Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Perbedaan iini
mengakibatkan perbedaan di dalam pengujian substantifnya. Oleh karena itu, perbedaan ini
perlu disadari oleh auditor. (Mulyadi,2002:152)
Perbedaan karakteristik utang lancar dengan aktiva lancar adalah sebagai berikut:
1. Besarnya jumlah saldo akun pada neraca.
2. Metode penilaian akun pada neraca.
Dalam menyajikan aktiva lancar, klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur
aktiva lancar per tanggal neraca. Kas harus disajikan pada nilai kursnya pada tanggal
neraca, jika kas tersebut berupa valuta asing; piutang harus disajikan pada nilai bersih
yang dapat ditagih pada tanggal neraca, sediaan harus dihitung kuantitas, ditentukan
kualitas, dan kondisinya untuk dapat disajikan pada nilai bersih yang dapat direalisasikan
pada tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi
masalah penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Apa yang menjadi
kewajiban perusahaan pada tanggal neraca tidak perlu ditentukan nilainya. Klien
menghadapi fakta di dalam menyajikan utang lancar.
Menurut Boynton (2003:111), hutang usaha biasanya merupakan kewajiban lancar terbesar
dalam neraca dan merupakan faktor yang signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka
pendek perusahaan. Seperti halnya dengan piutang usaha, hutang usaha biasanya juga
dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan karenanya akan sangat rentan akan salah
saji. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan audit atas saldo aktiva, audit atas hutang lebih
ditekankan pada asersi kelengkapan daripada asersi eksistensi atau kejadian. Menurut
Mulyadi (2002:153), perbedaan pengujian substantif terhadap utang lancar dengan pengujian
substantif terhadap aktiva lancar adalah sebagai berikut:
1. Pengujian substantif terhadap utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca. Hal ini dimaksudkan oleh auditor untuk
mendeteksi adanya kemungkinan penyajian utang lancar yang lebih rendah dari saldo yang
seharusnya (understatement utang lancar). Sedangkan, pengujian substantif terhadap
aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian aktiva lancar yang lebih
tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).
2. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva lancar, auditor menghadapi masalah
penentuan kewajaran nilai aktiva lancar (nilai bersih yang dapat direalisasikan( yang
dicantumkan dalam neraca. Penentuan nilai aktiva lancar ini menyangkut penaksiran apa
yang akan terjadi dalam neraca. Di lain pihak, dalam pengujian substantif terhadap utang
lancar, auditor menghadapi fakta, menghadapi data historis mengenai kewajiban
perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh
karena itu, pengujian substantif terhadap utang lancar memerlukan waktu yang relatif
lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif terhadap aktiva lancar.
Adanya perbedaan penekanan dalam audit aktiva dan utang berdampak langsung pada
kewajiban hukum auditor. Apabila investor, kreditur dan pengguna laporan keuangan lainnya
setelah diterbitkannya laporan keuangan auditan menentukan bahwa laba dan ekuitas pemilih
telah lebih saji material, maka tuntutan hukum kepada KPA layak untuk dilakukan. Karena
kesalahan penyajian ekuitan pemilik dapat timbul baik dengan membuat lebih saji aktiva atau
membuat kurang saja utang, maka logis bagi auditor untuk menaruh perhatian yang besar
pada kedua jenis kesalahan penyajian tersebut. (Jusup,2014:726)
Eksistensi Penilaian
Komponen Hak dan Penyajian dan
atau Kelengkapan atau
Risiko Kewajiban Pengungkapan
Kejadian Alokasi
Risiko
Pengendalian Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Gabungan
Risiko
Pengujian
Sangat
Rincian yang Sedang Sedang Sedang Sangat Sedang
Rendah
Dapat
Diterima
Sumber:Boynton,2003:112
Gambar 4.2 Pengujian Substantif yang Mungkin atas Asersi Hutang Usaha
Tujuan Audit Atas Saldo
Kategori Substantif Pengujian
Akun
Prosedur Awal 1. Memperoleh pemahaman EO3, C3, RO3, VA, PD
mengenai bisnis dan industri serta
menentukan :
a. Signifikansi pembelian dan utang
usaha bagi entitas.
b. Pemicu ekonomi utama yang
mempengaruhi pembelian dan utang
usaha perusahaan.
c. Termin perdagangan standar
dalam industri, termasuk
penanggalan musiman, periode
penagihan, dst.
d. Perluasan konsentrasi aktivitas
dengan pelanggan.
2. Melakukan prosedur awal atas EO3, VA3, PD5
saldo dan catatan utang usaha
yang akan diuji lebih lanjut.
a. Menelusuri saldo awal piutang
usaha ke kertas kerja tahun
sebelumnya.
b. Menelaah aktivitas dalam akun
buku besar utang usaha dan
menyelidiki ayat jurnal yang tampak
tidak biasa menyangkut jumlah atau
sumbernya.
c. Mendapatkan daftar utang usaha
pada tanggal neraca dan
Perhatikan bahwa setiap pengujian dalam gambar tersebut diarahkan pada satu atau lebih
tujuan audit atas atas saldo akun spesifik untuk hutang usaha. Setiap pengujian dalam gambar
tersebut diarahkan pada satu atau lebih tujuan audit atas saldo akun spesifik untuk hutang
usaha, pengujian berganda diarahkan ke setiap tujuan audit atas saldo akun .Setiap pengujian
itu akan dijelaskan berikut ini, termasuk komentar tentang bagaimana beberapa pengujian
dapat disesuaikan berdasarkan tingkat risiko deteksi yang berlaku yang dapat diterima dan
dicapai.
PROSEDUR AWAL
Menurut Boynton (2003:115), titik awal untuk memenuhi setiap pengujian audit adalah
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Pemahaman tentang signifikansi
siklus pembelian dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang
penting. Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi perusaahan, termin perdagangan
standar, dan seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan konteks
untuk mengevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah menelusuri
saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya, dan menggunakan perangkat lunak audit
tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap ayat jurnal yang tidak
biasa, serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang terutang pada tanggal neraca. Auditor
juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk menentukan ketepatan
matematis dengan cara menjumlah ulang total dan dengan memverifikasi bahwa jumlahnya
telah sesuai dengan saldo akun buku besar.
PROSEDUR ANALITIS
Menurut Boynton (2003:115), tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah
mengembangkan ekspektasi atas saldo hutang usaha dan hubungan antara hutang usaha
dengan akun-akun kunci lainnya. Prosedur analitis akan dilaksanakan dalam tahap akhir dari
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian telah
konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan pada laporan keuangan.
Untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai rasio berikut ini: (Mulyadi,2002:161)
Rasio Formula
Tingkat perputaran utang usaha Pembelian+rerata utang usaha
Rasio utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha+utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor,
misalnya rasio tahun yang lalu, rerata rasio industri, atau rasio yang dianggarkan.
Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan: (1) peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, (2) perubahan akuntansi, (3) perubahan usaha, (4) fluktuasi acak, atau (5)
salah saji.
Dengan hormat,
Bersama ini kami beritahukan bahwa auditor kami, Kantor Akuntan Publik
Sugiarto & Rekan, sedang mengaudit laporan keuangan kami untuk tahun yang
Sumber: Jusup,2014:733
Dengan adanya laporan dari penjual dan faktur yang diterbitkan penjual, yang
keduanya merupakan bukti yang bisa dipercaya karena dibuat oleh pihak ketiga,
konfirmasi menjadi kurang lazim digunakan dalam audit atas utang usaha dibandingkan
dengan konfrimasi yang sangat lazim digunakan dalam audit atas piutang usaha. Apabila
klien memiliki pengendalian internal yang memadai dan tersedia laporan dari penjual
untuk diperiksa, auditor biasanya tidak mengirim konfirmasi/ namun, apabila
pengendalian internal klien lemah, dan laporan dari penjual tidak tersedia, atau apabila
auditor meragukan intergritas klien maka pengiriman permintaan konfrimasi kepada
penjual layak untuk dilakukan. Oleh karena tekanan utama audit uutang usaha adalah pada
kurang saji, maka akun utang usaha yang dikonfirmasi harus mencakup akun bersaldo
besar, akun bersaldo nol, dan suatu sampel yang representatif lainnya.
Apabila auditor memeriksa laporan dari penjual atau jawaban konfirmasi, harus
dilakukan rekonsiliasi antara laporan atau konfrimasi dengan daftar utang usaha. Selisih
yang ditemukan, seringkali terjadi karena adanya barang dalam perjalanan, check sudah
dikirim klien tapi belum sampai ke tangan penjual, atau karena adanya penundaan dalam
proses akuntansi.
Ukuran Sampel
Ukuran sampel dalam pengujian utang usaha sangat bervariasi tergantung pada berbagai
faktor seperti misalnya: materialitas utang usaha, jumlah akun yang ada, hasil penilaian risiko
pengendalian, dan hasil audit tahun yang lalu. Apabila pengendalian internal klien lemah,
yang tidak jarang dijumpai pada utang usaha, hampir seluruh populasi harus diperiksa. Dalam
situasi yang lain hanya sebagian kecil dipandang perlu untuk diperiksa.
Sampling statististikal kurang lazim digunakan untuk pengauditan uatng usaha
dibandingkan dengan untuk piutang usaha. Perumusan populasi dan penentuan ukuran
populasi sering lebih sulit untuk utang usaha. Karena tekanan audit adalah pada utang usaha
yang tidak dicatat, auditor harus mencoba agar populasi mencakup semua kewajiban
potensial. (Haryono, 2014:734)