PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi memiliki peranan penting pada tubuh manusia berfungsi dalam
pengunyahan, estetika, dan berbicara. Namun, gigi akan lepas atau dicabut karena
berbagai alasan. Kehilangan gigi ini bisa dikarenakan oleh trauma, karies, maupun
penyakit periodontal (Jubhari, 2007:27). Kehilangan gigi ini menimbulkan
dampak emosional pada individu misalnya hilangnya rasa percaya diri atau
merasa malu karena penampilan. Selain itu, juga dapat mengakibatkan kurangnya
kemampuan untuk melakukan pengunyahan, berbicara dan mempegaruhi estetika
(McMillan AS,2004)
Data dari WHO tahun 2012 tentang kesehatan mulut menunjukkan bahwa
30% populasi di dunia pada usia 65-74 tahun telah mengalami kehilangan seluruh
gigi (Jubhari, 2007). Persentase kehilangan gigi di Indonesia pada usia 35-44
tahun yaitu sebesar 0,4%, semakin meningkat pada usia 65 tahun ke atas yaitu
sebesar 17,6%. Tidak dapat dipungkiri bahwa kehilangan gigi merupakan suatu
keadaan yang sering ditemukan dimana saja, dan melihat akibat yang ditimbulkan
maka sudah seharusnya gigi yang hilang tersebut diganti dengan gigi palsu atau
gigi tiruan (Jubhari, 2008:125).
Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi
tiruan lepasan. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang disementasi, dilekatkan
secara mekanis atau ditahan oleh gigi asli, akar gigi, atau abutment implan gigi
yang memberikan dukungan utama pada gigi tiruan. Gigi tiruan lepasan adalah
gigi tiruan yang menggantikan sebagian atau semua gigi, dapat dilepas dan
dipasang kembali di dalam mulut. Gigi tiruan lepasan dibagi lagi menjadi gigi
tiruan lengkap (GTL) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Gigi tiruan
lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi asli dalam
lengkung rahang dan gigi tiruan tersebut dapat dipasang dan dilepaskan dari
rongga mulut. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi pada lengkung rahang yang kehilangan
sebagian gigi dan gigi tiruan tersebut dapat dipasang dan dilepaskan dari rongga
mulut (Gunadi dkk, 1995).
1.2.5 Bagaimana Dampak Pemakaian Gigi Palsu yang Dibuat Tukang Gigi?
1.3 Tujuan
1.3.5 Mahasiswa Mampu Mengetahui Dampak Pemakaian Gigi Palsu yang Dibuat
Tukang Gigi
BAB II
ISI
b. Jenis Kelamin
Menurut survey k e s e h a t a n nasional di Amerika tahun 1960-1962,
laki-laki memiliki kesehatan mulut yang lebih rendah dibandingkan dengan
perempuan. Survei tersebut diukur berdasarkan adanya kalkulus dan plak.
Perempuan lebih banyak mengalami gigi yang karies, tetapi mengalami gigi yang
goyah yang lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Persentase keterlibatan
kehilangan gigi akibat karies dan penyakit periodontal tergantung pada usia di
mana kehilangan gigi pada usia lanjut kebanyakan disebabkan oleh penyakit
periodontal sedangkan kehilangan gigi pada usia muda biasanya disebabkan oleh
karies. Kehilangan gigi juga dipengaruhi oleh merokok yang berpengaruh
terhadap terjadinya periodontitis dan karies gigi. Laki-laki lebih banyak
mengalami kehilangan gigi daripada perempuan karena laki-laki memiliki
kesehatan mulut yang lebih rendah dan memiliki kebiasakan untuk merokok
dibandingkan dengan perempuan yang diukur berdasarkan adanya kalkulus dan
plak akibat merokok. Kekurangan gizi yang parah biasanya disertai dengan
kebersihan mulut yang rendah dan terjadi kerusakan jaringan periodontal secara
cepat dan kehilangan gigi lebih awal. Frekuensi membersihkan gigi dan mulut
sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi
dan mulut yang akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit periodontal.
(Koesoemahardja H, 2008)
Merokok dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit
periodontal dan karies gigi. Beberapa penelitian sebelumnya juga menyebutkan
bahwa orang yang merokok mengalami kehilangan gigi lebih besar daripada
orang yang tidak merokok. (Koesoemahardja H, 2008)
Berbagai jenis rokok juga dapat mempengaruhi resiko terjadinya
kehilangan gigi. Berdasarkan penelitian, jumlah kehilangan gigi lebih banyak
terjadi pada perokok pipa dan cerutu. Merokok dapat menyebabkan terjadinya
kehilangan gigi karena berpengaruh terhadap terjadinya periodontitis dan sebagai
tambahan karies gigi juga berpengaruh untuk meningkatkan resiko terjadinya
kehilangan gigi pada perokok. (kida Kristin, 2007)
c. Tingkat Pendidikan
Faktor pendidikan jelas ikut menentukan dalam persepsi masyarakat
mengenai kesehatan gigi dan mulut maka peningkatan pendidikan adalah suatu
hal yang tidak dapat diabaikan. Rendahnya tingkat pendidikan sehingga
menyebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan
gigi dan mulut. Hasil penelitian membuktikan bahwa anak yang berasal dari
orang tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki kesehatan gigi dan
mulut yang baik, sebaliknya dibanding anak-anak yang berasal dari orang tua
yang berasal dari pendidikan rendah seperti tamatan Sekolah Dasar akan
memiliki kesehatan gigi dan mulut yang buruk ditandai dengan luasnya
kerusakan pada gigi anak tersebut dikarenakan karies. (Hamrun N,2009)
d. Status Gizi
Penentuan status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan makanan yang
masuk ke dalam tubuh anak-anak dengan asupan zat gizi yang cukup akan
memiliki kesehatan umum yang baik karena zat-zat gizi yang diperlukan, seperti
karbohidrat, protein, kalsium, fosfor dan magnesium tercukupi. Masyarakat
dengan status ekonomi menengah ke bawah kadang-kadang tidak mampu
memenuhi kebutuhan asupan gizi tersebut sehingga sangat berpengaruh pada
kondisi kesehatannya. (Hamrun N,2009)
Karbohidrat yang terdapat pada tepung-tepungan dan gula murni besar
pengaruhnya dalam pembentukan karies gigi. Sebaliknya sumber karbohidrat
yang banyak mengandung serat seperti pada buah dan sayur bermanfaat dalam
membersihkan gigi. Kalsium merupakan bahan utama untuk pembentukan dentin
dan email. Asupan kalsium yang kurang pada masa pertumbuhan gigi. Hal
tersebut juga berlaku untuk fosfor. Magnesium berfungsi mencegah kerusakan
gigi dengan cara menahan kalsium di dalam email gigi. Sedangkan flour berperan
dalam proses mineralisasi dan pengerasan email gigi. (Handayani HF, 2003)
Frame Denture
Adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
kerangka logam tuang dan bagian sadel terdiri dari
akrilik serta elemen gigi tiruan
Acrylic Denture
Adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang basisnya
terdiri dari akrilik serta elemen gigi tiruan
Vulkanite Denture
Adalah gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari
karet yang dikeraskan sebagai basis gigi tiruan serta
elemen gigi tiruan
Gigi tiruan cekat adalah adalah gigi tiruan yang dilekatkan di dalam mulut
dengan semen khusus pada gigi asli yang masih ada (Prajitno, 1991). Gigi
tiruan cekat biasanya juga disebut dengan bridge, yaitu perangkat gigi
yang berfungsi mengganti satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak
mudah dilepas atau dikeluarkan dari mulut (Daniel dkk, 2008). Dan terdiri
atas:
1. Mahkota tiruan (Artificial crown/Full crown)
Adalah restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh bagian
jaringan mahkota gigi yang sudah rusak/hilang, dipasang secara
pemanen dengan semen.
Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan mahkota gigi atau
jaringan mahkota gigi yang digantikan, maka dibedakan atas:
1. Mahkota tiruan penuh (Full Veneer Crown)
2. Mahkota tiruan sebagian (Partial Veneer Crown)
3. Mahkota tiruan pasak (Dowel/Post and Core Crown)
2. Gigi tiruan jembatan (Bridge work)
Adalah restorasi (gigi tiruan) yang menggantikan kehilangan 1 atau
lebih gigi geligi asli, dilekatkan secara permanen dengan semen serta
didukung sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi atau akar gigi atau
implant yang telah dipersiapkan.
Periodontitis yang telah terjadi harus segera dirawat agar terhindar dari
kehilangan gigi. Perawatan periodontitis terbagi menjadi tiga fase yaitu:
Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa
faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal
atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa
prosedur yang dilakukan pada fase I.
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging, dan
sebagainya.
2. Penyesuaian oklusi.
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang
hilang.
a. Pencegahan primer
b. Pencegahan sekunder
c. Pencegahan tersier
Pengetahuan pengguna gigi tiruan yang dibuat dokter gigi lebih tinggi
dibanding pengetahuan yang memilih pembuatan gigi tiruan di tukang gigi.
Pengetahuan yang dimiliki oleh pengguna gigi tiruan tersebut berpengaruh
terhadap pengguna gigi tiruan dalam memilih operator.
Pengguna gigi tiruan yang dibuat di dokter gigi menganggap bahwa biaya
pembuatan gigi tiruan lebih tinggi daripada gigi tiruan yang dibuat oleh tukang
gigi karena biaya yang terjangkau di tukang gigi. Faktor-faktor seperti pekerjaan
dan lingkungan ekonomi seseorang berpengaruh dengan pola konsumsinya, dan
terdapat faktor lain yang berpengaruh dalam pemilihan operator pembuat gigi
tiruan. Notoatmodjo (2012) mengatakan faktor lain tersebut adalah pengetahuan,
keyakinan, tersedianya fasilitas, perilaku petugas kesehatan, dan lain sebagainya,
sedangkan pengguna gigi tiruan yang dibuat di tukang gigi menganggap bahwa
biaya pembuatan gigi tiruan lebih rendah daripada gigi tiruan yang dibuat oleh
dokter gigi karena pada dasarnya biaya relatif lebih murah pada tukang gigi. Itulah
yang menjadikan alasan utama dalam pemanfaatan jasa tukang gigi dibandingkan
dengan pelayanan kesehatan gigi lainnya.
Africa CWJ, Reddy J. The Association between Gender and Tooth Loss in a
Beal JF. Social Factor and Preventif Dentistry. St. Louis : Mosby 1996.
Hamrun N. Pebandingan Stats Gizi dan Karies Gigi pada Murid SD Islam Athira
Bimer, 2009.
13(3) , pp 115-19
McMillan, Anne S. Emotional effects of tooth loss. Int J prosthodontics 2004; 17(2) : 172-
6
RF de Souza, de Oliveira Freitas Paranhos H, Lovato da Silva CH, Abu-Naba’a L,
Fedorowicz Z, Gurgan CA Z, CA Gurgan CA. Interventions for cleaning denture in adults.
2009; p. 1-42.
Rathee M, Hooda A, Ghalaut P. Denture hygiene in geriatric persons. The Internet
Journal of Geriatrics and Gerontology 2010; 1(6).
Dapus
Arbree NS. Immediate Denture. In: Zarb GA, Bolender. editors. Prosthodontic Treatment
for Edentulous Patient: Complete Denture and Implant-Supported Prostheses, 12th ed.
Mosby. 2004. p. 123; 125.
Gunadi HA, Margo A, Burhan LK, dkk. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan.
Jilid 1. Jakarta: Hipokrates, 1991:267-379.
Haryanto A. G., Buku Ajar Gigi tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. 1991.Jakarta:
Hipokrates.
Hidayati S, Chusnah A, Mu’afiro A, Suwito J. Tingkat keparahan gingivitis pengguna
gigi palsu yang dibuat di tukang gigi pada penduduk RT.5 dan 6 Desa Tambang Ulang
Kabupaten Tanah Laut. Buletin Penelitian RSUD Dr.Soetomo J 2009
Desember;11(4):178
Jubhari EH. Alasan mahasiswa fakultas kedokteran gigi tidak menggunakan gigi tiruan.
Dentofasial J 2008 Okt;7(2):125.
Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Dentofasial J
2007 April;6(1):27.
McMillan AS. Emotional effects of tooth loss in community-dwelling elderly people in
Hongkong. [serial online]. 2004 [cited 2013 Mei 29]; Available from:
http://www.researchgate.net/publication/8585278Emotional_effects_of_tooth_loss_in_co
m munitydwelling_elderly_people_in_Hong_Ko ng/file/79e41509c53d66ec6d.pdf
Prajitno HR. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan Pengetahuan Dasar dan Rancangan
Pembuatan. Jakarta: EGC
Sari K. Fenomena dokter gigi jalanan. Cobra & Campus 2013 Februari;6:31.
Soelarko, RM dan Wachijati, H., 1980. Diktat Prostodonsia Gigi Tiruan Sebagian
Lepasan. Fakultas Kedokteran gigi Universitas Padjajaran:Bandung.