter
kubik ialh tidak memudahkan pekerjaan kimia, sehingga molaritas yang didefinisikan sebagai
jumlah mol zat terlarut per liter larutan yang digunakan

𝑛𝑎
𝑀= = 𝑚𝑜𝑙 𝐿−1
𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah, sehingga jumlah mol zat
terlarut per liter larutan berubah(Aliwati, 2003).

Molalitas sebaliknya adalah nisbah massa dan ini tidak bergantung pada suhu. Molalitas
didefinisikan sebagai jumlah mol terlarut per kilogram pelarut

𝑀𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑀𝑜𝑙𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑘𝑔−1
𝐾𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Dalam larutan berair encer, jumlah mol zat terlarut dalam per liter kira-kira sama dengan jumlah
mol per kilogram air. Jadi molaritas dan molalitas itu hamper sama. Untuk kelarutan tak berair
dan larutan pekat dalam air, molaritas dan molalitas tidak sama(Aliwati, 2003).

Prinsip pengenceran larutan bahwa zat terlarut yang sama dengan yang ada di sampel
larutan tak terdistribusi di seluruh volume larutan encernya. Bila larutan diencerkan, banyaknya
zat terlarut tetap konstan antara larutan awal yang diambil dan larutan akhir yang dihasilkan

𝑛 = 𝑚𝑣

𝑛1 = 𝑛𝑓

𝑀1 𝑉1 = 𝑀𝑓 𝑉𝑓

Prinsip pengenceran suatu larutan adalah suatu penambahan zat pelarut kedalam suatu larutan
sehingga konsentrasi larutan menjadi lebih kecil dengan menambahkan air
(pelarut)(Underwood,1986).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat,
akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan. Larutan gas dibuat dengan
mencampurkan suatu gas dengan gas lainnya. Karena semua gas bercampur dalam semua
perbandingan, maka setiap campuran gas adalah homogen dan merupakan larutan (Syukri,
1999).

Larutan cairan dibuat dengan melarutkan gas, cairan atau padatan dalam suatu cairan.
Jika sebagian cairan adalah air, maka larutan disebut larutan berair. Larutan padatan adalah
padatan-padatan dalam mana satu komponen terdistribusi tak beraturan pada atom atau molekul
dari komponen lainnya. Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur
tertentu disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh disebut larutan tidak jenuh.
Kadang-kadang dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak
daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperatur tersebut. Larutan yang
demikian disebut larutan lewat jenuh (Syukri, 1999).

Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan larutan jenuh, daalam jumlah tertentu
pelarut pada temperatur konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat
zat itu, molekul pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak
komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen,
yaitu larutan biner. Komponen dari larutan biner yaitu pelarut dan zat terlarut (Syukri, 1999).

Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarutpadatemperatur tertentu disebut


larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh. Kadang-kadang dijumpai suatu
keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat terlarut yang seharusnya
dapat melarut pada temperature tersebut. Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu. Semakin tinggi suhu reaksi, hasil
yang dihasilkan juga semakin bertambahh untuk waktu reaksi yang sama, sebab gerakan
molekul-molekul pereaksi semakin besar. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya
tumbukan antara molekul -molekul pereaksi yang berlanjut dengan reaksi kimia juga
besar(Mulyono, 2006).

Kelarutan merupakan banyaknya solut yang dapat dilarutkan pada pelarut tertentu pada
kondisi tertentu. Senyawa yang terlarut disebut dengan solut dan cairan yang melarutkan
disebut dengan solven, yang secara bersama-sama membentuk suatu larutan. Proses melarutkan
disebut dengan pelarut (solvasi) atau hidrasi jika pelarut yang digunakan adalah air(Satyajit,
2009).Suatu indikator digunakan ntuk menunjukka titik akhir titrasi, maka indikator harus
berubah warna tepat pada saat titran menjadi ekuivalen dengan titrat, perubahan warna itu harus
terjadi secara mendadak, agar tidak ada keraguan-keraguan tentang kapan titrasi harus
dihentikan, titrasi adalah titrasi basa kuat dengan asam kuat dan titrasi basa lemah dengan asam
kuat(Ratna, 2008).

Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan, yang memiliki komposisi merata atau
serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau lebih
dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut
adalah komponen yang terdapat dalam jumlah yang banyak. Bila dua atau lebih zat yang tidak
bereaksi dicampur, campuran yang terjadi ada 3 kemungkinan, yaitu campuran kasar, disperse
kolid, dan larutan sejati. Dua jenis campuran yang pertama bersifat heterogen dan dapat
dipisahkan seacara mekanis. Sedang larutan yang bersifat homogen tidak dapat dipisahkan
secara mekanis. Atas dasar ini campuran larutan didefinisikan sebagai campuran homogen
antara dua zat atau lebih. Keadaan Fisika larutan dapat berupa gas, cair, atau padat dengan
perbandingan yang berubah-ubah pada jarak yang luas (Prasodjo, 2006).

Pelarut merupakan matriks yang digunakan untuk melarutkan analit, yang umumnya harus
sesuai dengan matriks sampel. Oleh karena sampel yang diperikasa dengan teknik RIA berupa
serum manusia, maka pelarut harus semirip mungkin dengan serum manusia. Serum manusia
merupakan matriks yang paling cocok digunakan sebagai pelarut, namun serum yang
digunakan sebagai pelarut harus bebas dari analit yang akan diuji. Untuk uji RIA T3, serum
harus dimurnikan terhadap T3. Cara yang paling umum digunakan adalah absorbsi dengan
serbuk karbon. Larutan stándar primer merupakan larutan stándar yang dibuat dari zat stándar
dengan kemurnian sangat tinggi. Larutan stándar sekunder merupakan larutan yang
konsentrasinya ditentukan dengan metode analitik yang dapat dipercaya (Darlina, 1998).

Pada umumnya larutan stándar RIA komersil bisa berfungsi sebagai larutan stándar
sekunder, dan bisa digunakan untuk kalibrasi bila larutan stándar primer tidak tersedia. Pada
teknik RIA, setelah kesetimbangan reaksi dicapai dilakukan tahap pemisahan dimana ligan
yang terikat dan bebas harus dilepaskan (Darlina, 1998).
III. Alat dan bahan

3.1 Alat
 Botol reagen
 Gelas piala
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Labu takar
 Neraca analitik
 Spatula

3.2 Bahan
 Al2(SO4)3
 Aquades (H2O)
 Ba(OH)2
 FeCl3
 FeSO4
 H2C2O4
 K2CrO4
 KMnO4
 KSCN
 NaOH

IV. Prosedur Percobaan


1. Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M dengan larutan Al2(SO4)3, NaOH, K2CrO4,
BaCl2, H2C2O4, KMnO4, KSCN, FeSO4, FeCl3. Masing-masing didalam 300 mL
aquades
2. Larutan di buat dalam konsentrasi 0,05 M dengan larutan KMnO4,, NaOH. Masing-
masing didalam 300 mL aquades
3. Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M dengan larutan NH4OH, NaOH. Masing-
masing didalam 300 mL aquades
4. Larutan dibuat dalam konsentrasi 2 M dengan larutan Ba(OH)2. Masing-masing
dalam 300 mL aquades.
V. Hasil Pengamatan
1) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,1 M Masing-masing didalam 300 mL aquades.

Diketahui : M = 0,1 M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n= ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 0,1 . 0.3 L
n = 0,03 mol

a. Al2(SO4)3
(Ar = 27 . 2 = 54 ; Ar S = 32 . 3 = 96 ; Ar O = 16 . 12 = 192)

Mr Al2(SO4)3 = 54 + 96 +192
= 342

0,1 .342 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

10260
= = 10,26 gr
1000
b. BaCl2
(Ar Ba = 137; Ar Cl = 35 . 2 = 70 )

Mr BaCl2 = 137 + 70
= 207

0,1 .207 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

6210
= = 6,21 gr
1000
c. FeCl3
( Ar Fe = 56 ; Ar Cl = 35 . 3 = 105 )

Mr FeCl3 = 56 + 105
= 161

0,1 .161 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000
4830
= 1000 = 4,83 gr

d. FeSO4
(Ar Fe = 56 ; Ar S = 32 ; Ar O = 16 . 4 = 64)

Mr FeSO4 = 56 + 32 + 64
= 152

0,1 .152 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

4560
= 1000 = 4,56 gr

e. H2C2O4
(Ar H = 1 . 2 = 2 ; Ar C = 12 . 2 =24 ; Ar O = 16 . 4 = 64)

Mr H2C2O4 = 2 + 24 + 64
= 90

0,1 .90 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

2700
= 1000 = 2,7 gr

f. K2CrO4
(Ar K = 39 . 2 = 78 ; Ar Cr = 52 ; Ar O = 16 . 4 = 64)

Mr K2CrO4 = 78 +52 + 64
= 194

0,1 .194 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

5820
= 1000 = 5,82 gr

g. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)

Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158

0,1 .158 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

4740
= 1000 = 47,4 gr

h. KSCN
(Ar K = 39 ; Ar S = 32 ; Ar C = 12 ; Ar N = 14)

Mr KSCN = 39 + 32 + 12 + 14
= 97

0,1 .97 .300 𝑚𝐿


Masssa = 1000

2910
= 1000 = 2,91 gr

i. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)

Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40

0,1 .40 .300 𝑚𝐿


Massa = 1000

1200
= 1000 = 1,2 gr

2) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. masing-masing dalam 300 mL aquades.


Diketahui : M = 0,05 M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n= ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 0,05 . 0.3 L
n = 0,015 mol

a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; H = 1)
Mr NaOH = 23 + 16 + 1
= 40

0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000

600
= 1000 = 0,6 gr

b. KMnO4
(Ar K = 39 ; Ar Mn = 55 ; Ar O = 16 . 4 = 64)

Mr KMnO4 = 39 + 55 + 64
= 158

0,05 𝑀 . 158 . 300 𝑚𝐿


Massa = 1000

2370
= 1000 = 2,37 gr

3) Larutan dibuat dalam konsentrasi 1 M. masing-masing didalam 300 mL aquades.


Diketahui : M=1M
V = 300 mL
Ditanya : n= ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 1 M . 0.3 L
n = 0,3 mol

a. NaOH
(Ar Na = 23 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)

Mr NaoH = 23 + 16 + 1
= 40

0,05 𝑀 . 40 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000

12000
= = 12 gr
1000
b. NH4OH
(Ar N = 14 ; Ar = H = 1 . 4 = 4 ; Ar O = 16 ; Ar H = 1)

Mr NH4OH = 14 + 4 + 16 + 1
= 35

1 𝑀 . 35 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000

10500
= = 10,5 gr
1000

4) Larutan dibuat dalam konsentrasi 0,05 M. Masing-masing didalam 300 mL aquades


Diketahui : M=2M
V = 300 mL = 0,3 L
Ditanya : n= ?
Penyelesaian :

𝑛
𝑀= n = M.V
𝑣

n = M. V
n = 2 M . 0.3 L
n = 0,6 mol

a. Ba(OH)2
(Ar = Ba = 137 ; Ar O = 16 . 2 = 32 ; Ar H = 1 . 2 = 2)

Mr Ba(OH)2 = 137 + 32 +2
= 171

2 𝑀 . 171 . 300 𝑚𝐿
Massa = 1000

102600
= = 102,6 gr
1000
VI. Pembahasan

Dalam praktikum yang telah dilakukan untuk membuat suatu larutan antara beberapa
senyawa dengan menggunakan pelarut aquades-aquades (H2O) sebanyak 0,3 liter atau 300 ML.
pembuatan larutan dalam konsentrasi tertentu bergantung pada masa dari pada zat terlarut yang
digunakan massa molekul relative atau biasa disebut dengan MR, Mol dan juga Volume dari
pada pelarut yang digunakan. Jadi volume pelarut tidak berpengaruh.

Dalam percobaan yang telah dilakukan volume yang digunakan untuk membuat larutan
adalah konstan atau nilainya tetap yaitu 300 ML. Volume sendiri mempunyai pengaruh dalam
menentukan nilai konsentrasi (M). Semakin besar volume pelarut yang digunakan maka
semakin kecil konsentrasi larutan yang akan didapat begitu juga sebaliknya semakin kecil
volume pelarut yang digunakan maka akan semakin besar konsentrasi larutan yang didapat.

Selain dari pada volume massa dari pada zat terlarut yang digunakan juga mempengaruhi
dalam menentukan nilai konsentrasi sebuah larutan. Semakin besar masa zat terlatur yang
digunakan dalam pembuatan Gn larutan maka konsentrasi yang didapat semakin besar
demikian pula sebaliknya semakin kecil massa zat terlarut yang digunakan maka konsentrasi
larutan yang didapat juga akan semakin kecil.

Pada praktikum yang telah dilakukan didapat hasil untuk membuat konsentrasi sebesar 0,1
M dengan zat terlarut Al2(SO4)3, NAOH, K2CrO4, BaCl2, H2C2O4, KMnO4, KSCN, FeSO4,
FeCl3, dalam 300 ML aguades (H2O) massa untuk masing-masing larutan yang digunakan
adalah berkisar antara 1,2 g sampai dengan 10,29 g. hal ini disebabkan Karena massa molekul
relative (Mr) dari pada suatu zat terlarut maka massa yang digunakan untuk membuat larutan
tersebut akan semakin besar sedangkan jika massa molekul relative (Mr) dari suatu zat terlarut
semakin kecil maka massa yang digunakan semakin kecil.

Zat terlarut NAOH memiliki Mr sama dengan 342 inilah yang menyebabkan dalam
pembuatan larutan NAOH sebesar 0,1 M hanya memerlukan massa dari NAOH sebanyak 1,2
g yang dilarutkan dalam 300 ML aquades berada dengan zat terlarut Al 2(SO4)3 yang
memerlukan sebanyak 10,29 g untuk bisa membuat konsentrasi larutan Al2(SO4)3 dalam 300
ML aquades.

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi sebesar 0,05 M dalam 300 ML aquades
digunakan zat terlarut yaitu KMnO4, NAOH. Untuk kedua zat terlarut ini massa yang digunakan
untuk setiap zat terlarut tersebut berbeda untuk KMnO4, NAOH massa yang dibutuhkan yaitu
2,73 g dan untuk NAOH hanya membutuhkan massa sebesar 0,6 g. hal ini sama seperti dalam
membuat larutan dengan konsentrasi 0,1 M semakin besar Mr dari zat terlarut yang digunakan
maka semakin besar massa yang diperlukan. Mr dari pada KMnO4 lebih besar dari pada NAOH
sehingga NAOH membutuhkan massa yang lebih sedikit dibandingkan dengan KMnO4. Zat
terlarut yang digunakan didalam pembuatan larutan tidak menggunakan yang lainnya untuk
membuat larutan.

Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi 1 M dalam 300 ML aquades digunakan dua
jenis zat terlarut yang berbeda yaitu NAOH dan NH4OH. Memerlukan massa sebesar kedua
jenis zat terlarut ini yaitu NH4OH dan NAOH memiliki massa molekul relative (Mr) yang tidak
terlalu berbeda jauh Mr dari NH4OH adalh 35 sedangkan Mr dari pada NAOH adalah 40
sehingga untuk pembuatan larutan 1 M dalam 300 ML aquades massa yang digunakan untuk
kedua zat terlarut ini tidak jauh berbeda. NH4OH memerlukan massa sebesar 10,5 g sedangkan
Mr dari pada NAOH adalh 40 sehingga untuk pembuatan larutan 1M dalam 300 ML aquades
massa yang digunakan untuk kedua zat terlarut ini tidak jauh bebrbeda NH4OH memerlukan
massa sebesar 10,5 g sedangkan untuk NAOH memerlukan massa sebesar 12 g. Dari percobaan
yang telah dilakukan terlihat jelas bahwa banyak hal yang mempengaruhi konsentrasi larutan
yaitu massa zat terlarut, Mr, Mol, dan juga Volume.
VII. Kesimpulan

 Konsentrasi larutan ditentukan oleh massa zat terlarut, volume pelarut, Massa molekul
relatif (Mr) dan juga mol dari zat terlarut yang digunakan.
 Konsentrasi larutan dapat dinyatakan kedalam beberapa cara, yaitu :
 Persen berdasarkan massa (percent by mass)
 Molaritas (M)
 Molalitas (m)

VIII. Saran

Dalam melakukan perhitungan praktikan harus lebih jeli dan teliti agar hasil yang
didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1996. Kimia Larutan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Darlina. 1998. Pembuatan larutan standar dan pereaksi pemisah KIT RIA T 3. Jurnal Kimia.
1(2) : 78-79

Day, R. A dan Underwood, Al. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Oxtoby. 2001. Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.

Prasodjo. 2006. Kimia Analitik. Jakarta : Yudhistira.

Reymond, Chang. 2004. Kimia dasar edisi 3 jilid 2. Jakarta : Erlangga

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB


LAMPIRAN

Botol Reagen Gelas Piala

Gelas Ukur Kaca Arloji

Labu Takar Neraca Analitik Sudip

Anda mungkin juga menyukai