Anda di halaman 1dari 9

POLUSI UDARA

Menurut Undang-undang No. 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai


Pemcemaran Lingkungan, Polusi udara atau pencemaran udara adalah pencemaran
yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang berasal dari pabrik,
kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan peristiwa alam seperti
kebakaran hutan, letusan gunung berapi yang mengeluarkan debu, gas, dan awan
panas.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun
2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara, pencemaran udara
adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Di Indonesia, kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di


perkotaan. Menurut World Bank, dalam kurun waktu 6 tahun sejak 1995 hingga 2001
terdapat pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia sebesar hampir 100%.
Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang buruk,
baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan bahan bakar
dengan kualitas kurang baik (misal: kadar timbal/Pb yang tinggi) . World Bank juga
menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat
tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Polusi udara yang terjadi
sangat berpotensi menggangu kesehatan. Menurut perhitungan kasar dari World Bank
tahun 1994 dengan mengambil contoh kasus kota Jakarta, jika konsentrasi partikulat
(PM) dapat diturunkan sesuai standar WHO, diperkirakan akan terjadi penurunan tiap
tahunnya: 1400 kasus kematian bayi prematur; 2000 kasus rawat di RS, 49.000
kunjungan ke gawat darurat; 600.000 serangan asma; 124.000 kasus bronchitis pada
anak; 31 juta gejala penyakit saluran pernapasan serta peningkatan efisiensi 7.6 juta
hari kerja yang hilang akibat penyakit saluran pernapasan – suatu jumlah yang sangat
signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat. Dari sisi ekonomi pembiayaan
kesehatan (health cost) akibat polusi udara di Jakarta diperkirakan mencapai hampir
220 juta dolar pada tahun 1999.

 Sumber Polusi Udara

1. Gas CO/Karbon Monoksida

Asap kendaraan merupakan sumber utama bagi karbon monoksida di berbagai


perkotaan. Data mengungkapkan bahwa 60% pencemaran udara di Jakarta
disebabkan karena benda bergerak atau transportasi umum yang berbahan
bakar solar terutama berasal dari Angkutan Umum. Karbon monoksida yang
meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin
dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak. Zat gas CO ini
akan mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah
terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen dan gas-gas lainnya. Pada
kasus darah yang tercemar karbon monoksida dalam kadar 70% hingga 80%
dapat menyebabkan kematian.

2. Gas CO2/Karbon Dioksida

Karbon dioksida adalah zat gas yang mampu meningkatkan suhu pada suatu
lingkungan sekitar kita yang disebut juga sebagai efek rumah kaca. Dengan
begitu maka temperatur udara di daerah yang tercemar CO2 itu akan naik dan
otomatis suhunya menjadi semakin panas dari waktu ke waktu seperti di
wilayah DKI Jakarta. Hal ini disebabkan karena CO2 akan berkonsentrasi
dengan jasad renik, debu, dan titik-titik air yang membentuk awan yang dapat
ditembus cahaya matahari namun tidak dapat melepaskan panas ke luar awan
tersebut. Keadaan seperti itu mirip dengan kondisi rumah kaca tanpa AC dan
fentilasi udara yang cukup.

3. Particulate Matter (PM)


Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan menunjukan
PM10 (termasuk di dalamnya partikulat yang berasal dari diesel/DEP)
memiliki potensi besar merusak jaringan tubuh.

4. Letusan Gunung Berapi

Hasil letusan gunung berapi


Berikut adalah hasil dari letusan gunung berapi, antara lain :

 Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut
antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen
Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat
membahayakan manusia.

 Lava dan aliran pasir serta batu panas


Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari
dalam Bumi ke permukaan melalui kawah. Lava encer akan mengalir
mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat dengan
sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam batuan.

 Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung
berapi.

 Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan
dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu
pernapasan.

 Awan panas
Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak
napas.

5. Rokok

 Asap Rokok
Dalam asap rokok terdapat 4.000 bahan kimia dan gas berbahaya yang
bersifat karsinogenik. Seperti nikotin, arsen, tar, aseton, natilamin, dan
cadmium. Tidak semua bahan-bahan kimia tersebut ada dalam polusi udara
akibat cerobong asap pabrik, asap rumah tangga, atau knalpot kendaraan.

Berikut adalah beberapa jenis polusi asap rokok yang merugikan kesehatan:

 Partikel

Asap rokok mengandung partikel-partikel kecil yang tetap tinggal


dalam paru-paru sehingga memicu kanker dan efek buruk kesehatan lainnya.
Ilmuwan dari National Cancer Institute di Milan menemukan pada tahun 2004
bahwa asap rokok mengandung 10 kali partikel lebih banyak dibandingkan
knalpot mesin diesel modern. Studi ini meneliti akibat polusi asap rokok yang
terjadi di ruangan tertutup.

 Bahan Kimia

Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif berasal dari asap yang
dihembuskan perokok dan asap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar.
Asap rokok dari ujung yang terbakar dianggap lebih berbahaya karena tidak
melalui filter. Asap rokok mencemari udara dengan lebih dari 69 bahan kimia
penyebab kanker, termasuk tar, arsen, benzena dan kadmium.
Sebagai informasi, benzena adalah pelarut industri dan kadmium
digunakan dalam baterai. Asap rokok juga mengandung bahan kimia yang
digunakan dalam kamar mayat, industri karet dan pabrik cat.
6. Hasil pembakaran, baik pembakaran hutan, sampah, dan lainnya.

 Dampak Serius Pencemaran Udara bagi Kesehatan

1. Dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan
penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya.
Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida
bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein
pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah).

2. Kerusakan Otak

Paparan polusi udara dilaporkan mampu merusak sistem saraf pusat, terutama
pada anak-anak. Hal ini karena otak anak masih dalam masa perkembangan
sehingga sel-sel sarafnya masih sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Polusi
udara dilaporkan juga mengganggu perkembangan otak pada masa prenatal,
jika ibu hamil terpajan polutan. Walaupun otak dewasa sudah berhenti
berkembang, tidak berarti plastisitasnya hilang, namun sensitivitasnya
terhadap pajanan lingkungan sudah berkurang. Meskipun demikian, pajanan
polutan dengan kadar tinggi dilaporkan juga dapat merusak sistem saraf pusat
dewasa. Polusi udara dapat menyebabkan stroke yang nantinya akan
menyebabkan kerusakan otak berujung pada kematian.

3. Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia dengan


prevalensi 44%. Di Indonesia, pneumonia anak bawah lima tahun merupakan
penyebab kematian nomor dua setelah diare dengan proporsi 15,5%.
Pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri yang
dipengaruhi oleh pencemar fisik dan kimia.
Akibat pencemaran udara, 57,8 % warga Jakarta menderita penyakit
pneumonia atau radang paru berjumlah 336.273 orang. Penyakit ini membuat
paru terisi oleh cairan. Gejalanya berupa batuk, sakit dada, demam, dan
kesulitan bernapas.

4. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh Particulate Matter (PM)


Penelitian epidemiologis pada manusia dan model pada hewan menunjukan
PM10 (termasuk di dalamnya partikulat yang berasal dari diesel/DEP)
memiliki potensi besar merusak jaringan tubuh. Data epidemiologis
menunjukan peningkatan kematian serta eksaserbasi/serangan yang
membutuhkan perawatan rumah sakit tidak hanya pada penderita penyakit
paru (asma, penyakit paru obstruktif kronis, pneumonia), namun juga pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular/jantung dan diabetes. Anak anak dan
orang tua sangat rentan terhadap pengaruh partikulat/polutan ini, sehingga
pada daerah dengan kepadatan lalu lintas/polusi udara yang tinggi biasanya
morbiditas penyakit pernapasan (pada anak dan lanjut usia) dan penyakit
jantung/kardiovaskular (pada lansia) meningkat signifikan. Penelitian lanjutan
pada hewan menunjukan bahwa PM dapat memicu inflamasi paru dan
sistemik serta menimbulkan kerusakan pada endotel pembuluh darah (vascular
endothelial dysfunction) yang memicu proses atheroskelosis dan infark
miokard/serangan jantung koroner. Pajanan lebih besar dalam jangka panjang
juga dapat memicu terbentuknya kanker (paru ataupun leukemia) dan
kematian pada janin. Penelitian terbaru dengan follow up hampir 11 tahun
menunjukan bahwa pajanan polutan (termasuk PM10) uga dapat mengurangi
fungsi paru bahkan pada populasi normal di mana belum terjadi gejala
pernapasan yang mengganggu aktivitas.

Menurut Data WHO tahun 2012, tercatat 3,3 juta kematian akibat polusi udara dalam
ruangan dan 2,6 juta kematian akibat polusi udara dari luar ruangan.

Kematian akibat polusi udara dari luar ruangan, disebabkan oleh penyakit-
penyakit di bawah ini:
 40% – Penyakit Jantuk Iskemik;
 40% – Stroke;
 11% – chronic obstructive pulmonary disease (COPD);
 6% - Kanker paru
 3% – ISPA pada anak

Kematian akibat polusi udara dari dalam ruangan, disebabkan oleh penyakit-
penyakit di bawah ini:

 34% - Stroke;
 26% - Penyakit Jantung ISkemik
 22% - Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD);
 12% - ISPA pada anak
 6% - Kanker paru

 Penanggulangan Polusi Udara


1. REDUCE, REUSE, RECYCLE

Pengelolaan sampah sebenarnya telah diatur pemerintah melalui UU Nomor 18/2008.


Di dalamnya termaktub bahwa pengelolaan sampah tidak hanya menjadi kewajiban
pemerintah saja. Masyarakat dan pelaku usaha sebagai penghasil sampah juga
bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Di DKI Jakarta sebagai ilustrasi setiap hari +6.500 ton sampah dihasilkan dari
berbagai kegiatan rumah tangga maupun non rumah tangga di DKI Jakarta. Data dari
Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2010, menyebutkan bahwa volume rata – rata
sampah yang dihasilkan per hari di Indonesia sekitar 200 ribu ton yang paling banyak
dihasilkan dari daerah perkotaan. Data statistik tahun 2014 menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia setelah China.

3R (Reduce, Reuse, Recycle) Merupakan suatu metode, dimana penanganannya


mempunyai beberapa opsi:
A. Reduce.
Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan-bahan yang bisa
merusak lingkungan.
B. Reuse.
Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memberikan
baju-baju bekas anda ke yatim piatu.
C. Recycle.
Recycle adalah mendaur ulang barang.

Keuntungan (3Re):
Mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke TPA 2. Dapat dijual
kembali sehingga mempunyai nilai ekonomi.
Kerugian (3Re):
Pengurangan volume sampah belum secara signifikan terjadi.

2. Menanam Pohon

Indonesia memiliki hutan terluas ketiga di dunia dengan luas mencapai 120,78 juta
Ha. Hutan Indonesia dibagi berdasarkan fungsi, yaitu Hutan Konservasi seluas 21,90
juta Ha, Hutan Produksi seluas 69,24 juta Ha, dan Hutan Lindung seluas 29,64 juta
Ha. Dalam rangka memperbaiki tata kelola hutan, luasan hutan tersebut dibagi ke
dalam organisasi pengelola hutan di tingkat tapak yang disebut sebagai KPH sebanyak
600 unit KPH.
Keberadaan hutan haruslah dilindungi sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan
Hutan, serta Undang-Undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan
Air.
Di DKI Jakarta luas total hutan kota di Jakarta yang telah ditetapkan berdasarkan SK
Gubernur mencapai 149,76 ha. Masih terlalu timpang bila dibandingkan dengan luas
wilayah DKI Jakarta yakni 66.233 ha. Bila dipersentasekan luasan tersebut hanya
sekitar 0,23%. Hutan kota di Jakarta tersebar di 15 titik, terdiri dari Jakarta Pusat 1
titik, Jakarta Utara 4 titik, Jakarta Barat 1 titik, Jakarta Timur 6 titik, dan Jakarta
Selatan 2 titik.

3. Tidak merokok, terutama di tempat umum

Pasal 13 Perda PPU

 Ayat (1) : Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang
secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang
merokok.
 Ayat (2) : Pimpinan atau penanggungjawab tempat umum dan tempat kerja
harus menyediakan tempat khusus untuk merokok serta menyediakan alat
penghisap udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak
merokok

 Ayat (3) : Dalam angkutan umum dapat disediakan tempat khusus untuk
merokok dengan ketentuan:

– Lokasi tempat khusus untuk merokok terpisah secara fisik/tidak bercampur


dengan kawasan tanpa rokok pada angkutan umum

– Dalam tempat khusus untuk merokok harus dilengkapi alat penghisap udara
atau memiliki sistem sirkulasi udara yang memenuhi persyaratan

4. Menggunakan masker

Penggunaan masker memang tidak bisa meredam pencemaran udara


yang terjadi, terlebih hal-hal yang menyebabkan polusi sangat banyak. Alasan
menggunakan masker adalah untuk melindungi tubuh dari gas-gas beracun
yang ada di udara yang tercemar. Walaupun masker tidak bisa meredam
polusi, tapi setidaknya masker bisa menyaring udara yang terhirup.
Meningkatnya pencemaran udara oleh kabut asap di beberapa wilayah
di Indonesia khususnya di Sumatra dan Kalimantan beberapa waktu
belakangan tidak hanya menimbulkan keresahan di masyarakat, namun juga
meningkatkan pemberitaan dan informasi terkait kondisi tersebut, termasuk
informasi tentang penggunaan masker kesehatan sebagai alat pelindung sistem
pernafasan. Saat ini marak beredar di internet maupun media sosial yang
memberikan informasi tentang cara penggunaan masker kesehatan yang baik
dan benar, namun sebagian dari informasi tersebut tidak mencatumkan sumber
yang dapat dipercaya sehingga menimbulkan perdebatan di masyarakat.
Namun terjadinya perdebatan tersebut membuktikan bahwa saat ini
masyarakat telah memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi akan
pentingnya kesehatan sehingga berupaya mencari informasi yang tepat dan
dapat dipercaya dalam rangka meningkatkan kesehatannya dan melindungi
dirinya dari berbagai masalah kesehatan akibat dampak kabut asap.
Memakai masker pada kondisi udara tercemar seperti saat ini
merupakan cara yang mudah dan efektif untuk melindungi diri dari paparan
berbagai polutan yang dapat menurunkan kondisi kesehatan tubuh.

Disusun Oleh Kelompok 5


 Grenata Nanda Ustriyana
 Heike Esfandari
 Hesti Kurnia
 Ica Ulfa Sausan
 Ivana Kartika Pakolo
 Juniardo Purba
 Khansa Hanifah
Daftar Pustaka

Dinas Perhubungan Provinsi Lampung. Diakses dari


http://dishub.lampungprov.go.id/wp-content/uploads/Polusi-Udara.pdf pada 17 April
2016

World Health Organization (WHO), 2012

Riset Kesehatan Dasar, 2007

Departemen Kesehatan (DepKes), 2006

Departemen Kesehatan RI, Subdit ISPA. 2003.

Anda mungkin juga menyukai