Anda di halaman 1dari 15

Mentalitas Pembangunan dan Mengembangkan Mentalitas Pembangunan

Makalah ini disusun guna memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Sosio-Antropologi Pembangunan
Dosen Pengampu: Dra.Zaharah,M.Ed

Disusun oleh:
Syifa Mawaddah 11150150000023
M. Dhissa Najih 11150150000056
Nurshelina Rahmani 11150150000065
Hizbullah 11150150000113

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN

UIIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah atas rahmat dan berkahNya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Mentalitas Pembangunan dan Mengembangkan
Mentalitas Pembangunan” sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Sos-Antro
Pembangunan.
Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra.Zaharah,M.Ed
selaku dosen pengampu mata kuliah ini karena telah memberikan pengarahan dalam
penyusunan makalah ini serta ucapan terimakasih kepada reka-rekan yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga
penyusun memohon maaf dan mengharapkan kritik dan sarannya dengan harapan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT memberi rahmat
dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu.Aamiin ya Robbal
‘Alamiin.

Jakarta, 20 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .....................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1 Pembahasan ....................................................................................................3
2.1.1 Faktoryang menghambat pembangunan Indonesia ......................................3
2.1.2 Sikap mental yang cocok untuk pembangunan Indonesia ........................... 4
2.1.3 Kelemahan Mentalitas Bangsa Indonesia dalam Pembangunan ..................6
2.1.4 Upaya Mengembangkan Mentalitas Bangsa Indonesia ............................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................ 11

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................11

3.2 Saran ..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dengan beribu-ribu gugusan kepulauan, beraneka ragam kekayaan alam
serta keunikan kebudayaan, menjadikan masyarakat Indonesia yang hidup di
berbagai kepulauan itu mempunyai ciri dan coraknya masing-masing. Hal
tersebut berakibat akan adanya perbedaan latar belakang, kebudayaan, corak
kehidupan dan juga termasut pola pemikiran masyarakatnya. kenyataan ini
menyebabkan Indonesia terdiri dari masyarakat yang beragam latar belakang
budaya, etnik, agama, sehingga dikaitkan dengan istilah masyarakat
multikultural atau masyarakat dengan banyak budaya.
Dengan keberagaman tersebut, menjadikan kita masih belum mempunyai
bayangan mengenai tujuan pembangunan apa yang ingin dicapai. tetapi
pembanguna harus berusaha menjadikan masyarakatnya lebih makmur dari
sekarang, bahwa harus berusaha untuk menghasilkan karya yang lebih dapat
kita banggakan.
Salah satu faktor penghambat pembangunan kita saat ini adalah faktor
sikap mental sebagian besar dari manusia Indonesia yang belum cocok dengan
pembangunan. namun untuk mengubah sikap mental itu, kita harus
mengetahui apakah sikap mental itu dan sikap mental yang cocok untuk
pembangunan Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Faktor apa saja yang menghambat pembangunan Indonesia?
2. Apa sikap mental yang cocok untuk pembangunan Indonesia?
3. Bagaimana kelemahan mentalitas pembangunan Indonesia?
4. Bagaimana upaya mengembangkan mentalitas pembangunan Indonesia?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat pembangunan
Indonesia.
2. Untuk mengetahui sikap mental yang cocok untuk pembangunan
Indonesia.
3. Untuk mengetahui kelemahan mentalitas pembangunan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui upaya mengembangkan mentalitas pembangunan di
Indonesia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaimana penjelasan mengenai mentalitas dan
mengembangkan mentalitas pembangunan.
2. Untuk memenuhi tugas kelompok Sos-Antro Pembangunan.
3. Sebagai bahan diskusi mata kuliah Sos-Antro Pembangunan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Faktor yang Menghambat Pembangunan Indonesia
Kebudayaan Indonesia dalam pembangunan dapat menghambat
pembangunan. Ada beberapa faktor yang menghambat pembangunan di
Indonesia. faktor-faktor tersebut seperti faktor kenaikan penduduk, faktor
aneka warna bang Indonesia dan faktor sikap mental bangsa Indonesia.
1. Faktor Kenaikan Penduduk
Faktor jumlah penduduk yang besar dan laju kenaikan penduduk
yang semakin cepat adalah suatu faktor penghambat pembangunan yang
memang masih belum disadari.
Laju kenaikan penduduk yang amat cepat di banyak negara yang
sedang berkembang disebabkan karena negara-negara tersebut telah
melepaskan diri dari keseimbangan alamiah. Maksudnya dalam keadaan
keseimbangan alamiah jumlah bayi yang dilahirkan dalam suatu
masyarakat dapat diimbangi dengan suatu jumlah kematian anak yang
tinggi, sehingga jumlah penduduk dalam masyarakat itu pada
keseluruhannya tetap seimbang.
Perbedaan jumlah penduduk di berbagai provinsi di Indonesia yang
menyebabkan aneka warna hambatan terhadap pembangunan. Daerah
yang tidak padat penduduknya akan kekuranga tenaga kerja, sebaliknya
di daerah yang padat penduduknya akan kelebiha tenaga kerja sehingga
daerah tersebut akan mengalami masalah pembangunan. suatu hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa perbedaan antara daerah yang tidak
padat dan yang padat penduduknya, tidak secara otomatis menyebabkan
suatu mobilitas pemindahan penduduk.
2. Faktor Aneka Warna Bangsa Indonesia
Faktor aneka warna bangsa Indonesia adalah suatu sifat dari bangsa
Indonesia yang sering kita banggakan; sebaliknya sifat yang membuat

3
pembangunan ini lebih sukar. Hal tersebut mudah di mengerti, mengatur
dan mengurus sejumlah orang yang semua sama ciri-ciri, kehendak, adat
istiadatnya adalah sudah tentu jauh lebih mudah daripada mengurus
sejumlah orang yang semuanya berbeda-beda mengenai hal-hal tersebut,
apalagi kalau orang-orang yang berbeda-beda itu tidak dapat bergaul baik
satu dengan lain.
Bangsa Indonesia sendiri terdiri dari berbagai suku bangsa dan
golongan, hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadi konflik
apabila kita saling mengembangkan sikap primordialisme.
Konflik antara suku bangsa dan golongan yang beraneka ragam,
apabila terjadi bisa mengganggu ketenangan yang kita butuhka untuk
melakukan pembangunan. selain itu, keanekaragaman suku bangsa
Indonesia juga dapat menghambat pembangunan karena kesukaran untuk
menyusun suatu kebijaksanaan yang seragam, dan karena kesukaran
untuk berkomunikasi dengan aneka warna rakyat yang mempunyai
bahasa, sistem nilai budaya, dan aspirasi yang berbeda-beda pula.
3. Faktor Sikap Mental Bangsa Indonesia
Faktor sikap mental sebagian besar dari manusia Indonesia belum
cocok dengan pembangunan. Namun untuk mengubah sikap mental itu,
kita harus mengetahui apakah sikap mental itu dan sikap mental apa yang
cocok untuk pembangunan Indonesia.

2.1.2 Sikap Mental yang Cocok untuk Pembangunan


Kata sikap mental menurut istilah ilmiah disebut “sistem nilai budaya”
(cultural value system) dan “sikap” (attitude). sistem nilai budaya adalah
suatu rangkaian dari konsep abstrak yang hidup dalam alam pikiran
sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai apa yang harus
dianggap penting dan berharga dalam hidupnya. dengan demikian suatu
sistem berfungsi sebagai pengarah dan pendorong kelakuan manusia. karena
sistem nilai budaya itu hanya merupakan konsep yang abstrak. tanpa
perumusan yang tegas, maka konsep itu biasanya hanya bisa dirasakan,

4
tetapi sering tidak dapat dinyatakan dengan tegas oleh warga masyarakat
yang bersangkutan.
Ada beberapa konsep sistem nilai budaya yang cocok untuk pembangunan,
yaitu:
1. Dalam menghadapi hidup, orang harus menilai hal yang
menggembirakan dari hidup; dan bahwa kesengsaraan, bencana, dosa,
dan keburukan dalam hidup memang harus disadari, tetapi hal itu
semuanya adalah untuk diperbaiki.
2. Menilai tinggi karya manusia guna mendapatkan hasil karya yang lebih
banyak lagi. semua suku-suku di Indonesia sebagian besar masih
bermata pencaharian sebagai petani miskin. karena itu karyanya
biasanya hanya ditunjukan kepada usaha untuk mencari makan
memenuhi kebutuhan hidup primer. adapun masyarakat Indonesia
yang tinggal di kota hanya mementingkan gelar-gelar akademis tanpa
mementingkan keterampilan dan keahlian. sikap mental seperti ini
kurang cocok untuk pembangunan, karena condong untuk
meremehkan karya serta hasilnya. sikap mental seperti itu bisa juga
membuat seseorang kurang tabah dan ulet dalam bekerja.
3. Suatu nilai budaya yang perlu dimiliki oleh sebagian besar manusia
Indonesia dari semua lapisan masyarakat adalah nilai budaya yang
berorientasi ke masa depan. suatu nilai budaya semacam itu
mendorong manusia Indonesia untuk melihat dan merencanakan masa
depannya dengan lebih seksama dan teliti dan oleh karena itu akan
memaksa manusia untuk hidup berhati-hati dan untuk berhemat.
4. Menilai tinggi kerjasama dengan orang lain. Hal itu memang
merupakan unsur pokok dari apa yang kita sebut dengn gotong royong.
Dari uraian diatas, tampak bahwa ternyata sikap mental sebagian besar
bangsa Indonesia belum cocok untuk pembangunan. Hal ini
menunjukan bahwa kita belum siap untuk memulai pembangunan
sebelum sikap mental bangsa Indonesia itu diubah, dicocokkan dan
dimatangkan untuk pembangunan. Merombak suatu sistem nilai dan

5
budaya yang telah berjalan lama tentu akan memakan waktu yang lama
pula. Namun cara yang paling utama adalah melalui pendidikan, tidak
hanya pendidikan formal tetapi juga melalui pendidikan nonformal.
karena apabila kita mengabaikan masalah sikap mental ini, sudah
terbukti dengan lambatnya proses pembangunan yang dilaksanakan di
Indonesia.
2.1.3 Kelemahan Mentalitas Bangsa Indonesia dalam Pembangunan
Kelemahan mentalitas bangsa Indonesia dalam pembangunan dapat dilihat
dari konsep yang tidak bersumber kepada suatu nilai budaya yang
berorientasi terhadap hasil dari karya manusia itu sendri, tetapi hanya
terhadap karya.
Selain itu, orientasi yang terlampau banyak terarah ke zaman yang lampai
akan melemahkan kemampuan seseorang untuk melihat ke masa depan. Hal
ini sebaliknya akan melemahkan motivasi utnuk menabung dan hidup
hemat. Unsur mentalitas seperti inilah yang kurang cocok dengan keperluan
pembangunan.
Adanya konsep yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia yakni
menganggap bahwa nasib merupakan hal yang mutlak dan tidak bisa
diubah. Pandangan hidup semacam itu telah berkembang menjadi suatu
mentalitas yang terlampau banyak menggantungkan diri pada nasib. Suatu
mentalitas seperti ini tidak begitu cocok dengan jiwa pembangunan.
Kelemahan mentalitas lain yang dapat menghambar pembangunan
Indonesia adalah sikap konformisme.
Dalam buku kebudayaan Mentalitas dan Pembanguna karya
Koentjaraningrat (1993:37) Sifat-sifat kelemahan mentalitas bangsa
Indonesia dalam pembangunan yang bersumber pada kehidupan pemuh
keragu-raguan dan kehidupan tanpa pedoman dan tanpa orientasi yang tegas
itu adalah:
1. Sifat mentalitas meremehkan mutu
Kebutuhan akan kualitas dari hasil karya kita, dan rasa peka kita
terhadap mutu sudah hampir hilang. Hal itu disebabkan oleh akibat

6
dari kemiskinan menghebat yang melanda bangsa kita. Demikian kita
sampai tak sempat memikirkan mengenai mutu pekerjaan yang
dihasilkan dan mutu dari barang dan jasa yang kita konsumsi. Kita
kerap merasa cepat puas dengan mutu yang seadanya dan yang
terpenting tersedia.
Erat kaitannya ini dengan tak adanya unsur saingan dalam hal
menghasilkan pangan, sandang, dan barang ekspor, dalam memberi
jasa, dan dalam hal karya ilmiah.Memang masih terlampau terbatas
kapasitas produksi kita dalam segala lapangan di negara kita.Serupa
dengan di banyak negara yang sedang berkembang, di sini sebagian
besar dari produksi masih di monopoli oleh sejumlah orang mampu
dan tenaga ahli yang amat terbatas. Perlu kita ingat bahwa mentalitan
itu dalam masayarakat kita juga jelas disebabkan karena proses
penyebaran, pengluasan, pemerataan, dan extensifikasi dari sistem
pendidikan kita yang tidak disertai dengan perlengkapan sewajarnya
dari prasarana-prasarana pendidikan.
2. Sifat mentalitas yang suka menerabas
Mentalitas yang suka menerabas adalah pemikiran manusia yang
berkeinginan untuk mencapai tujuan hidupnya secepat mungking tanpa
diserta usaha dari awal secara maksimal dan tidak mempertimbangkan
dampak yang akan ditimbulkannya. Dalam masyarakat Indonesia
sekarang ini tampak terlampau banyak usahawan baru yang mau saja
mencapai dan memamerkan taraf hidup yang mewah dalam waktu
secepat-cepatnya, dengan cara-cara tak lazim, atau dengan cara
“menyikat, keuntungan sebesar-besarnya mumpung ada kesempatan”,
tanpa mau untuk mulai dari bawah dan mengenyam pahit getirnya
masa permulaan berusaha.
Sudah tentu mentalitas menerabas itu pada dasarnya juga dapat
disamakan dengan “mentalitas mencari jalan paling gampang”, dan
ditinjau dari sudut itu mentalitas menerabas itu pada hakekatnya suatu

7
sikap yang boleh dikata universal, dan ada pada hampir semua manusia
dalam segala macam bentuk dan lingkungan budaya di dunia.
Dalam masyarakat Indonesia yang tradisional, rupanya ada pula
konsep-konsep adat yang berfungsi sebagai pengekang mentalitas
mencari jalan pintas. Hal ini tampak dari peribahasa nenek moyang
kita dahulu yang menjunjung tinggi konsepsi mengenai garis panjang
kemajuan hidup, misalnya perkatataan seorang ibu “Orang yang belum
mantu, yang belum mengawinkan anak pertama, pantan membangun
rumah. Kalau pantangan itu dilanggar tentu rumah itu akan membawa
malapetaka dalam hidupnya”. Nasehat orangtua seperti itu pada masa
sekarang mungkin akan kita tawarkan dan dianggap takhayul, tetapi
kalau kita renungkan makna dari omongan seperti itu secara lebih
mendalam, maka tampak dibelakangnya suatu maksud
mengintensifkan pandangan akan garis panjang kemajuan hidup, dan
suatu maksud mencegah mentalitas menerabas. mentalitas tersebut
merupakan akibat dari mentalitas yang meremehkan mutu akibat
kurangnya pemahaman mengenai norma-norma yang ada dalam
masyarakat.
3. Sifat tak percaya pada diri sendiri
Sifat tersebut merupakan akibat dari serangkaian kegagalan,
terutama kegagalan dalam bidang pembangunan bangsa Indonesia
semenjak pasca revolusi. sebagai akibat merosotnya sistem nilai
budaya yang dialami masyarakat sejak dulu.
Hal ini kita asumsikan bahwa golongan para pegawai dan priyayi,
yang terlampai banyak berorientasi verikal terhadap tokoh-tokoh
atasan dan senior. Dalam zaman kolonial nilai-budaya itu telah
menimbulkan rasa kekuarangan akan kemampuan sendiri,
dibandingkan dengan si penjajah berkulit putih. Pada masa sekarang
ini pun kita masih selalu lebih percaya dan mendengarkan pendapat
orang asing dari pada pendapat para ahli bangsa sendiri.

8
4. Sifat tidak disiplin
Sifat tak disiplin ini merupakan sumber dari berbagai permasalahan
sosial-budaya yang sedang dihadapi oleh bangsa kita saat ini. Orientasi
vertikal yang mengutamakan kepatuhan pada pemimpin menyebabkan
masyarakat hanya berdisplin dan pada saat didepan pimpinannya saja,
bukan merupakan sikap disiplin yang bersumber dari hati nurani.
5. Sikap mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab
Nilai budaya tradisional yang berorientasi vertikal mengakibatkan pola
pikir masyarakat yang hanya bersikap tanggungjawab pada saat di
depan pimpinan. Merosotnya kesadaran masyarakat untuk bertanggung
jawan sama halnya dengan menurunnya sikap disiplin masyarakat.
Munculnya sikap-sikap tersebut tak lepas dari rendahnya pendidikan
dan kematangan watak.

2.1.4 Upaya Mengembangkan Mentalitas Bangsa Indonesia


Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah mentalitas
yang lemah dan membina suatu mentalitas bangsa Indonesia yang berjiwa
pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Dengan memberi contoh yang baik
Dalam hal memberi contoh yang baik kita bisa menggunakan suatu
nilai budaya yang terlampau berorientasi vertikal ke arah atasan,
sebagai alat untuk merobah beberapa sifat lemah dalam mentalitas kita.
Asumsinya ialah bahwa karena banyak masyarakat Indonesia
mempunyai suatu mentalitas yang terlampau berorientasi ke atasan,
pembesar-pembesar, maka asalkan saja orang-orang pembesar itu
memberi contoh yang benar makna banyak orang bawahan akan
mencontoh dan mengikuti. Contoh misalkan dari atasan pengawasan
yang lebih ketat di atas, dapat dikembangkan kembali misalnya sikap
berdisiplin, dan keberanian untuk bertanggung jawan sendiri.

9
2. Dengan memberi perangsang-perangsang yang cocok
Untuk mencapai suatu pengertian motivasi yang bisa bisa
menggerakan beraneka ragam orang Indonesia itu supaya bersikap
begini atau berbuat begitu. maka dibutuhkan suatu hal yang bisa
memicunya. Misalkan suatu hal yang bisa mendorong orang menjadi
lebih baik berhasrat untuk menabung uang nya di bank, adalah
tentunya dengan bunganya yang menarik. Namun hal ini tidak cukup
disana saja, dibalik hal ini semua yang terpenting adalah pelayanan
yang baik, agar masyarakat tidak merasa sungkan dan membenci untuk
menabung di bank.
3. Dengan persuasi dan penerangan
Merupakan jalan lain yang sebenarnya harus diitensifkan oleh para ahli
penerangan dan ahli media massa. Artinya bahwa media massa
mempunyai peranan untuk mengajak masyarakat dan menyampaikan
kebijakan pemerintah mengenai pembangunan. Hal ini tidak hanya
termasuk sebagai iklan layanan masyarakat semata, namun hal ini
harus diprioritaskan demi membentuk karakteristik mental masyarakat
untuk membangun bersama.
4. Dengan pembinaan terhadap generasi baru sejak kecil
Perlu ditanamkan suatu mentalitas pembangunan yang baru. Dengan
sadar dan sengaja, agar kedepannya lagi mereka bangga akan usaha
dan kemampuannya sendiri, yang mempunyai suatu achievement
orientation yang tinggi, yang mempunyai suatu rasa disiplin yang
murni, yang berani bertanggung jawab sendiri, dan yang mempunyai
suatu perasaan peka terhadap mutu. Dengan menyukseskan pembinaan
terhadap generasi muda sekarang ini, dibutuhkan orang-orang
pendidik, namun hal ini juga tidak terlepas dari peran orang tua juga
dalam membina anaknya ketika dilingkungan keluarga.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Bangsa Indonesia terdiri atas beraneka ragam kebudayaan, suku
bangsa,adat istiadat, kepercayaan dan lain-lain. Oleh karena itu akan
sangat sulit untuk menyatukan pikiran dalam membangun Indonesia.
Sehingga perlu adanya pembelajaran tentang sikap mental apa yang
cocok dengan pembangunan Indonesia.
2. Sikap mental yang cocok dengan pembangunan Indonesia itu antara lain
adalah dalam menghadapi hidup, berorientasi pada masa depan,
menjunjung tinggi kerja sama, memiliki hasrat untuk mengeksplorasi
lingkungan alam dan kekuatan alam, dan menghargai hasil karya
manusia.
3. Penanaman sikap mental yang cocok untuk pembangunan Indonesia
harus segera ditanamkan sejak dini sehingga akan menghasilkan
manusia-manusia yang memiliki mentalitas yang baik untuk melakukan
pembangunan.
3.2 Saran
Berdasarkan pada pembahasan diatas, disarankan sebagai berikut:
1. Sikap mental sebagian besar dari manusia Indonesia memang belum
cocok dengan pembangunan. Sehingga untuk mengubah sikap mental itu,
kita seharusnya mengetahui sikap mental apa yang cocok untuk
pembangunan Indonesia, sehingga diharapkan dapat menjadikan
Indonesia lebih baik lagi di masa mendatang.
2. Sikap-sikap mental yang cocok dengan pembangunan Indonesia
sebaiknya dilaksanakan dan dikembangkan agar pembangunan di
Indonesia dapat berjalan dengan baik.
3. Perlu adanya kerjasama antara berbagai pihak yang terkait dalam
mengembangkan sikap mental yang cocok dengan pembangunan
Indonesia ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat.1974. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat, dkk. 1999. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
Djambatan.
Lubis, Mochtar. 1990. Manusia Indonesia. Jakarta: Haji Masagung.

12

Anda mungkin juga menyukai