Anda di halaman 1dari 3

Pengertian

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang


kepada orang lain. Berkomunikasi berarti menyampaikan suatu pesan dari sumber
pesan (komunikator) kepada satu atau lebih penerima pesan (khalayak) dengan
menggunakan seperangkat aturan atau cara tertentu. Komunikasi memerlukan
pengirim pesan, penerima pesan, pesan, serta medianya.

Komunikasi kesehatan merupakan proses komunikasi yang melibatkan pesan


kesehatan, unsur-unsur atau peserta komunikasi. Dalam komunikasi kesehatan
berbagai peserta yang terlibat dalam proses kesehatan antara lain dokter, ahli gizi,
pasien, perawat, profesional kesehatan, atau orang lain. Komunikasi antara tenaga
kesehatan seperti ahli gizi dan pasien adalah bentuk komunikasi kesehatan yang
sifatnya interpersonal yang komplek. Bentuk hubungan komunikasi antara ahli gizi dan
pasien ditekankan pada terjadinya komunikasi efektif antara ahli gizi dan pasien yang
memberikan manfaat.

Kompetensi Komunikasi

Terdapat empat kompetensi komunikasi untuk seorang ahli gizi yaitu


ketrampilan komunikasi interpersonal, komunikasi nonverbal, nilai-nilai profesional,
dan kemampuan konseling. Syarat utama untuk seorang ahli gizi berkomunikasi
dengan pasien adalah mendapat kepercayaan dari pasien bahwa ahli gizi tersebut
berkompeten dengan profesi mereka. Komunikasi efektif dapat terjadi antara ahli gizi
dan pasien jika terjadi penggabungan dari keempat kompetensi komunikasi.

Kepercayaan hanya berasal dari cara menyajikan informasi yang seimbang dari
sumber-sumber yang kredibel, dan berkomunikasi ini cara-cara yang populasi umum
akan mengerti. Ada beberapa tantangan ketika berkomunikasi informasi ilmiah kepada
pasien :

- Konsumen bukan ilmuwan dan mereka sudah harus memiliki pandangan


sebelumnya

- Mereka ingin kepastian, mereka ingin tahu apa saja hal-hal yang sehat
atau tidak sehat.

- Mereka merasa sulit untuk mengubah perilaku makan.

1
- Tidak semua konsumen adalah sama, jadi ada cara komunikasi dan
pendekatan berbeda pula ntuk orang yang bebeda.

Gambaran atau tujuan dari komunikasi dapat terjadi jika edukasi gizi yang
dilakukan lebih kepada kerjasama dan kolaborasi dengan pasien dibandingkan dengan
model pemberian intruksi dan saran. Metode yang langsung memberikan saran dan
intruksi ini dipandang sebagai hanya menyediakan komunikasi satu arah dari ahli gizi
kepada pasien saja. Sedangkan konsep kolaborasi didasarkan pada konseling, usaha
kerjasama yang didasarkan pada berbagi info dan pengambilan keputusan bersama, di
mana pengalaman pasien sendiri dan pengetahuan menjadi sangat penting dalam
memengaruhi hubungan. Cara seperti ini lebih cocok dengan model ideal dari seorang
konselor gizi, yang melibatkan praktek komunikasi dua arah. Dalam konseling gizi,
keterampilan komunikasi yang diperlukan itu lebih kompleks daripada komunikasi
sehari-hari dan membutuhkan kedalaman dalam mendengarkan, keterampilan
berbahasa spesialis, dan pengetahuan tentang teori-teori perubahan perilaku untuk
membantu pasien memecahkan masalah.

Pendekatan empati komunikasi sangat penting dan disarankan untuk para ahli
gizi agar secara aktif mengupayakan untuk mencapai empati dengan pasien mereka.
Empati melibatkan kepedulian dengan cara yang benar-benar asli dan menerima serta
mengembangkan pemahaman sensitif dan akurat dengan cara merasakan
pengalaman pasien, sementara pada saat yang sama menjaga identitas sendiri. Ahli
gizi adalah pendengar yang terampil, dan digunakan sebagai kunci mendengarkan
bagian dari pemahaman 'di mana pasien sedang berada’, yang membuat pasien
merasa bahwa cerita mereka didengar. Ahli gizi menunjukkan empati dengan
berkomunikasi untuk mendapatkan pemahaman yang membantu mereka menunjukkan
penerimaan kepada pasien, dan pada gilirannya dirasakan bahwa ini membantu
pasien untuk mengungkapkan lebih informasi kepada ahli gizi, pemahaman bersama
tersebut diperlukan pada hubungan kolaborasi. Hal ini dilakukan untuk mencapai
tujuan yaitu pertukaran informasi. Ahli gizi perlu untuk mendapat informasi yang tepat
agar bisa menentukan intervensinya, sedangkan pasien pasien perlu mengetahui
dan memahami dan merasa dikenal dan dipahami Empati digambarkan sebagai
seluruh rangkaian keterampilan untuk memahami pasien, dan rangkaian sikap yang
mungkin telah dikembangkan oleh ahli gizi sebagai sifat-sifat pribadi. Dalam konseling,
empati dapat digunakan di tingkat yang lebih tinggi dan lebih berisiko sebagai 'empati
aditif'. Yaitu menambahkan perasaan dengan apa yang diungkapkan untuk menguji

2
pengalaman pasien. Praktek ini mungkin menjadi penanda keterampilan komunikasi
tingkat tinggi.
Nilai intrapersonal adalah komponen kompetensi yang mencerminkan
kepribadian dan motif. Namun, nilai-nilai yang dipegang oleh ahli gizi juga dapat
ditampilkan sebagai keterampilan. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik
(creating a good interpersonal relationship) merupakan prasyarat untuk perawat medis.
Hubungan ahli gizi dan pasien yang sukses dan komunikatif dapat berdampak positif
bagi pasien seperti, kepuasan pengetahuan dan pemahaman, kepatuhan terhadap
pengobatan dan hasil kesehatan yang terukur. Kualitas afektif dari hubungan dokter
dan pasien merupakan penentu utama dari kepuasan pasien dan kepatuhan terhadap
pengobatan. Secara khusus, keakraban, perhatian, hal positif, kurangnya ketegangan
dan ekspresi non-verbal menjadi elemen paling penting dalam membangun dan
memelihara hubungan kerja yang baik.

Kesimpulan
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa ahli gizi perlu untuk menampilkan
kompetensi komunikasi tingkat tinggi karena tujuan komunikasi mereka adalah
memberikan edukasi gizi kepada pasien. Sebuah teori kinerja profesional dalam
komunikasi yaitu keterampilan komunikasi interpersonal, komunikasi nonverbal, nilai-
nilai profesional, dan keterampilan konseling sebagai kompetensi yang diinginkan dari
ahli gizi dalam memberikan pendidikan gizi untuk individu. Secara khusus hubungan
interpersonal ahli gizi dan pasien yang baik dan meningkat ketika konteks
komunikasi interpersonal berlangsung dengan keramahan ahli gizi, perilaku
sopan, percakapan sosial, perilaku mendorong dan empatik, dan membangun
kemitraan, dan ekspresi empati selama konsultasi.

Anda mungkin juga menyukai