Disusun Oleh :
A. Pengertian
Juvenile Rheumatoid Arthritis adalah peradangan kronis autoimun
pada sendi (arthritis) yang biasanya terjadi pada anak-anak berusia
sebelum 16 tahun dan menetap lebih dari 6 minggu, bahkan bisa
berlangsung selama beberapa bulan atau beberapa tahun. JRA disebut juga
“juvenile idiophatic arthritis” atau penyakit “Still”. JRA berbeda dengan
penyakit remato pada orang dewasa. Pada anak-anak penyakit ini terbilang
ke dalam penyakit kronis, 75% anak-anak bisa pulih dari JRA.
1. Pausiartikular
2. Poliartikular (faktor reumatoid negatif& postif)
3. Onset sistemik
Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) tipepausiartikular dan
poliartikular lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan laki-
laki dengan rasio masing-masing 3 : 1 dan 2,8 : 1. Sedangkan tipe sistemik
terjadi dengan frekuensi yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.
Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) dengan tipepoliartikular faktor
rematoidnegatif memilikipuncak onset bifasik. Puncakpertama terjadipada
usia muda(1-4 tahun), mirip denganJRApausiartikular, dan puncakkedua
terjadi pada usia6-12 tahun.Poliartikular faktor rematoid positif lebihsering
terjadi padaremaja.Juvenile Rheumatoid Arthritis(JRA) tipe
sistemiktidakmemilikipuncak onset usia.
B. Etiologi
Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA)belum banyak diketahui,
diduga terjadi karena respon yang abnormal terhadap infeksi atau faktor
lain yang ada di lingkungan. Peran imunogenetik diduga memiliki
pengaruh yang sangat kuat.Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA)
merupakan penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh secara
keliru menyerang jaringan yang seharusnya dilindungi.Namun, belum
pernah ditemukan autoantibodi spesifik untuk JRA. Penyebab yang
mungkin adalah respon imunyang secara genetik rentan terhadap suatu
antigen (yang belum diketahui). Secara luas dipercaya bahwa pemicu
respon imun awal adalah suatu agen infeksius.
Pada dewasa, antigen MHC klas II HLA-DR4 dan HLA-DR1
dikaitkan dengan peningkatan kerentanan terhadap JRA. Sedangkan pada
anak, peningkatan kerentanan terhadap JRA dikaitkan dengan HLA-DR5
dan HLA-DR8. Protein MHC klas II ini mungkin sama-sama memiliki
sekuen spesifik asam amino yang berkaitan dengan cara menyajikan
antigen tertentu yang kemudian menyebabkan peningkatan kerentanan
terjadinyaradang sendi.Rasa nyeri, peningkatan suhu, kemerahan, dan
efusi mencerminkan peradangan sendi akut.
C. Klasifikasi JRA
Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA) dapat dikategorikan menjadi
3 jenis yaitu Poliartritis, Pauciarticuar (Oligoartritis), dan Sistemik. 3 jenis
JRA ini bisa dilihat berdasarkan:
Sampai kini penyebab ARJ masih belum diketahui dan diakui pula
bahwa ARJ sebetulnya merupakan sekumpulan penyakit yang tidak
homogen. Terdapat banyak sekali faktor etiologi yang dapat menyebabkan
gejala klinis ARJ dengan berbagai faktor penyebab seperti infeksi,
autoimun, trauma, sress, serta factor imunogenetik. Artritis reumatoid
ditandai dengan peradangan sinovial kronis yang nonsupuratif. Jaringan
sinovial yang terkena menjadi edema, hiperemis, serta diinfiltrasi oleh
limfosit darah sel plasma. Bertambahnya cairan sendi menimbulkan
efusi.Penonjolan dari membran sinovial yang menebal membentuk
viliyang menonjol ke dalam ruang sendi; reumatoid sinovial yang
hiperplastik depat menyebar dan melekat pada kartilago artikuler sehingga
terbentuk pannus. Pada sinovitis kronis dan proliferasi sinovial yang
berkelanjutan, kartilago artikuler dan struktur sendi lainnya dapat
mengalami erosi dan rusak secara progresif. Terdapat variasi waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya proses kerusakan sendi yang permanen pada
sinovitis. Pada anak, proses kerusakan kartilago artikuler terjadi lebih
lambat dibandingkan pada dewasa, sehingga anak yang menderita JRA
tidak pernah mendapat cedera sendi permanen walaupun sinovitisnya
lama. Penghancuran sendi terjadi lebih sering pada anak dengan faktor
reumatoid positif atau penyakit tipe sistemik. Bila penghancuran sendi
telah dimulai, dapat terjadi erosi tulang subkhondral, penyempitan ruang
sendi, penghancuran tulang, deformitas dan subluksasi atau ankilosis
persendian. Mungkin dijumpai tenosinovitis dan miositis. Osteoporosis,
periostitis, pertumbuhan epifisis yang dipercepat, dan penutupan epifisis
yang prematur dapat terjadi di dekat sendi yang terkena.
Nodul reumatoid lebih jarang terjadi pada anak dibandingkan orang
dewasa, terutama pada faktor reumatoid positif, dan memperlihatkan
bahan fibrinoid yang dikelilingi oleh sel radang kronis. Pada pleura,
perikardium dan peritoneum dapat terjadi serositis fibrinosis non
spesifik.Nodulreumatoid secara histologis tampak seperti vaskulitis ringan
dengan sedikit sel radang yang mengelilingi pembuluh darah kecil.
Terdapat 4 jenis patogenesis terjadinya JRA, yaitu :
1. Berhubungan dengan molekul HLA dan non HLA
Gen HLA merupakan faktor genetik penting pada JRA karena
fungsi utama dari gen ini sebagai APC ke sel T. Hubungan antara HLA
dengan JRA berbeda-beda tergantung subtipe JRA. Secara spesifik
oligoartritis dihubungkan dengan genHLA-A2, HLA-DRB1*11, dan HLA-
DRB1*08. Faktor reumatoid positif pada poliartritis berhubungan dengan
gen HLA–DR4 pada anak, dan begitu juga pada dewasa. Selain itu, adanya
gen HLA-B27 meningkatkan risiko entesitis terkait artritis.
Protein Tyrosine Phosphatase Nonreceptor 22 (PTPN22)
mengkode suatu fosfatase limfoid spesifik (lyp), suatu varian dalam
pengkodean region di gen ini. Gen ini dihubungkan dengan sejumlah
penyakit autoimun yang juga telah teridentifikasi sebagai suatu lokus
untuk JRA. Efek dari PTPN22 ini bervariasi antara masing-masing subtipe
JRA tetapi secara umum lebih terkait daripada gen HLA. Beberapa gen
lainnya yaitu faktor makrofag inhibitor, IL-6, IL-10 dan TNF α juga
berhubungan dengan JRA.
- Nyeri
Meskipun anak mungkin tidak mengeluhkan nyeri sendi, namun
anak akan menjadi pincang, terutama ketika di pagi hari atau setelah
tidur siang.
- Bengkak
Pembengkakan sendi adalah kondisi umum tetapi seringkali pertama
dilihat pada bagian sendi besar seperti lutut.
- Kekakuan
Jika diperhatikan anak akan lebih lamban daripada biasanya,
terutama di pagi hari atau setelah tidur siang.
Juvenil rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi satu atau banyak
sendi. Dalam beberapa kasus, JRA dapat mempengaruhi seluruh
tubuh yang bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening, ruam dan demam. Seperti bentuk-bentuk lain dari arthritis,
rheumatoid arthritis remaja ditandai dengan ketika gejala muncul
dan ketika gejala menghilang.
Ada 3 jenis yang utama dari JRA:
1. JRA pauciarticular
Hanya mempengaruhi beberapa sendi (biasanya kurang dari empat
sendi: lutut, siku, dan pergelangan kaki) dan muncul pada 50%
anak dengan JRA, lebih sering pada anak perempuan. Penyakit
mata (radang, atau bengkak) juga bisa ikut berkembang.
2. JRA polyarticular
Mempengaruhi banyak sendi dan muncul pada sekitar 30% anak
dengan JRA, lebih umum pada anak perempuan. Leher, lutut,
pergelangan kaki, kaki, pergelangan tangan, dan tangan menjadi
lokasi nyeri. Anak dengan tipe ini mungkin juga mengalami radang
mata.
3. JRA sistemik
Terjadi pada kurang lebih 20% anak dengan JRA, anak laki-laki
dan anak perempuan seimbang. JRA sistemik sering berawal dari
demam, ruam, perubahan pada sel darah, dan nyeri sendi.
F. Penyebab & Faktor resiko
Juvenile rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
menyerang sel dan jaringannya sendiri. Tidak diketahui penyebabnya,
namun faktor keturunan dan lingkungan memiliki peranan tersendiri.
Mutasi gen tertentu dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap faktor
lingkungan seperti virus yang dapat memicu penyakit.Secara umum,
rheumatoid arthritis remaja lebih sering terjadi pada anak perempuan.
Beberapa komplikasi serius dapat terjadi akibat rheumatoid
arthritis. Tetap berhati-hati mengenai kondisi anak, serta mencari
perawatan medis yang tepat dapat mengurangi risiko komplikasi berikut
ini:
Masalah mata. Beberapa bentuk rheumatoid arthritis dapat
menyebabkan peradangan mata (uveitis). Jika tidak diobati,
kondisi ini dapat menyebabkan katarak, glaukoma dan bahkan
kebutaan. Radang mata sering terjadi tanpa disertai gejala,
sehingga penting sekali bagi anak-anak dengan rheumatoid
arthritis remaja untuk menjalani pemeriksaan teratur oleh dokter
mata.
Masalah pertumbuhan. Rheumatoid arthritis remaja dapat
mengganggu pertumbuhan anak dan perkembangan tulangnya.
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati rheumatoid
arthritis remaja, terutama kortikosteroid, juga dapat menghambat
pertumbuhan. Pengobatan untuk rheumatoid arthritis remaja
bertujuan untuk membantu anak mempertahankan tingkat
aktivitas fisik dan sosial secara normal. Untuk mencapai hal ini,
dokter dapat menggunakan kombinasi strategi menghilangkan
rasa sakit dan bengkak, mempertahankan gerakan dan kekuatan
penuh, serta mencegah komplikasi.
G. Penatalaksaan
Obat yang biasa digunakan untuk rheumatoid arthritis remaja
meliputi:
1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs). Obat-obatan
ini, seperti ibuprofen dan naproxen, dapat mengurangi rasa
sakit dan pembengkakan. NSAID yang lebih kuat tersedia
dengan resep dokter. Efek samping yang muncul dapat berupa
sakit perut dan masalah hati.
2. Disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs). Dokter
menggunakan obat ini ketika NSAID ketika gagal meredakan
gejala nyeri sendi dan bengkak. DMARD dapat diambil dalam
kombinasi dengan NSAID dan digunakan untuk memperlambat
perkembangan rheumatoid arthritis remaja. DMARD yang
umum digunakan untuk anak-anak diantaranya methotrexate
dan sulfasalazine. Efek samping yang mungkin muncul antara
lain mual dan masalah hati.
3. Tumor necrosis factor (TNF) blockers. Penghambat TNF
seperti etanercept dan adalimumab dapat membantu
mengurangi rasa sakit, kekakuan pagi hari dan pembengkakan
sendi. Tapi jenis obat ini dapat meningkatkan risiko infeksi.
Terdapat pula kemungkinan ringan peningkatan risiko beberapa
jenis kanker, seperti limfoma. Penekan imun. Karena
rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh
yang terlalu aktif, maka obat-obatan untuk menekan sistem
kekebalan tubuh dapat membantu. Contohnya antara lain
abatacept, rituximab, anakinra dan tocilizumab. Obat penekan
kekebalan dapat meningkatkan risiko infeksi dan, dalam kasus
yang jarang, beberapa jenis kanker. Kortikosteroid. Obat-
obatan seperti prednison dapat digunakan untuk mengontrol
gejala sampai DMARD bekerja secara efektik atau untuk
mencegah komplikasi, seperti radang kantung sekitar jantung
(perikarditis). Kortikosteroid dapat diberikan melalui mulut
(oral) atau melalui suntikan langsung ke dalam sendi. Akan
tetapi, obat ini bisa mengganggu pertumbuhan normal dan
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi, sehingga mereka
harus digunakan dalam durasi sesingkat mungkin.
Angka kematian tertinggi pada anak-anak dengan JRA terjadi pada pasien
JRA sistemik yang menunjukkan gejala-gejala sistemik. Dasar pengobatan JRA
adalah suportif, bukan kuratif. Modalitas terapi yang digunakan adalah
farmakologi maupun non farmakologi. Modalitas farmakologi diantaranya obat
anti inflamasi nonsteroid (OAINS), analgetik, imunosupresan, obat antireumatik
kerja lambat, dan kortikosteroid. Sedangkan modalitas non farmakologi yaitu
fisioterapi, latihan fisik dan nutrisi.