Karbon dioksida adalah zat gas yang mampu meningkatkan suhu pada suatu
lingkungan sekitar kita yang disebut juga sebagai efek rumah kaca. Dengan
begitu maka temperatur udara di daerah yang tercemar CO2 itu akan naik dan
otomatis suhunya menjadi semakin panas dari waktu ke waktu seperti di
wilayah DKI Jakarta. Hal ini disebabkan karena CO2 akan berkonsentrasi
dengan jasad renik, debu, dan titik-titik air yang membentuk awan yang dapat
ditembus cahaya matahari namun tidak dapat melepaskan panas ke luar awan
tersebut. Keadaan seperti itu mirip dengan kondisi rumah kaca tanpa AC dan
fentilasi udara yang cukup.
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut
antara lain Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen
Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan Nitrogen (NO2) yang dapat
membahayakan manusia.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya. Lahar sangat berbahaya bagi penduduk di lereng gunung
berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat
terjadi letusan. Karena sangat halus, abu letusan dapat terbawa angin dan
dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu letusan ini bisa menganggu
pernapasan.
Awan panas
Awan panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak
napas.
5. Rokok
Asap Rokok
Dalam asap rokok terdapat 4.000 bahan kimia dan gas berbahaya yang
bersifat karsinogenik. Seperti nikotin, arsen, tar, aseton, natilamin, dan
cadmium. Tidak semua bahan-bahan kimia tersebut ada dalam polusi udara
akibat cerobong asap pabrik, asap rumah tangga, atau knalpot kendaraan.
Berikut adalah beberapa jenis polusi asap rokok yang merugikan kesehatan:
Partikel
Bahan Kimia
Asap rokok yang dihirup oleh perokok pasif berasal dari asap yang
dihembuskan perokok dan asap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar.
Asap rokok dari ujung yang terbakar dianggap lebih berbahaya karena tidak
melalui filter. Asap rokok mencemari udara dengan lebih dari 69 bahan kimia
penyebab kanker, termasuk tar, arsen, benzena dan kadmium.
Sebagai informasi, benzena adalah pelarut industri dan kadmium
digunakan dalam baterai. Asap rokok juga mengandung bahan kimia yang
digunakan dalam kamar mayat, industri karet dan pabrik cat.
6. Hasil pembakaran, baik pembakaran hutan, sampah, dan lainnya.
1. Dari segi kesehatan dampak pencemaran udara oleh debu bisa menyebabkan
penyakit paru-paru (bronchitis) serta penyakit saluran pernapasan lainnya.
Sedangkan dampak pencemar udara oleh zat kimia seperti Karbon Monoksida
bisa menyebabkan gangguan kesehatan pada hemoglobin (metaloprotein
pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah).
2. Kerusakan Otak
Paparan polusi udara dilaporkan mampu merusak sistem saraf pusat, terutama
pada anak-anak. Hal ini karena otak anak masih dalam masa perkembangan
sehingga sel-sel sarafnya masih sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Polusi
udara dilaporkan juga mengganggu perkembangan otak pada masa prenatal,
jika ibu hamil terpajan polutan. Walaupun otak dewasa sudah berhenti
berkembang, tidak berarti plastisitasnya hilang, namun sensitivitasnya
terhadap pajanan lingkungan sudah berkurang. Meskipun demikian, pajanan
polutan dengan kadar tinggi dilaporkan juga dapat merusak sistem saraf pusat
dewasa. Polusi udara dapat menyebabkan stroke yang nantinya akan
menyebabkan kerusakan otak berujung pada kematian.
3. Pneumonia
Menurut Data WHO tahun 2012, tercatat 3,3 juta kematian akibat polusi udara dalam
ruangan dan 2,6 juta kematian akibat polusi udara dari luar ruangan.
Kematian akibat polusi udara dari luar ruangan, disebabkan oleh penyakit-
penyakit di bawah ini:
40% – Penyakit Jantuk Iskemik;
40% – Stroke;
11% – chronic obstructive pulmonary disease (COPD);
6% - Kanker paru
3% – ISPA pada anak
Kematian akibat polusi udara dari dalam ruangan, disebabkan oleh penyakit-
penyakit di bawah ini:
34% - Stroke;
26% - Penyakit Jantung ISkemik
22% - Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD);
12% - ISPA pada anak
6% - Kanker paru
Keuntungan (3Re):
Mengurangi volume sampah organik yang dibuang ke TPA 2. Dapat dijual
kembali sehingga mempunyai nilai ekonomi.
Kerugian (3Re):
Pengurangan volume sampah belum secara signifikan terjadi.
2. Menanam Pohon
Indonesia memiliki hutan terluas ketiga di dunia dengan luas mencapai 120,78 juta
Ha. Hutan Indonesia dibagi berdasarkan fungsi, yaitu Hutan Konservasi seluas 21,90
juta Ha, Hutan Produksi seluas 69,24 juta Ha, dan Hutan Lindung seluas 29,64 juta
Ha. Dalam rangka memperbaiki tata kelola hutan, luasan hutan tersebut dibagi ke
dalam organisasi pengelola hutan di tingkat tapak yang disebut sebagai KPH sebanyak
600 unit KPH.
Keberadaan hutan haruslah dilindungi sebagaimana diamanatkan di dalam Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-
Undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan
Hutan, serta Undang-Undang Nomor 37 tahun 2014 tentang Konservasi Tanah dan
Air.
Di DKI Jakarta luas total hutan kota di Jakarta yang telah ditetapkan berdasarkan SK
Gubernur mencapai 149,76 ha. Masih terlalu timpang bila dibandingkan dengan luas
wilayah DKI Jakarta yakni 66.233 ha. Bila dipersentasekan luasan tersebut hanya
sekitar 0,23%. Hutan kota di Jakarta tersebar di 15 titik, terdiri dari Jakarta Pusat 1
titik, Jakarta Utara 4 titik, Jakarta Barat 1 titik, Jakarta Timur 6 titik, dan Jakarta
Selatan 2 titik.
Ayat (1) : Tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang
secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak,
tempat ibadah dan angkutan umum dinyatakan sebagai kawasan dilarang
merokok.
Ayat (2) : Pimpinan atau penanggungjawab tempat umum dan tempat kerja
harus menyediakan tempat khusus untuk merokok serta menyediakan alat
penghisap udara sehingga tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak
merokok
Ayat (3) : Dalam angkutan umum dapat disediakan tempat khusus untuk
merokok dengan ketentuan:
– Dalam tempat khusus untuk merokok harus dilengkapi alat penghisap udara
atau memiliki sistem sirkulasi udara yang memenuhi persyaratan
4. Menggunakan masker