Anda di halaman 1dari 12

Dinamika Ekonomi Islam

Ekonomi Islam merupakan salah satu jawaban dari bagaimana visi Islam direalisasikan, proses realisasi
visi Islam adalah mewujudkan ekonomi Islam dalam bentuk realitas. Proses mewujudkan ekonomi Islam
menjadi sebuah realitas dapat dilihat dari dua wujud yang saat ini sudah berkembang, yaitu wujud teori
ekonomi Islam dan praktik ekonomi Islam.

Ada dua kekuatan besar yang mempengaruhi kehidupan dunia, yaitu ekonomi dan agama.
Terintegrasikannya dua kekuatan ini dalam satu wadah ekonomi Islam adalah merupakan penyatuan
kembali bahwa kehidupan ini berhulu dan bermuara pada satu, yaitu Allah SWT (tauhīd). Secara prinsip
tauhid adalah menekankan kesatuan alam semesta, kesatuan kebenaran dan pengetahuan serta
kesatuan hidup atas dasar dan menuju Allah SWT. Dalam pemahaman Islam seharusnya tidak ditemukan
kontradiksi antara dua hal, yang apalagi mempengaruhi pribadi-pribadi muslim menjadi pribadi yang
pecah (split personality).

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika ekonomi islam harus dapat
menyesuaikan dan menjawab semua perkembangan ekonomi global saat ini. Ekonomi islam harus tampil
sebagai ekonomi terdepan /terkuat dunia khususnya di Indonesia. Dewasa ini kehidupan ekonomi telah
menjadi standar kehidupan individu dan kolektif suatu negara-bangsa. Keunggulan suatu negara diukur
berdasarkan tingkat kemajuan ekonominya. Ukuran derajat keberhasilan menjadi sangat materialistk.
Oleh karena itu, ilmu ekonomi menjadi amat penting bagi kehidupan suatu bangsa.

Sementara itu perkembangan ekonomi Islam akhir-akhir ini begitu pesat, baik sebagai ilmu pengetahuan
maupun sebagai sebuah sistem ekonomi telah mendapat banyak sambutan positif di tingkat global.
Sehingga dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan, baik dalam bentuk kajian akademis di
Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta, dan secara praktik operasional.

Sistem Keuangan Islam merupakan bagian dari konsep yang lebih luas tentang ekonomi Islam. Sistem
keuangan Islam bukan sekedar transaksi komersial, tetapi harus sudah sampai kepada lembaga keuangan
untuk dapat mengimbangi tuntutan zaman. Bentuk sistem keuangan atau lembaga keuangan yang sesuai
dengan prinsip Islam ádalah terbebas dari unsur riba. Kontrak keuangan yang dapat dikembangkan dan
dapat menggantikan sistem riba adalah mekanisme syirkah yaitu : musyarakah dan mudharabah (bagi
hasil).

Perkembangan ekonomi Islam adalah salah satu harapan untuk mewujudkan visi Islam tersebut.
Perkembangan ekonomi Islam adalah salah satu harapan untuk mewujudkan visi Islam
tersebut.Perkembanga ini juga dapat ditandai dengan berkembangnya ekspansi industri perbankan dan
keuangan syariah belakangan ini mengalami kemajuan yang sangat pesat, seperti perbankan syariah,
asuransi syariah, pasar modal syariah, reksadana syariah, obligasi syariah, pegadaian syariah, Baitul Mal
wat Tamwil (BMT). Demikian pula di sektor riil, seperti Hotel Syariah, Multi Level Marketing Syariah,
Wisata Syariah dsb.
Ekonomi Islam yang ada sekarang, teori dan praktik, adalah hasil nyata dari upaya operasionalisasi
bagaimana dan melalui proses apa visi Islam tersebut dapat direalisasikan. Walau harus diakui bahwa
yang ada sekarang belum merupakan bentuk ideal dari visi Islam itu sendiri. Bahkan menjadi sebuah
ironi, sebagian umat Islam yang seharusnya mengemban visi tersebut, saat ini distigmakan sebagai
teroris, koruptor, munafik, pembalak. Dan sebagian umat Islam yang lain tidak henti-hentinya saling
mencurigai, berburuk sangka, berperang dan bahkan saling mengkafirkan antarsesama mereka. Hikmah
didirikannya ekonomi islam pun sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi islam ini mengajarkan
pada kita bahwa perbuatan riba itu adalah perbuatan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan
mengajarkan pada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu ekonomi islam juga sebagai wadah
menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT.

Ekonomi Islam adalah satu bentuk integral dalam mewadahi, Prinsip-prinsip ekonomi dalam Islam
berasal dari ayat Al-Qur’an: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiaanmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.”

Pemikiran dan aktivitas ekonomi syariah di Indonesia akhir abad ke-20 lebih diorientasikan pada
pendirian lembaga keuangan dan perbankan syariah. Salah satu pilihanya adalah gerakan koperasi yang
dianggap sejalan atau tidak bertentangan dengan syariah Islam. Oleh karena itu, gerakan koperasi
mendapat sambutan baik oleh kalangan santri dan pondok pesantren. Gerakan koperasi yang belum
sukses disusul dengan pendirian bank syariah yang relatif sukses. Walaupun lahirnya kedahuluan oleh
Philipina, Denmark, Luxemburgdan AS, akhirnya Bank Islam pertama di Indonesia lahir dengan nama
Bank Mu’amalat pada tahun 1992. Kelahiran bank Islam di Indonesia hari demi hari semakin kuat karena
beberapa faktor: 1) adanya kepastian hukum perbankan yang melindunginya; 2) tumbuhnya kesadaran
masayarakat manfaatnya lembaga keuangandanperbankan syariah; 3) dukungan politik atau political will
dari pemerintah. Akan tetapi, kelahiran bank syariah di Indonesia tidak diimbangi dengan pendirian
lembaga-lembaga pendidikan perbankan syariah.

Maraknya perbankan syariah di tanah air tidak diimbangi dengan lembaga pendidikan yang memadai.
Akibatnya, perbankan syariah di Indonesia baru pada Islamisasi nama kelembagaanya. Belum Islamisasi
para pelakunya secara individual dan secara material. Maka tidak heran jika transaksi perbankan syariah
tidak terlalu beda dengan transaksi bank konvensional hanya saja ada konkordansi antra nilaisuku
bungan dengan nisbah bagihasil. Bahkan terkadang para pejabat bank tidak mau tahu jika nasabahnya
mengalami kerugian atau menurunya keuntungan. Mereka “mematok” bagi hasil dengan rate yang
benar-benar menguntungkan bagi pihak bank secara sepihak. Di lain pihak, kadangkala ada nasabah
yang bersedia mendepositkan dananya di bank syariah dengan syarat meminta bagi hasilnya minimal
sama dengan bank konvensional milik pemerintah. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan perbankan
syariah, yang pasti dan faktual adalah bahwa ia telah memberikan konstribusi yang berarti dan
meaningfull bagi pergerakan roda perekonomian Indonesia dan mengatasi krisis moneter.
Munculnya praktek ekonomi Islam di Indonesia pada tahun 1990-an yang dimulai dengan lahirnya
Undang-undang No. 10 Tahun 1992 yang mengandung ketentuan bolehnya bank konvensional
beroperasi dengan sistem bagi hasil. Kemudian pada saat bergulirnya era reformasi timbul amandemen
yang melahirkan UU No 7 Tahun 1998 yang memuat lebih rinci tentang perbankan syariah. Undang-
undang ini mengawali era baru perbankan syari’ah di Indonesia, yang ditandai dengan tumbuh pesatnya
bank-bank syari’ah baru atau cabang syari’ah pada bank konvensional. Maka praktek keuangan syari’ah di
Indonesia memerlukan panduan hukum Islam guna mengawal pelaku ekonomi sesuai dengan tuntunan
syari’at Islam. Perkembangan berikutnya, MUI sebagai payung dari lembaga-lembaga organisasi
keagamaan (Islam) di Tanah Air menganggap perlu dibentuknya satu badan dewan syariah yang bersifat
nasional (DSN) dan membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah.
Hal ini untuk memberi kepastian dan jaminan hukum Islam dalam masalah perbankan syariah sejak
diberlakukannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan peluang
didirikannya bank syariah.

DSN-MUI sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 2005 telah banyak mengeluarkan fatwa-fatwa tentang
ekonomi Islam (mu’amalah maliyah) untuk menjadi pedoman bagi para pelaku ekonomi Islam khususnya
perbankan syari’ah. Dalam metode penerbitan fatwa dalam bidang mu’amalah maliyah diyakini
menggunakan kempat sumber hukum yang disepakati oleh ulama suni; yaitu Al-Quran al Karim, Hadis
Nabawi, Ijma’ dan Qiyas, serta menggunakan salah satu sumber hukum yang masih diperselisihkan oleh
ulama; yaitu istihsan, istishab, dzari’ah, dan ‘urf.

Dalam proses penerbitan fatwa diperkirakan mempelajari empat mazhab suni, yaitu imam mazhab yang
empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali disamping pertimbangan lain yang bersifat temporal dan
kondisional. Oleh karena itu, perlu mengkaji secara seksama dan perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui sifat fatwa-fatwa MUI dalam bidang ekonomi Islam dari segi metode perumusannya, sisi
ekonomi di sekelilingnya dan respons masyarakat terhadap fatwa-fatwa itu.

Di Indonesia, atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia bersama kalangan pengusaha muslim sejak 1992
telah beroperasi sebuah bank syari’ah, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang sistem operasionalnya
mengacu pada No. 72 tahun 1992 tentang bank bagi Hasil. Pada tahun 1998, disahkan Undang-undang RI
No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan. Secara legal,
perbankan syari’ah telah diakui sebagai subsistem perbankan nasional.

Di tengah dinamika tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan syari’ah, pada tahun 1997 krisis
ekonomi datang menerjang memporak-porandakan sistem perbankan nasional. Pada Oktober 2001,
laporan Majalah Investasi terjadi lagi satu bank konvensional yang dibekukan atau Bank Beku Kegiatan
Usaha (BBKU). Dari 240 bank sebelum krisis, kini hanya tinggal 73 bank swasta yang dapat bertahan
tanpa bantuan pemerintah. Keadaan ini berbalik dengan lembaga keuangan syari’ah yang berkembang
secara pesat adalah antara lain bank syari’ah, BPRS dan BMT. Bank Syari’ah berkembang berdampingan
dengan bank-bank konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya Bank BNI Syari’ah, Bank
Syari’ah Mandiri , Bank Bukopin Syari’ah, Bank Danamon Syari’ah, BII Syariah. Di samping itu berkembang
juga lembaga keuangan syari’ah yang bersifat mikro, yang bergerak di kalangan ekonomi bawah, yaitu
BMT (Baitul Maal wat-Tamwil).
Semakin meningkatnya minat masyarakat dengan ekonomi perbankan secara islami, ekonomi islam
mendapat tantangan yang sangat besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu:
Pertama, ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuanganya. Kedua, bagaimana sistem ekonomi
islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat,
dapat menghapus kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat
memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh negara lain. Dan yang
ketiga, mengenai perangkat peraturan; hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional maupun dalam
skala internasional. Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu adanya membangun jaringan kerja sama
dalam mengembangkan ekonomi islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek untuk
menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam penyelenggaraan kajian melalui
forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam melaksankan pengenalan tentang sistem ekonomi
islam kepada masyarakat luas. Dengan cara seperti itu, maka InsyaAllah segala ujian yang diberikan dapat
dipikirkan dan ditemukan solusinya secara bersama sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam
pembangunan ekonomi seluruh umat.

Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi islam merupakan bagian penting dari pembangunan
ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, Indonesia harus tampil sebagai tolak ukur dalam
perkembangan ekonomi islam , Indonesia global player ekonomi syariah. Perkembangan ekonomi Islam
adalah wujud dari upaya menerjemahkan visi Islam rahmatan lil ‘alamin, kebaikan, kesejahteraan dan
kemakmuran bagi alam semesta, termasuk manusia di dalamnya. Tidak ada penindasan antara pekerja
dan pemilik modal, tidak ada eksploitasi sumber daya alam yang berujung pada kerusakan ekosistem,
tidak ada produksi yang hanya berorientasi untung semata, jurang kemiskinan yang tidak terlalu dalam,
tidak ada konsumsi yang berlebihan dan mubadzir, tidak ada korupsi dan mensiasati pajak hingga
trilyunan rupiah, dan tidak ada tipuan dalam perdagangan dan muamalah lainnya. Dalam kondisi
tersebut, manusia menemukan harmoni dalam kehidupan, kebahagiaan di dunia dan insya Allah di
kehidupan sesudah kematian nantinya.

Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia

Ekonomi islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam kajian akademis di
perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional. Dalam bentuk pengajaran, ekonomi islam telah
dikembangkan di beberapa universitas baik di negara-negara muslim, maupun di negara-negara barat,
seperti USA, Inggris, Australia, dan Iain-lain.

Dalam bentuk praktek, ekonomi islam telah berkembang dalam bentuk lembaga perbankan dan juga
lembaga-lembaga islam non bank lainya. Sampai saat ini, lembaga perbankan dan lembaga keuangan
islam lainya telah menyebar ke 75 negara termasuk ke negara barat (WASPADA online).

Di Indonesia, perkembangan pembelajaran dan pelaksanaan ekonomi islam juga telah mengalami
kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang ekonomi islam telah diajarkan di beberapa perguruan tinggi
negeri maupun swasta. Perkembangan ekonomi islam telah mulai mendapatkan momentum sejak
didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung tentang
sistem ekonomi tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia, bahkan mendapat dukungan langsung dari bapak wakil presiden
Indonesia, Jusuf Kalla.

Sejarah Berdirinya

Sebenarnya aksi maupun pemikiran tentang ekonomi berdasarkan islam memiliki sejarah yang amat
panjang. Pada sekitar tahun 1911 telah berdiri organisasi Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan
tokoh-tokoh atau intelektual muslim saat itu, serta ekonomi islam ini sesuai dengan pedoman seluruh
umat islam di dunia yaitu di dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa jika kamu akan bermuamalah,
hendaklah kamu menuliskannya dengan benar, dan hendaklah orang yang berutang itu mengimlakannya
(apa yang akan dituliskan itu), dan janganlah orang itu mengurangi sedikit pun dari utangnya. Jika orang
yang mengutang itu lemah akalnya atau lemah keadaanya atau tidak mampu mengimlakannya, maka
hendaklah walinya yang mengimlakannya dengan jujur. Selain itu juga harus didatangkan dua orang saksi
dari orang lelaki. Jika tidak ada maka boleh dengan seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu kehendaki, dan jangalah saksi itu enggan memberikan memberi keterangan apabila
mereka dipanggil, dan janganlah engkau jemu menulis utang itu baik kecil maupun besar sampai batas
waktu pembayaranya. Kecuali jika muamalah itu perdagangan tunai kamu, maka tak ada dosa bagi kamu
jika kamu tidak menuliskanya. Dan persaksikanlah apabila kau berjual beli, dan janganlah penulis dan
saksi saling menyulitkan (Q, S Al-Baqarah: 282).

Perkembangan ekonomi islam yang semakin marak ini merupakan cerminan dan kerinduan umat islam di
Indonesia ini khususnya seorang pedagang, berinvestasi, bahkan berbisnis yang secara islami dan
diridhoi oleh Allah swt. Dukungan serta komitmen dari Bank Indonesia dalam keikutsertaanya dalam
perkembangan ekonomi islam dalam negeripun merupakan jawaban atas gairah dan kerinduan dan telah
menjadi awalan bergeraknya pemikiran dan praktek ekonomi islam di dalam negeri, juga sebagai
pembaharuan ekonomi dalam negeri yang masih penuh kerusakan ini, serta awal kebangkitan ekonomi
islam di Indonesia maupun di seluruh dunia, misalnya di Indonesia berdiri Bank Muamalat tahun 1992.

Pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan
lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam atau Bank Syariah malah
bertambah semakin pesat. Pada tahun 1998, sistem perbankan islam dan gerakan ekonomi islam di
Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Tantangan yang harus dihadapi

Namun selain itu sesuai dengan perkembangan ekonomi global dan semakin meningkatnya minat
masyarakat dengan ekonomi perbankan secara islami, ekonomi islam mendapat tantangan yang sangat
besar pula. Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu: Pertama, ujian atas kredibilitas
sistem ekonomi dan keuanganya. Kedua, bagaimana sistem ekonomi islam dapat meningkatkan dan
menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus kemiskinan dan
pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat memajukan ekonomi dalam negeri yang
masih terpuruk dan dinilai rendah oleh negara lain. Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan;
hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional maupun dalam skala internasional. Untuk menjawab
pertanyaan itu, telah dibentuk sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang tersebut yaitu organisasi
IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia).

Organisasi tersebut didirikan dimaksudkan untuk membangun jaringan kerja sama dalam
mengembangkan ekonomi islam di Indonesia baik secara akademis maupun secara praktek. Dengan
berdirinya organisasi tersebut, diharapkan agar para ahli ekonomi islam yang terdiri dari akademisi dan
praktisi dapat bekerja sama untuk menjalankan pendapat dan aksinya secara bersama-sama, baik dalam
penyelenggaraan kajian melalui forum-forum ilmiah ataupun riset, maupun dalam melaksankan
pengenalan tentang sistem ekonomi islam kepada masyarakat luas. Dengan cara seperti itu, maka
InsyaAllah segala ujian yang diberikan dapat dipikirkan dan ditemukan solusinya secara bersama
sehingga pergerakannya bisa lebih efektif dalam pembangunan ekonomi seluruh umat.

Harus diakui bahwa perkembangan ekonomi islam merupakan bagian penting dari pembangunan
ekonomi bangsa dan juga mayoritas muslim, bukan hanya sebuah gerakan sebagaimana penilaian dan
pemikiran oleh sebagian orang yang sama sekali tidak paham tentang karakteristik ekonomi syari’ah.

Hikmah didirikannya ekonomi islampun sangat banyak, salah satunya praktek ekonomi islam ini
mengajarkan pada kita bahwa perbuatan riba (melebih-lebihkan) itu adalah perbuatan dosa besar yang
sangat dibenci oleh Allah SWT dan mengajarkan pada kita agar menjauhi perbuatan tersebut. Selain itu
ekonomi islam juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah
SWT.

Bisakah Ekonomi Syariah di Indonesia Diterapkan?

Sekarang prosentasi masyarakat khususnya Indonesia yang tau lebih2 paham tentang ekonomi syariah
masih kecil sekali. Why?

1. Mengingat perbankan yang lebih dulu ada adalah konvensional, maka loyalitas masyarakat pun udah
keburu lengket terhadap Bank Konvensional tsb. Meski belakangan ada bank yang sesuai dg aturan2
syariat Islam berdiri [yang seharusnya sesuai untuk negeri yang mayoritas penduduknya terbesar muslim
dunia ini], “Yah mo gimana lagi, udah pewe nih,” gitu kata mereka.

2. Kurangnya sosialisasi dari praktisi2 ekonomi dan kesadaran masyarakat sendiri dalam bermuamalat dg
konsep2 syar’i.

3. Masyarakat masih banyak yang tergiur dengan bunga yang ditawarakan oleh Bank Konvensional.
[Kembali lagi, sangat diharapkan sekali kesadaran masyarakat untuk tidak mengindahkan tawaran
persentasi bunga, ok?].

4. Masyarakat masih menganggap bunga dan bagi hasil itu sama saja. [Padahal kan jelas2 beda].
So, apakah bisa ekonomi syariah diterapkan secara menyeluruh sekarang ini? Jawabannya, belum bisa,
mengingat market sharenya masih kecil di perekonomian Indonesia saat ini. Namun, jika ada dukungan
dan komitmen dari masyarakat untuk menjalankan perekonomian yang syar’i, why not?

Ekonomi Islam serta kelebihan dan kekurangannya

Sistem Ekonomi Islam

Sistem ekonomi Islam memiliki bentuk yang jelas dan utuh, dimana sistem berdiri diatas:

Fondasi: sistem finansial non-riba dan non-gharar, sistem moneter yang stabil berbasis emas-dinar,
sistem fiskal berbasis zakat.

Pilar: sistem alokasi melelui mekanisme pasar dengan pengawasan pasar yang luas dan ketat (hisbah),
dan sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan bersama untuk barang-barang yang menguasai
hajat hidup orang banyak.

Atap: sistem insentif moral dan material, dan sistem tujuan maqashid syariah

Fondasi Sistem

· Sistem finansial non-riba, non-maysir dan non-gharar

Islam melarang riba namun tidak melarang laba sebagai hasil (return) untuk usaha wirausahawan
dan modal finansial. Islam memiliki dua bentuk utama pengaturan finansila dari bisnis, yaitu
mudharabah, dan musyarakah. Pada transksi dimana bagi-hasil tidak dapat diaplikasikan, bentuk
pembiayaan lain dapat diterapkan seprti qard al-hasanah, ba’i mu’jal, ba’i salam, ijarah, dan murabahah.

· Sistem moneter berbasis emas-dinar

Dalam Islam, sistem uang yang mendapat dukungan adalah sistem uang yang stabil dan non-
inflatoir. Islam memberi keleluasaan yang luas untuk bentuk uang dan sistem pembayarannya, namun
menekankan stabilitas dari nilai uang sebagai syarat utama.

· Sistem fiskal berbasis zakat

Sistem finansial non-riba, non-maysir dan non-gharar

Sistem moneter emas-dinar

Sistem fiskal berbasis zakat

Zakat memiliki fungsi alokasi, distribusi, dan sekaligus stabilisasi dalam perekonomian. Khums
adalah seperlima bagian dari anfal (ghanimah) yang menjadi kekayaan publik. Hal ini diterangkan dalam
(Q.S. 8:41)
َ‫لواععللمموُا ألننلماَ لغننعمتمعم نمعن لشعيءء فلأ لنن ننلن مخمملسهم لونللنرمسوُنل لولننذيِ اعلقمعرلبىَ لواعليللتاَلمىَ لواعللملساَنكينن لواعبنن النسنبينل إنعن مكعنتمعم آللمعنتمعم نباَنلن لولماَ ألعنلزعللناَ لعللىَ لععبندلنا‬
‫ام لعللىَ مكلل لشعيءء قلنديرر‬ ‫يلعوُلم اعلفمعرلقاَنن يلعوُلم اعلتللقىَ اعللجعملعاَنن لو ن‬

Artinya:

Ketahuilah, sasungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil,
jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami (muhammad)
dihari furqan, yaitu dihari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. Al
Anfal: 41)

Pilar Sistem

Sistem alokasi melalui mekanisme pasar dengan pengawasan yang luas dan ketat (hisbah)

Islam mengakui dan menghormati mekanisme pasar sebagai instrument utama dalam alokasi dan
distribusi sumber daya, yang terjadi atas dasar kerelaan (Q.S. 4: 29). Namun kekuatan pasar ini harus
melewati filter moral terlebih dahulu sehingga permintaan (demand) dan penawaran (supply) pasar yang
terbentuk akan konsisten dengan pencapaian tujuan-tujuan normatif.

Lebih jauh lagi, pembentukan harga dan transaksi dalam pasar mendapat pengawasan ketat agar
menghasilkan pasar yang bebas distorsi. Dalam Islam, fungsi ini dijalankan oleh institusi hisbah.

Sistem kepemilikan pribadi, wakaf dan kepemilikan untuk barang-barang yang menguasai hajat hidup
orang banyak.

Secara umum, Islam mengizinkan menerima dan menghormati kepemilikan oleh individu, namun tidak
secara absolut. Untuk barang dan jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak (dharuri), Islam
menetapkan adanya kepemilikan bersama. Dan dalam Islam, individu dapat memberikan hartanya untuk
kepentingan sosial dan dikelola melalui usaha kolektif sukarela tanpa ada keterlibatan atau intervensi
pemerintah (wakaf).

Atap Sistem

Sistem insentif moral dan material

Dorongan ekonomi dalam Islam harus berada dalam kerangka kepentingan sosial. Islam mendorong
individu untuk mengejar kepentingan pribadi mereka didalam kerangka kepentingan sosial dimana
terdapat konflik antara self-interest dan social-interest, dengan cara memberi perspektif jangka panjang
bagi pribadi, menarik kepentingan pribadi melebihi jangka waktu dunia ke akhirat.

Sistem tujuan maqashid syariah

Tujuan utama syariah Islam adalah mewujudkan kemaslahatan manusia, yang terletak pada
perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan kekayaan. Apa saja yang menjamin
terlindungnya lima perkara ini berarti melindungi kepentingan umum (maslahah) dan dikehendaki.
Mispersepsi Terhadap Sistem Ekonomi Islam

Sebagian pihak masih sering memandang ekonomi Islam secara skeptis. Ekonomi Islam tampil tidak
untuk mengentaskan berbagai permasalahan ekonomi kontemporer, namun dipandang lebih dimotivasi
oleh isu politik dan kultural dalam konteks menolak infiltrasi pemikiran Barat dalam masyarakat Islam.
Karena lebih bernuansa politis-kultural itulah, maka ekonomi Islam dianggap tidak memenuhi koherensi,
presisi, dan realisme dari kaidah-kaidah ilmiah.

Sejak awal kebangkitannya hingga kini, karakteristik fundamental ekonomi Islam hanyalah pelarangan
riba, dan yang lainnya adalah zakat dan filter moral Islam untuk setiap pengambilan keputusan ekonomi.
Karakteristik fundamental ekonomi Islam dianggap tidak realistik, kontradiktif, dan keliru yang bersumber
dari dua kelemahan metodologis yaitu kegagalan mendervasikan hukum Tuhan pda kerangka ekonomi
yang komprehensif dan keengganan melihat bukti-bukti sejarah.yang pada dasarnya ekonomi islam
mempunyai cakupan yang sangat luas

Sistem ekonomi Islam memiliki kelebihan sebagai berikut:

1) Menjunjung Kebebasan Individu

Manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suat fteputusan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuha nidupnya. Dengan kebebasan ini manusia dapat bebas mengoptimalkan
potensinya. Kebebasan manusia dalam Islam didasarkan atas nilai-nilai tauhid suatu nilai yang
membebaskan dari segala sesuatu kecuali Allah. Nilai tauhid inilah yang akan menjadikan manusia
menjadi berani dan percaya diri.

2) Mengakui hak individu terhadap harta Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Hak
pemilikan harta hanya diperoleh dengan cara-cara yang sesuai dengan ketentuan Islam. Islam mengatur
kepemilikan harta didasarkan atas kemaslahatan sehingga keberadaan harta akan menimbulkan sikap
saling menghargai dan menghormati. Hal ini terjadi karena bagi seorang muslim harta sekedartitipan
Allah.

3) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar

Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi antar orang perorangan. Salah satu penghalang yang
menjadikan banyaknya ketidakadilan bukan disebabkan karena Allah, tetapi ketidakadilan yang terjadi
dikarenakan sistem—yang dibuat manusia sendiri—. Misalnya, masyarakat lebih hormat kepada orang
yang mempunyai jabatan tinggi dan lebih banyak mempunyai harta, hingga masyarakat terkondisikan
bahwa orang-orang yang mempunyai jabatan dan harta mempunyai kedudukan lebih tinggi dibanding
yang lainnya. Akhirnya, sebagian orang yang tidak mempunyai harta dan jabatan merasa bahwa, "Allah
itu tidak adil".

4) jaminan sosial

Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara: dan setiap warga negara dijamin
untuk memperoleh kebutuhan pokoknya masing-masing. Memang menjadi tugas dan tanggungjawab
utama bagi sebuah negara untuk menjamin setiap negara, dalam memenuhi kebutuhan sesuai dengan
prinsip “hak untuk hidup". Dalam sistem ekonomi Islam negara mempunyai tangj jawab untuk
mengalokasikan sumberdaya alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat secara umum.

5) Distribusi kekayaan

Islam mencegah penumpukan kekayaan pada sekelompok kecil masyarakat dan menganjurkan distribusi
kekayaan kepada semua lapisan masyarakat. Sumberdaya alam adalah hak manusia untuk dipergunakan
manusia untuk kemaslahatannya, upaya ini tidak menjadi masalah bila tidak ada usaha untuk
mengoptimalkan melalui ketentuan-ketentuan syariah.

6) Larangan menumpuk kekayaan

Sistem ekonomi Islam melarang individu mengumpulkan harta kekayaan secara berlebihan. Seorang
muslim berkewajiban untuk mencegah dirinya dan masyarakat supaya tidak berlebihan dalam pemilikan
harta. Seorang muslim dilarang beranggapan terlalu berlebihan terhadap harta sehingga menyebabkan
ia mengunakan cara-cara yang tidak benar untuk mendapatkannya.

7) Kesejahteraan individu dan masyarakat

Islam mengakui kehidupan individu dan masyarakat saling berkaitan antara satu dengan yang lain.
Masyarakat akan menjadi aktor yang dominan dalam membentuk sikap individu sehingga karakter
individu banyak dipengaruhi oleh karakter masyarakat. Demikian juga sebaliknya, tidak akan terbentuk
karakter masyarakat khas tanpa keterlibatan dari individu-individu.

Kelemahan Sistem ekonomi Islam

Dominasi pemikiran ekonomi konvensional menjadikan ekonomi Islam belum mampu berkembang
sebagaimana yang diharapkan. Padahal ekonomi Islam berisi tuntunan dan pedoman ideal yang mampu
mengakomodir kebutuhan hidup manusia di dunia maupun di akhirat. Dengan jaminan mayoritas
penduduk di negara mustim tentunya akan mampu menerima ekonomi Islam, tetapi perkembangan
ekonomi Islam tidak semulus yang diharapkan walaupun bisa dikatakan hal tersebut sebagai fenomena
umum sebagai suatu "sistem ekonomi baru" yang mau menanamkan pengaruhnya di tengah masyarakat
yang telah lama menerima sistem ekonomi konvensional.

Secara global kelemahan system ekonomi Islam dapat dilihat dari beberapa factor sebagai berikut:

1) Lambatnya perkembangan literatur ekonomi Islam

Literatur ekonomi Islam yang sebagian besar berasal dari teks-teks arab mau tidak mau diakuinya
mengalami perkembangan yang kurang signifikan. Sehingga menyebabkan munculnya dominasi
literature ekonomi konvensional yang saat ini mempengaruhi masyarakat bahwa tidak ada ilmu ekonomi
yang mampu menjawab masalah-masalah aktual kecuali ekonomi konvensional. Hal ini menjadikan
justifikasi bagi masyarakat untuk mengesampingkan ide dari pengetahuan lain, seperti ekonomi Islam.
Hal ini diakibatkan adanya hegemoni literature ekonomi konvensional terhadap ekonomi Islam, sehingga
setiap prilaku kita tidak lepas dari pengaruh ekonomi konvensional.

2) Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal

Praktek ekonomi konvensional lebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Masyarakat bersentuhan langsung
dengan konsep ekonomi konvensional, di berbagai bidang konsumsi, produksi, distribusi dan lainya.
Sehingga pemahaman baru sulit dipaksakan dan diterima oleh masyarakat yang lebih dahulu
beresntuhan dengan konsep ekonomi konvensional. Kita telah mengetahui ekonomi konvensiona
merupakan kepanjangan dari system ekonomi kapitalis meskipun tidak sepenuhnya. Karena secara
tersirat ekonomi konvensional juga mengadopsi system ekonomi sosialis. Di sinilah salah satu letak
kelemahan system ekonomi Islam.

3) Tiada representasi ideal Negara yang menggunakan system ekonomi Islam

Di beberapa Negara yang menggunakan Islam sebagai pedoman dasar kenegaraanya ternyata belum
mampu sepenuhnya mengelola system perekonomiannya secara professional. Bahkan banyak Negara-
negara Islam di Timur Tengah yang tingkat kesejahteraanya kurang maju jika dibandingkan dengan
Negara Eropa dan Amerika.

4) Pengetahuan sejarah pemikiran ekonomi Islam kurang

Sejarah menunjukkan bahwa kemajuan pengetahuan Eropa tidak lepas dari peranan pengetahuan Islam.
Masa transformasi pengetahuan yang terjadi pada abad pertengahan kurang dikenal oleh masyarakat.
Hal ini yang menyebabkan timbulnya pemahaman bahwa pengetahuan lahir di daratan Eropa, apalagi
berbagai informasi lebih mengarahkan pada pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Eropa. Karenanya lebih
mengenai Adam Smith, Robert Malthus, David Ricardo, JM Keynes dan sebagainya, dibandingkan dengan
tokoh-tokoh ekonomi Islam seperti Abu Yusuf, Ibnu Ubaid, Ibnu Taimiyah

dan Ibnu Khaldun dan sebagainya.

Padahal mengetahui perkembangan sejarah pemikiran ekonomi akan menimbulkan kebanggaan


masyarakat terhadap tokoh-tokoh ekonomi Islam. Secara tidak langsung hal ini akan mempengaruhi
ketertarikan mereka terhadap pemikiran tokoh-tokoh ini.

5) Pendidikan masyarakat yang materialism's

Pengangguran di masyarakat bukan murni cerminan perilaku malas. Tetapi, pengangguran di sini lebih
banyak disebabkan oleh dampak pemahaman masyarakat mengenai makna tentang jenis dan
pendapatan/penghasilan usaha yang belum tepat. Sementara kita harus jujur mengakui ekonomi Islam
masih belum berperanan maksimal dalam membantu mengangkat ekonomi kerakyatan. Sebagai contoh
pedagang lebih mnyukai meminjam pada rentenir di banding pada BMT yang ada. Karena rentenir tidak
memerlyukan persyaratan yang ‘ribet’, sementara BMT atau BPRS memerlukan segudang jaminan
sebagai syarat peminjaman

Sebagai kesimpulan ekonomi Islam masih memiliki banyak kelemahan baik dari sumber daya manusia
atau tenaga ahli. Hal ini berbeda dengan pesatnya perkembangan ekonomi kapitalis mau tidak mau kita
harus mengakuinya.

Anda mungkin juga menyukai