Anda di halaman 1dari 33

TEKNIK LABORATORIUM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenal beberapa alat laboratorium kimia sederhana dan cara
penggunaannya.

II. DASAR TEORI


A. Laboratorium Kimia dan Peralatan Gelas
Laboratorium kimia adalah suatu ruangan khusus yang dilengkapi
dengan berbagai alat-alat dan fasilitas-fasilitas sehingga dapat
memenuhi syarat untuk dapat melakukan percobaan-percobaan dan
praktikum yang menunjang mata kuliah kimia dasar. Laboratorium
kimia sendiri merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian,
pelayanan, dan uji mutu (quality control). Mengingat perbedaan fungsi
tersebut, maka berbeda pula dalam desain, fasilitas dan penggunaan
bahan serta prioritas peralatan yang diperlukan. Walaupun demikian,
apabila ditinjau dari aspek keselamatan kerja, laboratorium kimia
mempunyai bahaya dasar yang sama sebagai akibat penggunaan bahan
kimia dan tekniknya. Alat laboratorium kimia merupakan benda yang
digunakan dalam kegiatan di laboratorium kimia yang dapat
dipergunakan berulang – ulang. Contoh alat laboratorium kimia:
pembakar spiritus, thermometer, tabung reaksi, gelas ukur jangka
sorong dan lain sebagainya. Sebelum memulai melakukan praktikum di
laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara
penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam
laboratorium kimia. Berikut alat-alat laboratorium:
1. Tabung Reaksi
Tabung reaksi umumnya terbuat dari berbagai macamjenis
gelas antara lain: boroksilikat, soda, fiolax dansupermax. Soda
Glass tidak tahan pemanasan, Fiolax Glass tidak peka terhadap
perubahan panas dan pemanasan setempat.Tabung reaksi yang
terbuat dari Fiolax dan Soda glass umumnya berdinding tipis,
sedangkan tabung reaksi yang terbuat dari boroksilikat
dansupermax tahan pemanasan. Ukuran tabung reaksi ditetapkan
berdasarkan atas diameter mulut tabung bagian dalam dan panjang
tabung, diameter antara 70 – 200mm. Digunakan untuk
mereaksikan zat‐zat kimia dalam jumlah sedikit baik padat ataupun
cair, sebagai wadah larutan, beberapa memiliki tutup yang
digunakan untuk meletakkan sampel dan dapat dipanaskan.
2. Penjepit
Terbuat dari kayu atau logam, bentuk rahang: persegi,
pegas: dipoles nikel dengan diameter: 10-25 mm. Digunakan untuk
menjepit tabung reaksi pada pemanasan atau mengambil cawan
dalam keadaan panas.
3. Rak Tabung Reaksi
Terbuat dari kayu keras atau logam, 6 lubang dalam dua
baris (total 12 lubang) berdiameter sekitar 18 mm dan ada juga
yang jumlah lubang 40 , diameter 16 mm. Pada bagian dasar
terdapat lekukan sehingga tabung stabil ditempatkan. Prinsip
Kerjanya tabung reaksi dimasukkan dalam lubang tabung sesuai
ukurannya. Digunakan untuk menempatkan tabung reaksi sesuai
ukuran tabung.
4. Pengaduk
Berbentuk batang terbuat dari gelas, dengan ujung bulat dan
ujung yang lain pipih, panjang 15 cm. Digunakan untuk mengaduk
suatu campuran atau larutandan untuk membantu pada saat
menuangkan cairan dalam proses penyaringan atau pemindahan
dari suatu wadah ke wadah yang lain.
5. Corong
Biasanya terbuat dari gelas, memiliki bentuk seperti gelas
bertangkai.Terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan
pendek.Digunakan untuk membantu pada saat memasukkan cairan
ke dalam suatu tempat yang mulutnya sempit seperti labu ukur,
botol, buret dan sebagainya dan untuk membantu dalam
penyaringan.
6. Pipa Bengkok
Terbuat dari kaca, bentuknya pipa namun
bengkok.Digunakan untuk mengalirkan gas ke dalam suatu tempat
tertutup atau ke dalam larutan.
7. Gelas Arloji
Terbuat dari gelas boroksilat, mempunyai diameter yang
bervariasi antara 30 – 200 mm. Digunakan sebagai tempat
menimbang zat yang berbentuk kristal dan tidak higroskopis, untuk
menguapkan larutan dalam jumlah sedikit, sebagai penutup gelas
kimia saat memanaskan sampel dan tempat untuk mengeringkan
padatan dalam desikator.
8. Gelas Ukur
Gelas ukur berbentuk silinder memanjang, terbuat dari jenis
gelas boroksilikat.Kapasitas volume gelas ukur 5 – 2000
mL.Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk
cair (volume kira‐kira) dan untuk merendam pipet dalam asam
pencuci.Gelas ukur yang dilengkapi dengan tutup asah digunakan
untuk melarutkan zat hingga volume tertentu.Alat ini mempunyai
skala dan terdiri dari bermacam‐macam ukuran, merupakan alat
ukur dan tidak digunakan untuk mengukur larutan yang panas.
9. Gelas Piala / Beaker Glass
Biasanya terbuat dari gelas tipe boroksilikat.Bentuk beaker
glass memiliki beberapa tipe, tinggi dan pendek.Mempunyai
kapasitas ukuran volume dari 5 – 6000 mL.Digunakan sebagai
tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan (untuk
menguapkan pelarut atau memekatkan).Alat ini bukan alat
pengukurwalaupun terdapat skala volume kira‐kira.
10. Erlenmeyer
Terbuat dari kacatebal yang dapat menahan tekanan sampai
5 atm,berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin
mengecil, ukurannya mulai dari 100 mL hingga 2 L. Digunakan
sebagai tempat larutan zat yang akan dititrasi,untuk memanaskan
larutan. Labu erlenmeyer dengan tutup asah digunakan untuk titrasi
dengan pengocokkan kuat, dihubungkan dengan alat ekstraksi, alat
destilasi dan sebagainya.Labu erlenmeyer tanpa tutup asah
digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan lemah hingga
sedang.Bukan merupakan alat ukur walaupun terdapat skala dan
dapat di panaskan.
11. Labu Ukur
Terbuat dari jenisgelasboroksilikat, mempunyai mulut labu
dengan ukuran standar. Labu ukur mempunyai kapasitas volume 5
– 2000 mL dan mempunyai berbagai ukuran.Digunakan untuk
membuat larutan standar atau larutan tertentu dengan volume
setepat mungkin.Sering juga digunakan untuk pengenceran dengan
volume tertentu dantidak digunakan untuk mengukur
larutan/pelarut panas.
12. Buret
Terbuat dari gelas, mempunyai skala dan kran.Buret
berbentuk silinder, terbuat dari jenis gelas soda, boroksilikat,
amber.Bentuk buret dibedakan dengan ujung kran lurus (Burettes
with straight stopcock) dan buret dengan keran bengkok
(Buretteswith lateral stopcock). Mempunyai kapasitas 1 – 100 mL
dengan pembagian skala 0,01 – 0,2 m. Digunakan untuk titrasi atau
sebagai tempat titrant yang dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
13. Pipet
a. Pipet Gondok
Pipet terbuat dari kaca, mempunyai kapasitas 0,5 – 100
mL. Pada bagian tengah dari pipet ini membesar (gondok),
ujungnya runcing.Digunakan untuk mengambil larutan dengan
volume tertntu dan tepat atau memipet dan memindahkan
volume cairan dengan teliti.
b. Pipet Ukur
Pipet ukur terbuat dari kaca.mempunyai kapasitas 0,01
– 50 mL dilengkapi dengan pembagian skala pada dinding
pipet.Berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya,
bagian tengah dari pipet ini sama besar (lurus). Digunakan
untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume
tertentu secara tepat.mempunyai skala dan tersedia dengan
berbagai ukuran.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Terbuat dari kaca. Panjang: 150 mm merupakan pipet tanpa
skala, mempunyai bentukpendek atau panjang, ujung runcing
dan dilengkapi dengan karet penghisapnya.Digunakan untuk
mengambil larutan dalam jumlah sedikit.
14. Botol Semprot
Botol semprot atau juga sering disebut botol pencuciadalah
berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik dilengkapi
dengan pipa agar air yang keluar bisa diatur.Alat ini sangat
diperlukan dilaboraturium manapun. Walaupun alat ini sangat
sederhana tapi sangat berguna sebagai tempat menyimpan
aquades. cara menggunakannya dengan menekan badan botol
sampai airnya keluar.
15. Kasa asbes
Kasa yang sering dipakai terbuat dari kawat tembaga atau
seng dan ditengahnya berlapis asbes.Alat ini digunakan sebagai
alas pada pemanasan alat‐alat kaca yang berisi cairan atau larutan
dengan maksud agar panasnya merata.
16. Segitiga Porselen
Alat ini terbuat dari keramik dan digunakan sebagai
penopang cawan porselen yang akan dipanaskan diatas kaki tiga.
17. Kaki Tiga
Kaki tiga terbuat dari besi. Satu ring diamater 80 mm dengan
tiga kaki panjang 8 cm. Diameter luar 8 mmdan merupakan alat
penopang kasa asbes atau segitiga porselen yang ditumpangi alat
kaca atau cawan porselen yang akan dipanaskan.Diantara ketiga
kakinya, dibawahnya dapat ditempatkan pembakar Bunsen atau alat
pemanas lainnya.
18. Statif
Terbuat dari besi atau baja, mempunyai 3 kaki dan ada juga
yang mempunyai alas berbentuk persegi panjang. Alat ini
digunakan sebagai alat penyangga buret dengan bantuan klem
buret, untuk menegakkan corong, corong pisah dan peralatan gelas
lainnya pada saat digunakan.
19. Botol Timbang (Wlighting Bottles)
Botol timbang terbuat dari jenis gelas boroksilikat, dilengkapi
dengan tutup asah.Botol timbang mempunyai tipe bentuk tinggi
dan pendek.Kapasitas botol timbang mulai 15 – 80 mL.
Digunakandalam menentukan kadar air suatu bahan. Selain itu
digunakan untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama
untuk bahan cair.
20. Bunsen
Pemanas yang bentuknya seperti tabung yang berisi bahan
bakar dan memiliki sumbu yang dapat menghasilkan api. Bahan
bakarnya macam - macam, ada yang dari alkohol, spiritus, dan
minyak gas.Kapasitas 100 ml, bertutup untuk mencegah
penguapan, dan berbahan kaca.Digunakan untuk membakar zat
atau memanasi larutan.
21. Penghisap Pipet (Pipet Filler)
Terbuat dari bola karet kenyal dengan 3 knop.Bola karet
tidak mudah lembek. Fungsinya untuk menghisap larutan yang
akan diukur.
22. Botol Penetes (Dropping Bottles)
Terbuat dari gelas boroksilikat , ada yang jernih transparan
dan amber. Kapasitas 30 – 250 mL dilengkapi dengan tutup yang
mempunyai tempat mengalirkan cairan / meneteskan cairan atau
tutup yang dilengkapi dengan pipet.Prinsip Kerjanyauntuk
menyimpan dan meneteskan cairan.Digunakan untuk menyimpan
cairan indikator, cairan pewarnaan dan sebagainya.
23. Plat Tetes
Terbuat dari porselen, terdapat lubang- lubangdiatasnya
dan digunakan untuk mereaksikan zat – zat kimia dalam jumlah
sedikit.
24. Cawan porselin
Cawan porselin mempunyai kapasitas 4 – 2900 mL.
Sebagian cawan petri tidak tahan pada suhu di atas 300o C. Fungsi
untuk menguapkan cairan pada suhu yang tidak terlalu tinggi
(oven, diatas tangas air, uap, pasir dan sebagainya).

B. Reaksi Kimia dan Stoikiometri


1. Reaksi Kimia
Reaksi kimia (chemical reaction) adalah proses yang
mengonversi sekelompok zat, yang disebut reaktan (reactant),
menjadi sekelompok zat baru, yang dinamakan produk (product).
Dengan kata lain, reaksi kimia adalah proses yang menghasilkan
perubahan kimia. Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang
terjadi ketika sejumlah zat dicampur, masing-masing
mempertahankan komposisi dan sifat aslinya. Beberapa jenis bukti
fisis yang diperlukan adalah perubahan warna, pembentukan
padatan, evolusi gas, evolusi atau penyerapan kalor. Meskipun
pengamatan seperti ini biasanya menandakan bahwa reaksi telah
terjadi , bukti kuat masih memerlukan analis kimia terperinci dari
campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat yang ada. Lebih
lagi, analisis kimia dapat mengungkapkan bahwa reaksi kimia telah
terjadi meskipun tidak ada gejala fisis yang jelas.
Sama halnya dengan lambang untuk unsur dan rumus
senyawa, ada juga lambang (steno) untuk menggambarkan reaksi
kimia, yaitu persamaan kimia (chemical equation).Dalam
persamaan kimia, rumus untuk reaktan ditulis di sebelah kiri
persamaan dan rumus untuk produk ditulis sebelah kanan.Kedua
sisi persamaan dihubungkan dengan satu panah (). Dengan kata
lain reaktan menghasilkan produk. Contoh reaksi kimia yaitu reaksi
nitrogen monoksida yang tidak berwarna dengan gas oksigen
membentuk gas nitrogen dioksida merah kecoklatan yaitu reaksi
yang terjadi dalam pembuatan asam nitrat.
Nitrogen monoksida + oksigen  nitrogen dioksida
Untuk menyempurnakan penggambaran steno dari reaksi ini harus
melakukan dua hal
a) Mensubstitusikan rumus kimia bersama nama-namanya, untuk
memperoleh persamaan berikut.
NO + O2NO2
Pada persamaan ini ada tiga atom O di sebelah kiri (satu atom
molekul NO dan dua pada molekul O2), tetapi hanya dua atom O
(dalam molekul NO2) di sebelah kanan.Berhubung atom tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan dalam reaksi kimi, maka
persamaan ini perlu disetarakan.
b) Menyetarakan jumlah setiap jenis atom pada kedua sisi
persamaan untuk memperoleh persamaan kimia yan setara. Pada
persamaan yang setara atau balans (balanced equation), jumlah
total atom setiap unsur pada kedua sisi persamaan akan sama.
2 NO + O2 2 NO2
Koefisien yang diperlukan untuk menyetarakan persamaan
kimia dinamakan koefisien stoikiometrik (stoichiometric
cefficient). Koefisien ini penting dalam mengaitkan banyaknya
reaktan yang digunakan dan banyaknya produk yang terbentuk
dalam reaksi kimia, melalui berbagai perhitungan.Faktor
stoikiometrik mengaitkan jumlah dua zat yang terlibat dalam reaksi
kimia, berdasarkan mol. Jadi faktor stoikiometrik adalah rasio mol.
2. Stoikiometri
Dalam bahasa Yunani, kata stoicheion berarti unsur. Istilah
stoikiometri secara harfiah berarti mengukur unsurtetapi dari
sudut pandang praktis, stoikiometri meliputi semua hubungan
kuantitatif yang melibatkan massa atom dan massa rumus, rumus
kimia, dan persamaan kimia
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa
unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada
perhitungan kimia secara stoikiometri biasanya diperlukan hukum-
hukum dasar ilmu kimia dan perhitungan kimia.
a) Hukum-hukum Dasar Ilmu Kimia
1) Hukum Kekekalan Massa
Lavoisier melakukan percobaan, di mana cairan merkuri
bereaksi dengan oksigen membentuk merkuri oksida yang
berwarna merah (mercury calx). Bila merkuri oksida
dipanaskan lagi, maka akan terurai menghasilkan cairan
merkuri dan gas oksigen, yang jumlahnya sama dengan yang
dibutuhkan pada waktu pembentukan merkuri oksida.
Berdasarkan serangkaian percobaannya, Lavoisier
mengemukakan suatu hukum dalam bukunya yang berjudul
"Treaite Elementaire de Chemie"yang dikenal dengan
Hukum Kekekalan Massa. Hukum Kekekalan Massa
berbunyi: “Jumlah massa zat sebelum reaksi dan sesudah
reaksi sama”.
2) Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Joseph Louis Proust (1754 – 1826) melakukan percobaan
dengan memanaskan kalsium karbonat, (CaCO3) sehingga
menghasilkan gas CO2. Ternyata, persentase unsur-unsur
penyusun gas CO2 dari hasil pemanasan kalsium karbonat
sama dengan persentase CO2 yang ada di alam. Proust
mengembangkan hasil temuannya dan mendapatkan suatu
hukum yang disebut Hukum Perbandingan Tetap. Hukum
Perbandingan Tetap berbunyi: ”Perbandingan massa unsur-
unsur penyusun senyawa selalu tetap.”
3) Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)
John Dalton (1766 – 1844) mengamati bahwa karbon dan
oksigen dapat membentuk dua macam senyawa. Pada
senyawa pertama perbandingan massa karbon dan oksigen
adalah 3 : 4, sedangkan pada senyawa kedua perbandingan
karbon dan oksigen adalah 3 : 8. Pada massa karbon yang
sama, perbandingan massa oksigen dalam kedua senyawa itu
merupakan bilangan bulat dan sederhana, yaitu 1 : 2.
Beberapa penelitian terhadap unsur-unsur yang membentuk
lebih dari satu senyawa, Dalton menyatakan pendapatnya,
bahwa: "Bila dua unsur membentuk dua senyawa atau lebih
dan salah satu unsurnya mempunyai massa yang sama maka
massa unsur yang lainnya berbanding sebagai bilangan bulat
dan sederhana." Pernyataan Dalton tersebut disebut Hukum
Kelipatan Perbandingan.
4) Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay-Lussac)
Hukum Perbandingan Volum, berbunyi:"Volum gas-gas yang
bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi, jika diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai
bilangan bulat dan sederhana".Berdasarkan hukum tersebut,
untuk reaksi zat yang berwujud gas, perbandingan koefisien
reaksi ekivalen dengan perbandingan volumnya,sehingga
berlaku hubungan sebagai berikut:
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑋 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑋
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑌 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑔𝑎𝑠 𝑌
5) Hipotesis Avogadro
Amedeo Avogadro (1776 – 1856) mengemukakan
pendapatnya, bahwa hukum Gay Lussac dan teori Dalton
dapat sejalan, apabila ada dua anggapan sebagai berikut.
i. Volume yang sama dari gas-gas yang berbeda, pada suhu
dan tekanan yang sama mempunyai jumlah partikel yang
sama.
ii. Pada dasarnya yang dimaksud partikel gas adalah
molekul-molekul yang merupakan gabungan terdiri atas
sejumlah atom yang bergabung. Avogadro mengusulkan
bahwa gas hidrogen dan oksigen keduanya.
Hipotesa Avogadro dapat disebut Hukum Avogadro,
berbunyi: "Pada suhu dan tekanan yang sama gas-gas yang
volumnya sama akan mempunyai jumlah partikel yang
sama".
b) Perhitungan Kimia
Pembahasan perhitungan kimia dimulai dari pengertian massa
molekul relatif (Mr), konsep mol, penerapan hukum Gay Lussac
serta hukum Avogadro dalam persamaan reaksi, penentuan
rumus empiris rumus molekul, air kristal dan kadar zat dalam
senyawa, serta pereaksi pembatas.
1) Massa Molekul Relatif (Mr)
Partikel dasar suatu senyawa adalah molekul yang
merupakan gabungan dari atom-atom suatu unsur. Massa
molekul relatif (Mr) suatu senyawa X2Y3 dapat dirumuskan
sebagai berikut:

massa rata-rata 1 molekul X2Y3


Mr senyawa X2Y3= ½ x massa 1 atom C-12
2) Konsep Mol
Satu mol suatu zat adalah banyaknya partikel dalam suatu zat
di mana jumlahnya sama dengan banyaknya atom yang
terdapat dalam 12 gram C-12.
1) Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙
Jumlah partikel zat = mol x L 𝑚𝑜𝑙 = 𝐿

1 mol = 6,02 x 1023 partikel = L


2) Hubungan Mol dengan Massa (gram)
Massa molar adalah massa 1 mol zat yang besarnya sama
dengan massa atom relatif (Ar) atau massa molekul relatif (Mr)
zat tersebut dan dinyatakan dalam gram.
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙 =
𝐴𝑟/𝑀𝑟
3) Hubungan mol dengan volume
Volum Gas Pada Suhu dan Tekanan yang Sama:
mol gas I = mol gas II
Sedangkan untuk gas-gas yang volumnya berbeda berlaku
hubungan:
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 1 𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑎𝑠 1
=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 2 𝑚𝑜𝑙 𝑔𝑎𝑠 2
Volum Gas Pada Keadaan Standar (0 ͦ C, 1 atm)
P. V = n.R.T
P : tekanan gas (atm)
V : volume gas (liter)
n : mol gas
R : tetapan gas ideal (= 0,082 liter atm/moloK)
T : suhu mutlak (= ͦ C + 273) ͦ K
Pada keadaan standar, volum (liter) dari sejumlah mol (n)
suatu gas, berlaku hubungan sebagai berikut:
Volume gas STP = n x 22,4 liter/mol
c) Komposisi Senyawa
Di dalam mengetahui jenis dan massa setiap komponen
penyusun zat kita dapat mengetahui komposisi zat tersebut. Komposi
zat ini biasanya dinyatakan dalam satuan persen massa (% massa).
a) Persentase dalam Senyawa
persentase unsur dan massa unsur dalam suatu senyawa AxBydapat
dirumuskan sebagai berikut
Rumus persentase unsur dalam senyawa:

x. Ar A x 100%
%A dalam senyawa AxBy= Mr AxBy

x. Ar B
x 100%
Mr AxBy
%B dalam senyawa AxBy=

b) Rumus Empiris dan Rumus Molekul


Rumus empiris menyatakan jenis dan jumlah perbandingan yang
paling sederhana dan partikel penyusun suatu zat dan dinyatakan
dengan lambang unsurnya. Untuk menentukan rumus empiris
terlebih dahulu mengetahui massa atau persentase massa unsur
dalam senyawa kemudian dibagi dengan rmasin-masing unsur.
Rumus molekul menyatakan jenis dan jumlah yang sesungguhnya
atom-atom yang menyusun suatu molekul dan dinyatakan dengan
lambang unsurnya.

d) Air Kristal
Kristal merupakan zat padat yang memiliki bentuk teratur.
Beberapa senyawa yang berwujud kristal padat mempunyai
kemampuan untuk menyerap uap air dari udara, sehingga kristal
senyawa itu mengandung air kristal. Senyawa yang mengandung air
kristal dikenal sebagai senyawa hidrat. Molekul- molekul air tersebut
terkurung rapat dalam susunan kristal senyawa, sehingga senyawa
hidrat tetap kering. Air kristal akan terlepas bila
dipanaskan/dilarutkan, sehingga dalam proses reaksinya air kristal
tidak terjadi reaksi kimia

C. Larutan Standard dan Penentuan Konsentrasi Larutan


1. Larutan standar
Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat
dengan berat ekivalen tertentu dalam volume yang tertentu. Larutan
standar dapat dinyatakan dalam Molar (M) atau Normal. Larutan
dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalahlarutan yang mengandung
1 grek suatu zat tertentu dalam volume 1 liter. Larutan standar dapat
dibuat dari zat yang berbentuk cair (misalnya HCl) atau dari zat yang
berbentuk padat atau kristal (NaOH)
a) Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui
konsentrasinya (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui
pembuatan langsung. Larutan standar primer berfungsi untuk
menstandarisasi/membakukan atau untuk memastikan konsentrasi
larutan tertentu, yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui
secara pasti (larutan standar sekunder).
b) Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret
yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan zat yang telah
diketahui konsentrasinya secara standar primer

2. Penentuan konsentrasi larutan


Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat
terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi pada umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan
bagian per juta (part per million).Konsentrasi larutan dapat dinyatakan
dan ditentukan dengan beberapa cara, seperti persen berat (w/w), persen
volume (v/v), molaritas (M), molalitas (m), bagian per sejuta (ppm),
fraksi mol (x) dan normalitas (N).

a) Persen berat (w/w)


Persen berat menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100
gram larutan.
Massa Komponen
%(w/w) = Massa Campuran x 100%

b) Persen Volume (v/v)


Persen volume menyatakan mL zat terlarut dalam 100 mL larutan.
Volume Komponen
%(v/v) = Volume Campuran x 100%

c) Molaritas (M)
Molaritas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter
pelarut.
Massa Zat×1000
M= 𝑀𝑟×𝑉

d) Molalitas (m)
Molalitas menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 kg
pelarut.
Massa Zat Terlarut x 1000
m= Mr x 𝑝

D. Titrasi
Titrasi (titration) adalah reaksi yang dilakukan dengan cara
menambahkan satu larutan ke larutan lain dengan sangat terkendali.
Tujuannya adalah untuk menghentikan titrasi pada titik ketika kedua reaktan
telah bereaksi sempurna, suatu kondisi yang disebut titik ekuivalensi
(equivalence point) titrasi.Kunci pada setiap titrasi adalah pada titik
ekuivalensi kedua reaktan telah bergabung dalam proporsi stikiometri;
keduanya terpakai tanpa ada yang berlebih.
Di dalam laboratorium kimia modern, instrument pengukur yang
memadai digunakan sebagai penanda ketika titik ekuivalensi tercapai.
Namun, masih banyak yang menggunakan teknik lama, yaitu ketika sedikit
zat ditambahkan pada campuran reaksi akan berubah warna pada atau di
dekat titik ekuivalensi. Zat seperti ini disebut indikator (indicator).
Tujuan tritasi adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa
yang secara kimia tepat ekuivalen (setara) dengan banyaknya basa atau
asam di dalam larutan.Selain itu titrasi asam basa melibatkan asam maupun
basa sebagai titer ataupun titrant.Kadar larutan asam ditentukan dengan
menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes
demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri
titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai perubahan
warna indikator seperti indikator PP, Metil Merah, Metil Jingga, Bromtimol
Biru, dll.Keadaan ini disebut “titik ekuivalen” yaitu titik dimana konsentrasi
asam sama dengan konsentrasi basa . Sedangkan keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator yang disebut
“titik akhir titrasi”. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat
disimpulkan rumus titrasi asam basa, yaitu:
Va × Ma × a = Vb × Mb × b

Keterangan:
Va= Volume asam Mb = Konsentrasi basa
Vb = Volume basa a = Valensi asam
Mb= Konsentrasi asam b = Valensi basa
E. Indikator Asam Basa
Indikator titrasi asam basa merupakan suatu zat yang digunakan
sebagai penanda terjadinya titik titrasi pada analisis volumetri khususnya
metode titrasi asam basa.Suatu zat dapat digunakan sebagai indikator titrasi
asam basa jika dapat merubah warna suatu larutan seiring dengan terjadinya
perubahan konsentrasi ion hidrogen atau perubahan pH.Biasanya indikator
titrasi asam basa merupakan suatu senyawa organik yang bersifat sebagai
asam lemah dan dapat mendonorkan ion hidrogen untuk molekul air
membentuk basa konjugasi. Kondisi inilah yang dapat memberikan warna
karakteristik pada setiap penggunaan indikator titrasi asam basa.
Berbagai indikator titrasi asam basa telah banyak
digunakan.Indikator-indikator yang ada kebanyakan merupakan indikator
sintetik misalnya indikator fenolftalein, metil jingga, metil merah,
bromtimol biru dan lain-lain.Berbagai indikator ini telah diketahui
karakternya yaitu berupa trayek pH yang ditunjukkan oleh perubahan warna
pada kondisi asam dan basa serta harga tetapan indikator. Karakter indikator
ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
indikator yang akan digunakan untuk titrasi asam basa, sebagai contoh
untuk titrasi asam kuat dan basa kuat paling tepat menggunakan indikator
fenolftalein karena dapat memberikan perubahan warna yang sangat jelas
pada kondisi asam dan basa yaitu warna transparan pada kondisi asam dan
warna pink pada kondisi basa.
Meskipun indikator sintetik telah banyak digunakan, eksplorasi
indikator titrasi asam basa sampai saat ini masih dilakukan khususnya
penggunaan indikator alami.Indikator alami merupakan zat warna atau
pigmen yang dapat diisolasi dari berbagai tumbuh-tumbuhan, jamur dan
alga.Bagian tumbuhan yang paling banyak menghasilkan warna adalah
bagian bunga.Sebagai contoh warna merah, biru atau ungu merupakan
pigmen organik yang disebut antosianin yang dapat merubah warna pada
setiap perubahan pH(Shudarshan, S., et al, 2010).Indikator alami yang
diperoleh dari zat warna tumbuh-tumbuhan khususnya bagian bunga
mempunyai sifat spesifik yaitu mempunyai trayek pH tetentu, mempunyai
tingkat kecermatan dan keakuratan tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh cara
eketraksi dan preparasinya.

F. Analisa Bahan
1. Reagen Fehling A dan B
Pereaksi fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi
khusus untuk mengenali aldehida. Fehling A adalah larutan CuSO4,
sedangkan fehling B adalah campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartat. Larutan fehling merupakan campuran dari kedua bahan tersebut,
larutan fehling bereaksi dengan monosakarida, seperti glukosa, fruktosa
dan galaktosa, juga bereaksi dengan disakarida seperti laktosa dan
maltosa.

2. NaOH
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik
atausodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik.Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa natrium oksida dilarutkan dalam
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi
bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH
bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas, sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan.

3. Glukosa
Glukosa merupakan kelompok gula sederhana (monosakarida)
yang paling dominan dalam tubuh manusia selain fruktosa dan
galaktosa.Bentuk alami glukosa juga disebut dengan dekstrosa,terutama
dalam industri makanan.Selain itu glukosa juga dicadangkan dalam
bentuk glikogen. Larutan yang mempunyai rumus kimia C6H12O6 ini
merupakan salah satu contoh senyawa aldehida karena mengandung
gugus CHO, berfungsi sebagai sumber utama energi dalam tubuh dan
bagi kerja otak.

4. Laktosa
Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan
galaktosa.Laktosa merupakan sumber energi yang memasok hampir
setengah dari keseluruhan kalori yag terdapat pada susu (35-45%). Selain
itu, laktosa juga diperlukan untuk absorbsi kalsium.Hasil hidrolisa
laktosa yang berupa galaktosa, adalah senyawa yang penting untuk
pembentukan sebrosida.

5. Aquades
Aquades disebut juga Aqua Purificata (air murni). Air murni
adalah air yang dimurnikan dari destilasi.Satu molekul air memiliki dua
hidrogen atom kovalen terikat untuk satu oksigen. Aquades merupakan
cairan yang jernih, tidak berwarna dan tidak berbau.Aquades juga
memiliki berat molekul sebesar 18,0 g/mol dan pH antara 5-7. Rumus
kimia dari aquades yaitu H2O.Aquades ini memiliki allotrop berupa es
dan uap. Senyawa ini tidak berwarna, tidak berbau, tidak memiliki rasa
dan merupakan elektrolit lemah.
6. HCl
Asam klorida adalah larutan akuantif dari gasdan hidrogen
klorida (HCl) ialah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam
asam lambung ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida
merupakan cairan yang sangat korosif,asam klorida pernah menjadi zat
yang paling dan seringdigunakan dalam awal sejarahnya.
7. Indikator PP
Fenolftalein adalah bubuk Kristal putih, terkadang memiliki
semburat kuning dan biasanya digunakan untuk menguji keasaman zat
lainnya.Umumnya mempunyai sifat tidak larut dalam air, tidak berwarna
dalam larutan asam dan berwarna pink dalam larutan basa.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
1. Neraca Analitis
2. Tabung Reaksi
3. Penjepit
4. Druple Plate
5. Pengaduk Gelas
6. Pipa Bengkok
7. Corong
8. Gelas Arloji
9. Gelas Beker
10. Gelas Ukur
11. Labu Takar
12. Pipet paseur
13. Pipet Ukur
14. Pipet Volume
15. Buret
16. Erlenmeyer
B. Bahan
1. Reagen Fehling A dan B
2. NaOH
3. Glukosa
4. Laktosa
5. Akuades
6. HCl
7. Indikator PP

III. CARA KERJA


A. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi
Sediakan 2 tabung reaksi, isi masing-masing tabung reaksi dengan
larutan glukosa dan laktosa, tambahkan larutan Fehling A dan
Fehling B ke dalam masing-masing larutan, serta amati perubahan
warna. Panaskan pada lampu spiritus.

B. Penganceran Larutan NaOH dan menentukan kadarnya


1. Mengambil sebuah larutan baku NaOH 1,000 N dengan pipet
volume.
2. Masukkan ke dalam labu takar 100 mL, encerkan dengan
aquadest sampai batas skala volume (tidak boleh melebihi
sehingga nanti mengurangi volume yang terjadi).
3. Menetapkan kadar NaOH hasil pengenceran dengan titrasi.

C. Titrasi
1. Mencuci buret yang akan dipakai dengan larutan pencuci
sampai bersih, bilas dengan aquadest, dilanjutkan dengan
larutan standart yang akan digunakan yaitu HCl 0,1000 N
(titran).
2. Mengisi buret dengan larutan standart HCl 0,1000 N sampai
batas skala 0.
3. Mengambil larutan NaOH yang telah diencerkan sebanyak 20
mL dengan pipet volume.
4. Masukkan dalam Erlenmeyer, ditambah dengan 3 tetes
indicator fenolftalein, kocok.
5. Lalu meletakkan Erlenmeyer dibawah kran buret, dan
meneteskan titran pelan-pelan dengan membuka kran buret,
titran akan masuk ke dalam Erlenmeyer yang berisi titrat yang
digoyang-goyang. Amati perubahan warna dari warna merah
merah muda menjadi bening.

IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN


A. Mereaksikan suatu zat dalam tabung reaksi

No. Perlakuan Hasil


 Sebelum dipanaskan
berwarna biru
Larutan Glukosa + Fehling
1.  Sesudah dipanaskan
A dan B dipanaskan
menghasilkan endapan
merah bata
 Sebelum dipanaskan
berwarna biru
Larutan Laktosa + Fehling
2.  Sesudah dipanaskan
A dan B dipanaskan
menghasilkan endapan
oranye

B. Titrasi
No. Volume NaOH Volume HCl Keterangan
NaOH 0,1 N 20 mL
1 20 ml 0,5
ditambahkan indikator
PP sehingga berwarna
2. 20 ml 0,3
merah muda, lalu sitetesi
HCl sampai berwarna
3 20 ml 0,3 bening kembali

C. Pengenceran larutan NaOH dan penentuan konsentrasi


Perhitungan pengenceran volume NaOH :
a. Volume pengenceran NaOH
V1 x N1 =V2 x N2
100 𝑥 0,1
V1= 1

V1 = 10 ml
0,5 + 0,3 + 0,3
b. Volume rata-rata HCl = = 0,37
3

c. Titrasi
V1 x N1 = V2 x N2
20 x N1 = 0,37 x 0,1
N1 = 0,00185

20 ×0,00185
d. Kadar NaOH = 𝑥 100%
40

= 0,0925%

D. GAMBAR ALAT LABORATORIUM

No. Nama Alat Gambar


1 Tabung reaksi

2 Penjepit

3 Lampu spiritus

4 Plat tetes

No. Nama Alat Gambar

5 Kasa asbes

6 Kaki tiga

7 Pengaduk gelas
8 Pipa bengkok

9 Corong

10 Gelas arloji

11 Botol timbang

No. Nama Alat Gambar

12 Botol semprot

13 Erlenmeyer

14 Beaker glass
15 Gelas ukur

16 Labu takar

17 Pipet tetes

18 Pipet ukur

No. Nama Alat Gambar

19 Pipet volume

20 Buret
21 Sendok plastik

22 Labu florens

23 Karet penghisap

24 Penyangga buret

No. Nama Alat Gambar

25 Rak tabung

26 Korek api
V. PEMBAHASAN
Pada materi praktikum KD 1 ini, kita perlu mengenal alat-alat
laboratorium kimia sederhana yang biasa digunakan dalam melakukan
percobaan beserta kegunaan alat alatnya. Alat-alat tersebut dapat digunakan
dalam percobaan :
A. Mereaksikan Suatu zat ke Dalam Tabung Reaksi
Pada percobaan ini mula-mula menyiapkan dua tabung reaksi untuk
mereaksikan larutan glukosa dan larutan laktosa. Pada tabung pertama diisi
5 tetes larutan glukosa kemudian tabung kedua diisi 5 tabung laktosa.
Selanjutnya masing-masing tabung ditambahkan reagen fehling A dan
Fehling B sebanyak 5 tetes. Warna mula-mula dari kedua larutan sebelum
ditetesi reagen fehling A dan fehling B adalah berwarna biru muda tanpa
disertai endapan.Setelah itu, dipanaskan dengan menggunakan pemanas atau
bunsen sambil digoyang-goyangkan secara perlahan-lahan agar reaksinya
merata.
Dari percobaan tersebut diperoleh hasil untuk larutan pertama yaitu
glukosa mengalami perubahan warna dari biru menjadi hijau kemudian
kekuningan dan terakhir berwarna merah disertai endapan merah bata dalam
larutan. Untuk larutan kedu yaitu laktosa terjadi perubahan dari warna biru
muda bening menjadi warna oranye kemerahan dan menghasilkan endapan
berwarna merah bata.
Warna biru muda dihasilkan dari pemberian reagen fehing A dan
Fehling B pada larutan glukosa dan laktosa sebelum dipanaskan. Setelah
dipanaskan warna biru dari larutan glukosa berubah warna menjadi kuning
kemudian merah dan terdapat endapan merah bata. Sedangkan warna biru
muda dari laktosa berubah warna menjadi oranye dan terdapat endapan
berwarna merah bata.
Dari percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa glukosa dan
laktosa merupakan gula reduksi karena dengan penambahan reagen fehling
A dan fehling B warna larutan setelah dipanaskan terdapat endapan merah
bata.
Gambar A.1 endapan merah bata Gambar A.2 endapan merah bata
pada laktosa pada glukosa

B. Pengenceran Larutan NaOH dan Menentukan Kadarnya


Pengenceran merupakan penambahan pelarut kedalam zat terlarut,
sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sebanding dengan jumlah
mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut
sebelum pengenceran sebanding dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah
penegenceran. Pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol,
etanol, aseton dan lain-lain. Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :
M1× V1 = M2× V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

Pada percobaan ini, larutan yang diencerkan adalah larutan NaOH 1N


dengan pelarut akuades. Volume larutan setelah pengenceran yang diinginkan
adalah 100 mL dengan molaritas 0,1 N. Maka hal yang dilakukan adalah
menghitungnya terlebih dahulu dengan rumus pengenceran sebagai berikut.
M1× V1 = M2× V2
1N × V1= 0,1 N × 100 mL
V1 = 0,1 N × 100 mL
V1= 10 mL
Masukkan larutan NaOH pekat sebanyak 10 ml kedalam labu takar dengan
volume 100 mL menggunakan pipet.Kita dapat menggunakan pipet ukur atau
volume agar lebih mudah. Setelah itu tambahkan akuades hingga mencapai garis
batas menggunakan pipet ukur atau volume, tidak boleh melebihi atau kurang dari
batas skala karena akan mempengaruhi nilai normalitas hasil. Maka larutan NaOH
dengan molaritas 0,1 N pun telah siap.
Adapun alat yang digunakan selama proses pengenceran adalah labu takar
dan pipet volume. Labu takar dan pipet volume merupakan alat lab yang sangat
memudahkan pengenceran karena dilengkapi dengan skala ukur.

Gambar B.1 Hasil pengenceran NaOH

C. Titrasi
Titrasi merupakan cara penentuan konsentrasi suatu larutan dengan volume
tertentu dengan menggunakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya dan
mengukur volumenya secara pasti. Bila titrasi menyangkut titrasi asam-basa maka
disebut dengan titrasi adisi-alkalimetri.Larutan yang telah diketahui
konsentrasinya disebut dengan titran.Pada percobaan ini langkah kerja yang
dilakukan yaitu, membersihkan buret, kemudian larutan HCl dimasukkan ke
dalam buret dengan menggunakan corong sampai volumenya tepat mencapai skala
nol pada buret.Langkah selanjutnya yaitu memasukkan 20 mL larutan basa dalam
hal ini yaitu larutan NaOH, ke dalam labu erlenmeyer.Lalu ditambahkan 3 tetes
fenoftalein ke dalam labu erlenmeyer tersebut sehingga berwarna merah muda.
Selanjutnya melakukan titrasi dengan cara meneteskan HCl yang berada di dalam
buret secara perlahan tetes demi tetes ke dalam labu erlenmeyer sambil digoyang-
goyangkan. Hentikan titrasi pada saat warna larutan yang berada dalam labu
erlenmeyer telah mengalami perubahan.Perubahan yang terjadi adalah dari warna
merah muda menjadi warna bening kembali.Langkah awal dilakukan kembali
sebanyak 3 kali tetapi HCl tetap ditambahkan lagi untuk mencapai titik pada skala
nol. Mencatat volume HCl yang diperlukan untuk mentitrasi larutan. Titrasi yang
awal dilakukan volume HCl yang diperlukan adalah 0,5 mL sedangkan pada titrasi
yang kedua volume HCl yang diperlukan adalah 0,3 mL dan pada titrasi yang
ketiga volume HCl yang diperlukan sebanyak 0,3 mL. Untuk mengetahui besarnya
konsentrasi larutan asam (HCl) dalam percobaan, maka langkah awal yang
dilakukan adalah menjumlahkan ketiga volume HCl yang terpakai pada percobaan
kemudian dibagi tiga sehingga akan diperoleh volume rata-rata yang terpakai
dalam percobaan. Hasil-hasil ini kemudian dimasukkan ke dalam rumus
pengenceran yaitu: VHCl x MHCl = VNaOH x MNaOH ; Dimana VHCl adalah 0,37 dari
hasil rata-rata, MHCl adalah konsentrasi yang digunakan yaitu 0,1 M danVNaOH
adalah volume rata-rata NaOH yang digunakan dalam percobaan yaitu sebesar 20
mL. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa besarnya konsentrasi NaOH
yang digunakan adalah sebesar 0,00185 M

Gambar C.1 Hasil Titrasi NaOH


VI. KESIMPULAN
1. Di dalam laboratorium terdapat berbagai alat yang mempunyai fungsi dan cara
penggunaan masing-masing.
2. Pada percobaan uji Fehling A dan B terhadap glukosa terjadi perubahan warna
dari biru bening menjadi merah bata.
3. Pada percobaan uji Fehling A dan B terhadap laktosa terjadi perubahan warna
dari biru bening menjadi merah bata.
4. Glukosa dan laktosa merupakan gula reduksi
5. Volume NaOH yang akan di encerkan sebanyak 10 mL.
6. Normalitas NaOH hasil pengenceran adalah 0,00185
7. Kadar NaOH sebesar 0,0925 %

VII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2005. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Analitik III. Laboratorium
Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.
Anonim.Diktat Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Brawijaya. Malang.
Dra. Tritiyatma H., M.Si, Dr. Yusmaniar, M.Si, Dr. Erdawati, M.Si. 2015.
Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta, Jakarta
Khopkar ,S.M .1990 . Konsep Dasar Kimia Analitik . UI –Press: jakarta.
Diakses
melaluihttp://uswahmanis.blogspot.co.id/2015/10/pembuatan-dan-
pembakuan-hcl-01-n.html.
Keenan, C.W. 1989. Kimia Universitas Edisi ke-6. Erlangga: Jakarta.
Marwati, Siti. 2012. Ekstraksi dan Preparasi Zat Warna Alami Sebagai
IndikatorTitrasiAsam Basa. Makalah Seminar Nasional. FMIPA UNY,
Yogyakarta.
Petrucci Harwood Herring Madura, 2011.Kimia Dasar Prinsip-prinsi dan
AplikasiModern.Jakarta. Erlangga
Solomons NW. 2002. Fermentation, fermented foods and lactose intolerance.
Eur. J. Clin. Nutr. 56, Suppl 4, 50-55. Diakses melalui
http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/intoleransi-laktosa-
dr.sherly.pdf
Sinuhaji AB. 2006. Intoleransi laktosa. Majalahkedokteran nusantara 39, 4, 424
429. Diakses melalui
http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/intoleransi-laktosa-
dr.sherly.pdf
Winda Sofihan. 2012. Keterampilan Dasar Di Laboratorium Kimia. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta,
Jakarta

Semarang, 25 September 2017

Praktikan I Praktikan II

Nisra Iman Kasih Zai Nurul Aulia


(22030117120037) (22030117120033)
Praktikan III Praktikan IV

Vistha Rachma Handayani Yesi PratamaAprilia Ningrum


(22030117140029) (22030117120035)

Praktikan V

Zahra Hanum Siti Aliefah


(22030117120031)

Anda mungkin juga menyukai