Anda di halaman 1dari 21

Ekotoksikologi

Metode Pengujian Toksikologi dan Toksisitas

Disusun Oleh :

1. Ulfa Nur Elinda (155080107111026)


2. Melinda Eka Damayanti (155080107111028)
3. Fairuz Habibie R. (155080107111031)
4. Syahidatus Shima (155080107111040)
5. Ahmad Fahmi S. (155080100111051)
6. Robroy Freebela H. (155080101111059)

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Malang

2017
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Toksikologi dan Toksisitas .......................................................................... 6
2.2 Pengertian Metode Toksisitas ........................................................................ 8
2.3 Macam-macam Uji Toksisitas ....................................................................... 9
2.4 Organisme Uji .............................................................................................. 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Malang, 28 Februari 2017

Penulis,

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengujian zat toxic
serta efek dan kontaminasinya terhadap ekosistem. Toksikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia terhadap
organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan kimia di
lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi mempunyai
spesialis kerja bidang tertentu. Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang
mempelajari efek dari bahan polutan terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap
ekosistem yang digunakan untuk mengevaluasi kaitan antara manusia dengan
polutan yang ada di lingkungan.

Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,
sehingga bila ingin mengklasifikasikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui
macam efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai
paparan dan sasarannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian toksikologi dan toksisitas?

2. Bagaimana metode pengujian toksikologi dan toksisitas?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang metode uji toksikologi dan

toksisitas.

2. Untuk mengetahui ciri-ciri dan morfologi filum arthropoda kelas insekta.

4
1.4 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui metode uji toksikologi dan toksisitas.

2. Sebagai informasi atau referensi dalam mempelajari toksikologi dan

toksisitas.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toksikologi dan Toksisitas


Menurut Harrington dan Gill (2003), Toksikologi merupakan ilmu yang
mempelajari potensi bahan kimia untuk menimbulkan efek yang tidak
diinginkan Selain itu toksikologi juga mempelajari jejas/kerusakan/ cedera
pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu
materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga
mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja
kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi
dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal
istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.didalam tubuh. Toksikologi
tidak hanya menyangkut obat yang digunakan untuk terapi, tetapi juga
menyangkut banyak zat kimia yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga,
industri, pertanian, dan lain-lain.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
 Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi
akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
 Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan
perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran,
sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Menurut Munaf (2004), jenis-jenis toksikologi dibedakan menjadi
beberapa macam diantaranya yaitu :
 Toksikologi Deskriptif : melakukan uji-uji toksisitas untuk mendapatkan
informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko yang
ditimbulkan oleh bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan.
 Toksikologi Mekanistik : berusaha menentukan bagaimana zat-zat kimia
menimbulkan efek yang merugikan pada organisme hidup.

6
Tujuan Toksikologi Lingkungan adalah :
 Mencari substansi yang aman, yang berarti dapat mempelajari
mekanisme racun terhadap organisme.
 Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki terhadap organisme
dan lingkungan yang berarti harus dapat mengidentifikasi secara
kuantitatif racun yang ada di dalam organisme, udara, air. tanah.
 Membuat kriteria dasar untuk standarisasi.
 Dapat memperbaiki cara pengobatan keracunan/ membuat antidotum
Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia. Istilah ini lebih
menyatakan kualitatif daripada kuantitatif. Kerusakan ini ditentukan oleh
faktor jumlah zat kimia yang mengenai/masuk/diabsorpsi kedalam tubuh. Efek
toksik ialah efek yang merusak fungsi fisiologis dan fungsi biokimia tubuh
manusia sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan
yang serius dan dapat fatal, yang ditimbulkan oleh pemakaian obat atau zat
kimia dalam dosis yang berlebihan.
Karakteristik Toksikologi diantaranya yaitu efek merugikan/toksik pada
sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia yang mengalami
biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk menimbulkan keadaan
toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada
sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila
ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek
yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan toksisitas dan situasi paparan
adalah cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya
melalui saluran penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain.
Jalur lain tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub
kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan
polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam
tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya
melalui proses tertelan.

7
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk
dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan
polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda.
Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya
melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk
melalui intravena, memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang
diberikan berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula,
misalnya suatu bahan masuk melalui kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan
lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah, maka dapat
diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan polutan
untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.
2.2 Pengertian Metode Toksisitas
Uji toksisitas digunakan untuk mempelajari pengaruh suatu bahan kimia
toksik atau bahan pencemar terhadap organisme tertentu. Pada umumnya
toksisitas diekspresikan sebagai LC50 atau LD50 yaitu konsentrasi atau dosis
yang dalam kondisi spesifik menyebabkan mortalitas separoh populasi
organisme dalam jangka waktu tertentu. Bahan yang digunakan dalam uji
toksisitas dapat berupa berbagai senyawa kimia baik organik maupun
anorganik, misalnya: air limbah, satu atau lebih senyawa kimia murni, pestida,
dan lain-lain. Bahan uji lainnya yang mutlak diperlukan dalam uji toksisitas
akuatik yaitu air. Dalam uji toksisitas dapat digunakan berbagai jenis
organisme, misalnya anggota kelompok crustacea, mollusca atau pisces (ikan);
walaupun demikian, terdapat jenisjenis organisme uji yang direkomendasikan
sejumlah besar referensi digunakan dalam uji toksisitas baku, misalnya:
Daphnia magna, Daphnia pulex, Chironomus plumosus, Carrassius auratus,
Cyprinus carpio dan Clarias batrachus.
Zat toksik atau racun dapat diklasifikasikan atas dasar : sumber, jenis,
wujud, sifat kimia/ fisik, terbentuk dan efek kesehatan.
• Sumber :
a. Alamiah
b. Buatan
c. Domestik, industrial, komersial

8
• Atas Dasar Jenis :
a. Wujud : padat, gas, cair
b. Sifat kimia/fisik : korosif, radioaktif, evaporatif, explosif, reaktif
c. Terbentuknya : primer, sekunder, tersier
d. Efek kesehatan
• Fibrosis : Pertumbuhan jaringan ikat dalam jumlah yang berlebihan (
silikosis, cobaltosis, baritosis, asbestosis, bagasosis dll)
• Granuloma : Benjolan akibat proses peradangan menahun (berilicosis)
• Demam : Meningkatnya temperatur tubuh (Mn,Zn,Sn, As, Cd)
• Asphyxia : keadaan dimana darah & jaringan keurangan O2
• Alergi : Reaksi berlebih terhadap materi tertentu (debu organik &
anorganik)
• Kanker : Pertumbuhan sel yang tidak terkendali ( benzidin& garam-garam,
Cr)
• Mutasi : Perubahan susunan & jumlah gen (radioaktif)
• Teratogen: Cacat (redioaktif, helium)
• Sistemik : Racun yang menyerang hambpir ke seluruh organ tubuh
(Pb,Hg,Cd,F,Va,Ti,Tel)
• Ekonomik : racun yang dibuat dan diperlukan untuk pembangunan
(pestisida, insektisida).
2.3 Macam-macam Uji Toksisitas
a. LC50
Uji akut adalah uji makhluk hidup terhadap suatu keadaan yang cukup
parah sehingga menyebabkan suatu respon cepat, biasanya dalam waktu 96
Jam. Uji akut biasanya dilakukan pada dosis yang tinggi dengan waktu
pemaparan yang cukup singkat. Sebagian penelitian semacam ini dirancang
untuk menentukan dosis dosis letal median (LC50) toksikan. LC50
didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu zat yang secara statistik diharapkan
akan membunuh hewan uji sebanyak 50% dari jumlah populasi. Pengujian ini
juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik
spesifiknya, serta memberikan petujuk tentang dosis yang sebaiknya digunakan
dalam pengujian yang lebih lama.

9
Berdasarkan uji akut yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada
konsentrasi 0.61 mg/l HgCl2 persentase kematian ikan uji sebesar 3.33% ±
0.58, konsentrasi 0.74 mg/l kematian sebesar 10.00% ± 1.00, konsentrasi 0.9
mg/l kematian sebesar 13.33% ± 0.58, konsentrasi 1.1 mg/l kematian sebesar
23.33% ± 0.58, konsentrasi 1.35 mg/l sebesar 26.67% ± 0.58, konsentrasi 1.65
mg/l sebesar 53.33% ± 0.58, dan konsentrasi 2.02 mg/l sebesar 96.67% ± 0.58.
Pada uji akut ini, kematian ikan nila diduga karena tubuh ikan menyerap air
yang mengandung Hg yang menyebabkan pecahnya sel dan berinteraksi
dengan protein dan membrane semi permiabel. Selain itu, kematian dapat pula
diakibatkan adanya Hg yang pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan
terjadinya peningkatan frekuensi pernapasan dua sampai tiga kali dari keadaan
normal karena adanya kerusakan epithelium insang.
b. LD50
Lethal Dose 50 adalah suatu besaran yang diturunkan secara statistik,
guna menyatakan dosis tunggal sesuatu senyawa yang diperkirakan dapat
mematikan atau menimbulkan efek toksik yang berarti pada 50% hewan coba
setelah perlakuan. LD50merupakan tolak ukur kuantitatif yang sering
digunakan untuk menyatakan kisaran dosis letal. Ada beberapa pendapat yang
menyatakan tidak setuju, bahwa LD50 masih dapat digunakan untuk uji
toksisitas akut. Namun ada juga beberapa kalangan yang masih setuju, dengan
pertimbangan:
a. Jika lakukan dengan baik, uji toksisitas akut tidak hanya mengukur LD50,
tetapi juga memeberikan informasi tentang waktu kematian, penyebab
kematian, gejala – gejala sebelum kematian, organ yang terkena efek, dan
kemampuan pemulihan dari efek nonlethal.
b. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk pertimbangan Pemilihan design
penelitian subakut.
c. Tes LD50 tidak membutuhkan banyak waktu.
d. Hasil tes ini dapat langsung digunakan sebagai perkiraan risiko suatu
senyawa terhadap konsumen atau pasien.
Pada dasarnya, nilai tes LD50 yang harus dilaporkan selain jumlah
hewan yang mati, juga harus disebutkan durasi pengamatan. Bila pengamatan

10
dilakukan dalam 24 jam setelah perlakuan, maka hasilnya tertulis “LD50 24
jam”. Namun seiring perkembangan, hal ini sudah tidak diperhatikan lagi,
karena pada umumnya tes LD50 dilakukan dalam 24 jam pertama sehingga
penulisan hasil tes “LD50” saja sudah cukup untuk mewakili tes LD50 yang
diamati dalam 24 jam. Bila dibutuhkan, tes ini dapat dilakukan lebih dari 14
hari. Contohnya, pada senyawa tricresyl phosphat, akan memberikan pengaruh
secara neurogik pada hari 10 – 14, sehingga bila diamati pada 24 jam pertama
tidak akan menemukan hasil yang berarti. Dan jika begitu tentu saja penulisan
hasil harus deisertai dengan durasi pengamatan.
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai LD50 antara lain
spesies, strain, jenis kelamin, umur, berat badan, gender, kesehatan nutrisi, dan
isi perut hewan coba. Teknis pemberian juga mempengaruhi hasil, antara lain
waktu pemberian, suhu lingkungan, kelembaban, sirkulasi udara. Tidak luput
kesalahan manusia juga dapat mempengaruhi hasil ini. Sehingga sebelum
melakukan penelitian, ada baiknya kita memeperhatikan faktor- faktor yang
mempengaruhi hasil ini.
Secara umum, semakin kecil nilai LD50, semakin toksik senyawa
tersebut. Begitu pula sebaliknya, semakin besar nilai LD50, semakin rendah
toksisitasnya. Hasil yang diperoleh (dalam mg/kgBB) dapat digolongkan
menurut potensi ketoksikan akut senyawa uji menjadi beberapa kelas, seperti
yang terlihat pada tabel berikut.

Loomis (1978) dalam Jenova (2009).

11
Menurut Radji (2004) dalam Sari (2010), pengujian uji toksisitas
biasanya dibagi menajdi tiga kelompok yaitu :
1. Uji Toksisitas akut
Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang di uji sebanyak
satu kali, atau beberapa kali dalm jangka waktu 24 jam.
2. Uji toksisitas jangka pendek (sub kronis)
Uji ini dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulang-ulang
biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang
lebih 10% dari masa hidup yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun
untuk anjing
3. Uji toksisitas jangka pendek (kronik)
Percobaan jenis ini mencakup pemberian obat secara berulang selama 3-6
bulan atau seumur hewan, misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk
tikus dan 7-10 tahun untuk anjing dan monyet.
Uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan
dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan
biologis. (Halang, 2004).
Untuk meneliti berbagai efek yang berhubungan dengan masa pejanan
penelitian
toksikologi menurut Lu (1995), dibagi dalam :
a. Uji toksisitas akut dilakukan dengan memberikan zat toksik yang sedang
diuji sebanyak 1 kali, atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.
b. Uji toksisitas jangka pendek (penelitian subakut/subkronis) dilakukan
dengan memberikan bahan toksik berulang-ulang biasanya setiap hari atau
5 kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup
hewan.
c. Uji toksisitas jangka panjang dilakukan dengan memberikan zat kimia
berulang-ulang selama masa hidup hewan coba atau sekurang-kurangnya
sebagian dari masa hidupnya.
Uji toksisitas subkronis adalah uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari

12
tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spectrum efek toksik
senyawa uji serta untuk memperlihatkan apakah spectrum efek toksik itu
berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001).
Pengamatan dan pemerikasaan yang dilakukan dari uji ketoksikan
subkronis/subakut meliputi :
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang
diukur paling tidak tujuh hari sekali.
3. Gejala kronis umum yang diamati setiap hari.
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan
akhir uji coba.
5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji
coba.
6. Analisis urin paling tidak sekali.
7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba
Menurut APHA (1995) dalam Husni dan Esmiralda (2010), Uji hayati
yang diklasifikasikan menurut metode penambahan larutan atau cara aliran
larutan terbagi menjadi tiga macam cara, antara lain :
 Static Test, adalah metode uji dimana selama uji berlangsung tidak
dilakukan penggantian larutan maupun pemindahan organisme uji.
Keuntungan metoda ini adalah:
1. metode ini sederhana dan murah,
2. sumber daya yang diperlukan minim (ruang, tenaga, dan peralatan)
selain itu volume sampel yang diperlukan lebih sedikit.
Akan tetapi, ada beberapa kelemahan yang menyebabkan kerugian
metode ini, yaitu:
1. Jika kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological
Oxygen Demand (BOD) tinggi akan menyebabkan penurunan
Dissolved Oxygen (DO) dengan cepat, memungkinkan terjadinya
penguapan senyawa toksik ataupun adsorpsi pada permukaan labu
percobaan;

13
2. Umumnya kurang sensitif dari pada tes statis yang diperbaharui atau tes
aliran air kontinu akibat senyawa toksik telah terdegradasi atau
teradsorpsi sehingga menurunkan nilai toksisitas yang sesungguhnya.
 Renewal Test, adalah suatu metode uji dimana organismenya didedahkan
ke dalam larutan uji dalam komposisi yang sama secara periodik berulang
selama uji berlangsung (dengan interval waktu pengulangan setiap 24 jam).
Hal ini dilakukan dengan memindahkan organisme atau replikasi larutan,
serta melakukan penggantian larutan uji. Dengan pengantian larutan, maka
organisme uji akan terekspos oleh larutan segar/baru dengan konsentrasi
yang sama setiap 24 jam sekali ataupun 6 interval waktu lain yang
ditentukan.
Ada beberapa keuntungan metode ini, yaitu:
1. Mengurangi kemungkinan penurunan DO pada larutan uji dengan
kandungan COD dan BOD tinggi;
2. Mengurangi kemungkinan hilangnya toksikan akibat penguapan atau
adsorpsi pada labu percobaan;
3. Organisme uji yang kehilangan energi dengan cepat akan
mengkonsumsi pada saat larutan uji diperbaharui/diganti sehingga tetap
terjaga kondisi yang sehat.
Akan tetapi, kekurangan metode ini adalah:
1. Memerlukan volume effluent yang lebih besar;
2. Umumnya kurang sensitif dibandingkan dengan tes aliran air kontinu
akibat terdegradasinya toksikan atau teradsorpsi;
3. Kelemahan lain juga kecilnya kemungkinan untuk dapat mendeteksi
variasi temporal pada buangan.
 Flow Through Test, adalah suatu metode uji yang larutan ujinya diganti
(mengalir) secara kontinyu selama masa pengujian berlangsung. Dalam uji
toksisitas dengan aliran kontinu ada dua tipe yang dapat dilakukan:
1. Sampel dipompakan ke dalam reaktor uji secara kontinu dari sistem
pengenceran;

14
2. Sampel yang diambil secara grab atau komposit dikumpulkan secara
periodik kemudian dipompakan secara kontinu dari tangki pengumpul
ke sistem pengencer.
Beberapa kelebihan penelitian pada air mengalir dibandingkan dari pada
air statis, antara lain:
1. Memberikan evaluasi toksisitas akut yang lebih mewakili sumber
toksikan terutama jika sampel dipompakan secara kontinu langsung dari
sumber;
2. Konsentrasi DO dalam wadah uji lebih terpelihara;
3. Dapat digunakan pada faktor beban (biomasa) yang lebih tinggi;
4. Kemungkinan toksikan menguap dan atau teradsorpsi dapat ditekan.
Kerugian dari metode ini adalah:
1. Memerlukan jumlah sampel yang besar begitu pula dengan air
pengencer yang diperlukan;
2. Peralatan uji lebih kompleks dan mahal serta memerlukan pemeliharaan
dan pengawasan;
3. Memerlukan ruangan yang lebih besar;
4. Sesuai dengan jumlah tenaga yang diperlukan maka sulit untuk dapat
dilakukan secara multipel.
Uji toksisitas dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
a. Uji Toksisitas Kualitatif
Uji toksisitas kualitatif misalnya dilihat dari segi organ yang terkena
racun, misalnya hati, ginjal, sistem saraf dll. Uji toksisitas kualitatif dapat
juga dilihat dari gejala yang timbul mekanisme racun terhadap organ mulai
pada tingkat selluler, ke tingkat jaringan, dan sampai pada tingkat organ,
serta menimbulkan gejala – gejala fibrosis, granuloma, karsinogenik,
teratogenik dll. Dan banyak lagi zat kimia dalam betuk logam dan non
logam yang juga dapat menyebabkan efek seperti disebut di atas.
b. Uji/Analisis Toksisitas Kuantitatif
Uji toksisitas secara kuantitatif dapat ditinjau dari lamanya waktu, yang
dapat diklasifikasikan menjadi toksisitas akut, sub-akut, khronis. Toksisitas
akut adalah efek total yang didapat pada dosis tunggal/multipel dalam 24

15
jam pemaparan. Toksisitas akut sifatnya mendadak, waktu singkat, biasanya
reversibel. Toksisitas khronis sifatnya permanen, lama, konstan, kontinu,
irreversibel. Uji toksisitas atas dasar dosis dan waktu berarti spesifik
toksisitas akut/ khronis. Dosis adalah jumlah racun yang masuk ke dalam
tubuh, besar, kecilnya menentukan efek. Sedangkan efek dosis ini
merupakan fungsi dari usia, jenis kelamin, berat badan, portal of entry,
frekuensi, interval waktu, kecepatan eksresi, kombinasi dengan zat lain.
Terdapat beberapa istilah mengenai dosis yaitu yang umum digunakan
adalah Lethal Dosis (LD) : yaitu dosis yang mematikan X % hewan uji
dengan satuan berat/berat badan. Dikenal LD10, LD50, LD100, Min LD
dan Dosis Therapheutik yaitu dosis yang tepat untuk pengobatan. atau dapat
juga dilihat dari konsentrasi LC10, LC5O, LC100. Di dalam PP 18 tahun
1999 dikatakan bahwa limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah lain
yang apabila diuji dengan metoda toksikologi memiliki LD50 di bawah nilai
ambang batas yang telah ditetapkan yaitu 15 g/kg berat badan. Sedangkan
dalam PP No 85 tahun 1999 dikatakan bahwa bila nilai LD50 secara oral
lebih besar dari 50 mg/kg berat badan, maka terhadap limbah yang
mengandung salah satu zat pencemar pada lampiran III PP tersebut harus
dilakukan evaluasi sifat khronis, yaitu mutagenisitas, karsinogenisitas,
teratogenisitas.
Uji toksisitas biasanya dilakukan dengan menggunakan hewan uji seperti
mencit, tikus, kelinci, monyet, anjing dan lain-lain. Pemilihan hewan uji
tergantung pada jenis toksikannya dan ketersediaan dana. Setelah diperoleh
hasil uji toksisitas, untuk dapat diketahui efeknya terhadap manusia, maka
perlu dilakukan extrapolasi.
2.4 Organisme Uji
Kriteria organisme untuk uji toksisitas :
 Tersedia luas melalui kultur laboratorium, tempat pemijahan atau
pengambilan di lapangan dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi
 Secara genetik dan sejarah pengkulturannya harus diketahui dengan jelas
 Peka terhadap berjenis-jenis bahan racun/toxicant
 Indigenous species/organisme uji merupakan jenis asli pada suatu lokasi

16
 Mempunyai nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi
 Mudah untuk dikultur dilaboratorium
 Tidak memiliki cacat anatomi
 Pergerakan yang aktif prapenelitian

2.5 Manfaat Uji Toksisitas


Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang
bermanfaat tentang efekutama senyawa uji dan organ sasaran yang
dipengaruhinya. Selain itu juga dapat diperoleh info tentang perkembangan
efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran yang tidak teramati pada uji
ketoksikan akut. Kekerabatan antar kadar senyawa pada darah dan jaringan
terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan efek toksik (Donatus,
2001). Uji toksisitas bertujuan untuk mendapatkan toksisitas yang mematikan
(lethal toxicity) yang bersifat akut. Uji toksisitas akut yang sering dilakukan
adalah uji akut letal (mati) karena mati adalah respon yang paling mudah
diamati. Berdasarkan hasil penelitian 50% respon merupakan pengamatan yang
paling dapat diulang dari toksisitas bahan uji, dan 96 jam (atau kurang) adalah
standar waktu pemaparan karena pada umumnya pada kurun waktu tersebut
sudah menunjukkan periode aksi akut letal. Oleh karena itu pengukuran
toksisitas akut yang sering dilakukan dengan ikan dan makro invertebrata
adalah konsentrasi media letal 96 jam (LC50-96).
Salah satu contoh dalam suatu metode uji toksisitas.
1. Metodologi Dalam Uji Toksisitas : Menggunakan Metode Brine Shrimp
Lethality Test. Langkah2nya adalah sebagai berikut
a. Alat
Alat yang digunakan adalah alat-alat gelas laboratorium, rak tabung
reaksi, blender, timbangan analitik, alat soxhlet, aluminium foil, kertas saring,
spektrofotometer UV-Vis, evaporator, waterbath, vortex, desikator, hot plate,
aerator, lampu pijar, ayakan 65 mesh, oven..
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah daun soyogik, metanol, larva Artemia
salina Leach, garam bubuk non-komersil, reagen Folin-Ciocalteu (50%),

17
natrium karbonat 2%, aluminium klorida 2%, vanilin 4%, asam klorida pekat
dan asam galat.
c. Pengambilan dan Preparasi Sampel
Sampel diambil di Desa Silian Kecamatan Tombatu Kabupaten
Minahasa Tenggara. Daun soyogik yang telah dipetik, dicuci kemudian di
keringanginkan selama 5 hari. Setelah kering daun dihaluskan dengan blender
sampai berbentuk serbuk dan diayak dengan ayakan 65 mesh.
d. Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara soxhletasi.Sampel sebanyak 50 g,
dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam ekstraktor soxhlet.
Pelarut metanol sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam labu alas bulat.
Kemudian alat soxhletasi dirangkai dengan kondensor. Ekstraksi dilakukan
sekitar 8 jam hingga cairan tidak berwarna. Ekstrak yang didapat dievaporasi
menggunakan evaporator, kemudian pelarut diuapkan menggunakan waterbath
sampai diperoleh ekstrak kental.
e. Penentuan Kadar Air(Sudarmadji et al., 1989)
2 g sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC selama 3-5
jam, kemudian dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desikator selama
30 menit, setelah itu sampel ditimbang. Perlakuan ini dilakukan beberapa kali
hingga berat sampel konstan. Kadar air dihitung berdasarkan rumus:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
% Kadar Air = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang zat-zat kimia
yang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh dan lingkungan.
Toksisitas adalah potensi merusak dari suatu zat kimia. Terdapat beberapa jenis
uji toksisitas yaitu uji toksisitas akut, uji toksisitas jangka pendek (sub kronis),
dan uji toksisitas jangka panjang (kronis). Selain itu terdapat uji toksisitas
berdasarkan larutannya yaitu static test, renewal test, flow throught test. Untuk
melakukan uji toksisitas harus menggunakan suatu organisme yang memiliki
kriteria tertentu.
Syarat suatu organisme yang dapat digunakan untuk melakukan uji
toksisitas yaitu:
 Tersedia luas melalui kultur laboratorium, tempat pemijahan atau
pengambilan di lapangan dan tersedia dalam jumlah yang mencukupi
 Secara genetik dan sejarah pengkulturannya harus diketahui dengan
jelas
 Peka terhadap berjenis-jenis bahan racun/toxicant
 Indigenous species/organisme uji merupakan jenis asli pada suatu
lokasi
 Mempunyai nilai ekologi dan ekonomi yang tinggi
 Mudah untuk dikultur dilaboratorium
 Tidak memiliki cacat anatomi
 Pergerakan yang aktif prapenelitian

19
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (momordica
charantina) terhadap larva Artemia salina Leach dengan metode brine
shrimp lethality test (BST). Fakultas Kedokteran. Universitas
Dipenogoro.

Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan


Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.
Halang, B. 2004. Toksisitas Air Limbah Deterjen Terhadap Ikan Mas
(Cyprinus carprio). BIOSCIENTIAE 1(1) : 39-49.

Harrington, J. M dan Gill, F. S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Husni, Hayatul dan Esmiralda, M.T. 2010. Uji Toksisitas Akut Limbah Cair
Industri Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio Lin) (Studi Kasus:
Limbah Cair Industri Tahu “SUPER”, Padang). Jurusan Teknik
Lingkungan. Universitas Andalas.

Jenova, R. 2009. Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan Penentuan LD50 Ekstrak
Herba Putri Malu (Mimosa pudica L.) Terhadap Mencit BALB/C.
Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Semarang.

Lu, F.C., 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ, Sasaran, dan Peneliaian Resiko,
UI Press, Jakarta
Munaf, S. 2004. Kumpulan kuliah Farmakologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sari, W.P. 2010. Uji toksisitas akut campuran ekstrak etanol daun sirih (Piper betle
L.) dan ekstrak kering gambir (Uncaria gambir R.) terhadap mencit putih
jantan. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Syarif Hidayatullah.

Yuniar, V. 2009. Toksisitas Merkuri (Hg) Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup,


Pertumbuhan, Gambaran Darah Dan Kerusakan Organ Pada Ikan Nila

20
Oreochromis niloticus. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

21

Anda mungkin juga menyukai