Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga kita
semua dalam perlindunganNya. Laporan ini merupakan produk laporan pendahuluan yang
merupakan bagian dari serangkaian produk Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan
Kota Bangun tahun anggaran 2015.
Sesuai dengan Undang Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 mengamanatkan
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang kemudian dirincikan menjadi
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kabupaten. Sesuai ketentuan Pasal 59
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap
RTRW kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun
RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan perkotaan
atau kawasan strategis kabupaten/kota. Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang kawasan
perkotaan disusun dengan pedoman Permen PU Nomor 20 Tahun 2011 tentang Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota.
Dokumen Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun ini harapannya akan
menjadi pedomen (guide book) dalam penataaan ruang di Kecamatan Kota Bangun sehingga
pembangunan daerah dapat berlangsung dengan terencana dan berkelanjutan.
Laporan Pendahuluan ini berisi uraian tentang pendahuluan, tinjauan umum kebijakan penataan
ruang, gambaran umum wilayah, metodologi, serta rencana kerja.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara dalam hal ini
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah memberikan
kepercayaan untuk melaksanakan pekerjaan ini.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
i
Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................i
Daftar Isi ...........................................................................................................................ii
Daftar Tabel..................................................................................................................... iv
Daftar Gambar ................................................................................................................ vi
BAB 2 TINJAUAN UMUM KEBIJAKAN PENATAAN RUANG KECAMATAN KOTA BANGUN ................. 2
2.1 Kebijakan Penataan Ruang Nasional ............................................................................... 2
2.1.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang .................. 2
2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional............................................................. 7
2.1.3 Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan .......................................................... 14
2.2 Kebijakan Penataan Ruang Daerah ............................................................................... 20
2.2.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur .............................. 20
2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Kutai Kartanegara Tahun 2005 - 2025 ............................................................ 29
2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun
2012-2032 ....................................................................................................... 31
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
ii
Daftar Isi
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
iii
Daftar Tabel
Daftar Tabel
Tabel 2-1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan PP. 26 Tahun
2008 Tentang RTRWN ....................................................................................................... 7
Tabel 2-3 Jalan Bebas Hambatan Pulau Kalimantan Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008
Tentang RTRWN ................................................................................................................ 8
Tabel 2-4 Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional Berdasarkan PP. 26 Tahun
2008 Tentang RTRWN ....................................................................................................... 8
Tabel 2-5 Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional Berdasarkan PP. 26
Tahun 2008 Tentang RTRWN .......................................................................................... 10
Tabel 2-6 Wilayah Sungai Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN ............................... 11
Tabel 2-7 Kawasan Lindung Nasional Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN ............. 11
Tabel 2-8 Kawasan Andalan Nasional di Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan PP. 26
Tahun 2008 Tentang RTRWN .......................................................................................... 12
Tabel 2-9 Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kalimantan Timur Berdasarkan PP. 26
Tahun 2008 Tentang RTRWN .......................................................................................... 13
Tabel 2-10 Kewenangan Pusat, Provinsi, dan Daerah dalam Pengelolaan Infrastruktur
Berdasarkan Peraturan Perundangan Sektoral .............................................................. 22
Tabel 2-11 Rencana Dermaga Sungai dan Penyeberangan di Provinsi Kalimantan Timur ............... 27
Tabel 2-12 Rencana Kawasan Lindung Provinsi Kalimantan Timur .................................................. 27
Tabel 2-13 Rencana Prasarana Wilayah Untuk Perkotaan Di Provinsi Kalimantan Timur
Untuk Kabupaten Kutai Kartanegara .............................................................................. 28
Tabel 2-14 Sistem dan Fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara ...................................... 32
Tabel 2-15 Pusat Kegiatan Perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara .......................................... 33
Tabel 2-16 Jaringan Jalan di Kecamatan Kota Bangun ...................................................................... 34
Tabel 2-17 Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung Kabupaten Kutai Kartanegara ....................... 37
Tabel 2-18 Klasifikasi Kawasan Hutan Produksi di Kecamatan Kota Bangun .................................... 39
Tabel 3-1 Luas Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014 .......... 42
Tabel 3-2 Luas Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Ketinggian Dari Permukaan
Laut ................................................................................................................................. 43
Tabel 3-3 Luas Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Kelas Lereng/ Kemiringan Per
Kecamatan ...................................................................................................................... 43
Tabel 3-4 Luas Dan Penyebaran Daerah Curah Hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara ................ 44
Tabel 3-5 Nama Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara ............................................................... 45
Tabel 3-6 Luas Dan Sebaran Formasi Geologi Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara................... 47
Tabel 3-7 Kawasan Sentra Produksi Hasil Hutan Kabupaten Kutai Kartanegara ............................ 47
Tabel 3-8 Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai
Kartanegara .................................................................................................................... 48
Tabel 3-9 Kawasan Sentra Produksi Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Kutai Kartanegara ....... 48
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
iv
Daftar Tabel
Tabel 3-10 Rencana Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Kutai Kartanegara ..................... 49
Tabel 3-11 Luas Areal Budidaya Ikan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara .............................. 51
Tabel 3-12 Luas Areal Budidaya Ikan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara .............................. 52
Tabel 3-13 Luas Desa di Kecamatan Kota Bangun ............................................................................ 53
Tabel 3-14 Luas Kecamatan Kota Bangun Menurut Kelas Lereng/ KemiringanError! Bookmark not defined.
Tabel 3-15 Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Kota Bangun ........................................................... 54
Tabel 3-16 Rencana Struktur Ruang Kecamatan Kota Bangun ......................................................... 55
Tabel 3-17 Rencana Pola Ruang Kecamatan Kota Bangun ............................................................... 56
Tabel 4-1 Pengaturan Sistem Primer Menurut Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985 ............ 70
Tabel 4-2 Persyaratan Teknis Jalan Sistem Primer Berdasarkan Perencanaan Geometrik
Jalan Perkotaan ............................................................................................................... 72
Tabel 4-3 Matriks Umum Analisis SWOT ........................................................................................ 75
Tabel 4-4 Pengelompokan Materi Pengaturan Zonasi ................................................................... 90
Tabel 4-5 Komponen Ketentuan Teknis Zonasi Kegiatan dan Penggunaan Lahan ......................... 90
Tabel 4-6 Komponen Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang ................................................... 91
Tabel 5-1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Kota Bangun ............................................................................................... 102
Tabel 5-2 Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Pekerjaan Review
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun ....................................... 106
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
v
Daftar Gambar
Daftar Gambar
Gambar 1-1 Tahapan Umum Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan .................................................. 3
Gambar 1-2 Peta Administrasi Kecamatan Kota Bangun ...................................................................... 1
Gambar 2-1 Substansi Pelaksanaan Penataan Ruang Menurut UU No. 26 Tahun 2007 ...................... 3
Gambar 3-1 Beberapa kondisi permasalahan di Kecamatan Kota Bangun ........................................ 57
Gambar 4-1 Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional ............................................................................ 66
Gambar 4-2 Hirarki Perencanaan dan Tingkat Kedalaman/Ketelitian Peta Tata Ruang ..................... 66
Gambar 4-3 Kerangka Pemikiran Penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun ..................... 76
Gambar 4-4 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan ..................... 79
Gambar 4-5 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan dan Blok ....... 80
Gambar 4-6 Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan langsung ke Blok ......................................... 80
Gambar 4-7 Ilustrasi Pembagian Sub Zona di dalam Blok dan Sub Blok pada satu Sub Wilayah
Perencanaan ................................................................................................................... 81
Gambar 4-8 Ilustrasi Peta Pola Ruang (zoning map) .......................................................................... 82
Gambar 4-9 Ilustrasi Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan ................................................ 87
Gambar 5-1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Review Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan Kota Bangun ................................................................................... 105
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
vi
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Undang Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 mengamanatkan penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten yang kemudian dirincikan menjadi Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan Kabupaten. Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW
kabupaten/kota harus menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun
RDTR-nya. Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota.
Pada dasarnya pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah berubah sejalan dengan
kecepatan, dinamika atau pola perkembangan kegiatan masyarakat setempat dan atau
pengaruh perkembangan wilayah sekitarnya. Perkembangan wilayah ini akan diikuti oleh
peningkatan berbagai kegiatan sosial dan ekonomi, serta prasarana dan sarana pendukungnya.
Hal ini tentunya akan memberikan kontribusi terhadap upaya kegiatan penataan ruang,
terutama pada aspek perencanaan ruang, guna mengantisipasi segala bentuk kecenderungan
perkembangan tersebut.
Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
ruang. Perencanaan tata ruang wilayah bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang
memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien
dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program
pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan rencana yang memuat ketentuan-ketentuan
mengenai penetapan fungsi bagian wilayah kota yang pada hakekatnya menjadi arahan lokasi
berbagai kegiatan yang memiliki kesamaan fungsi maupun lingkungan permukiman dengan
karakteristik tertentu. Pada prinsipnya, RDTR juga merupakan rencana tiga dimensi yang
mengandung pengertian upaya penetapan intensitas penggunaan ruang untuk setiap bagian-
bagian wilayah sesuai dengan fungsinya di dalam struktur tata ruang secara keseluruhan.
RDTR disusun apabila RTRW kabupaten/kota dinilai perlu dilengkapi dengan acuan
pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota yang lebih detil. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya lengkap,
termasuk Peraturan Zonasi (PZ), sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan
ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
bagi zona-zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya diprioritaskan.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara telah disahkan melalui Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2013 –
2033. Rencana umum tata ruang tersebut masih mencakup ruang wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan luas 27.263,10 km² dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000, sehingga masih
memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan. Sebab dengan ketelitian tersebut RTRW
belum dapat dijadikan dasar bagi pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di
wilayah kabupaten, terutama di kawasan perkotaan yang perkembangannya lebih pesat
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
1
Bab 1
Pendahuluan
dibanding kawasan perdesaan. Pada Kawasan Kota Bangun sudah memiliki RDTR IKK Kota
Bangun pada tahun 2008 berdasarkan Review RTRW.
Dalam Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Tahun 2013 – 2033 pasal 62 ayat 6 disebutkan beberapa jenis rencana rinci tata ruang yang
harus disusun oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu RTR Kawasan Strategi untuk
wilayah Segitiga Kekembangan serta wilayah Tenggarong dan Tenggarong Seberang. Perda
tersebut juga mengarahkan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menyusun
Rencana Detail Tata Ruang (RTDR) untuk 18 kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Di dalam RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013 – 2033, Kecamatan Kota Bangun
termasuk ke dalam Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang secara umum merupakan pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa dan secara khusus
berfungsi sebagai pusat pendukung kegiatan PKN Tenggarong, dengan pusat kegiatan yang
terletak di Desa Kota Bangun Ulu sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL). Oleh karena itu
dinilai sangat penting untuk segera menyusun RDTR khususnya untuk Kawasan Perkotaan
Kecaamtan Kota Bangun agar terwujud kawasan fungsional yang aman, produktif dan
berkelanjutan.
Maksud dari Penyusunan Review Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota
Bangun adalah mewujudkan rencana detail tata ruang yang mendukung terciptanya kawasan
strategis maupun kawasan fungsional secara aman, produktif dan berkelanjutan.
Adapun tujuan penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun adalah tersusunnya rencana
rinci sebagai turunan dari RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara yang berfungsi sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang agar dapat dijadikan acuan dalam
pelaksanaan pembangunan daerah yang berkelanjutan.
1) Tersajinya data dan informasi kawasan perkotaan Kota Bangun yang akurat dan aktual.
3) Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang dan Zoning Regulation Wilayah Perkotaan Kota
Bangun .
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
2
Bab 1
Pendahuluan
Lingkup wilayah perencanaan Penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun adalah
kawasan yang termasuk ke dalam kawasan perkotaan Kota Bangun . Namun demikian, dalam
proses perencanaannya tetap diintegrasikan dengan tinjauan eksternal Kecamatan Kota
Bangun secara keseluruhan maupun dengan wilayah-wilayah lain di Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Kecamatan Kota Bangun memiliki luas wilayah mencapai 644,2 km2, secara administratif
kecamatan ini terbagi dalam 8 desa yaitu Desa Bakungan, Desa Batuah, Desa Loa Duri Ilir, Desa
Loa Duri Ulu, Desa Kota Bangun Ulu, Desa Purwajaya, Desa Tani Bakti dan yang terakhir adalah
Desa Tani Harapan. Berkaitan dengan lingkup wilayah dalam RDTR Kecamatan Kota Bangun ,
untuk tahap awal, perlu penentuan delineasi kawasan/kelurahan yang termasuk ke dalam
kawasan perkotaan Kecamatan Kota Bangun terlebih dahulu.
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Perkotaan sampai menjadi peraturan
daerah terdiri dari 3 tahapan yang dijabarkan dalam tabel berikut (Permen Pu Nomor 20 Tahun
2011) :
Gambar 1-1
Tahapan Umum Penyusunan RDTR Kawasan Perkotaan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
3
Bab 1
Pendahuluan
Adapun kegiatan kali ini difokuskan pada tahap 1 (satu) yaitu penyusunan naskah teknis
Rencana Detail Tata Ruang dimana lingkup substansi terbatas pada tahap :
B. Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengenalan karakteristik BWP dan penyusunan rencana pola ruang dan
rencana jaringan prasarana BWP, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Adapun dalam tahap ini bisa dikatakan lebih banyak pada kegiatan survei, yang apabila dirinci lagi meliputi kegiatan:
a. Persiapan survey lapangan antara lain meliputi:
Penelaahan materi RTRW Kutai Kartanegara pada tahun rencana terakhir.
Pembuatan daftar data primer dan sekunder yang diperlukan dan yang akan dicari sebagai data pendukung dari
kegiatan ini.
Pembuatan model-model untuk pengumpulan data di lapangan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses
pengumpulan data.
Pembuatan peta dasar skala 1 : 5000 dengan bantuan tenaga pendukung, khususnya draftman
Pembuatan program kerja survey di lapangan secara sistematis
b. Survey lapangan, meliputi:
Observasi fisik lapangan dengan memperhatikan kondisi eksisting yang ada di wilayah perkotaan Kota Bangun .
Mengumpulkan data penunjang yang diperlukan, antara lain: data keadaan disik dasar, data penggunaan ruang, data
keadaan wilayah perencanaan, data mengenai tanah perkotaan, data mengenai sarana dan prasarana, data
mengenai aspek kependudukan.
Data-data tersebut merupakan pelengkap dari yang sudah dihimpun dalam rangka proses penyusunan RDTR. Namun
dirinci lebih lanjut untuk mendukung kedalaman materi rencana sebagaimana yang diperlukan dalam penyusunan
RDTR
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
4
Bab 1
Pendahuluan
Tahap analisis merupakan tahap lanjutan setelah tahap pengumpulan data dilakukan. Tahap analisis dalam pekerjaan ini
meliputi:
a. Proses penentuan fungsi wilayah perencanaan yang merupakan proses pengenalan jenis kegiatan yang dominan pada
bagian wilayah tertentu dan ditetakan berdasarkan: rencana, analisis pola penyebaran kegiatan kota dan analisis
kemudahan pencapaian antar bagian wilayah pengembangan
b. Proses penentuan struktur wilayah perencanaan, yang ditetapkan berdasarkan: analisis kecenderungan perkembangan
fisik kota, analisis tingkat pelayanan sarana dan prasarana kota, analisis kebutuhan ruang, analisis pola distribusi
kepadatan penduduk, dan analisis hubungan fungsional antarkegiatan kota.
c. Proses penentuan struktur wilayah perencanaan, yang ditetapkan berdasarkan: analisis kecenderungan perkembangan
fisik kota, analisis tingkat pelayanan sarana dan prasarana kota, analisis kebutuhan ruang, analisis pola distribusi
kepadatan penduduk, dan analisis hubungan fungsional antarkegiatan kota.
d. Proses penentuan jenis dan intensitas sarana dan prasarana utama, yang ditetapkan berdasarkan: analisis daya tampung
ruang, analisis kebutuhan jenis sarana dan prasarana, modifikasi dan penafsiran standar teknis yang berlaku, dan
penilaian mengenai nilai dan status ruang
e. Pada kawasan tertentu dibuat analisis secara khusus yang meliputi penilaian terhadap daya tampung ruang dan
keterbatasan fisik, penilaian aspek buatan manusia, kualitas kehidupan serta penilaian terhadap estetika lingkungan
Setelah dilakukan beberapa kali iterasi, dipilih alternatif terbaik sebagai dasar perumusan
RDTR. Hasil kegiatan perumusan konsepsi RDTR terdiri atas:
Perumusan rencana tersebut sudah merujuk kepada Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota sesuai
Permen PU No. 20/PRT/M/2011, yaitu :
1. Perumusan Konsepsi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan terdiri atas :
Rumusan tujuan penataan ruang kawasan
Rumusan kebijakan dan strategi penataan kawasan
2. Perumusan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan terdiri atas :
Tema Pengembangan Kawasan
Tujuan, Kebijakan dan Strategi penataan ruang kawasan
Rencana Detail Struktur Ruang Kawasan
Rencana Detail Pola Ruang Kawasan
Rencana Penanganan Sub Kawasan Yang Diprioritaskan
Ketentuan Pemanfaatan Ruang Kawasan dan
Peraturan Zonasi Kawasan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
5
Bab 1
Pendahuluan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
6
Gambar 1-2
Peta Administrasi Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
1
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan Laporan Pendahuluan dalam penyusunan Review RDTR Kecamatan
Kota Bangun diuraikan dalam beberapa pembahasan, yaitu:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang disusunnya Review RDTR Kecamatan Kota Bangun,
maksud dan tujuan serta sasaran perencanaan, ruang lingkup studi dan sistematika
pembahasan.
Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan pengembangan wilayah Kecamatan Kota
Bangun dalam skala makro. Tinjauan yang dilakukan dalam bab ini akan dijadikan
sebagai masukan yang sangat penting dalam menentukan strategi dan kebijaksanaan
pembangunan dalam Review RDTR Kecamatan Kota Bangun .
Pada bahasan ini dijelaskan tentang kajian umum Kabupaten Kutai Kartanegara dan
Kecamatan Kota Bangun yang mencakup aspek fisik dasar, tata ruang, sosial
kependudukan, perekonomian, prasarana dan sarana, dan aspek transportasi
Kecamatan Kota Bangun .
Bab ini menjelaskan tentang pendekatan dan metode yang akan digunakan dalam
melaksanakan penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun. Termasuk akan
diuraikan secara umum gambaran output yang diharapkan dari adanya pekerjaan
RDTR Kecamatan Kota Bangun .
Pada bahasan ini akan diuraikan tentang jadwal rencana pelaksanaan pekerjaan ini
secara umum, dan keterlibatan personil tenaga ahli beserta jadual penugasannya.
Kegiatan rencana survey yang akan dilakukan dalam kaitannya untuk mengumpulkan
berbagai informasi data yang dikumpulkan beserta kondisi dari data tersebut untuk
keperluan pelaksanaan pekerjaan ini diberikan pula dalam bahasan ini.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
1
BAB 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan
Ruang Kecamatan Kota Bangun
Bab ini berisi tentang tinjauan kebijakan pengembangan wilayah Kecamatan Kota Bangun
dalam skala yang lebih makro. Tinjauan yang dilakukan dalam bab ini akan dijadikan sebagai
masukan yang sangat penting dalam menentukan strategi dan kebijaksanaan pembangunan
dalam Penyusunan Review Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun .
Berdasarkan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, yang dimaksud dengan Penataan Ruang
adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan penataan ruang itu sendiri merupakan kegiatan yang
meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Sedang
Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya mencapai tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
2
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
PELAKSANAAN PENATAAN
RUANG
Program Penataan
Insentif/ Disinsentif
Pengenaan Sanksi
Peraturan Zonasi
Pembiayaan
Perizinan
Ruang
Gambar 2-1
Substansi Pelaksanaan Penataan Ruang Menurut UU No. 26 Tahun 2007
Dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 dijelaskan bahwa rencana tata ruang adalah
hasil perencanaan tata ruang. Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang
dan rencana pola ruang. Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman
dan rencana sistem jaringan prasarana. Rencana pola ruang meliputi peruntukan kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang memberikan panduan bagi proses
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan kewenangan
administratif, Pemerintah Kabupaten berwenang atas penataan ruang daerah Kabupaten.
Wewenang pemerintah daerah kabupaten dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
3
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi;
b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang; dan
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi
pembangunan dan administrasi pertanahan. Jangka waktu rencana tata ruang wilayah
kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar
yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas teritorial
negara, wilayah provinsi, dan/atau wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-
Undang, rencana tata ruang wilayah kabupaten ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
4
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang kawasan strategis
kabupaten/kota merupakan rencana rinci tata ruang dan digunakan sebagai perangkat
operasional rencana umum tata ruang. Rencana rinci tata ruang disusun apabila:
1. rencana umum tata ruang belum dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; dan/atau
2. rencana umum tata ruang mencakup wilayah perencanaan yang luas dan skala peta dalam
rencana umum tata ruang tersebut memerlukan perincian sebelum dioperasionalkan.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana detail tata ruang kabupaten ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten.
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu indikasi
program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang, dan
disinkronisasikan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya.
Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan minimal dalam
penyediaan sarana dan prasarana.
Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang
dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan
udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain. Dalam pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota dilakukan:
1. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan rencana
tata ruang kawasan strategis;
2. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang
wilayah dan kawasan strategis; dan
3. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan strategis.
a. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan disusun
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. Peraturan
zonasi kabupaten ditetapkan dengan peraturan daerah
b. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
5
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
c. Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah. Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan
urun saham;
pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.
pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;
dan/atau pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh:
- Pemerintah kepada pemerintah daerah;
- pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya; dan
- pemerintah kepada masyarakat.
Sebagaimana diatur dalam Undang- Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Permendagri No. 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) merupakan salah satu bentuk penataan ruang di bawah Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. RDTR merupakan rencana tata ruang kawasan
yang menggambarkan zonasi alokasi pemanfaatan ruang, struktur pemanfaatan ruang, sistem
prasarana dan sarana, serta persyaratan teknis pengembangan tata ruang kawasan lainnya.
Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang merupakan bagian wilayah kabupaten adalah
bagian rencana tata ruang wilayah kabupaten, meliputi:
1. Penataan ruang kawasan perdesaan dalam 1 (satu) wilayah kabupaten dapat dilakukan
pada tingkat wilayah kecamatan atau beberapa wilayah desa atau nama lain yang
disamakan dengan desa yang merupakan bentuk detail dari penataan ruang wilayah
kabupaten.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
6
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
2. Rencana tata ruang kawasan perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
kabupaten merupakan alat koordinasi dalam pelaksanaan pembangunan yang bersifat
lintas wilayah.
3. Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud berisi struktur ruang dan pola ruang yang
bersifat lintas wilayah administratif.
Hal ini berarti bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun secara
hirarkis mengacu pada rencana tata ruang di atasnya, yakni RTRW Kabupaten Kutai
Kartanegara. Di samping itu RDTR Kecamatan Kota Bangun ini juga akan menjadi acuan dalam
penyusunan rencana rinci selanjutnya, yaitu Rencana Teknik Ruang (RTR) Kawasan. RDTR
Kecamatan Kota Bangun yang akan disusun diharapkan dapat berfungsi sebagai:
Sebagai penjabaran operasional dari RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun ini dimaksudkan untuk memberi pedoman pelaksanaan
dan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan tersebut. Untuk mencapai maksud
tersebut maka rencana harus dibuat berdasarkan pendekatan penyusunan yang tepat dengan
pemikiran yang logis, sistematis, dan komprehensif.
Arahan RTRW Nasional dijadikan sebagai pedoman bagi perencanaan pembangunan agar
penataan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara aman,
tertib, efisien dan efektif. Menurut PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) ada beberapa kebijakan dan strategi arahan pengembangan yang
ditujukan untuk wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tabel 2-1
Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Kalimantan Timur
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Provinsi PKN PKW PKSN
KALIMANTAN TIMUR Kawasan Perkotaan Tanjung Redeb Nunukan
Samarinda – Balikpapan – (I/C/1) (I/A/2)
Bontang (I/C/1) Sangata (I/B) Simanggaris
Tarakan (I/C/1) Nunukan (I/B) (I/A/2)
Tanjung Selor Long Midang
(II/C/1) (II/A/2)
Malinau (II/C1) Long Pahangai
Tanlumbis (II/B) (II/A/2)
Sungai Nyamuk Long Nawan
(II/C/2) (II/A/2)
Sanga-Sanga
(II/C/2)
Tanah Grogot
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
7
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Percepatan Pengembangan kota-kota utama kawasan Perbatasan
A/1 : Pengembangan/Peningkatan fungsi
A/2 : Pengembangan Baru
A/3 : Revitalisasi kota-kota yang telah berfungsi
Tabel 2-2
Jalan Bebas Hambatan Pulau Kalimantan
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Antar Kota Dalam Kota
1. Banjarmasin - Liang Anggang (I/6)
2. Sp Penajam - Balikpapan (I/6)
3. Balikpapan - Samarinda (I/6)
4. Samarinda - Tenggarong (I/6)
5. Sei Puyuh - Pontianak (II/6)
6. Pontianak - Tayan (II/6)
7. Liang Anggang - Pelaihari (II/6)
8. Singkawang - Mempawah (III/6)
9. Mempawah - Sei Puyuh (III/6)
10. Kuala Kapuas - Banjarmasin (III/6)
11.Marabahan - Banjarmasin (III/6)
12. Liang Anggang - Martapura (III/6)
13. Pelaihari - Pagatan (III/6)
14. Pagatan - Batulicin (III/6)
15. Batulicin - Tanah Grogot (Kuaro) (III/6)
16. Tanah Grogot - Penajam (III/6)
17. Samarinda - Bontang (III/6)
18. Bontang -Sangata (III/6)
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
5 : Pemantapan jaringan jalan Bebas Hambatan
6 : Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan
Sumber : Lampiran PP Nomor 26/2008
Tabel 2-3
Pelabuhan Sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Pelabuhan Internasional
1. Sabang (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/2)
2. Belawan (Provinsi Sumatera Utara) (I/1)
3. Sibolga (Provinsi Sumatera Utara) (II/4)
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
8
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Pelabuhan Nasional
1. Lhokseumawe (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/3)
2. Meulaboh (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (I/4)
3. Tanjung Balai Asahan (Provinsi Sumatera Utara) (I/3)
4. Perawang (Provinsi Riau) (I/3)
5. Sungai Pakning (Provinsi Riau) (III/3)
6. Kuala Enok (Provinsi Riau) (III/3)
7. Tanjung Kedabu (Provinsi Riau) (III/3)
8. Buatan (Provinsi Riau) (III/3)
9. Pulau Kijang (Provinsi Riau) (III/3)
10. Tembilahan (Provinsi Riau) (I/3)
11. Tanjung Balai Karimun (Provinsi Kepulauan Riau) (III/3)
12. Tanjung Pinang (Provinsi Kepulauan Riau) (III/3)
13. Pulau Sambu (Provinsi Kepulauan Riau) (III/3)
14. Dabo – Singkep (Provinsi Kepulauan Riau) (III/3)
15. Ranai (Provinsi Kepulauan Riau) (I/3)
16. Moro Sulit (Provinsi Kepulauan Riau) (III/3)
17. Kuala Tungkal (Provinsi Jambi) (I/3)
18. Tanjung Pandan (Provinsi Bangka Belitung) (I/3)
19. Pulau Baai (Provinsi Bengkulu) (III/3)
20. Merak (Provinsi Banten) (I/4)
21. Gresik (Provinsi Jawa Timur) (III/3)
22. Ketapang (Provinsi Kalimantan Barat) (II/3)
23. Kumai (Provinsi Kalimantan Tengah) (I/3)
24. Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan) (II/3)
25. Nunukan (Provinsi Kalimantan Timur) (I/3)
26. Samarinda (Provinsi Kalimantan Timur) (I/3)
27. Tanjung Sangata (Provinsi Kalimantan Timur) (I/3)
28. Tanjung Redep (Provinsi Kalimantan Timur) (I/3)
29. Pasir/Tanah Grogot (Provinsi Kalimantan Timur) (II/3)
30. Tanjung Selor (Provinsi Kalimantan Timur) (II/3)
31. Tanjung Santan (Provinsi Kalimantan Timur) (II/3)
32. Gorontalo (Provinsi Gorontalo) (I/3)
33. Donggala (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/3)
34. Toli-toli (Provinsi Sulawesi Tengah) (II/3)
35. Parepare (Provinsi Sulawesi Selatan) (II/3)
36. Belang-Belang (Provinsi Sulawesi Barat) (II/3)
37. Lembar (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/3)
38. Bima (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/3)
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
9
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Pelabuhan Internasional
2 : Pengembangan Pelabuhan Internasional
3 : Pemantapan Pelabuhan Nasional
4 : Pengembangan Pelabuhan Nasional
Sumber : Lampiran PP Nomor 26/2008
Tabel 2-4
Bandar Udara Sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Tipe Simpul Penyebaran Bandar Udara / Lokasi
Pusat Penyebaran Primer
1. Kuala Namu (Provinsi Sumatera Utara) (I/2)
2. Hang Nadim (Provinsi Kepulauan Riau) (I/1)
3. Soekarno-Hatta (Provinsi Banten) (I/1)
4. Juanda (Provinsi Jawa Timur) (I/1)
5. Ngurah Rai (Provinsi Bali) (I/1)
6. Sepinggan (Provinsi Kalimantan Timur) (I/1)
7. Hasanuddin (Provinsi Sulawesi Selatan) (I/2)
8. Sam Ratulangi (Provinsi Sulawesi Utara) (I/1)
Pusat Penyebaran Sekunder 1. Adisutjipto (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) – dalam satu sistem dengan
Adi Sumarno (Jawa Tengah) (I/3)
2. Minangkabau (Provinsi Sumatera Barat) (I/3)
3. Sultan Syarif Kasim II (Provinsi Riau) (I/4)
4. SM Badaruddin II (Provinsi Sumatera Selatan) (I/4)
5. Majalengka (Provinsi Jawa Barat) (I/3)
6. Ahmad Yani (Provinsi Jawa Tengah) (I/3)
7. Selaparang/Praya (Provinsi Nusa Tenggara Barat) (I/4)
8. Eltari (Provinsi Nusa Tenggara Timur) (I/3)
9. Supadio (Provinsi Kalimantan Barat) (I/3)
10. Syamsuddin Noor (Provinsi Kalimantan Selatan) (I/3)
11. Samarinda Baru (Provinsi Kalimantan Timur) (III/4)
12. Djalaludin (Provinsi Gorontalo) (I/3)
13. Mutiara (Provinsi Sulawesi Tengah) (I/3)
14. Wolter Monginsidi (Provinsi Sulawesi Tenggara) (II/3)
15. Sentani (Provinsi Papua) (I/3)
16. Mopah (Provinsi Papua) (I/3)
Pusat Penyebaran Tersier 1. Sultan Iskandar Muda (Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) (III/5)
2. Radin Inten II (Provinsi Lampung) (I/5)
3. Ranai (Provinsi Kepulauan Riau) (I/5)
4. Kijang (Provinsi Kepulauan Riau) (IV/5)
5. Pinang Kampai (Provinsi Riau) (I/5)
6. Sultan Thaha (Provinsi Jambi) (I/5)
7. Fatmawati (Provinsi Bengkulu) (III/5)
8. HS Hanandjoeddin (Provinsi Bangka Belitung) (I/5)
9. Depati Amir (Provinsi Bangka Belitung) (I/5)
10. Husein Sastra Negara (Provinsi Jawa Barat) (I/6)
11. Cakrabhuwana (Provinsi Jawa Barat) (IV/5)
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
10
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
1 : Pemantapan Bandar Udara Primer
2 : Pengembangan Bandar Udara Primer
3 : Pemantapan Bandar Udara Sekunder
4 : Pengembangan Bandar Udara Sekunder
5 : Pemantapan Bandar Udara Tersier
6 : Pengembangan Bandar Udara Tersier
Sumber : Lampiran PP Nomor 26/2008
Tabel 2-5
Wilayah Sungai
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Wilayah Sungai Provinsi Keterangan
Sesayap (I-IV/A/1) Kalimantan Timur – Serawak (Malaysia) Lintas Negara
Mahakam (I-IV/A/1) Kalimantan Timur Strategis Nasional
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Perwujudan Sistem Jaringan SDA
A/1 : Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya Rusak Air
Sumber : Lampiran PP Nomor 26/2008
Tabel 2-6
Kawasan Lindung Nasional
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Kawasan Lindung Lokasi
Cagar Alam Muara Kaman Sedulang (II/B/3) Kabupaten Kutai Kartanegara
Cagar Alam Padang Luwai (II/B/3) Kabupaten Kutai Barat
Cagar Alam Teluk Apar (I/B/3) Kabupaten Pasir
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
11
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A :Rehabilitasi dan Pemantapan Fungsi Kawasan Lindung Nasional
A/1 : Suaka Alam Laut
A/2 : Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut
A/3 : Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
A/4 : Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
A/5 : Taman Hutan Raya
A/6 : Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Tabel 2-7
Kawasan Andalan Nasional di Provinsi Kalimantan Timur
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Kawasan Andalan Sektor Unggulan
Kawasan Tanjung Redeb dan sekitarnya - industri
- (II/D/2) - kehutanan
- (II/H/2) - pertambangan
- (I/C/2) - pariwisata
- (I/E/2) - perikanan
- (II/F/2)
Kawasan Sangkulirang – Sangatta - Muara Wahau - industri
(Sasemawa) dan sekitarnya - perikanan
- (I/D/2) - perkebunan
- (II/F/2) - kehutanan
- (II/B/2) - pertambangan
- (II/H/2) - perikanan laut
- (I/C/2) - pariwisata
- (II/F/2)
- (III/E/2)
Kawasan Tarakan – Tanjung Palas – Nunukan – - perikanan
Pulau Bunyu – Malinau (Tatapanbuma) dan - pariwisata
sekitarnya - perkebunan
- (II/F/2) - kehutanan
- (III/E/2) - pertambangan
- (III/B/2) - industri
- (II/H/2)
- (I/C/2)
- (I/D/2)
Kawasan Bontang – Samarinda – Tenggarong – - industri
Balikpapan – Penajam (Bonsamtebajam) dan - perkebunan
sekitarnya - pertambangan
- (I/D/2) - kehutanan
- (II/B/2) - perikanan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
12
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk E :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan
Sektor Pertanian untuk sektor Pariwisata
A/1 : Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian Pangan E/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pariwisata
Abadi E/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata
A/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian
F :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan
B :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk untuk sektor Perikanan
Perkebunan F/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perikanan
B/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Perkebunan F/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan
B/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan
G :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan
C :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk untuk sektor Kelautan
sektor Pertambangan G/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kelautan
C/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Pertambangan G/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kelautan
C/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan
H :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan
D :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk untuk Kehutanan
industri pengolahan H/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Kehutanan
D/1 : Rehabilitasi Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan H/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan
D/2 : Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri
Pengolahan
Sumber : Lampiran PP Nomor 26/2008
Tabel 2-8
Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kalimantan Timur
Berdasarkan PP. 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN
Kawasan Strategis Lokasi
Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan
(Heart of Borneo) Kalimantan Tengah
(I/E/2)
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur
Sanga-sanga, Muara
Jawa, Balikpapan
(I/A/2)
Kawasan Perbatasan Laut RI termasuk 18 pulau terluar Provinsi Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan
dengan negara Sulawesi Utara
Malaysia dan Philipina
(I/E/2)
Keterangan:
I – IV: Tahapan Pengembangan
A : Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi
A/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
A/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
B :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Lingkungan Hidup
B/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
B/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
C :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Sosial Budaya
C/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
C/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
13
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
D :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya alam
dan Teknologi Tinggi
D/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
D/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
E :Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan strategis nasional dengan Sudut Kepentingan Pertahanan dan Keamanan
E/1 : Rehabilitasi/Revitalisasi Kawasan
E/2 : Pengembangan/Peningkatan kualitas kawasan
Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia No. 3 tahun 2012 sebagai alat untuk mensinergikan aspek-aspek yang menjadi
kepentingan Nasional sebagaimana yang direncanakan dalam RTRW Nasional dengan aspek-
aspek yang menjadi kepentingan daerah yang direncanakan dalam RTRW Provinsi dan RTRW
Kabupaten/Kota. RTR Pulau Kalimantan bertujuan untuk:
B. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan lanjut dan industri
jasa hasil perkebunan kelapa sawit dan karet yang berdaya saing dan ramah
lingkungan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
14
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
1. pusat industri hilir pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKN
Palangkaraya, PKN Banjarmasin, dan PKN Kawasan Perkotaan Balikpapan-
Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan
2. pusat industri pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit dan karet di PKW
Singkawang, PKW Sambas, PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN Entikong,
PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun, PKW
Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Amuntai, PKW Martapura, PKW
Marabahan, PKW Kotabaru, PKW Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung
Selor, PKW Tanah Grogot, PKW Sendawar, PKW Malinau, PKSN Simanggaris, PKSN
Long Midang, dan PKSN Long Pahangai.
C. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan hasil hutan yang
berdaya saing dan ramah lingkungan
1. pusat industri hilir pengolahan hasil hutan di PKN Palangkaraya dan PKN Kawasan
Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang; dan
2. pusat pengolahan hasil hutan di PKW Ketapang, PKW Putussibau, PKW/PKSN
Entikong, PKW Sanggau, PKW Sintang, PKW Kuala Kapuas, PKW Pangkalan Bun,
PKW Buntok, PKW Muara Teweh, PKW Sampit, PKW Tanjung Redeb, PKW
Sangata, PKW/PKSN Nunukan, PKW Tanjung Selor, PKW Malinau, PKW Tanlumbis,
dan PKW Sendawar.
D. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa
hasil pertanian tanaman pangan
E. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa
hasil perikanan yang ramah lingkungan
F. Pengembangan PKN, PKW, dan PKSN sebagai pusat pengembangan ekowisata dan
wisata budaya
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
15
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Bontang, PKW Mempawah, PKW Putussibau, PKW Sintang, PKW Amuntai, PKW
Sangata, PKW/PKSN Nunukan, dan PKW Sendawar.
I. Pengembangan jaringan drainase di PKN dan PKW yang terintegrasi dengan sungai
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
16
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Marabahan, PKW Tanjung Redeb, PKW Sangata, PKW Tanjung Selor, dan PKW Tanah
Grogot.
K. Pengendalian perkembangan fisik PKN dan PKW untuk kelestarian lahan pertanian
pangan berkelanjutan dan kawasan berfungsi lindung
Pengembangan sistem dan jaringan kereta api Provinsi Kalimantan Timur diwujudkan
secara bertahap sebagai bagian dari sistem dan jaringan kereta api Pulau Kalimantan,
mencakup pengembangan dengan tingkat prioritas tinggi dan sedang. Pengembangan
jaringan jalur kereta api ini untuk menghubungkan kawasan perkotaan nasional, sentra
produksi komoditas unggulan, jaringan jalan, pelabuhan, dan bandar udara dimana
rencana jaringan kereta api yang melintasi Kabupaten Kutai Kartanegara adalah
jaringan jalur kereta api lintas selatan P. Kalimantan bagian timur, yaitu jalur Bontang
– Samarinda - Balikpapan.
Pengembangan jaringan transportasi sungai untuk melayani PKN, PKW dan kawasan
permukiman pada bagian hulu sungai adalah jaringan transportasi sungai Mahakam
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
17
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi yang
mengintegrasikan fasilitas produksi, pengolahan dan/atau penyimpanan, hingga akses
menuju kawasan perkotaan nasional dalam mendukung sistem pasokan energi
nasional sesuai RTR Pulau Kalimantan adalah salah satunya dilakukan di jaringan pipa
transmisi minyak dan gas bumi Tanjung Santan – Kutai Kartanegara – Bontang,
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
18
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
jaringan distribusi Samarinda dan jaringan distribusi Balikpapan untuk melayani PKN
Kawasan Perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
Pengembangan jaringan pipa transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi untuk
melayani kawasan andalan meliputi jaringan pipa transmisi dan gas bumi Tanjung
Santan – Kutai Kartanegara – Bontang, jaringan distribusi Samarinda dan jaringan
distribusi Balikpapan untuk melayani Kawasan Andalan Bonsamtebajam dan
sekitarnya.
Pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa PLTU, PLTG, PLTGU,
PLTMG, dan PLTGB sesuai RTR P. Kalimantan diantaranya adalah:
PLTU Tanah Grogot (Kabupaten Paser), PLTU Kota Bangun (Kabupaten Kutai
Kartanegara), PLTU Muara Jawa/Teluk Balikpapan (Kabupaten Kutai Kartanegara
dan Kota Balikpapan), PLTU Kaltim Baru (Kota Balikpapan), PLTU Petung
(Kabupaten Penajam Paser Utara), PLTU Melak (Kabupaten Kutai Barat), PLTU
Nunukan (Kabupaten Nunukan), PLTU Berau (Kabupaten Berau), PLTU Tanjung
Selor (Kabupaten Bulungan), PLTU Kaltim (Kota Balikpapan), PLTU Parit Baru
(Kabupaten Pontianak), PLTU Pontianak (Kabupaten Pontianak), PLTU Pantai
Kurakura Singkawang (Kota Singkawang), PLTU Asam-asam (Kabupaten Tanah
Laut), PLTU Singkawang Baru (Kota Singkawang), PLTU I Kalteng (Kabupaten
Pulang Pisau), PLTU Sampit (Kabupaten Kotawaringin Timur) dan PLTU Gambut
(Kabupaten Mempawah);
PLTG Kaltim-Peaking, PLTG Senipah (Kabupaten Kutai Kartanegara), PLTG
Sambera (Kota Samarinda), dan PLTG Tanjung Batu (Kabupaten Kutai
Kartanegara);
PLTGB Sangata (Kabupaten Kutai Timur), PLTGB Tanjung Redeb (Kabupaten
Berau), PLTGB Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), dan PLTGB Malinau
(Kabupaten Malinau);
PLTMG Bontang (Kota Bontang); dan
PLTGU Bangkanai (Kabupaten Barito Utara) dan PLTGU Tanjung Batu (Kabupaten
Kutai Kartanegara).
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
19
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Pada dasarnya Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang harus dijadikan pedoman dalam
penataan ruang di bawahnya adalah RTRW Provinsi Kalimantan yang terbaru mengingat RTRW
Provinsi Kalimantan sampai saat ini yang dapat digunakan mengacu pada Revisi RTRW Provinsi
yang sudah cukup lama yaitu RTRW Provinsi Kalimantan Timur tahun 2004 - 2019. Dalam
rentang waktu tersebut dapat dipastikan banyak sekali perubahan-perubahan terkait
kemajuan pembangunan di Provinsi Kalimantan Timur, termasuk diantaranya adalah
pemekaran Provinsi Kalimantan Utara (sesuai UU No. 47 th. 1999 dan No. 7 th. 2002) yang
sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Timur, serta sebagian besar program
penataan ruang wilayah provinsi Kalimantan Timur yang sudah dilaksanakan dan perlu
diperbaharui kembali.
Berdasarkan alasan tersebut di atas maka dalam penyusunan RDTR Kecamatan Kota Bangun
tahun 2014 ini, perencanaan lebih difokuskan dengan pedoman kebijakan penataan ruang
daerah yang terbaru yaitu berpijak pada RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2012 –
2032 dengan tidak mengurangi garis besar perencanaan yang telah ada dalam RTRW Provinsi
Kalimantan Utara tahun 2004 – 2009 yang tetap menjadi panduan dalam penyusunan RDTR
Kecamatan Kota Bangun ini.
1. Sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang Provinsi Kalimantan Timur, maka hirarki
fungsional wilayah provinsi akan lebih bersifat horizontal. Konsep tersebut diwujudkan
dalam empat hirarki pusat pelayanan, untuk Kabupaten Kutai Kartanegara sendiri
termasuk dalam pusat pelayanan orde III dan orde IV yaitu:
Pusat Pelayanan Orde III, yaitu pusat-pusat yang melayani kabupaten atau beberapa
kecamatan. Pusat pelayanan orde III di Kabupaten Kutai Kartanegara terutama
dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang yang lebih efisien. Pusat pelayanan
orde III tersebut di Kecamatan Tenggarong.
Pusat Pelayanan Orde IV, yaitu pusat-pusat mandiri yang dikembangkan untuk
melayani satu atau beberapa kecamatan. Pusat pelayanan orde IV dikembangkan
untuk membentuk satuan ruang kegiatan dan pelayanan yang efektif sesuai dengan
kemampuan dan potensi setempat (lokal) yang ada. Pusat pelayanan orde IV meliputi
Sebulu, Kota Bangun, Loa Kulu dan Marang Kayu. Karena sifat pusat yang
dikembangkan untuk mengakomodasikan potensi setempat, maka pusat-pusat lainnya
yang mampu berkembang secara mandiri diluar yang disebutkan di atas dapat
berfungsi sebagai pusat Orde IV.
Jalan Arteri Primer sebagai jalur lintas nasional dan regional antar wilayah meliputi
jalur utama Poros Utara yang menghubungkan Samarinda-Muara Badak-Bontang-
Sangatta-Tanjung Redeb-Tanjung Selor dan Sangatta-Sangkurillang
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
20
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
21
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Tabel 2-9
Kewenangan Pusat, Provinsi, dan Daerah dalam Pengelolaan Infrastruktur Berdasarkan Peraturan Perundangan Sektoral
Kewenangan
No. Sektor Keterangan Sumber
Pusat Provinsi Daerah
1 Jalan Jalan Negara/Nasional : Jalan Provinsi: Jalan Daerah: Wewenang pada Jalan UU No. 13 Tahun 1980
Jalan Arteri Primer Jalan Kolektor Primer yang Jalan Lokal Primer dan Khusus diserahkan tentang Jalan.
Jalan Kolektor Primer yang menghubungkan ibukota semua Jalan Sekunder kepada Pemerintah
menghubungkan antar ibukota Kabupaten dan Daerah Kota Daerah, Badan Hukum, PP No. 26 Tahun 1985
Provinsi Jalan Lokal Primer yang Perorangan, atau tentang Jalan
menghubungkan antar-Kota dilimpahkan kepada
dan antar ibukota Pejabat atau Instansi di
Kabupaten Pusat atau di Daerah.
2 Sumber Daya Air Penguasaan air dan sumber- - - Wewenang Pemerintah UU No. 11 Tahun 1974
sumbernya, termasuk kekayaan alam tersebut dapat tentang Pengairan.
yang terkandung di dalamnya. dilimpahkan kepada
instansi-instansi PP No. 22 Tahun 1982
Pemerintah, baik Pusat tentang Tata Pengaturan
maupun Daerah dan atau Air.
badan hukum tertentu
yang syarat-syarat dan
caranya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
3 Kereta Api Perkeretaapian dikuasai oleh Negara - - Perkeretaapian UU No. 13 Tahun 1992
dan pembinaannya dilakukan oleh diselenggarakan oleh tentang Perkeretaapian
Pemerintah. Pemerintah dan
pelaksanaannya
diserahkan kepada
badan penyelenggara
yang dibentuk untuk itu
berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku.
4 Bandara Pemerintah menetapkan bagian - - - UU No. 15 Tahun 1992
wilayah darat dan/atau perairan tentang Penerbangan
Republik Indonesia untuk
dipergunakan sebagai bandar udara.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
22
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kewenangan
No. Sektor Keterangan Sumber
Pusat Provinsi Daerah
- - - Bandar udara menurut PP No. 70 Tahun 2001
hirarki fungsi, dibedakan tentang
menjadi: Kebandarudaraan
bandar udara pusat
penyebaran; dan
bandar udara bukan
pusat penyebaran
5 Pelabuhan pelabuhan internasional hub pelabuhan regional pelabuhan lokal merupakan Pada pelaksanaan: PP No. 69 Tahun 2001
merupakan pelabuhan utama primer; merupakan pelabuhan pelabuhan pengumpan Pemerintah : tentang Kepelabuhanan
pelabuhan internasional merupakan pengumpan primer; sekunder. pelaksanaannya dapat
pelabuhan utama sekunder; melimpahkan kepada
pelabuhan Nasional merupakan Badan Usaha Milik
pelabuhan utama tersier; Negara;
Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota :
pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada
Badan Usaha Milik
Daerah.
6 Terminal Angkutan - - Wewenang Khusus DKI Jakarta dan PP No. 43 Tahun 1993
Jalan (Penumpang penyelenggaraan terminal Otorita Batam dilakukan tentang Prasarana dan
dan atau Barang) yang meliputi pengelolaan, oleh Pemerintah Lalu Lintas Jalan
pemeliharaan dan Provinsi.
penertiban terminal (Tipe A,
B, C)
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
23
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kewenangan
No. Sektor Keterangan Sumber
Pusat Provinsi Daerah
7 Telekomunikasi Telekomunikasi dikuasai oleh Negara - - Penyelenggaraan UU No. 36 Tahun 1999
dan pembinaannya dilakukan oleh jaringan telekomunikasi tentang Telekomunikasi
Pemerintah. dan atau
penyelenggaraan jasa
telekomunikasi dapat
dilakukan oleh badan
hukum yang didirikan
untuk maksud tersebut
berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang berlaku, yaitu:
Badan Usaha Milik
Negara (BUMN);
Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD);
Badan usaha swasta;
atau
Koperasi.
8 Listrik Menetapkan rencana umum - - - UU Nomor 15 Tahun
ketenagalistrikan secara menyeluruh 1985 tentang
dan terpadu; Ketenagalistrikan
melakukan usaha penyediaan tenaga
listrik dengan menunjuk suatu BUMN
yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
sebagai Pemegang Kuasa Usaha
Ketenagalistrikan;
mengatur harga jual tenaga listrik;
melakukan pembinaan dan
pengawasan umum terhadap
pekerjaan dan pelaksanaan usaha
ketenagalistrikan terutama meliputi
keselamatan kerja, keselamatan
umum, pengembangan usaha, dan
tercapainya standardisasi dalam
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
24
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kewenangan
No. Sektor Keterangan Sumber
Pusat Provinsi Daerah
bidang ketenagalistrikan.
9 Minyak dan Gas Pemberian ijin usaha inti minyak dan - - - UU Nomor 22 Tahun
Bumi gas mulai dari eksplorasi sampai 2001 tentang Minyak
dengan pengangkutan minyak dan dan Gas Bumi
gas bumi
Pemberian ijin usaha non inti yang
meliputi depot serta pipa transmisi
minyak dan gas bumi.
10 Kesehatan Mengatur, membina, dan mengawasi Pengelolaan kesehatan Pengelolaan kesehatan - UU No. 23 tahun 1992
penyelenggaraan upaya kesehatan; yang meliputi kegiatan yang meliputi kegiatan tentang Kesehatan
menyelenggarakan upaya kesehatan perencanaan, perencanaan,
yang merata dan terjangkau oleh pengorganisasian, pengorganisasian,
masyarakat; penggerakan, dan penggerakan, dan
menggerakkan peran serta pengendalian program pengendalian program
masyarakat dalam penyelenggaraan serta sumber daya yang serta sumber daya yang
dan pembiayaan kesehatan dengan dapat menunjang dapat menunjang
memperhatikan fungsi sosial peningkatan upaya peningkatan upaya
sehingga pelayanan kesehatan bagi kesehatan untuk tingkat kesehatan untuk tingkat
masyarakat yang kurang mampu Provinsi Kabupaten/Kota
tetap terjamin;
Pengelolaan kesehatan yang meliputi
kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan
pengendalian program serta sumber
daya yang dapat menunjang
peningkatan upaya kesehatan
11 Pendidikan Penetapan standar kurikulum. Merupakan perpanjangan Merupakan perpanjangan - UU No 2 Tahun 1989
Penentuan jumlah hari belajar tangan pemerintah pusat tangan pemerintah pusat tentang Sistem
Standarisasi penilaian untuk tingkat Provinsi untuk tingkat Pendidikan Nasional
Pembinaan dan pengembangan Kabupaten/Kota
tenaga kependidikan pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
25
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kewenangan
No. Sektor Keterangan Sumber
Pusat Provinsi Daerah
12 Jalan Tol Penetapan ruas jalan sebagai Jalan - - Pembangunannya PP 8/1990 tentang Jalan
Tol (ditetapkan oleh Presiden atas diserahkan kepada Tol
usul Menteri) badan usaha tertentu
atas ijin dari pemerintah
pusat.-
13 Irigasi Pemerintah melalui menteri yang Pengurusan dan pengaturan Pengurusan dan pengaturan Untuk tingkat Provinsi PP 23/1992 tentang
bersangkutan hanya berwenang air irigasi dan jaringan air irigasi dan jaringan dan Kabupaten/Kota, Irigasi
untuk menetapkan perencanaan irigasi beserta bangunan irigasi beserta bangunan tidak disebutkan secara
penyediaan air irigasi untuk pelengkapnya yang ada di pelengkapnya yang ada di spesifik, hanya
memenuhi dalam wilayah Daerah dalam wilayah Daerah disebutkan Pemerintah
keperluan Daerah atas usul dengan berpedoman pada dengan berpedoman pada Daerah.
Gubernur/KDH. bersangkutan. ketentuan-ketentuan yang ketentuan-ketentuan yang
ada. ada.
14 Perumahan dan Kebijaksanaan di bidang perumahan Penetapan satu bagian atau Penetapan satu bagian atau Untuk tingkat Provinsi UU No.4 Tahun 1992
Permukiman dan permukiman; lebih dari kawasan lebih dari kawasan dan Kabupaten/Kota, tentang Perumahan dan
Pengendalian harga sewa rumah permukiman menurut permukiman menurut tidak disebutkan secara Permukiman.
yang dibangun dengan memperoleh rencana tata ruang wilayah rencana tata ruang wilayah spesifik, hanya
kemudahan dari Pemerintah; perkotaan dan rencana tata perkotaan dan rencana tata disebutkan Pemerintah
Pembinaan di bidang perumahan dan ruang wilayah bukan ruang wilayah bukan Daerah
permukiman dalam bentuk perkotaan yang telah perkotaan yang telah
pengaturan dan pembimbingan, memenuhi persyaratan memenuhi persyaratan
pemberian bantuan dan kemudahan, sebagai kawasan siap sebagai kawasan siap
penelitian dan pengembangan, bangun; melaksanakan bangun; melaksanakan
perencanaan dan pelaksanaan, serta program pembangunan program pembangunan
pengawasan dan pengendalian; sektor mengenai prasarana, sektor mengenai prasarana,
Pembinaan badan usaha di bidang sarana lingkungan, dan sarana lingkungan, dan
perumahan dan permukiman utilitas umum untuk utilitas umum untuk
mendukung terwujudnya mendukung terwujudnya
kawasan siap bangun; kawasan siap bangun;
menetapkan suatu menetapkan suatu
lingkungan permukiman lingkungan permukiman
sebagai permukiman sebagai permukiman
kumuh yang tidak layak kumuh yang tidak layak
huni huni
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
26
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Selain itu, terbentuknya struktur tata ruang provinsi Kalimantan timur didukung pula
oleh jaringan transportasi sungai, laut dan udara secara terpadu melalui beberapa
Transhipment Point sesuai dengan lokasi dan fungsi masing-masing prasarana.
Tabel 2-10
Rencana Dermaga Sungai dan Penyeberangan di Provinsi Kalimantan Timur
No. Kabupaten/Kota Dermaga Sungai
1. Samarinda Mahakam Hilir Mahakam
Mahakam Hulu Mahakam
Harapan Baru Mahakam
Samarinda Seberang Mahakam
2. Kutai Kartanegara Loa Janan Mahakam
Melayu Mahakam
Tepian Pandan Mahakam
Muara Kaman Mahakam
Muara Muntai Mahakam
Handil II Mahakam
Sungai Meriam Mahakam
Kota Bangun Mahakam
Sumber: Revisi RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2004 - 2019
Tabel 2-11
Rencana Kawasan Lindung Provinsi Kalimantan Timur
No. Jenis Kawasan Lokasi Fungsi Perlindungan
A Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Kawasan Di bawahnya
1. Kawasan hutan lindung Terdapat di bagian Barat, tengah, dan kawasan Konservasi air dan tanah
pantai Provinsi Kalimantan Timur dengan arah terhadap erosi, penurunan
penyebaran Utara - Selatan kesuburan tanah, dan tata air
tanah
2. Kawasan bergambut Terdapat di bagian Utara dan tengah Provinsi Retensi aliran permukaan
Kalimantan Timur Ekosistem hutan ramin,
gelutung, dan mamalia
3. Kawasan resapan air Formasi Kampungbaru di bagian Timur, Resapan air tanah untuk
tanah penyebaran sejajar pantai mempertahankan kualitas dan
kuantitas cadangan air tanah
B Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya
1. Suaka alam
a. Cagar alam Teluk Adang, Teluk Apar, Long Pujungan, Keseimbangan ekosistem
Kerayan, Muara Kaman hutan hujan tropis
b. Suaka margasatwa Pulau Sangalaki dan Pulau Derawan Perlindungan spesies penyu
c. Hutan wisata alam Tanah Merah dan Tahura Bukit Soeharto Ekosistem hutan hujan tropis
dan wisata alam
d. Perlindungan plasma Kersik Luwai Konservasi anggrek hutan dan
nutfah jasad renik
e. Daerah pengungsian Gugus pulau Derawan Perlindungan spesies penyu
satwa
2. Suaka alam laut
a. Ekosistem dasar Pulau Sebatik, Pulau Nunukan, muara sungai- Perlindungan ekosistem biota
perairan dan ekosistem sungai di Utara, muara Sungai Mahakam, Teluk demersal, estuarin, dan laut
muara sungai, pesisir, Balikpapan, Tanjung Jumelai, Teluk Adang,
dan laut Teluk Apar
b. Gugusan karang Pulau Panjang, Pulau Derawan, Pulau Samama, Ekosistem terumbu karang
Pulau Kakaban, Pulau Maratua, Pulau sebagai tempat mencari
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
27
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Tabel 2-12
Rencana Prasarana Wilayah Untuk Perkotaan Di Provinsi Kalimantan Timur Untuk Kabupaten Kutai Kartanegara
Kota/Permukiman Orde Fungsi Prasarana Dan Sarana Wilayah Yang Disediakan
Tenggarong III PKL Permukiman perkotaan dengan intensitas rendah-sedang dan
fasilitas (listrik, air bersih, telekomunikasi, dll).
Fasilitas kesehatan: puskesmas, rumah sakit (skala
kabupaten/kota), pelayanan medis umum, rumah bersalin &
apotik.
Fasilitas pendidikan: SD, SMP, SMU
Fasilitas jasa keuangan dan perbankan: koperasi, pelayanan
kredit, bank nasional
Fasilitas jasa pariwisata: hotel (bintang dan melati), restoran,
saran hiburan rakyat.
Fasilitas perdagangan : pasar induk, pasar permanent, took
kelontong.
Fasilitas industri: fasilitas pemrosesan, distribusi dan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
28
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kawasan Pesisir Pulau dan Kelautan, Kebijaksanaan dan strategi pengembangan di Kawasan
Delta Mahakam merupakan WPT I (Wilayah Pantai/Pesisir) meliputi enam Kecamatan, yaitu
Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Sanga-Sanga, Angana, Muara Badak dan Marang Kayu.
Kecamatan Kota Bangun sebagai bagian dari Kabupaten Kutai Kartanegara, dalam
pengembangannya tidak terlepas dari kebijakan makro strategis kabupaten baik itu RPJPD
maupun RPJMD. Dalam RPJPD tertuang kebijakan-kebijakan strategis jangka panjang yang
berorientasi pada kebijakan umum pembangunan daerah. Hal ini merupakan acuan penting
dalam rangka mewujudkan kebijakan pembangunan strategis ke dalam bentuk pengaturan
ruang pada skala detail. Sehingga dalam perjalanannya, RDTR dan peraturan zonasi Kecamatan
Kota Bangun tidak melenceng dari arahan makro jangka panjang pembangunan daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
29
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Visi Pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2005-2025 ini diharapkan akan
mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan
tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti yang diamanatkan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN). Visi pembangunan Kabupaten Kutai Kartanegara harus terukur untuk
dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam rangka menjadikan “Masyarakat
Kabupaten Kutai Kartanegara yang maju, mandiri, dan sejahtera”.
Adapun yang dimaksud dengan “Maju” adalah suatu proses yang dilakukan oleh
masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara untuk menuju perubahan ke arah yang lebih
baik, sesuai dengan tujuan yang dikehendaki bersama. Kemajuan yang diharapkan
meliputi kemajuan dibidang ekonomi dan sosial budaya melalui pemberdayaan
sumber daya pembangunan yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan
lestari. Kemajuan dibidang ekonomi antara lain ditunjukkan dengan meningkatnya
kemakmuran masyarakat, meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya
pendapatan regional, dan meningkatnya distribusi pendapatan. Kemajuan dibidang
sosial budaya ditunjukkan dengan semakin membaiknya indikator kependudukan,
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kualitas sumber daya
manusia, dan meningkatnya partisipasi politik masyarakat. Pola pemanfaatan sumber
kekuatan daerah yang dilakukan harus mempertimbangkan keberlanjutan bagi
generasi yang akan datang, sehingga proses pembangunan akan tetap lestari sampai
akhir jaman untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
30
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
2.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2012-2032
Arahan kebijakan Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 - 2032 adalah sebagai berikut:
A. Sistem Perkotaan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
31
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
secara hirarkhi sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat kegiatan atau didasarkan pada arah
kebijakan pengembangan. Artinya, penetapan sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini
(eksisting), baik yang menyangkut sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan; sedang arah kebijakan pengembangan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai
melalui pengembangan suatu pusat kegiatan yang rencana pengembangan kedepan dalam
kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh) tahun mendatang.
Mengacu pada pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten (Permen PU No 16 Tahun 2009), Pusat
kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi,
dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, terdiri atas:
Tabel 2-13
Sistem dan Fungsi Perkotaan di Kabupaten Kutai Kartanegara
No. Pusat Kegiatan Lokasi Fungsi
1. PKN Perkotaan Balikpapan – - Pusat pengolahan migas
Tenggarong – Samarinda – - usat pengolahan batubara
Bontang - usat pemerintahan kabupaten
- Pusat perdagangan regional
- Pusat koleksi dan distribusi barang
regional
- Pusat pengembangan perkebunan
sawit dan pengolahan hasil sawit
2. PKL Kota Bangun - Sebagai pusat pendukung kegiatan
PKN Tenggarong
Muara Badak - Sebagai pusat pendukung kegiatan
PKSN Samarinda
Muara Jawa - Sebagai pusat pendukung kegiatan
PKSN Samarinda dan PKN Balikpapan
Kembang Janggut - Sebagai pusat pendukung kegiatan
PKSN Long Pahangai
Samboja - Pusat pelayanan perkotaan
- Pusat transportasi regional dan lokal
- Pusat pengembangan pertanian
- Pusat pelayanan pariwisata, dan
- Pusat pelayanan industri dan jasa
perdagangan terbatas
Tenggarong Seberang - Pusat pelayanan perkotaan
- Pusat transportasi regional dan lokal
- Pusat pengembangan pertanian
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
32
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
B. Sistem Perdesaan
1. PPL; dan
2. kawasan minapolitan.
Tabel 2-14
Pusat Kegiatan Perdesaan di Kabupaten Kutai Kartanegara
No. Kecamatan Desa Pusat Kegiatan Perdesaan
1. Kota Bangun Desa Kota Bangun Ulu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
2. Muara Badak Desa Badak Baru Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Kawasan Minapolitan
Kembang Janggut Desa Hambau Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Long Beleh Haloq
Samboja Desa Bringin Agung Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Bukit Raya Kawasan Minapolitan
Tenggarong Seberang Desa Bangun Rejo Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Loa Janan Desa Loa Janan Ulu Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Loa Duri Ilir
Loa Kulu Desa Loa Kulu Kota Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Loh Sumber Kawasan Minapolitan
Desa Jembayan
3. Muara Muntai Desa Perian Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Muara Muntai Ulu
Desa Jantur Selatan
Sebulu Desa Sumber Sari Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Desa Sebulu Ulu
Desa Manunggal Daya
Anggana Kelurahan Sungai Meriam Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
33
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
C. Jaringan Jalan
Selain rencana jaringan jalan bebas hambatan yang meliputi menghubungkan Balikpapan –
Samarinda – Bontang – Sangatta yang tentu saja melewati wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara, perencanaan lainnya adalah terkait pembangunan jaringan jalan arteri primer
yang melewati Kecamatan Kota Bangun adalah:
4. Jalan Baru; jalan kecamatan Muara Muntai – Muara Wis – Kota Bangun.
Jaringan jalan arteri adalah jaringan jalan yang merupakan kewenangan nasional, ini berarti
dalam pemeliharaannya bersumber pada dana APBN.
Adapun jalan kolektor dibagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu kolektor primer I (kewenangan
nasional) dan kolektor primer II (kewenangan provinsi) pada dasarnya tidak ada yang berada di
wilayah Kecamatan Kota Bangun .
Sedangkan jaringan jalan lokal merupakan jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kutai
Kartanegara yang telah ditetapkan fungsinya oleh Bupati. Jalan lokal yang ada di Kabupaten
Kutai Kartanegara ini adalah jalan kota, jalan lingkungan dan juga jalan desa dengan jumlah
keseluruhan sebanyak 637 ruas jalan.
Untuk lebih jelasnya, jaringan jalan lokal yang ada di Kecamatan Kota Bangun dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2-15
Jaringan Jalan di Kecamatan Kota Bangun
Panjang
Nama Pangkal Ujung Tipe Kondisi Klasifikasi
No. Ruas
Ruas Ruas Ruas Permukaan Permukaan Ruas
(km)
1. Kota Bangun – Kota Bangun
Liang 2,34 K R JJS
Liang
2. Kota Bangun – Kota Bangun
Liang 1,21 K R JJS
Liang
3. Kota Bangun – Kota Bangun
Liang 4,98 K R JJS
Liang
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
34
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Panjang
Nama Pangkal Ujung Tipe Kondisi Klasifikasi
No. Ruas
Ruas Ruas Ruas Permukaan Permukaan Ruas
(km)
4. Kota Bangun – Kota Bangun
Liang 2,04 K R JJS
Liang
5. Kota Bangun – Kota Bangun
Liang 2,04 K R JJS
Liang
6. Trans. SP VI – Trans SP VI
SP. V 2,88 K RB K
SP. V
7. Trans. SP VI – Trans SP VI
SP. V 12,96 K R JJS
SP. V
8. Trans. SP. V – Trans SP V Benua
7,36 B R K
Benua Baru Baru
9. Trans. SP. V – Trans SP V Kedang
17,20 B R K
Kedang Ipil Ipil
10. Ulaq Dewa – Ulaq Dewa Kota
5,09 A S JJS
Kota Bangun Bangun
Keterangan:
Tipe Permukaan Kondisi Permukaan Klasifikasi
A : Aspal B : Baik D : Jalan Desa
K : Kerikil S : Sedang K : Jalan Kota Lainnya
T : Tanah RB : Rusak Berat JJS : Jalan-jalan Strategis
B : Batu R : Rusak Kota : Jalan Kota
C : Semen
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 -2032
D. Jembatan
1. Jembatan Mahakam III atau Jembatan Kutai Kartanegara II atau jembatan Martadipura
menghubungkan Kota Bangun – Kembang Janggut – Tabang – Kahala – Muara Kaman –
Tenggarong.
Rencana jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan di Kecamatan Kota Bangun adalah
berupa:
Rencana jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan di Kecamatan Kota Bangun adalah:
2. Pelayanan trayek angkutan bus antar kabupaten dalam provinsi (AKDP) armada bus
trayek Samarinda – Kota Bangun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
35
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
H. Jaringan Perkeretaapian
Kereta Api merupakan salah satu alternatif transportasi darat yang ada di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Rencana jaringan perkeretaapian di Kecamatan Kota Bangun meliputi:
1. Pembangunan jaringan udara tegangan tinggi (SUTT) 150 KV melalui Embalut – Kota
Bangun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
36
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air untuk pengelolaan air baku di Kecamatan
Kota Bangun meliputi:
1. Pengoptimalan air terjun Kendua Raya, air terjun Kedang Ipil, air terjun Loleng.
M. Jaringan Persampahan
Rencana pengelolaan persampahan di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk masa yang akan
datang adalah pembangunan TPA di Kecamatan Kota Bangun.
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Pengelolaan
kawasan lindung secara baik dan benar, dapat mengurangi tingkat bahaya bencana alam yang
ditimbulkan seperti banjir, longsor, pendangkalan waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain
bencana alam kerusakan kawasan lindung juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya
aset hidup yang seharusnya diperoleh masyarakat.
Tabel 2-16
Rencana Pemanfaatan Kawasan Lindung Kabupaten Kutai Kartanegara
Fungsi Kawasan Peruntukan Ruang Lokasi (Kecamatan)
Kawasan yang memberikan Kawasan Hutan lindung Kembang Janggut
perlindungan kawasan Marang Kayu
bawahannya Samboja
Tabang
Kawasan Resapan Air Tabang
Kawasan Bergambut Kenohan
Kota Bangun
Muara Kaman
Muara Wis
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
37
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
38
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
B. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan. Penetapan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan
pemantauan kegiatan termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan
dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya.
Kawasan peruntukan hutan produksi dimaksudkan untuk menyediakan komoditas hasil hutan
untuk memenuhi kebutuhan untuk keperluan industri, sekaligus untuk melindungi kawasan
hutan yang ditetapkan sebagai hutan lindung dan hutan konservasi dari kerusakan akibat
pengambilan hasil hutan yang tidak terkendali.
Tabel 2-17
Klasifikasi Kawasan Hutan Produksi di Kecamatan Kota Bangun
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan yang diperuntukan bagi Kawasan hutan dengan faktor-faktor
produksi tetap dinamis lereng lapang, jenis tanah, curah hujan
eksploitasinya dapat dengan yang mempunyai nilai skor 124/kurang di
tebang pilih atau habis dan tanam. luar hutan suaka alam, hutan wisata dan
hutan konversi lainnya.
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012 - 2032
Dalam RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 – 2032, sebagian dari wilayah Kecamatan
Kota Bangun termasuk dalam kawasan peruntukan pertanian lahan basah, kawasan
peruntukan pertanian lahan kering, kawasan pertanian hortikultura, kawasan perkebunan,
dan kawasan peternakan (sapi potong, kambing/domba, unggas).
Dalam RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 – 2032, sebagian dari wilayah Kecamatan
Kota Bangun termasuk dalam kawasan peruntukan budidaya perikanan air tawar.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
39
Bab 2
Tinjauan Umum Kebijakan Penataan Ruang Kecamatan Kota Bangun
Dalam RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 – 2032, kawasan peruntukan pertambangan
mineral dan batubara tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Kutai Kartanegara.
Dalam RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 – 2032, wilayah Kecamatan Kota Bangun
disebutkan sebagai salah satu tujuan wisata dengan kategori Pariwisata Alam yang terletak di
Danau Semayang dan Danau Melintang.
Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya
berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:
Kawasan strategis yang berada di Kecamatan Kota Bangun adalah kawasan strategis dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan yang meliputi Kawasan Danau Semayang dan
Danau Melintang.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
40
BAB 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Bab III ini menjelaskan mengenai gambaran umum wilayah perencanaan. Gambaran umum
wilayah perencanaan mencakup tinjauan eksternal yaitu Kabupaten Kutai Kartanegara secara
umum, dan tinjauan internal yaitu Kecamatan Kota Bangun sebagai bagian dari wilayah tengah
Kabupaten Kutai Kartanegara.
A. Administratif
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki luas wilayah 27.263,10 Km2 (12,89% dari luas
wilayah Provinsi Kalimantan Timur), dengan luas lautan diperkirakan 4.097 Km2 (± 15%).
Hal ini menunjukkan adanya potensi sumberdaya alam baik di daratan maupun lautan
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Kabupaten Kutai Kartanegara terletak pada posisi antara 1150 26’ Bujur Timur sampai
dengan 1170 36’ Bujur Timur serta terletak pada garis lintang dari 10 28’ Lintang Utara
sampai dengan 10 08’ Lintang Selatan. Kabupaten Kutai Kartanegara secara administratif
berbatasan dengan:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
41
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Kecamatan yang termasuk kedalam Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi
dalam 6 (enam) kecamatan. Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara mencakup
kecamatan: (1) Loa Janan; (2) Loa Kulu; (3) Tenggarong; (4) Sebulu; (5) Tenggarong
Seberang, dan (6) Muara Kaman. Lebih jelasnya mengenai luas wilayah per kecamatan di
Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai berikut:
Tabel 3-1
Luas Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014
2
No Kecamatan Luas (Km )
1 Samboja 1.045,9
2 Muara Jawa 754,5
3 Sanga-sanga 233,4
4 Loa Janan 644,2
5 Loa Kulu 1.405,7
6 Muara Muntai 928,6
7 Muara Wis 1.108,2
8 Kota Bangun 1.143,7
9 Tenggarong 398,1
10 Sebulu 859,5
11 Tenggarong Seberang 437,0
12 Anggana 1.798,8
13 Muara Badak 939,1
14 Marang Kayu 1.165,7
15 Muara Kaman 3.410,1
16 Kenohan 1.302,2
17 Kembang Janggut 1.923,9
18 Tabang 7.764,5
Sumber: Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka 2014
B. Topografi
Kabupaten Kutai Kartanegara terdiri atas wilayah pantai dan daratan. Wilayah pantai
berada di bagian timur wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara dengan ketinggian 0 – 7
meter dari permukaan laut (dpl). Luas wilayah pantai ini mencapai 2.022,81 Km2 atau
7,42% dari total luas wilayah kabupaten. Sifat fisik wilayah ini mempunyai ciri utama selalu
tergenang, bersifat organik serta asam, sebarannya ada di bagian pantai atau wilayah
timur.
Wilayah dengan Ketinggian antara 7 – 25 meter mempunyai luas 8.379,47 Km² atau
30,74% dari luas wilayah kabupaten. Sifat wilayah yakni permukaan tanah datar sampai
landai, kadang tergenang, kandungan air tanah cukup baik, dapat diairi dan tidak ada erosi
sehingga sangat cocok untuk pertanian lahan basah.
Wilayah daratan dengan ketinggian 25 - 100 m dari permukaan laut mempunyai areal
sekitar 6.819,56 Km² atau 25,01%, sedangkan ketinggian antara 100 - 500 m dari
permukaan laut adalah seluas 4.026,62 Km² atau 14,77% dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara, dan ketinggian 500 – 1.000 m dari permukaan laut adalah seluas 4.868,44
Km² atau sekitar 17,86% dari luas wilayah kabupaten. Dan ketinggian lebih dari 1.000 m di
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
42
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
atas permukaan laut hanya seluas 1.146,2 Km² atau sekitar 4,20% dari luas wilayah
kabupaten.
Ketinggian tempat sangat terkait erat dengan faktor temperatur dan suhu, wilayah dengan
ketinggian tempat yang tinggi otomatis suhunya rendah sehingga berpengaruh terhadap
potensi pengembangan suatu komoditi tertentu atau sangat terbatas komoditas yang
diusahakan. Faktor penghambat pengembangan suatu komoditi tertentu selain
dipengaruhi oleh suhu juga dipengaruhi oleh kondisi lereng/erosi dan ketersediaan air.
Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dibedakan menjadi 6 kelas wilayah ketinggian. Luas
dan penyebaran kelas ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3-2
Luas Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Ketinggian Dari Permukaan Laut
2
No Kelas Ketinggian (m dpl) Luas (Km ) Persentase (%)
1 0–7 2.022,81 7,42
2 7 – 25 8.379,47 30,74
3 25 – 100 6.819,56 25,01
4 100 – 500 4.026,62 14,77
5 500 – 1000 4.868,44 17,86
6 > 1000 1.146,2 4,204
Kabupaten Kutai Kartanegara 27.263,1 100
Sumber: Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka 2014
C. Kemiringan Lahan
Tabel 3-3
Luas Kabupaten Kutai Kartanegara Menurut Kelas Lereng/ Kemiringan Per Kecamatan
Kelas Lereng/Kemiringan (Ha)
No Kecamatan Jumlah Total
0–2 % 2–15 % 15–40 % >40%
1 Anggana 92.607 11.576 9.261 16.206 129.650
2 Kembang Janggut 47.176 22.851 75.187 47.176 192.390
3 Kenohan 47.297 34.398 48.525 0 130.220
4 Kota Bangun 29.403 6.818 26.421 21.733 84.375
5 Loa Janan 2.526 842 42.947 18.105 64.420
6 Loa Kulu 12.064 4.721 52.451 71.334 140.570
7 Marang Kayu 20.207 12.762 38.820 24.993 96.782
8 Muara Badak 40.938 7.642 21.834 12.554 82.968
9 Muara Jawa 35.440 0 19.846 6.144 61.430
10 Muara Kaman 199.551 64.743 76.716 0 341.010
11 Muara Muntai 49.369 4.114 15.281 24.096 92.860
12 Muara Wis 85.470 28.023 16.113 11.209 140.815
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
43
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
D. Fisiografi
E. Jenis Tanah
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sangat dipengaruhi oleh iklim tropis basah yang
bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun, sehingga
tidak terdapat pergantian musim yang jelas. Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara
dipengaruhi oleh letak geografisnya yaitu iklim hutan tropika humida dengan suhu udara
rata-rata 26° C, dimana perbedaan antara suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai
5° - 7° C. Jumlah curah hujan wilayah ini berkisar 2.000 - 4.000 mm/tahun dengan jumlah
hari hujan rata-rata 130 - 150 hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 - 2.000
mm/tahun tersebar di wilayah pantai, dan semakin meningkat ke wilayah pedalaman atau
ke arah barat. Curah hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dibagi ke dalam 6 (enam)
klasifikasi curah hujan, dengan penyebarannya sebagai berikut.
Tabel 3-4
Luas Dan Penyebaran Daerah Curah Hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Klasifikasi Curah Luas Wilayah
No Lokasi Penyebaran 2 Sifat Fisik
Hujan (Km ) (%)
1 0-2000 mm/thn Bagian timur (Sepanjang pantai) 12.919,71 47,39 Mempunyai 2 buln
dari utara ke selatan wilayah : lembab yaitu Bulan
Kec. Muara Badak, Anggana, Loa Agustus dan Bulan
Janan, Loa Kulu, Tenggarong, September
Sebulu, Muara Kaman
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
44
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
G. Hidrologi
Kabupaten Kutai Kartanegara merupakan wilayah dengan potensi sumber daya air
permukaan yang sangat besar. Hal ini mengingat di wilayah tersebut mengalir Sungai
Mahakam dan anak sungainya. Besarnya potensi air sungai yang mengalir sepanjang
Sungai Mahakam dan anak sungainya disebabkan oleh pola penggunaan lahan di daerah
hulu yang merupakan kawasan hutan, sehingga daya resap air di kawasan hulu tersebut
menjadi sangat tinggi dan selanjutnya menghasilkan debit air yang tinggi pada Sungai
Mahakam dan anak sungainya.
Keberadaan Sungai Mahakam dan anak sungainya ini berpengaruh terhadap kegiatan
sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara. Sungai Mahakam dan anak
sungainya dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh penduduk di sepanjang wilayah
yang dilaluinya. Selain itu, sungai tersebut juga dimanfaatkan sebagai media kegiatan
transportasi sungai, baik transportasi lokal maupun regional.
Tabel 3-5
Nama Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara
Panjang Lebar Kedalaman
No Nama Sungai
(Km) (m) (m)
1. Sungai Mahakam 920 100-800 5-12
2. Sungai Loa Haur 120 10-30 2-4
3. Sungai Jembayan 180 20-80 2-6
4. Sungai Kedang Rantau 132 30-100 2-4
5. Sungai Sabintulung 15 6-15 2-4
6. Sungai Pela 10 8-15 3-10
7. Sungai Kahala 77 2-6 3-4
8. Sungai Batangan Muntai 10 4-8 3-6
9. Sungai Bongan 20 3-5 2-4
10. Sungai Kedang Kepala 319 40-150 3-10
11. Sungai Kelinjau 15 20-75 3-10
12. Sungai Belayan 319 15-150 3-10
13. Sungai Kedang Pahu 144 20-75 2-10
Sumber: Diolah dari Data Kabupaten Kutai Kartanegara dalam Angka, 2014
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
45
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
H. Geologi
Hasil survei pemetaan geologi yang dimuat dalam buku “Geology of Indonesia” yang
disusun oleh R.W. Van Bemmelen tahun 1949, menunjukkan bahwa baru sebagian wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara yang telah dipetakan, yaitu wilayah sebelah timur (daerah
pantai dan dataran rendah sekitarnya) yang membujur dari arah selatan sampai utara.
Diduga bahwa struktur geologi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara terbentuk pada
jaman Pra-Tertier, jaman Tertier, hingga jaman Kuartier.
Formasi geologi Kabupaten Kutai Kartanegara yang terbentuk pada jaman Pra-Tertier
meliputi areal seluas 69.632 Ha atau 2,55 % dari total luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Formasi ini terdiri atas: batuan serpih kristalin, phylit, batu sabak, serpih liat,
batu liat, napal, batu gamping dan batuan eruftif asam sampai basa. Sebarannya terdapat
di Kecamatan Tabang. Pada jaman Tertier terbentuk formasi batuan: Paleogen, Pamaluan
Beds, Pulau Balang Beds, Balikpapan (Kutai Beds), Kampung Baru dan Dumaring Beds.
Formasi Paleogen yang terbentuk pada jaman Eosen – Oligosen terdiri dari batupasir
berkonglomerat basalt, batupasir lempungan, napal dan batugamping, meliputi areal
15.980 Ha atau 0,59 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Formasi ini terdapat
di Kecamatan Kembang Janggut.
Formasi Pamaluan (Pamaluan Beds) yang terdiri dari batupasir dengan sisipan batu liat,
serpih, batu gamping dan batu lanau (Silt stone) meliputi areal seluas 464.137 Ha atau
17,02% dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Formasi ini terdapat di wilayah
Kecamatan Muara Badak, Muara Muntai, Kota Bangun, Muara Kaman dan Sebulu.
Formasi Pulau Balang dengan luas 388.968 Ha atau 14,27% dari luas wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara. Formasi ini terdiri dari Grewake, batu pasir kwarsa, batu gamping, batu
lempung dan tufa dasitik dengan sisipan batubara. Formasi ini tersebar dengan garis pantai
yang meliputi Kecamatan Muara Badak, Sebulu, Tenggarong, Loa Kulu, Loa Janan, Kota
Bangun, Muara Muntai, Muara Kaman, Sanga-sanga, dan Samboja.
Formasi Balikpapan yang terbentuk pada jaman Miosen, terdiri dari batupasir kwarsa dan
lempung dengan sisipan lanau, serpih, batu gamping dan batubara. Luas formasi ini adalah
455.231 Ha atau 16,70% dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Penyebaran
formasi ini terdapat di wilayah Kecamatan Muara Badak, Sebulu, Tenggarong, Loa Kulu,
Loa Janan, Anggana, Sanga-sanga dan Samboja.
Formasi Pulau Balang dan Balikpapan ini dikenal dengan nama formasi “Kutai Beds”.
Formasi Kampung Baru yang terdiri dari batu pasir kwarsa dengan sisipan lempung, serpih,
lanau dan lignit, terdapat seluas 171.691 Ha atau 6,30 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Formasi ini terdapat di Kecamatan Muara Badak, Anggana, Sanga-sanga,
Muara Jawa, Kota Bangun dan Samboja.
Pada jaman Kuartier terbentuk alluvium yang terdiri dari pasir lumpur dan kerikil. Formasi
ini meliputi areal seluas 843.020 Ha atau 30,92% dari luas wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Luas dan sebaran formasi geologi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
46
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 3-6
Luas Dan Sebaran Formasi Geologi Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Luas
No Jenis Formasi Geologi Lokasi Penyebaran
Ha (%)
1. Alluvium, terdiri dari: Pasir Sebagian wilayah Kabupaten Kutai 843.020 30,92
Lumpur dan Kerikil Kartanegara
2. Kampung Baru Beds, terdiri dari: Kecamatan Muara Badak, Anggana, 171.691 6,30
pasir kwarsa dengan sisipan Sanga-sanga, Muara Jawa, Loa Janan,
lempung, serpih, lanau, dan lignit dan Samboja
3. Balikpapan Beds, terdiri dari: Kecamatan Muara Badak, Anggana, 455.231 16,70
batu pasir kwarsa dengan sisipan Sanga-sanga, Tenggarong, Muara
lanau, serpih, batu gamping, dan Jawa, Loa Janan, dan Samboja
batu bara
4. Pulau Balang Beds, terdiri dari: Kecamatan Muara Badak, Sebulu, 388.968 14,27
grewake, batu pasir kwarsa, batu Sanga-sanga, Tenggarong, Loa Kulu,
gamping, batu lempung, dan tufa Loa Janan, Muara Muntai, Kota
dasitik dengan sisipan batubara Bangun, Muara Kaman, dan Samboja
5. Pamaluan Beds, terdiri dari: batu Kecamatan Muara Badak, Muara 464.137 17,02
pasir dengan sisipan batu liat, Muntai, Kota Bangun, Muara Kaman,
serpih, batugamping, dan batu dan Sebulu
lanau
6. Paleogen, terdiri dari: batupasir Kecamatan Kembang Janggut 15.980 0,59
berkonglomerat basalt, batupasir
lempungan, napal dan
batugamping
7. Pratertier, terdiri dari: batuan Kecamatan Tabang 69.632 2,55
serpih kristalin, phylit, batu
sabak, serpih liat, batu liat, napal,
batugamping, dan batuan eruftif
asam sampai basa
8. Tidak Ada Data Sebagian wilayah kabupaten 317.651 11,65
Jumlah 2.726.310 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032
Tabel 3-7
Kawasan Sentra Produksi Hasil Hutan Kabupaten Kutai Kartanegara
No Komoditas Kecamatan
1 Mahoni Sebulu, Kembang Janggut, Kota Bangun Muara Wis
2 Albasia Sebulu, Kembang Janggut, Muara Wis Tabang
3 Pinus Sebulu, Kembang Janggut, Sanga-sanga, Kota Bangun, Muara Wis, Tabang
4 Akasia Muara Muntai, Loa Kulu, Muara Jawa Sanga-sanga, Anggana, Muara Badak,
Sembulu, Samboja, Loa Janan, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Kota Bangun,
Muara Wis
5 Leusaena Muara Jawa, Loa Kulu, Sanga-sanga, Sembulu, Kembang Janggut, Muara Muntai,
Anggana, Muara Badak, Kota Bangun, Muara Wis.
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
47
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 3-8
Kawasan Sentra Produksi Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kutai Kartanegara
No Komoditas Kecamatan
1 Padi Sawah Loa Kulu, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Sebulu
2 Padi ladang dan Seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Muara Kaman
jagung
3 Ketela Pohon Seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Loa Kulu dan Muara Kaman
4 Ubi Jalar Seluruh kecamatan
5 Kacang Kedelai Loa Kulu, Muara Jawa, Samboja, Loa Janan, Sanga-Sanga, Anggana, Muara Badak,
Tenggarong, Sebulu, Kota Bangun
6 Kacang Tanah Loa Kulu, Muara Jawa, Loa Janan, Sanga-Sanga, Anggana, Muara Badak,
Tenggarong, Sebulu, Kota Bangun, Tabang
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032
Tabel 3-9
Kawasan Sentra Produksi Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Kutai Kartanegara
No Komoditas Kecamatan
1 Kopi Loa Kulu, Loa Janan, Tenggarong, Tenggarong Seberang, Sebulu, Muara Kaman
2 Cokelat Loa Kulu, Tenggarong
3 Karet Sebulu, Tenggarong, Muara Kaman
4 Kelapa Sebulu
5 Kelapa Sawit Sebulu
6 Lada Loa Janan
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-2032
Kawasan Wisata Alam berupa danau-danau (Semayang, Melintang, dan Ngayau), Kawasan
Wisata Budaya yang perlu dipertahankan dan dikembangkan kegiatannya berupa
peninggalan-peninggalan sejarah yang tersimpan dalam museum dan wisata sejarah Kutai
lama di Kecamatan Anggana, wisata atraksi budaya suku asli pedalaman (dayak, tunjung).
Potensi yang cukup besar dari sumberdaya alam yang dimiliki oleh Wilayah Kabupaten
Kutai Kartanegara tersebut perlu mendapat perhatian yang mendalam khususnya dalam
pemanfaatan dan upaya perlindungannya dari kerusakan lingkungan hidup.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
48
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Secara prinsip, penataan ruang adalah upaya mewujudkan optimalisasi dan keterpaduan
pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan bagi kegiatan berbagai sektor
pembangunan yang membutuhkan ruang. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa segala upaya pembangunan yang dilakukan baik oleh
pemerintah, swasta dan masyarakat, seyogyanya sesuai dengan dokumen rencana tata ruang.
Rencana tata ruang digunakan sebagai landasan koordinasi dalam mengurangi konflik ruang
dan optimasi pencapaian tujuan serta sasaran pembangunan, mulai dari skala wilayah
nasional, provinsi maupun kabupaten/kota.
Berdasarkan struktur ruang dalam dokumen RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-
2032, Kota Tenggarong sebagai ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara (terletak di Wilayah
Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara) telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang meliputi perkotaan Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang.
Kedudukan Kota Tenggarong adalah sebagai kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai
pusat pertumbuhan utama dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan orientasi kegiatan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Adapun gambaran tentang fungsi dan posisi Kota Tenggarong dilihat dari konstelasi
wilayah Propinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 3-10
Rencana Pusat Kegiatan dan Pelayanan di Kabupaten Kutai Kartanegara
Fungsi Yang Diemban Oleh Pusat Kecamatan
No Kecamatan
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
1 Anggana X X X X X X
2 Kembang
X
Janggut
3 Kenohan X X X X X X
4 Kota
X
Bangun
5 Loa Janan X X X X X X
6 Loa Kulu X X X X X X
7 Marang
X X X X X X
Kayu
8 Muara
X
Badak
9 Muara Jawa X X
10 Muara
X X X X X X
Kaman
11 Muara
X X X X X X
Muntai
12 Muara Wis X X X X X X
13 Samboja X X X X X
14 Sanga-sanga X X X X X X
15 Sebulu X X X X X X
16 Tabang X X X X X X
17 Tenggarong X X X X X
18 Tgr.
X X X X X
Seberang
Keterangan :
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
49
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
A. Pusat pendukung kegiatan PKN Tenggarong K. Pusat transportasi regional dan lokal
B. Pusat pendukung kegiatan PKN Balikpapan L. Pusat pengembangan pertanian
C. Pusat pendukung kegiatan PKSN Samarinda M. Pusat pelayanan pariwisata
D. Pusat pendukung kegiatan PKSN Long Pahangai N. Pusat pelayanan industri dan jasa perdagangan terbatas
E. Pusat pengolahan migas dan batubara O. Pusat transportasi antar danatau lokal kecamatan
F. Pusat pemerintahan kabupaten P. Pusat produksi dan pengolahan pertanian
G. Pusat perdagangan regional Q. Pusat kegiatan perikanan
H. Pusat koleksi dan distribusi barang regional R. Pusat pengembangan industri
I. Pusat pengembangan dan pengolahan kelapa sawit S. Pusat pelayanan jasa dan perdagangan lokal
J. Pusat Pelayanan Perkotaan
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 – 2032
Dari Tabel di atas, dapat diidentifikasi bahwa apabila dilihat dari konstelasi wilayah
Provinsi Kalimantan Timur, Kota Tenggarong yang mewakili karakteristik Kabupaten Kutai
Kartanegara dalam satuan PKN Balikpapan-Tenggarong-Samarinda-Bontang memiliki
potensi besar untuk pengembangan ekonomi Kabupaten Kutai Kartanegara, dan
khususnya wilayah tengah.
B. Kawasan Lindung
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa arahan pemanfaatan
ruang dibagi menjadi dua, yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. Kawasan
budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya
buatan. Adapun khusus untuk kawasan lindung tidak diperkenankan adanya kegiatan
penggunaan lahan untuk tujuan budidaya kecuali kegiatan yang sifatnya untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian.
Kegiatan penggunaan lahan di sekitar kawasan lindung yang perlu mendapatkan perhatian
secara serius dan terkendali/dipantau adalah penyebaran permukiman penduduk,
penebangan hutan dan pembangunan fisik yang dalam tingkat tertentu dapat merusak dan
atau mengurangi fungsi perlindungan lahan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pihak
aparat/lembaga terkait harus mampu memberikan informasi mengenai peranan kawasan
lindung terhadap kelestarian lingkungan bagi kelangsungan hidup rakyat banyak terhadap
penduduk sekitarnya melalui berbagai jenis penyuluhan pada lembaga, organisasi
masyarakat atau pada aparat-aparat di daerah terdekat dengan kawasan lindung.
Pelanggaran terhadap kegiatan yang dilarang di kawasan lindung dapat dikenakan sanksi
atau hukuman tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam proses
pengendalian kawasan lindung tersebut.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
50
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Kegiatan penebangan hutan termasuk pembukaan lahan melalui pembakaran hutan yang
sering dilakukan oleh pihak-pihak tertentu sangat tidak dianjurkan karena jelas akan
merugikan berbagai pihak selain akan menghilangkan berbagai ragam hayati, juga dapat
merusak lapisan tanah atas sehingga dapat menurunkan tingkat kesuburan lahan. Tingkat
kesuburan lahan ini sangat penting sekali dipertahankan karena untuk memulihkan pada
kondisi semula diperlukan waktu yang cukup lama.
Kegiatan pembangunan fisik di kawasan lindung hanya diperkenankan jika ditujukan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya yang berkaitan dengan
pemuliaan tanaman dan sejenisnya tanpa mengganggu kerusakan hayati dan lingkungan
hidupnya.
C. Budidaya Pertanian
Secara umum areal hutan masih merupakan jenis penggunaan lahan yang dominan di
Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu seluas 1.784.135 Ha (65,44 % dari luas wilayah).
Perincian jenis hutan yang ada meliputi: (1) hutan lindung (204.640 Ha); cagar alam
(32.038 Ha); taman nasional (50.726 Ha); taman hutan raya (52.603 Ha); kawasan
budidaya kehutanan (1.444.128 Ha). (sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012-
2032).
Tabel 3-11
Luas Areal Budidaya Ikan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Luas
No Pemanfaatan Ruang
(ha) (ha)
A Kawasan Lindung
1 Hutan Lindung 204.640 7,51
2 Cagar Alam 32.038 1,18
3 Taman Nasional 50.726 1,86
4 Taman Hutan Raya 52.603 1,93
Total Kawasan Lindung 340.007 12,47
B Kawasan Budidaya
1 Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)
Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk kws hutan bakau/fungsi lindung 787.675 28,89
Hutan Produksi Terbatas (HPT) 600.000 22,01
Hutan Produksi yang dapat dikonversi 56.453 2.07
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
51
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Luas
No Pemanfaatan Ruang
(ha) (ha)
Total KBK 1.444.128 52,97
E. Perikanan
Tabel 3-12
Luas Areal Budidaya Ikan di Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Tambak Tambak
No Kecamatan Kolam Keramba Sawah
Produktif Non Produktif
1 Samboja 892 92 45 30
2 Muara Jawa 11.525 564 30
3 Sanga-Sanga 28 145
4 Loa Janan 85 1.750
5 Loa Kulu 115 8.330
6 Muara Muntai 5 6.465
7 Muara Wis 3.545
8 Kota Bangun 65 3.281
9 Tenggarong 37 3.325
10 Sebulu 36 554
11 Tgr. Seberang 55 4.325
12 Anggana 47.948 680 19 60
13 Muara Badak 13.521 588 95
14 Marang Kayu 864 392 37
15 Muara Kaman 36 2.110
16 Kenohan 1.125
17 Kembang Janggut 15 255
18 Tabang 11 75
Jumlah 74.750 2.316 714 35.345 30
Sumber: Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2013
Di Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara alat menangkap ikan di perairan umum di
Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara menurut jenisnya dibedakan atas jaring
insang hanyut sebanyak 15, jaring insang tetap sebanyak -, anco sebanyak 1.004, rawai
sebanyak 8.420, dan pancing sebanyak 5.915. Dari banyaknya jenis alat penangkapan ikan
tersebut, maka berikut ini akan dirincikan luas areal budidaya ikan, dimana sampai dengan
tahun 2013 luas areal budidaya tambak produktif seluar 74.750 Ha, tambak non produktif
seluas 2.316 Ha, kolam seluas 714 Ha, keramba seluas 35.345 Ha dan luas areal budidaya
ikan di sawah seluas 30 Ha (sumber: Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka Tahun
2013).
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
52
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
A. Administratif
Kecamatan Kota Bangun merupakan salah satu kecamatan yang terletak di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis, Kecamatan
Kota Bangun terletak antara 116º27’–116º46’ Bujur Timur dan 0º07’– 0º36’ Lintang
Selatan dengan luas wilayah mencapai 1.143,74 km2. Secara administratif, Kecamatan
Kota Bangun berbatasan dengan:
Tabel 3-13
Luas Desa di Kecamatan Kota Bangun
2
No. Desa Luas (km ) %
1. Kota Bangun III 17,00 1,49
2. Kota Bangun II 21,00 1,84
3. Kota Bangun I 6,00 0,52
4. Wonosari 20,00 1,75
5. Kedang Ipil 76,00 6,64
6. Benua Baru 50,51 4,42
7. Sedulang 137,65 12,04
8. Sukabumi 20,00 1,75
9. Sarinadi 20,00 1,75
10. Sumber Sari 12,00 1,05
11. Kota Bangun Ulu 80,94 7,08
12. Loleng 141,61 12,38
13. Liang 69,10 6,04
14. Kota Bangun Ilir 30,07 2,63
15. Pela 55,46 4,85
16. Muhuran 72,57 6,34
17. Kota Bangun Seberang 62,41 5,46
18. Kedang Murung 22,03 1,93
19. Liang Ulu 104,20 9,11
20. Sebelimbingan 125,13 10,94
21. Sangkuliman *) *)
Jumlah 1.143,74 100,00
Sumber: Kecamatan Kota Bangun Dalam Angka 2013
*) Data masih tergabung dengan Desa Pela
Wilayah Kecamatan Kota Bangun terdiri dari 21 desa, diantaranya Desa Kota Bangun III,
Desa Kota Bangun II, Desa Kota Bangun I, Desa Wonosari, Desa Kedang Ipil, Desa Benua
Baru, Desa Sedulang, Desa Sukabumi, Desa Sarinadi, Desa Sumber Sari, Desa Kota Bangun
Ulu, Desa Loleng, Desa Liang Ilir, Desa Kota Bangun Ilir, Desa Pela, Desa Muhuran, Desa
Kota Bangun Seberang, Desa Kedang Murung, Desa Liang Ulu, Desa Sebelimbingan dan
Desa Sangkuliman. Adapun ibukota kecamatan terletak di Desa Kota Bangun Ulu. Dari
desa tersebut, Desa Kedang Ipil dan Desa Benua Baru merupakan desa yang letaknya
paling jauh dari ibukota kecamatan, yaitu 41 kilometer, sedangkan Desa Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
53
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Seberang merupakan desa yang letaknya paling dekat dari ibukota kecamatan, yaitu 2
kilometer. Pada umumnya, semua desa yang ada di Kecamatan Kota Bangun dapat
ditempuh melalui jalan darat dengan menggunakan kendaran roda dua dan roda empat
maupun melalui jalan sungai dengan menggunakan perahu, perahu motor, dsb.
Berdasar letak geografisnya, Kecamatan Kota Bangun beriklim tropis basah dengan rata-
rata curah hujan per bulannya 177,17 mm dan rata-rata hari hujan berkisar 13 hari per
bulan di tahun 2012. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu sebanyak 376
mm dengan 21 hari hujan selama sebulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
bulan September yaitu sebanyak 21 mm dengan 7 hari hujan selama sebulan.
Tabel 3-14
Kondisi Curah Hujan di Kecamatan Kota Bangun
No. Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hh)
1. Januari 376 21
2. Februari 243 15
3. Maret 274 21
4. April 287 17
5. Mei 207 12
6. Juni 137 10
7. Juli 53 8
8. Agustus 67 7
9. September 21 7
10. Oktober 77 11
11. Nopember 235 13
12. Desember 150 14
Rata-Rata 177,17 13
Sumber: Kecamatan Kota Bangun Dalam Angka 2014
C. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kecamatan Kota Bangun dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Mahakam
dan anak sungainya. Sungai Mahakam dan anak sungainya dimanfaatkan sebagai sumber
air baku oleh penduduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Selain itu, Sungai Mahakam
juga dimanfaatkan sebagai media kegiatan transportasi sungai, baik transportasi lokal
maupun regional.
Sebagian wilayah Kecamatan Kota Bangun dialiri beberapa sungai, seperti Sungai
Mahakam, Kedang Murung, Belayan, dan Pela serta terdapat pula Danau Kedang Murung,
Hakang, dan Semayang sehingga pola penyebaran penduduknya terkonsentrasi di
sepanjang sungai dan danau. Selain itu, terdapat pula gunung di Desa Sumber Sari, yaitu
Gunung Tinjauan dengan ketinggian sekitar 450 meter dari permukaan laut.
Tabel 3-15
Sungai di Kecamatan Kota Bangun
Panjang (km)
Nama Sungai Lebar Kedalaman (m)
Seluruhnya Yang Dapat Dilayari
Mahakam 12 12 200 36
Kedang Murung 25 - 15 4
Belayan 20 20 100 7
Pela 20 5 100 6
Sumber: Kecamatan Kota Bangun Dalam Angka 2014
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
54
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 3-16
Danau di Kecamatan Kota Bangun
Nama Danau Luas (Ha)
Kedang Murung 100
Hakang 90
Semayang 2.500
Sumber: Kecamatan Kota Bangun Dalam Angka 2014
Tabel 3-17
Rencana Struktur Ruang Kecamatan Kota Bangun
Rencana Sistem Kegiatan Program Keterangan
Sistem Perkotaan Pengembangan Pusat Kegiatan Kecamatan Kota Bangun sebagai Pusat
Kegiatan Lingkungan (PKL).
Sistem Perdesaan Pengembangan Pusat Kegiatan Desa Kota Bangun Ulu sebagai Pusat
Pelayanan Lingkungan (PPL)
Jaringan Jalan Pembangunan jalan arteri primer. Ruas jalan simpang 3 Senoni – Kota
Bangun.
Ruas jalan Kota Bangun – Gusig.
Pembangunan Jalan Baru Ruas jalan Kota Bangun – Muara
Kaman – Sebulu.
Ruas jalan Muara Muntai – Muara Wis
– Kota Bangun.
Jembatan Optimalisasi Jembatan Jembatan Mahakam III / Jembatan
Kutai Kartanegara II (Jembatan
Martadipura).
Jembatan Pela.
Jaringan Prasarana Lalu Lintas Pembangunan Terminal Terminal penumpang Tipe C.
Angkutan Jalan Terminal barang.
Jaringan Pelayanan Lalu Lintas Pengembangan Sarana Prasarana Angkutan Kota Tenggarong – Kota
Angkutan Jalan Bangun.
Angkutan Bus AKDP Samarinda – Kota
Bangun.
Jaringan Sungai, Danau, Pengembangan Prasarana Pelabuhan Kota Bangun.
Penyeberangan Pelabuhan Pelabuhan Rimba Ayu.
Pembangunan Pelabuhan Pelabuhan Alih Muat Kota Bangun.
Pengembangan Pelayanan Trayek Trayek Kota Bangun – Muara Muntai –
Penyinggahan.
trayek Kota Bangun – Semayan –
Melintang.
trayek Kota Bangun – Muara Wis.
trayek Kota Bangun – Kahala.
trayek Kota Bangun – Pela.
trayek Kota Bangun – Muara Siran.
Jaringan Perkeretaapian Pembangunan Prasarana Keretaapi Pembangunan Stasiun Kereta Api.
Pembangunan jalur KA Samarinda –
Tenggarong – Kota Bangun.
Jaringan Transportasi Udara Peningkatan Bandar Udara Bandar Udara Pengumpan Kota
Bangun.
Jaringan Prasarana Energi Pengembangan Jaringan Prasarana SUTT 150 KV Embalut – Kota Bangun.
Energi PLTGU Kota Bangun.
PLTD Kota Bangun.
Jaringan Prasarana Komunikasi Pengembangan Sistem Pengembangan Stasiun Telepon
Telekomunikasi Otomat (STO).
Pengembangan satuan Sambungan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
55
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 3-18
Rencana Pola Ruang Kecamatan Kota Bangun
Kawasan Fungsi Keterangan
Kawasan Lindung Kawasan yang memberikan Kawasan Bergambut.
perlindungan kawasan bawahannya.
Kawasan perlindungan setempat. Sempadan Sungai.
Kawasan Sekitar Mata Air.
Kawasan RTH.
Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana banjir.
Kawasan rawan bencana
longsor.
Kawasan Budidaya Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Peruntukan Pertanian Sawah irigasi.
Lahan Basah. Lahan cadangan potensial untuk
lahan pangan berkelanjutan
(LP2B).
Kawasan Peruntukan Pertanian -
Lahan Kering.
Kawasan Peruntukan Holtikultura. -
Kawasan Peruntukan Perkebunan -
Kawasan Peruntukan Peternakan Sapi potong.
Kawasan Peruntukan Perikanan -
Budidaya.
Kawasan peruntukan -
Pertambangan.
Kawasan Peruntukan Pariwisata Wisata Alam Danau Semayang.
Wisata Alam Danau Melintang.
Kawasan Peruntukan Permukiman Perkotaan (Kota Bangun Ulu)
Perdesaan.
Kawasan Strategis Kawasan Strategis Provinsi dari Danau Semayang.
sudut kepentingan Lingkungan Danau Melintang.
Sumber: RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2012 - 2032
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
56
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
1. Kondisi perumahan yang padat dan belum tertata dengan baik serta beberapa rumah yang
menjadi ruang usaha mengakibatkan wilayah menjadi rawan terhadap kebakaran, jaringan
kelistrikan dan telepon yang semrawut, dan ruang parkir yang menggunakan ruas jalan
yang menimbulkan kerumitan lalu lintas.
2. Aksesibilitas jalan belum optimal, Hal itu ditunjukkan dengan kondisi bangunan yang
sebagian besar berhimpit dengan jalan utama sehingga tidak memungkinkan untuk ruang
parkir, pejalan kaki, maupun ruang terbuka hijau di sepanjang jalan tersebut.
3. Belum adanya perencanaan mengenai Ruang Terbuka Hijau yang dapat menjadi citra kota
Kecamatan Kota Bangun, seperti RTH sempadan sungai, jalur jalan, hutan kota, taman
kota, taman lingkungan, lapangan olahraga, pemakaman, dsb.
4. Pelayanan air bersih belum optimal, cakupan pelayanan belum mencapai separuh jumlah
penduduk. PDAS sementara baru melayani 5 desa, yaitu: Desa Kota Bangun Ulu, Desa Kota
Bangun Ilir, Desa Liang, Desa Kedang Murung, dan Desa Rimba Ayu.
6. Penataan bantaran sungai yang belum optimal sehingga dalam jangka panjang dapat
menyebabkan kondisi kumuh pada wilayah bantaran sungai.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
57
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Gambar 3-1
Beberapa Kondisi Eksisting Landuse di Kecamatan Kota Bangun
Kondisi wilayah permukiman di bantaran Sungai Mahakam dan beberapa wilayah lain cukup
padat. Kondisi tersebut harus diantisipasi dengan penataan yang baik untuk menghindari
resiko kebakaran, sanitasi yang buruk, penumpukan sampah yang dapat menyebabkan wabah
penyakit, serta menghindari dari konflik penggunaan ruas jalan yang sempit karena digunakan
sebagai halaman dan lahan parkir permukiman.
Kondisi jalan di wilayah perkotaan yang memiliki ruang jalan yang sempit, sehingga tidak
memiliki ruang untuk parkir, ruang terbuka hijau, bahu jalan, dan fungsi-fungsi lainnya. Dalam
perkembangan selanjutnya, tata ruang jalan tersebut perlu diatur dan ditertibkan kembali
sehingga fungsi jalan dapat lebih maksimal.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
58
Bab 3
Gambaran Umum Wilayah
Kecamatan Kota Bangun
Pelayanan air minum yang dilakukan melalui distribusi air bersih menggunakan truk tanki
untuk wilayah yang belum terlayani oleh PDAM Cabang Kota Bangun. Belum terlayaninya
seluruh wilayah di Kecamatan Kota Bangun menjadi permasalahan tersendiri yang perlu segera
diselesaikan bersama.
Kondisi bantaran sungai yang terlihat kotor, dan kecenderungan sungai digunakan sebagai
fungsi belakang rumah (sampah, MCK, pembuangan limbah rumah tangga, dsb) sehingga
apabila tidak ditata akan mengakibatkan penyempitan badan sungai dan menciptakan suasana
yang lebih kumuh di masa mendatang.
Pembuangan sampah akhir yang berada di tepi jalan utama mengakibatkan pandangan yang
kurang baik dan bau yang tidak sedap. Diperlukan lokasi baru yang lebih memadai.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
59
BAB 4
Pendekatan dan Metodologi
Dalam bab IV ini pokok bahasan yang akan diuraikan adalah mengenai metode pendekatan
dan metodologi yang akan digunakan dalam Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Kota Bangun. Bahasan ini terdiri dari metode pendekatan, kerangka pemikiran,
metoda analisis, dan metoda pelaksanaan.
Pendekatan pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Kota Bangun ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kegiatan ini ditujukan untuk
mewujudkan pemanfaatan ruang wilayah yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan daya dukungnya, dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan
norma, kaidah dan ketentuan yang berlaku. Oleh karena itu, digunakan pendekatan melalui
pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar penyusunan tata ruang dan pendekatan
perencanaan tata ruang, serta kedudukan rencana tata ruang secara hirarkis.
Lingkup pendekatan yang digunakan dalam Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kecamatan Kota Bangun ini meliputi pendekatan konseptual, pendekatan teknis, dan
pendekatan partisipatif.
Tahapan Penyusunan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
melalui urutan secara teoritis digunakan dalam pendekatan ini. Pendekatan konseptual
meliputi:
Pendekatan Konseptual dalam konteks pengembangan kota dikaitkan dengan fungsi dan
peran wilayah perencanaan. Pijakan berfikir yang digunakan dalam pendekatan ini
adalah bahwa wilayah perencanaan merupakan sub sistem dari sistem wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan demikian pendekatan ini dimulai dari analisis
regional. Dari pendekatan konsep ini diperoleh kedudukan RDTR Kecamatan Kota
Bangun terhadap kebijakan ruang di atasnya.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
60
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Pendekatan Konseptual dalam penentuan kebutuhan ruang kota. Landasan berfikir yang
digunakan adalah besaran kebutuhan disesuaikan dengan skala pelayanan yang
ditetapkan (lokal-regional atau sekunder-primer), selanjutnya digunakan standar
normatif lingkungan permukiman yang diinginkan sesuai dengan tujuan perencanaan.
Pendekatan teknis yang digunakan dalam penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun
ini adalah pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pendekatan SIG dalam implementasinya menggunakan software pemetaan yaitu Arc GIS
dan software pendukung lainnya.
Pendekatan Partisipatif, selain dua pendekatan di atas (konseptual dan teknis), dikenal pula
pendekatan perencanaan partisipatif. Di Indonesia perencanaan partisipatif didefinisikan
sebagai upaya perencanaan yang dilakukan bersama antara unsur pemerintah dan
masyarakat. Definisi tersebut kemudian dilengkapi dengan pemahaman dari UNDP, dimana
perencanaan partisipatif (participatory planning) merupakan upaya perencanaan yang
melibatkan/mengikutsertakan seluruh stakeholder yang ada. Berdasarkan kedua pemahaman
tersebut disimpulkan bahwa peran masyarakat yang dimaksud ditekankan pada tingkat
kebutuhan, skala prioritas, dan alokasi sumber daya manusia. Upaya perencanaan partisipatif
menghadirkan proses perencanaan terstruktur yang terdiri dari aspek-aspek:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
61
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Pelaku pembangunan yang terlibat sadar akan maksud dan tujuan suatu kegiatan yang
mereka lakukan.
Pelaku pembangunan dapat menemukenali diri masing-masing, dimana kegiatan
interaksi pembangunan lainnya dalam proses partisipasi yang mereka jalani
menyebabkan potensi dan kekurangan yang dimiliki akan lebih jelas terlihat.
Pelaku pembangunan dapat saling belajar satu dengan lainnya dalam proses partisipasi
yang mereka jalani menyebabkan potensi dan kekurangan yang dimiliki akan lebih
jelas terlihat.
Konsentrasi potensi yang terjadi lebih diakibatkan oleh kesadaran dan tekad bersama
untuk melakukan sesuatu yang telah disepakati bersama. Hal ini akan memperkuat
upaya perencanaan dan implementasi kegiatan.
Guna memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu proses partisipasi, maka
dirumuskan suatu mekanisme pembangunan secara partisipatif. Dalam mekanisme
tersebut dijelaskan langkah-langkah yang perlu diambil dalam proses pembangunan
partisipatif adalah:
Persiapan sosial
Survey swadaya (permasalahan umum, potensi, dan kendala)
Kesepakatan prioritas permasalahan yang akan ditangani
Kesepakatan penggalangan dan alokasi sumber daya
Kesepakatan rencana
Proses implementasi
Pemanfaatan hasil pembangunan
Evaluasi
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
62
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
keputusan yang dimiliki masyarakat adalah semakin baik. Hal-hal yang mendasari
pendapat tersebut adalah:
Seseorang lebih mengenal dirinya dan dunianya sendiri daripada orang lain, sehingga
perlu lebih tahu apa yang baik untuk dirinya.
Seseorang berhak ikut serta menentukan segala sesuatu yang akan mempengaruhi
hidupnya dalam masyarakat.
Di dalam memanfaatkan rencana tata ruang kota secara lebih bijaksana ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan:
Mutu (kualitas) rencana tata ruang, karena masih banyak rencana tata ruang yang
bertumpu pada pola-pola perencanaan tata ruang konvensional. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan normatif dan perkiraan-perkiraan yang digunakan
masih bersifat proyeksi kecenderungan yang ada.
Operasionalisasi rencana tata ruang. Seringkali rencana tata ruang diartikan secara
sempit. Banyak kasus bahwa suatu kegiatan yang sebenarnya tidak mengganggu dan
bahkan sebenarnya menguntungkan bagi sistem perkotaan maupun lingkungan tidak
mendapat ijin karena pemanfaatan ruangnya tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Kemampuan aparat pengendali pemanfaatan ruang yang terbatas. Rencana tata ruang
yang bersifat memberikan alternatif menuntut kemampuan aparat daerah yang
tangguh, terutama dalam menginterpretasikan rencana tata ruang yang ada dalam
menghadapi dinamika pembangunan. Dengan kemampuan aparat yang terbatas
tersebut maka pendekatan yang diambil adalah pendekatan regulatif. Hal inilah yang
menyebabkan timbulnya permasalahan-permasalahan pemanfaatan ruang.
Desakan pasar yang tinggi. Semakin tinggi desakan pasar maka semakin besar
hambatan operasionalisasi rencana tata ruang.
Melihat banyaknya permasalahan dalam operasionalisasi rencana tata ruang, maka perlu
ditekankan mengenai isu-isu pembangunan khususnya dalam mengelola kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat, antara lain:
1. Pengelolaan Lahan
Tingkat harga tanah yang tinggi disebabkan oleh kekuatan pasar. Pengenalan terhadap
harga lahan akan dapat membekali dalam menyusun program pembangunan
prasarana dan sarana perkotaan.
Status kepemilikan lahan yang sering tidak jelas dan mempersulit proses
pembangunan.
Pola kepemilikan lahan yang tidak beraturan mempersulit pembebasan lahan. Dalam
beberapa hal dibutuhkan upaya pengaturan kembali kepemilikan lahan melalui land-
readjustment.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
63
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Ketersediaan prasarana dan sarana menjadi isu lain yang cukup dominan dalam proses
pembangunan wilayah. Kelangkaan prasarana di satu tempat dan perbedaan antara
penyediaan prasarana dan sarana dengan kebutuhan pelayanan prasarana dan sarana
menjadi salah satu hal yang perlu diselesaikan untuk mencapai perkembangan
pembangunan yang optimal.
4. Pembiayaan Pembangunan
5. Pembinaan Institusi
Sektor strategis dan kawasan strategis merupakan sektor atau kawasan yang diprioritaskan
untuk dilaksanakan karena tidak mungkin dilaksanakan pembangunan secara keseluruhan
sekaligus. Untuk mengetahui sektor maupun kawasan strategis diperlukan pengenalan
terhadap persoalan strategis yang ada di wilayah. Pemahaman terhadap persoalan
strategis tersebut akan mengarahkan pada penentuan sektor-sektor strategis maupaun
kawasan strategis bagi wilayah yang bersangkutan.
Model peroleh informasi secara partisipatif baik melalui masyarakat maupun pemerintah
dilakukan dengan pendekatan wawancara dan pencarian data dan informasi menggunakan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
64
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
formulir wawancara. Bentuk formulir wawancara partifipatif dapat dilihat pada Lampiran A –
D.
Hal ini berarti bahwa Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
secara hirarkis mengacu pada rencana tata ruang di atasnya, yakni RTRW Kabupaten Kutai
Kartanegara. Di samping itu RDTR Kecamatan Kecamatan Kota Bangun ini juga akan menjadi
acuan dalam penyusunan rencana rinci selanjutnya, yaitu Rencana Teknik Ruang (RTR)
Kawasan. RDTR Kecamatan Kota Bangun yang akan disusun diharapkan dapat berfungsi
sebagai:
RDTR Kabupaten/Kota dapat disusun bersama-sama dengan Peraturan Zonasi, dimana RDTR
dan Peraturan Zonasi untuk wilayah perencaan sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Secara hirarki, RDTR Kecamatan Kota Bangun berada pada posisi Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Kabupaten atau RDTR Wilayah Kabupaten atau Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan dalam Wilayah Kabupaten yang merupakan penjabaran dari RTRW Kabupaten.
Kawasan strategis kabupaten di sini maksudnya adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.
Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota merujuk pada pranata
rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah. RDTR Kota merupakan
penjebaran lebih rinci dari RTRW Kota dan RTRW Propnsi. Dalam implementasi pembangunan,
ijin lokasi dan peruntukan harus mengacu pada RDTR Kota. Kedudukan RDTR Kota dalam
pengaturan ruang diilustrasikan dalam gambar berikut.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
65
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Gambar 4-1
Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Sebagai penjabaran operasional dari RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun ini dimaksudkan untuk memberi pedoman pelaksanaan
dan pengendalian pemanfaatan ruang pada wilayah tersebut. Untuk mencapai maksud
tersebut maka rencana harus dibuat berdasarkan pendekatan penyusunan yang tepat dengan
pemikiran yang logis, sistematis, dan komprehensif.
RTRW Kabupaten
Kutai Kartanegara 1 : 100.000
Gambar 4-2
Hirarki Perencanaan dan Tingkat Kedalaman/Ketelitian Peta Tata Ruang
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
66
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Sesuai dengan Permen PU No. 20 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyusunan RDTR Kota
bahwa luasan wilayah perencanaan RDTR berkisar antara 60 – 1.500 hektar dengan jangka
waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dituangkan ke dalam peta rencana dengan tingkat
ketelitian sebanding dengan skala 1 : 5.000.
1. Ketersediaan data. Makin lengkap dan rinci data yang tersedia, maka analisis pun akan
memiliki tingkat keakuratan yang makin tinggi pula;
2. Tujuan analisis. Tidak setiap aspek/objek memerlukan analisis yang terinci sampai kepada
hal-hal yang kecil, namun tetap tidak mengurangi faktor nilai kelengkapan data;
3. Teknik analisis. Penggunaan model dan teknik analisis yang tepat akan membantu
kehalusan analisis sehingga peramalan atau perkiraan yang diperoleh akan dapat
mendekati kondisi yang sesungguhnya. Pemilihan teknik dan model analisis ini juga akan
terkait dengan kedua aspek sebelumnya, yaitu ketersediaan data dan tujuan analisis.
Dalam rangka Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun ini,
beberapa model analisis yang akan digunakan meliputi model-model analisis berikut ini:
Peta Topografi
Peta Geologi
Peta Rawan Bencana
Peta Penggunaan Lahan
Analisis Kependudukan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
67
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Salah satu yang penting dalam analisis penduduk yaitu memproyeksikan jumlah penduduk
di masa yang akan datang untuk melihat kebutuhan ruang dan pola distribusi atau
persebarannya sampai tahun rencana. Beberapa metode atau model analisis yang dapat
digunakan diantaranya kurva polinomial garis lurus, kurva polinomial regresi, dan metode
bunga berganda.
Selain faktor kependudukan pendekatan analisis wilayah juga melalui analisis terhadap
pola hubungan/interaksi antar wilayah maupun antar bagian wilayah sesuai dengan
potensi dan permasalahan yang ada. Asumsi dasar yang digunakan adalah melihat suatu
daerah sebagai suatu massa, sehingga hubungan antar daerah diasumsikan dengan
hubungan antar massa yang memiliki daya tarik, sehingga terjadi saling mempengaruhi
antar daerah.
Pemodelan yang dapat digunakan dalam melakukan analisis terhadap pola interaksi atau
keterkaitan antar daerah atau antar bagian wilayah dengan wilayah lainnya, adalah Model
Gravitasi. Penerapan model ini dalam bidang analisis perencanaan kota adalah dengan
anggapan dasar bahwa faktor aglomerasi penduduk atau pemusatan kegiatan dengan
potensi sumber daya alam yang dimiliki, mempunyai daya tarik menarik.
Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek: kondisi fisik lahan (ketersediaan
ruang untuk pengembangan), jumlah penduduk, fungsi yang diberikan, kemudahan
aksesibilitas, dan sentralitas lokasi. Analisis terhadap Tata Ruang mempunyai tujuan
untuk:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
68
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Analisis sistem transportasi menetapkan dua hal, yaitu sistem transportasi eksternal dan
internal. Sistem transportasi eksternal diartikan sebagai sistem transportasi yang
menghubungkan wilayah tengah kabupaten Kutai Kartanegara dengan wilayah-wilayah
lainnya. Sedangkan sistem transportasi internal diartikan sebagai sistem transportasi yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan di dalam wilayah tengah Kabupaten Kutai
Kartanegara. Berdasarkan cakupan pelayanannya, jalan dibagi menjadi tiga kelas yaitu:
Jalan arteri, umumnya untuk melayani perjalanan antar kota besar, atau kota besar
dengan kota sedang secara langsung, dengan volume perjalanan yang besar dan jarak
perjalanan relatif panjang.
Jalan kolektor, umumnya melayani antar kota kecil secara langsung dan
menghubungkannya dengan jaringan jalan arteri, jalan dengan kategori ini
mengumpulkan lalulintas dari jalan lokal.
Jalan lokal, umumnya melayani aktivitas individual atau mendistribusikan lalulintas
dari jalan arteri.
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 mengatur tentang kelas fungsi jalan sistem
primer sebagai berikut:
Kota jenjang kesatu adalah: kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah
pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang paling tinggi dalam
satuan wilayah pengembangannya serta memiliki orientasi keluar wilayah.
Kota jenjang kedua adalah: kota yang berperan melayani sebagian dari satuan
wilayah pengembangannya dengan kemampuan layanan jasa yang lebih rendah
dari kota jenjang kesatu dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat
jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang satu.
Kota jenjang ketiga adalah: kota yang berperan melayani sebagian dari satuan
wilayah pengembangan dengan kemampuan layanan jasa yang lebih rendah dari
kota jenjang kedua dalam satuan wilayah pengembangannya, dan terikat
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
69
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang
kedua dan satu.
Kota dibawah jenjang ketiga adalah: kota yang berperan melayani sebagian dari
satuan wilayah pengembangannya dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih
rendah dari kota jenjang ketiga, dan terikat jangkauan serta orientasi yang
mengikuti prinsip-prinsip di atas.
Tabel 4-1
Pengaturan Sistem Primer Menurut Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985
Uraian Arteri primer Kolektor primer Lokal primer
Kelompok jalan Jalan Nasional Jalan Nasional jika menghubungkan Jalan Kabupaten
dan wewenang Menteri antar ibukota provinsi Menteri Pemerintah kabupaten
pembinaan Jalan provinsi jika menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten atau antar ibukota
kabupaten/kota Pemerintah
provinsi
Jalan kabupaten jika diluar dari
ketentuan di atas Pemerintah
Kabupaten
Wewenang Menteri Menteri atau diserahkan kepada Pemerintah kabupaten
perencanaan pemerintah provinsi atau pemerintah
teknis dan kabupaten
pembangunan
Wewenang Menteri atau Menteri atau diserahkan kepada Pemerintah kabupaten
pemeliharaan dilimpahkan kepada pemerintah provinsi atau pemerintah
pemerintah provinsi kabupaten sesuai kelompok jalan
Kecepatan 60 Km/jam 40 Km/jam 20 Km/jam
rencana minimal
Lebar badan jalan 8 meter 7 meter 6 meter
minimal
Jalan masuk Dibatasi, persyaratan Dibatasi, persyaratan teknis ditetapkan -
(akses) teknis ditetapkan oleh oleh Menteri
menteri
Dawasja diukur 20 meter 15 meter 10 meter
dari as jalan
Tinggi ruang bebas Maksimal 5 meter Maksimal 5 meter Ditetapkan oleh pembina
(clearance) Minimal 1,5 meter Minimal 1,5 meter jalan
Lalulintas Lalulintas jarak jauh
tidak boleh terganggu
oleh lalulintas ulang
alik, lalulintas lokal *)
*) lalulintas jarak jauh terganggu oleh lalulintas lokal atau ulang alik kalau kecepatan perjalanannya terpaksa
mengikuti kecepatan lalulintas lokal atau ulang alik
Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri primer luar
kota.
Jarak antara jalan masuk/akses langsung tidak boleh kurang dari 500 meter.
Persimpangan pada jalan arteri primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalulintas.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
70
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan (on street) seharusnya tidak
diijinkan.
Jalur khusus untuk kendaraan lambat seharusnya disediakan.
Pemisah jalur baik oleh marka atau pemisah tertentu (median) seharusnya
disediakan.
Jalan kolektor primer dalam kota merupakan terusan jalan arteri kolektor
primer luar kota.
Jarak antara jalan masuk/akses langsung tidak boleh kurang dari 400 meter.
Persimpangan pada jalan kolektor primer diatur dengan pengaturan tertentu
yang sesuai dengan volume lalulintasnya.
Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan (on street) sangat dibatasi dan
seharusnya tidak diijinkan pada jam sibuk (peak hour).
Jalur khusus untuk kendaraan lambat seharusnya disediakan.
Tipe I : pengaturan jalan masuk secara penuh (full control of access), umumnya
merupakan jalan bebas hambatan (freeway).
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
71
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tabel 4-2
Persyaratan Teknis Jalan Sistem Primer Berdasarkan Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan
Kelas
Lebar Garis tepi Lebar bahu kiri
perencanaan Volume LL Lebar jalur Lebar bahu Lebar trotoar
Kelas Kendaraan rencana median median
Rencana LL mini-mum Tanpa Dengan kanan minimum
Fungsi terbesar minimum mini-mum
Tipe Kelas per Hari (meter) trotoar trotoar (meter) (meter)`
(meter) (meter)
(meter) (meter)
Arteri I 1 Semi-trailer 3,50 2,5 0,75 2,0 1,00
Primer II 1 Semi-trailer 3,50 2,0 0,25 2,0 0,5 0,50 3,0
Kolektor I 2 Semi-trailer 3,50 2,0 0,50 2,0 0,75
Primer II 1 >10.000 Semi-trailer 3,50 2,0 0,25 2,0 0,5 0,50 3,0
2 >10.000 Semi-trailer 3,25 2,0 0,25 2,0 0,5 0,50 3,0
Lokal II 3 >500 Bus/truk tanpa 3,00 1,5 0,25 2,0 0,5 0,50 1,5
Primer gandengan
4 <500 Mobil penumpang 4,00 untuk 2 arah 0,5 0,5 0,50
Sumber: Bina Kota Direktorat Jenderal Binamarga
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
72
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1985 mengatur tentang kelas fungsi jalan sistem
sekunder sebagai berikut:
b. Kawasan primer adalah: kawasan kota yang mempunyai fungsi primer. Fungsi
primer adalah fungsi kota dalam hubungannya dengan kedudukan kota sebagai
pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan pelayanan kota dan wilayah
pengembangannya.
c. Kawasan sekunder adalah: kawasan kota yang mempunyai fungsi sekunder. Fungsi
sekunder suatu kota dihubungkan dengan pelayanan terhadap warga kota itu
sendiri yang lebih berorientasi ke dalam dan jangkauan lokal. Fungsi ini dapat
mengandung fungsi yang terkait pada pelayanan jasa yang bersifat pertahanan
keamanan yang selanjutnya disebut fungsi sekunder yang bersifat khusus.
d. Fungsi primer dan fungsi sekunder harus tersusun teratur dan tidak terbaurkan.
Fungsi primer, sekunder kesatu, sekunder kedua, dan seterusnya terlihat dalam
satu hubungan hirarki.
e. Fungsi sekunder adalah: fungsi kota dalam hubungan dengan kedudukan kota
sebagai pusat pelayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
73
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan suatu jenis
fasilitas dalam melayani kebutuhan penduduk. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki
tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki kemampuan
pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduk..
Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threats), yaitu suatu analisis yang
bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki, sehubungan dengan kegiatan
pengembangan kawasan yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan
terhadap:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
74
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tabel 4-3
Matriks Umum Analisis SWOT
F. Internal STRENGTH WEAKNESS
F. Eksternal (Kekuatan) (+) (Kelemahan) (-)
OPPORTUNITY
Strategi S_O Strategi W-O
(Peluang) (+)
THREAT
(Hambatan) (-) Strategi S-T Strategi W-T
Melalui analisis SWOT ini diharapkan akan dapat diketahui akar masalah yang ada, potensi
dan kekuatan yang dapat diberdayakan untuk membangun kawasan perencanaan,
menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan membuat metode pemecahan
masalah serta metode untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui strategi-
strategi sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
75
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Gambar 4-3
Kerangka Pemikiran Penyusunan Review RDTR Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
76
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan merupakan nilai dan/atau kualitas terukur yang
akan dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata
ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota dan apabila diperlukan dapat dilengkapi dengan
prinsip-prinsip. Tujuan penataan ruang wilayah perencanaan lebih mengarah ke tema kawasan
sehingga tujuan berisi tema yang akan direncanakan di wilayah perencanaan.
a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana jaringan,
penetapan bagian dari wilayah RDTR yang diprioritaskan penanganannya, dan
penyusunan peraturan zonasi;
b. menjaga konsistensi dan keserasian pembangunan kawasan perkotaan dengan
RencanaTata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
Rencana pola ruang dalam RDTR Kabupaten/Kota merupakan rencana distribusi sub zona
peruntukan (hutan lindung, zona yang memberikan perlindungan terhadap zona bawahannya,
zona perlindungan setempat, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, industri, RTNH,
dan penggunaan lainnya) ke dalam blok-blok. Peta pola ruang juga berfungsi sebagai zoning
map bagi Peraturan Zonasi, baik apabila Peraturan Zonasi dipisah maupun disatukan dengan
RDTR.
a. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah perencanaan;:
b. sebagai dasar penerbitan izin pemanfaatan ruang;
c. sebagai dasar penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
d. sebagai dasar penyusunan rencana jaringan prasarana RDTR.
a. daya dukung dan daya tampung ruang dalam wilayah perencanaan; dan
b. prakiraan kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan
pelestarian fungsi lingkungan.
a. mengacu pada rencana pola ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten/Kota;
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
77
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Rencana pola ruang tersebut di atas digambarkan kedalam peta wilayah perencanaan. Setiap
wilayah perencanaan terdiri atas sub wilayah perencanaan yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
78
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
c. jangkauan dan batasan pelayanan untuk keseluruhan wilayah perencanaan kota yang
memperhatikan rencana struktur ruang RTRW.
Setiap sub wilayah perencanaan terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara
lain seperti jalan, sungai dan sebagainya. Pengilustrasian pertampalan peta yang didelineasi
berdasarkan fisik (wilayah perencanaan, sub wilayah perencanaan dan blok) hingga peta yang
didelineasi berdasarkan fungsi (zona dan sub zona) dapat dilihat pada contoh gambar di bawah
ini.
Gambar 4-4
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan
Dalam hal luas wilayah perencanaan relatif kecil, rencana pola ruang dapat langsung
digambarkan ke dalam blok. Contoh pendelineasian peta yang digambarkan dari wilayah
perencanaan ke sub wilayah perencanaan hingga blok dapat dilihat pada Gambar 4-5, dan
contoh pendeliniasian peta yang digambarkan dari wilayah perencanaan langsung ke blok
dapat dilihat pada Gambar 4-6.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
79
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Gambar 4-5
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan ke Sub Wilayah Perencanaan dan Blok
Gambar 4-6
Ilustrasi Pembagian Wilayah Perencanaan langsung ke Blok
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
80
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Gambar 4-7
Ilustrasi Pembagian Sub Zona di dalam Blok dan Sub Blok pada satu Sub Wilayah Perencanaan
Apabila wilayah perencanaan terlalu luas untuk digambarkan kedalam satu peta berskala
1:5000, maka peta rencana pola tersebut dapat digambarkan lagi kedalam beberapa lembar
peta dimana pembagiannya tergantung dari sub wilayah perencanaan, seperti yang dapat
dilihat pada contoh Gambar 4-8.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
81
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Gambar 4-8
Ilustrasi Peta Pola Ruang (zoning map)
Ketentuan penggambaran peta rencana pola ruang sekaligus zoning map adalah sebagai
berikut:
a. rencana pola ruang RDTR digambarkan pada peta dengan tingkat ketelitian skala
minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan sistem informasi geografis yang dikeluarkan
oleh lembaga yang berwenang;
b. cakupan rencana pola ruang RDTR meliputi ruang darat dan dapat meliputi ruang laut
dengan batasan 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai di wilayah kabupaten/kota
atau sampai batas negara yang disepakati secara internasional apabila kabupaten/kota
terkait berbatasan laut dengan negara lain;
c. rencana pola ruang RDTR dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta yang
tersusun secara beraturan mengikuti ketentuan yang berlaku;
d. peta rencana pola ruang RDTR juga berfungsi sebagai zoning map bagi peraturan zonasi;
e. peta rencana pola ruang RDTR harus sudah menunjukkan batasan persil untuk wilayah
yang sudah terbangun.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
82
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Rencana jaringan pergerakan dalam RDTR merupakan seluruh jaringan primer dan
jaringan sekunder pada wilayah perencanaan yang meliputi: jalan arteri, jalan kolektor,
jalan lokal, jalan lingkungan,dan jaringan jalan lain nya yang tidak termasuk dalam
jaringan pergerakan yang direncanakan dalam RTRW, terdiri atas:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
83
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
1) jaringan subtransmisi yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari sumber daya
besar (pembangkit) menuju jaringan distribusi primer (gardu induk) yang terletak di
wilayah perencanaan (jika ada);
2) jaringan distribusi primer (jaringan SUTUT, SUTET, SUTT) berfungsi menyalurkan
daya listrik dari jaringan subtransmisi menuju jaringan distribusi sekunder,
infrastruktur pendukung pada jaringan distribusi primer meliputi :
i. gardu induk berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan subtransmisi (70-
500 kv) menjadi tegangan menengah ( 20 kv)
ii. gardu hubung berfungsi membagi daya listrik dari gardu induk menuju gardu
distribusi;
3) jaringan distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan/ menghubungkan daya
listrik tegangan rendah ke konsumen, infrastruktur pendukung pada jaringan
distribusi sekunder adalah gardu distribusi yang berfungsi menurunkan tegangan
primer ( 20 kv) menjadi tegangan sekunder (220v /380 v);
4) penjabaran jaringan pipa minyak dan gas bumi, di wilayah perencanaan (jika ada);
(sesuai UU no.20 tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan,Kepmen ESDM no.865
tahun 2003 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan).
Rencana pengembangan jaringan air minum berupa rencana kebutuhan dan sistem
penyediaan air minum, yang terdiri atas:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
84
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Prasarana dan sarana air limbah dilakukan melalui sistem pembuangan air limbah
setempat (onsite) dan atau terpusat (offsite).
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
85
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
bersangkutan, yang dianggap memiliki prioritas tinggi dibandingkan bagian dari wilayah
perencanaan lainnya;
b. sebagai dasar penyusunan rencana yang lebih teknis, seperti RTBL dan rencana teknis
pembangunan yang lebih rinci lainnya; dan
c. sebagai pertimbangan dalam penyusunan indikasi program utama RDTR.
a. dapat merupakan faktor kunci mendukung perwujudan rencana pola ruang, rencana
jaringan prasarana, dan pelaksanaan peraturan zonasi di wilayah perencanaan;
b. dapat mendukung tercapainya agenda pembangunan;
c. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang memiliki nilai penting dari sudut
kepentingan ekonomi , sosial-budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi tinggi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dan/atau memiliki nilai
penting lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah perencanaan;
d. dapat merupakan bagian dari wilayah perencanaan yang dinilai perlu didikembangkan,
diperbaiki, dan/atau direvitalisasi agar dapat mencapai standar tertentu berdasarkan
pertimbangan ekonomi , sosial-budaya, dan/ atau lingkungan.
A. Lokasi
Lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang diprioritaskan penanganan nya perlu
digambarkan dalam peta. Batas delineasi lokasi bagian dari wilayah perencanaan yang
diprioritaskan penanganannya, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
86
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
B. Tema Penanganan
Gambar 4-9
Ilustrasi Kawasan Koridor Utama Wilayah Perencanaan
Arahan pemanfaatan ruang dalam RDTR kabupaten/kota merupakan upaya mewujudkan RDTR
dalam bentuk program penataan ruang/pengembangan untuk wilayah perencanaan dalam
jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun masa perencanaan
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
87
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
sebagaimana diatur dalam pedoman ini. Arahan pemanfaatan ruang ini bersifat optional dalam
penyusunannya dan tergantung oleh kebutuhan daerah masing-masing.
a. mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di wilayah
perencanaan serta mendukung perwujudan bagian dari wilayah perencanaan yang
diprioritaskan penanganannya;
b. mendukung program penataan ruang wilayah kabupaten/kota;
c. realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
d. konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka
waktu tahunan maupun antarlima tahunan; dan
e. terjaganya sinkronisasi antarprogram dalam satu kerangka program terpadu
pengembangan wilayah kabupaten/kota.
Program dalam rencana pemanfaatan ruang apabila dibuat dalam dokumen RDTR Kabupaten/
Kota memuat:
Program pemanfaatan ruang ini dapat memuat kelompok program sebagai berikut:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
88
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Peraturan Zonasi memuat ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan, ketentuan intensitas
pemanfaatan ruang, ketentuan tata massa bangunan, ketentuan prasarana dan sarana
minimum, ketentuan tambahan, ketentuan khusus, standar teknis, teknik pengaturan zonasi,
ketentuan pelaksanaan dan ketentuan perubahan peraturan zonasi.
Pengelompokan materi terdiri atas materi wajib dan materi optional. Materi wajib adalah
materi yang harus ada dalam peraturan zonasi. Materi optional adalah materi yang dapat
dimasukkan dalam peraturan zonasi apabila dianggap perlu. Komponen dari materi wajib
berupa dan materi opsional dapat dilihat pada tabel berikut ini.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
89
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tabel 4-4
Pengelompokan Materi Pengaturan Zonasi
Materi Wajib Materi Opsional
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan Ketentuan tambahan
Ketentuan intensitas pemanfaatan ruang Ketentuan khusus
Ketentuan tata masa bangunan Standar teknis
Ketentuan prasarana dan sarana minimum Teknik pengaturan zonasi
Ketentuan pelaksanaan
Ketentuan perubahan peraturan zonasi
Sumber: Permen PU No. 20 th. 2011
Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan adalah ketentuan yang berisi kegiatan dan
penggunaan ruang yang diperbolehkan, bersyarat secara terbatas, diperbolehkan bersyarat
dan tidak diperbolehkan pada suatu zona.
Tabel 4-5
Komponen Ketentuan Teknis Zonasi Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Klasifikasi Arti Keterangan
I Pemanfaatan Sifatnya sesuai dengan peruntukan ruang yang direncanakan. Hal ini
Diperbolehkan / Diizinkan berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau tindakan lain
dari pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pemanfaatan tersebut
T Pemanfaatan Bersyarat Pemanfaatan bersyarat secara terbatas mengandung arti bahwa
secara Terbatas pemanfaatannya mengandung batasan-batasan sebagai berikut:
1) pembatasan pengoperasian,baik dalam bentuk pembatasan waktu
beroperasinya suatu kegiatan di dalam subzona ataupun
pembatasan jangka waktu pemanfaatan lahan untuk kegiatan
tertentu yang diusulkan;
2) pembatasan intensitas ruang, baik KDB, KLB, KDH, jarak bebas,
atau pun ketinggian bangunan. Pembatasan ini dilakukan
pemerintah kota/kabupaten dengan menurunkan nilai maksimum
dan meninggikan nilai minimum dari intensitas ruang dalam
peraturan zonasi;
3) pembatasan jumlah pemanfaatan, jika pemanfaatan yang
diusulkan telah ada serta mampu melayani dan belum memerlukan
tambahan (contoh, dalam sebuah zona perumahan yang telah
cukup jumlah fasilitas peribadatannya) maka pemanfaatan
tersebut tidak boleh diijinkan atau diijinkan terbatas dengan
pertimbangan khusus.
B Pemanfaatan Bersyarat Jika sebuah pemanfaatan ruang memiliki tanda B atau merupakan
Tertentu pemanfaatan bersyarat tertentu, berarti untuk mendapatkan ijin,
diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan ini
diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut memiliki dampak
yang besar bagi lingkungan sekitarnya. Persyaratan ini berupa
bersyarat umum dan bersyarat spesifik.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
90
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Tabel 4-6
Komponen Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
No. Komponen Keterangan
1. Koefisien Dasar Bangunan Maksimum Penetapan Koefisien Dasar Bangunan Maksimum
(KDB Maksimum) didasarkan pada pertimbangan tingkat
pengisian/peresapan air (KDH Minimum), kapasitas
drainase, jenis Penggunaan Lahan
2. Koefisien Lantai Bangunan Maksimum Penetapan besar KLB Maksimum didasarkan pada
(KLB Maksimum) pertimbangan harga lahan, ketersediaan dan tingkat
pelayanan prasarana (jalan) dampak atau kebutuhan
terhadap prasarana tambahan serta ekonomi dan
pembiayaan.
3. Ketinggian Bangunan Maksimum
4. Koefisien Dasar Hijau Minimum Koefisien dasar Hijau Minimum adalah koefisien yang
(KDH Minimum) dapat digunakan untuk mewujudkan Ruang Terbuka
Hijau dan diberlakukan secara umum pada suatu zonasi.
Pertimbangan besar KDH Minimum didasar kan pada
pertimbangan tingkat pengisian/peresapan air,
kapasitas drainase.
Sumber: Permen PU No. 20 th. 2011
Ketentuan prasarana dan sarana minimum sebagai kelengkapan dasar fisik lingkungan dalam
rangka menciptakan lingkungan yang nyaman dengan menyediakan prasarana dan sarana yang
sesuai untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, bongkar muat,
dimensi jaringan jalan dan kelengkapan jalan serta kelengkapan prasarana lainnya yang
dianggap perlu untuk mendukung berfungsinya zona secara optimal.
1) ketentuan variansi pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan keluwesan aturan yaitu
yang mengatur kelonggaran yang diberikan untuk tidak mengikuti aturan zonasi yang
telah ditetapkan tanpa perubahan berarti pada peraturan zonasi.
2) ketentuan insentif/ disinsentif yaitu ketentuan yang memberikan insentif bagi
pembangunan yang sejalan dengan tata ruang dan memberikan dampak positif bagi
masyarakat luas serta ketentuan disinsentif bagi pembangunan yang menyimpang dan
memberikan dampak negatif bagi masyarakat luas. Altenatif bentuk insentif antara lain
adalah kemudahan izin,keringanan pajak, kompensasi, imbalan, pola pengelolaan,
subsidi prasarana, pengalihan hak membangun dan ketentuan teknis
lainnya,sedangkan alternatif bentuk disinsentif antara lain adalah perpanjangan
prosedur, perketat persyaratan, pajak tinggi, restribusi tinggi, denda,pembatasan
prasarana dan lain sebagainya.
3) ketentuan untuk penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi dimana
penggunaan lahan tersebut sudah ada sebelum peraturan zonasi ditetapkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
91
Bab 4
Pendekatan dan Metodologi
Ketentuan ini dapat diberlakukan bila penggunaan lahan yang tidak sesuai tersebut terbukti
memiliki izin yang sah, diperbolehkan untuk tidak sesuai untuk jangka waktu tertentu atau
dibatasi perkembangannya atau ditarik izinnya dengan memberikan ganti rugi sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
92
BAB 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Pemahaman terhadap alur perencanaan tata ruang diperlukan sebelum menetapkan rencana
kerja Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun yang akan
dilaksanakan. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan kegiatan Review Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kecamatan Kota Bangun menjadi lebih sistematis dan efektif.
Berdasarkan pendekatan dan metodologi yang ditempuh serta jangka waktu pelaksanaan
pekerjaan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun, maka rencana
kerja yang ditawarkan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
1. Mobilisasi Tim
Dalam rangka pemantapan pemahaman bersama mengenai materi dan teknis pekerjaan,
maka Team Leader bertugas mengumpulkan dan mengkoordinir seluruh personil
pelaksana pekerjaan. Selain itu, Team Leader juga bertugas menegaskan kedudukan,
lingkup tugas dan tanggung jawab masing-masing personil yang dilibatkan baik tenaga ahli
maupun tenaga pendukung.
Desk study oleh tenaga ahli diperlukan guna meningkatkan pemahaman mengenai
substansi pekerjaan, baik yang berasal dari peraturan perundangan (di tingkat pusat dan
daerah) maupun literatur-literatur lainnya yang relevan dengan kegiatan Review Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun. Pengkajian literatur dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut:
Studi literatur (Desk Study) dilakukan dengan mengkaji berbagai produk hukum,
peraturan terkait, pedoman/standar teknis dan kebijakan yang berkaitan dengan
kegiatan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun.
Kajian literatur dilakukan terhadap studi dokumen dari proyek yang relevan yang
pernah dilakukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengkajian terhadap studi kasus
yang ada (Case Study) dilakukan guna memperkaya khasanah pemahaman
permasalahan dan alternatif solusi yang relevan yang mungkin bagi penyelesaian
masalah.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
93
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Tahap ini mencakup penyusunan dan pembahasan laporan pendahuluan. Pada tahap ini
Laporan Pendahuluan yang telah disusun dibahas (didiskusikan) bersama tim teknis Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kutai Kartanegara yang dimaksudkan untuk
memperoleh koreksi, masukan dan pengarahan terhadap materi pekerjaan.
Pokok pekerjaan dan hasil tahap persiapan dan pengumpulan data adalah sebagai berikut :
B. Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi untuk pekerjaan Review Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun, maka dilakukan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Survey Instansional
Survey instansional dilakukan guna memperoleh data sekunder yang diperlukan untuk
proses analisis masukan yang didapat dari instansi terkait, berbagai reference
literature dan sumber lain yang relevan dengan pokok bahasan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
94
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Survey objek khusus berupa pengisian daftar pertanyaan yang diajukan antara lain
kepada pengusaha transportasi, pedagang, industri, pengusaha atau rumah tangga,
dan lain-lain.
Wawancara atau diskusi dilakukan dengan pihak terkait yang mengetahui kondisi dan
permasalahan yang ada di daerah, yang dilakukan melalui wawancara perorangan
maupun dalam suatu forum pembahasan (diskusi). Forum pembahasan dilakukan
dengan melibatkan instansi terkait dan perwakilan masyarakat.
Dalam rangka Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun jenis data
yang akan dikumpulkan mencakup:
2. Aspek Pemanfaatan Ruang saat ini (guna lahan eksisting), yang meliputi:
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
95
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
a. Klimatologi;
b. Topografi:
Ketinggian (Elevasi) Lahan
Kemiringan Lahan
c. Geologi dan geomorfologi:
Morfologi
Struktur Geologi
Jenis Tanah
d. Hidrologi;
e. Ekosistem:
Hutan
Rawa
f. Daerah rawan bencana dan kerusakan lingkungan
Daerah rawan bencana (gunung api, banjir, erosi, gempa)
Masalah lingkungan dan pencemaran (polusi dan pencemaran, kerusakan hutan,
dll).
a. Sumberdaya hayati
b. Sumberdaya non hayati
c. Pariwisata
C. Kompilasi Data
Tahap kompilasi data adalah suatu tahap proses seleksi data, tabulasi data dan
mengelompokkan/ mensistematisasikan data sesuai dengan yang diperlukan dalam
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun. Kompilasi data
disajikan sesuai dengan sistematika yang dilengkapi tabel, angka-angka diagram dan peta,
yang disusun sedemikian rupa sehingga mudah dibaca serta siap untuk di analisa.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
96
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
d. Aspek tata guna lahan yang secara umum dirinci menurut jenis-jenis penggunaan
lahan seperti perumahan, pemerintahan, perdagangan, jasa, jalur hijau, ruang
terbuka, transportasi, penggunaan khusus seperti pariwisata, industri,
pergudangan dan sebagainya.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
97
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
98
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
99
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Hasil analisis disajikan sesuai dengan sistematika yang dilengkapi tabel, angka-angka
diagram dan peta, yang disusun sedemikian rupa sehingga mudah dibaca serta mudah
diinterpretasikan.
Dari hasil analisis-analisis yang dilakukan, selanjutnya dipilah dengan berdasarkan pada
substansi yang termasuk ke dalam kategori ‘potensi pengembangan’ atau ‘permasalahan
pengembangan’. Potensi pengembangan adalah segala sesuatu yang terdapat (berasal)
dari dalam maupun luar wilayah perencanaan yang dapat dimanfaatkan atau
dikembangkan sebagai modal atau landasan dalam pengembangan wilayah. Sedangkan
permasalahan pengembangan merupakan segala sesuatu yang terdapat (berasal) dari
dalam maupun luar wilayah perencanaan yang keberadaannya merupakan hambatan dan
kendala dalam pengembangan wilayah.
Aktivitas yang dilaksanakan dalam tahap ini dirangkum dalam suatu Laporan Fakta dan
Analisis (Laporan Antara) yang selanjutnya akan dibahas (didiskusikan) bersama tim teknis
(Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang) Kabupaten Kutai Kartanegara.
2. Pokok-pokok materi isi rencana final adalah sama dengan pokok-pokok materi RDTR yang
telah dijelaskan sebelumnya, namun disusun dengan uraian, keterangan dan gambar-
gambar yang lebih lengkap.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
100
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
disertakan pula laporan lainnya yakni berupa Album Peta, hasil dokumentasi kegiatan dan juga
CD software laporan.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
101
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 5-1
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
Mei Juni Juli Agustus September Oktober
No Kegiatan Rencana Waktu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Kontrak
2 Tahap Persiapan
Proses Administrasi Pekerjaan dan Mobilisasi
Tim
Kajian Literatur dan Kebijakan
Penyusunan Program Kerja
Penyusunan Perangkat Survey
Survey Pendahuluan
3 Laporan Pendahuluan
Penyusunan Laporan Pendahuluan
Perbaikan dan Penyerahan Laporan
Pendahuluan
Diskusi Teknis 1: FGD Tk. Kecamatan
Diskusi Teknis 2: FGD Tk. Kecamatan
Diskusi Teknis 3: Pembahasan Pola Ruang
Eksisting
4 Tahap Survey I
Survey Sekunder
Survey Primer
5 Pengolahan Data Hasil Survey
Kajian Internal & Eksternal
Identifikasi Permasalahan
6 Tahap Survey II
Survey Sekunder
Survey Primer
Diskusi 4: Pembahasan Struktur Ruang
7 Analisis Kebutuhan Pelaksanaan
Pengembangan Kawasan dan Pembuatan
Peta
Analisis Fungsi Kawasan
Analisis Kependudukan
Analisis Struktur Ruang dan Struktur Kegiatan
Analisis Pengembangan Daya Dukung
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
102
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
103
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Pada Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun, diperlukan berbagai
disiplin keilmuan. Jumlah tenaga ahli yang terlibat disediakan oleh pihak Konsultan, jumlah
tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah sebanyak 8
(delapan) tenaga ahli, diantaranya yaitu:
Dalam uraian berikut ini akan dijelaskan tentang tugas dan tanggung jawab dari para tenaga
ahli, yaitu :
1. Ketua Tim (Team Leader) : Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota. Berpendidikan minimal S2
di bidangnya.
Mengkoordinir seluruh tim baik tenaga ahli maupun tenaga pendukung yang terlibat.
Bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran pelaksanaan proyek baik secara
administrasi maupun teknis.
Mengkoordinis pekerjaan masing-masing staf ahli sehingga dapat menjaga sinkronisasi
pekerjaan.
Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja.
Bertanggung jawab atas kerangka laporan yang akan diserahkan.
Mengevaluasi rencana kebijaksanaan pembangunan.
Mengevaluasi studi perencanaan terdahulu
Mengidentifikasi struktur ruang wilayah Kota Bangun
Menganalisa sektor-sektor kegiatan di wilayah kawasan Kota Bangun.
Mengevaluasi analisa yang telah dibuat oleh anggota tim.
Bertanggung jawab atas bidang keahliannya.
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
104
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Disamping tenaga ahli utama sebagaimana tersebut di atas, dibantu oleh Asisten Ahli
Perencanaan Wilayah dan Kota dan Tenaga Administrasi, yang secara keseluruhan di koordinir
oleh Ketua Tim (Team Leader). Adapun bagan alir organisasi pekeraan Review Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Gambar 5-1
Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
105
Bab 5
Rencana Kerja Review RDTR
Kecamatan Kota Bangun
Tabel 5-2
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung Pekerjaan Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
Masukan Personil
Orang
No Personil Mei Juni Juli Agustus September Oktober
Bulan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tenaga Ahli
1. Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Team Leader) 6 OB
2. Ahli Arsitektur 1 OB
3. Ahli Lingkungan 1 OB
4. Ahli SIG 1 OB
Tenaga Penunjang
1. Asisten Ahli Planologi 1 OB
2. Administrasi 6 OB
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
106
LAPORAN PENDAHULUAN
Review Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kecamatan Kota Bangun
107