Oleh :
Sovi Aprila Kurmiasari (02311540000018)
Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai
kalornya maka semakin tinggi juga kualitas briket yang dihasilkan. Nilai kalor perlu diketahui
untuk mengetahui nilai panas pembakaran yang dapat dihasilkan oleh briket sebagai bahan
bakar.
𝑏−𝑐
Volatile matter, % = 𝑥 100% (2)
𝑎
Dimana : c = Massa briket setelah pemanasan pada temperatur 950oC (gram)
Briket
4925.96 35.65%
2. Tempurung 4.24 67.01 11.99 58.07 5.24 0.06
Cal/g W
Kelapa[2]
Briket
3. Cangkang 5481 Cal/g 6.46 27.15 1.43 64.04 4.05 - -
Kelapa Sawit[2]
Briket Ampas
4. Tebu(ICESEA, 1825 Cal/g 49 42.5 1.5 23.47 3 22.8 -
2014)
Briket Serabut
5. 3950 Cal/g 12 68 3 40.4 6.72 46.5 6.12
Kelapa[3]
Briket Tongkol
6. 4370 Cal/g 13.9 85.57 1.17 43.42 6.32 46.69 0.07
Jagung[4]
Briket arang
6–
7. kayu(Alimah 3583 Cal/g 6.68 36.69 - 45 – 50 38 – 42 <0.05
6.5
Dewi, 2010)
Briket Lignin
Selulosa Hemiselulosa =
8. cangkang 16.998 kJ/kg 16,1 49,9 13,5 20,5 =
= 36,47 18,90
kakao[5] 60,67
Lema
Briket Kulit 6.113 Protein Karbohidrat =
9. 5,89 26,91 9,03 64,06 k=
Singkong[6] kkal/kg = 1,2 34,7
0,3
4018,25 – Lignin
Briket Serbuk Pentosan Selulosa Holosellulosa =
10 5975,58 5,64 89,88 1,38 =
gergaji kayu[7] = 16,89 = 40,99 70,52
kal/gr 27,88
3.2 Pembahasan
Dari berbagai data yang telah didapatkan, diketahui bahwa biomassa atau briket dapat
digunakan sebagai bahan bakar padat alternatif selain batu bara. Biomassa ini merupakan bahan
kering material organik. Setiap briket memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung
bahan pembuatnya. Sehingga setiap briket akan memiliki karakteristik fisik dan karakteristik
kimia yang berbeda pula. Karakteristik fisik dari briket ini meliputi nilai kalor yang dihasilkan,
kadar air yang terkandung (moisture content), kadar zat yang menguap (volatile), kadar abu
(ash). Sedangkan karakteristik kimia meliputi berapa kandungan karbon, hidrogen, oksigen,
dan sulfur dari briket itu sendiri. Namun, tidak semua briket memiliki karakteristik kimia yang
sama.
Nilai kalor sangat menentukan kualitas briket yang dihasilkan. Semakin tingg nilai
kalor maka semakin tinggi kualitas briket yang dihasilkan. Dari data yang telah diperoleh dari
berbagai sumber diatas, maka dapat diketahui bahwa nilai kalor terbesar ada pada briket kulit
singkong sebesar 6.113 kkal/kg. Namun pada sumber literatur lain disebutkan bahwa briket
tempurung kelapa merupakan briket yang memiliki nilai kalor terbesar. Arang tempurung
kelapa memiliki nilai kalor yang tinggi karena ditinjau dari nilai kalor nya, tempurung kelapa
telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu minimal sebesar 5600 kalori/gram.
Kadar air yang terkandung dalam briket juga akan mempengaruhi kualitas briket yang
dihasilkan. Kadar air pada briket harus serendah mungkin agar kualitas briket juga baik. Dari
data diatas diketahui bahwa nilai kadar air terendah ada pada briket sekam padi yaitu sebesar
3,65%. Sehingga dari sisi analisa kadar air briket sekam padi masih paling baik.
Kandungan kadar zat menguap yang tinggi di dalam briket akan menyebabkan asap
yang lebih banyak pada saat dinyalakan, sehingga apabila CO bernilai tinggi maka hal ini tidak
baik untuk kesehatan dan lingkungan. Kadar volatil tertinggi ada pada briket serbuk gergaji
kayu sebesar 89,88% sedangkan kadar volatile terendah ada pada briket kulit singkong sebesar
26,91%.
Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas briket yang dihasilkan. Kadar
abu (ash) tertinggi pada data diatas yaitu pada briket sekam padi sebesar 31,79%. Sehingga
dari sisi analisa kadar abu, briket sekam padi merupakan briket dengan kualitas rendah.
Dari pembahasan yang telah dilakukan, maka nilai efektif pada setiap biomassa atau
briket bergantung kepada komponen penyusunnya. Hal ini dapat disesuaikan dengan
kebutuhan pemakaiannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Vachlepi, Afrizal. Suwardin, Didin.2013.Penggunaan Biobriket sebagai Bahan Bakar
Alternatif dalam Pengeringan Karet Alam.Palembang.Warta Perkaretan : 32(2)
[2]
Qistina, Idzni dkk.2016.Kajian Kualitas Briket Biomassa dari Sekam Padi dan Tempurung
Kelapa.Tangerang Selatan.Jurnal Kimia VALENSI : 2(2)
[3]
Rismayani, Sinta. Sjaifudin, Achmad.2011.Pembuatan Biobriket dari Limbah Sabut Kelapa
dan Bottom Ash.Bandung.Balai Besar Tekstil
[4]
Haluti, Siradjuddin.2012.Pemetaan Potensi Limbah Tongkol Jagung sebagai Energi
Alternatif Diwilayah Provinsi Gorontalo
[5]
Elissa Loppies, Justus.2016.Karakteristik Arang Kulit Buah Kakao yang Dihasilkan dari
Berbagai Kondisi Pirolisis.Makassar.Jurnal Industri Hasil Perkebuanan :11(2)
[6]
Wijaya, Purwita.2012.Analisis Pemanfaatan Limbah Kulit Singkong sebagai Bahan Bakar
Alternatif Biobriket.Bogor.Institut Pertanian Bogor
[7]
Ndraha, Nodali.2009.Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa
dan Serbuk Kayu terhadap Mutu yang Dihasilkan.Medan.Universitas Sumatera Utara