Anda di halaman 1dari 96

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PT BNI SYARIAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu syarat

dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh :

ARY NURHAYATI
NIM : 206046103811

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH


PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi

yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 September 2010

Ary Nurhayati
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA

TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PT BNI SYARIAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah

Oleh:

ARY NURHAYATI

NIM: 206046103811

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA Abdurrauf, Lc, MA


NIP. 195507061992031001 NIP. 197312152005011002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilitas


PT BNI Syariah telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 September
2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (SESy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24September 2010
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM


NIP. 195505051982031012

PANITIA UJIAN
Ketua : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA ( ………………. )
NIP. 195510151979031002
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag ( ………………. )
NIP. 196404121994031004
Pembimbing I : Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA ( ………………. )
NIP.195507061992031001
Pembimbing II : Abdurrauf, Lc, MA ( ……………… )
NIP. 197312152005011002
Penguji I : Dr. Djawahir Hejazziey, SH, MA ( ………………. )
NIP. 195510151979031002
Penguji II : AM. Hasan Ali, S.Ag, MA ( ………………. )
NIP. 197512012005011005
ABSTRAK

Pada saat ini persaingan perbankan sudah semakin tajam seiring dengan mulai

berkembangnya sistem perbankan syariah. Sebuah bank apabila ingin tetap hidup dan

tumbuh maka harus bisa mengaplikasikan sistem manajemen yang efektif dalam

mengelola operasionalnya. Salah satu sistem manajemen yang sangat menunjang dalam

pencapaian tujuan bank adalah manajemen keuangan dan yang lebih khusus adalah

pengelolaan modal kerja.

Dalam penelitian ini dibahas pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap

rentabilitas pada BNI Syariah. Tujuan Penelitian ini adalah mempelajari tentang adanya

hubungan pengelolaan dengan fungsi modal kerja dalam menghasilkan pendapatan, Maka

bagian terbesar dari modal kerja hanya meliputi pengaturan dalam unsur-unsur aktiva

lancarnya. Di dalam penulisan ini, penulis menjadikan modal kerja sebagai variabel yang

mempengaruhi untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya terhadap rentabilitas yakni

Return on Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan 36 sampel yang terdiri atas data

laporan keuangan mulai dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2009.

Manfaat dari penelitian ini bagi akademisi, adalah mengetahui adanya pengaruh

yang signifikan dari suatu sistem pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas.

Bagi pihak perbankan, adalah dilakukannya langkah kemanejerialan yang efektif dan

efisien dalam upaya mencapai tingkat rentabilitas yang signifikan dari berbagai produk

perbankan syariah dalam lingkup perusahaan BNI Syariah.


Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif, dimana

metode ini adalah metode yang mengemukakan keadaan bank berdasarkan fakta-fakta

yang ada, mengumpulkan data, data yang diperoleh diolah, disajikan dan kemudian

diinterpretasikan serta dianalisis dengan menggunakan teori literature, sehingga

memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat

ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan perhitungan statistik korelasi dan

determinasi, pengujian dilakukan dengan uji t dan uji F dengan tingkat signifikansi atau

taraf nyata 5%.

Hasil pengujian statistik memperlihatkan bahwa nilai koefisien korelasi pada Unit

Usaha Syariah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk adalah rendah dan bersifat positif

sebesar 0,353. Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa tingkat ROA

dipengaruhi sebesar 12,4% oleh modal kerja.


 
 

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah

SWT atas rahmat, hidayat dan karunia-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat

Rentabilitas PT BNI Syariah”.

Bagi penulis menyelesaikan skripsi ini bukanlah sesuatu yang ringan. Terlebih

pembahasan karya ilmiah ini diorientasikan kepada manajemen keuangan yang sarat

dengan data-data penting suatu bank, yaitu laporan keuangan BNI Syariah. Sehingga

kekhawatiran itu cukup dirasakan penulis dalam menata ungkapan data ketika

dikaitkan dengan konteks kemanajerialan secara konsepsi, formulasi serta

implementasi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan saran, bimbingan

serta bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak yang sangat

membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Program Studi Muamalat, Bapak Ah.

Azharruddin Latif, M.Ag., MH selaku Sekretaris Program Studi Muamalat, Bapak

Drs. Djawahir Hejazziey., SH., MA selaku Koordinator Teknis Program Non

vi 
 
 
 

Reguler dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag selaku Sekretaris Koordinator

Teknis Program Non Reguler.

3. Bapak Dr. H. A. Juaini Syukri, Lc, MA, selaku dosen pembimbing I dan

Abdurrauf, Lc, MA, selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya

penulisan ini.

4. Kepala Divisi Pendidikan dan Pelatihan, Divisi Usaha Syariah, Kepala Kantor

Cabang Syariah Jakarta Selatan dan para Staf, atas segala bantuannya kepada

penulis dalam proses penyelesaian penelitian di PT BNI Syariah.

5. Para Dosen, Staf dan Civitas Akademika, atas segala bantuannya kepada penulis

langsung atau tidak langsung dalam proses penyelesaian studi di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua yang selalu mendoakan secara tulus, memberikan semangat,

kasih sayang dan dukungannya baik moril maupun meteril.

7. Teman-teman jurusan Perbankan Syariah angkatan 2006 khususnya kelas B

Program Non Reguler yang telah memberi saran, mensuport dan membantu

penulis hingga skripsi ini rampung. Semoga kita menjadi orang-orang terbaik.

8. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, namun telah

memberikan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani

perkuliahan di UIN hingga akhir.

vii 
 
 
 

Kesemuanya itu sesuai dengan kapasitasnya masing-masing telah berupaya

secara maksimal untuk menghantarkan kepada penyelesaian studi yang penulis

lakukan. Maka atas dasar keterbatasan penulis, itu semua penulis serahkan kepada

Allah, semoga saja dijadikan sebagai amal shaleh sekaligus merupakan amal yang

membawa kepada keberkahan hidup.

Apa yang merupakan kekurangan terdapat dalam penulisan skripsi ini, baik

itu menyangkut; penataan kalimat, penelusuran data serta penyajian data secara

tuntutan teoritis dan praktis, itu adalah merupakan gambaran kelemahan dan

keterbatasan dari pihak penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis

memohon maaf dan atas segala usul dan saran demi perbaikan karya ilmiah ini,

diucapkan terima kasih.

Jakarta, 24 September 2010

Penulis

viii 
 
 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 6

D. Metode Penelitian 7

E. Review Studi Terdahulu 14

F. Sistematika Penulisan 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Modal Kerja 19

B. Fungsi Modal Kerja 24

C. Konsep Efisiensi dan Efektifitas 25

D. Pengertian Rentabilitas 28

E. Fungsi Rentabilitas 31

F. Rasio-rasio Pengukuran Rentabilitas 31

ix 
 
 
 

BAB III GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan BNI Syariah 34

B. Visi dan Misi BNI Syariah 37

C. Tujuan Pendirian BNI Syariah 38

D. Produk-produk BNI Syariah 38

E. Struktur Organisasi BNI Syariah 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Potret Pengelolaan Modal Kerja dan Rentabilitas Pada

BNI Syariah 50

B. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 71

B. Saran 73

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


 
 
 

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia 2

Tabel 4.1 Aktiva Lancar PT BNI Syariah 56

Tabel 4.2 Perkembangan Aktiva Lancar PT BNI Syariah 58

Tabel 4.3 Return on Asset PT BNI Syariah 61

Tabel 4.4 Correlations 64

Tabel 4.5 Korelasi dan Koefisien Determinasi 66

Tabel 4.6 Coefficients 67

Tabel 4.7 ANOVA 71

xi 
 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan merupakan suatu sarana yang strategis dalam rangka

pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh

fungsi utama bank sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat secara

efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Dalam upaya

mendukung kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan, lembaga

perbankan telah menunjukan perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan

pembangunan di Indonesia dan perkembangan perekonomian Internasional serta

sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan yang

tangguh dan sehat.

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka peran kepengelolaan perbankan

yang efektif tentu sangat diperlukan. Sehingga dapat tercapai sebagai perbankan

yang tangguh, bertahan dan bahkan berkembang.

Perbankan syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

pesat dari tahun ke tahun. Jumlah BUS yang telah beroperasi hingga tahun 2009

menjadi 5 bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank

Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank BRI Syariah. 1 Dan jumlah UUS

                                                            
1
Diakses pada 23 September 2010 dari http://www.datacon.co.id.

 

pada 2009 hanya sebesar 25 UUS, mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

yang berjumlah sebesar 27 UUS. Selain disebabkan banyak UUS yang menjadi

BUS, hal itu juga disebabkan oleh ada dua bank umum konvensional yang

memiliki UUS dan izinnya telah dicabut yaitu PT Bank IFI dan PT Bank Ekspor

Indonesia (persero). 2

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Indonesia


1998 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Indikasi
KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS
BUS 1 2 3 3 3 3 5 6
UUS - 8 15 19 20 25 27 25
BPRS 76 84 88 92 105 114 131 139
Sumber : BI, Statistik Perbankan Syariah, 2009.
Keterangan :
BUS = Bank Umum Syariah
UUS = Unit Usaha Syariah
BPRS = Bank Perkreditan Rakyat Syariah
KP/UUS = Kantor Pusat/Unit Usaha Syariah

Perkembangan total aset perbankan syariah pada 2005 mencapai Rp20,88

triliun yang sebelumnya Rp15,21 triliun pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan

kinerja perbankan syariah di Indonesia sudah sangat cepat dan baik dalam waktu

yang relatif singkat. 3

Sebagai negara yang memiliki komunitas Muslim terbesar dan secara

formal telah mengembangkan industri keuangan syariah atas dasar undang-

                                                            
2
Diakses pada 23 September 2010 dari http://economy.okezone.com.
3
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keungan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2008), h.2.

 

undang dan tuntutan kebutuhan masyarakat, Indonesia telah terlibat secara aktif

dalam berbagai lembaga kerjasama internasional di bidang keuangan dan

perbankan syariah. 4

Untuk mendirikan lembaga demikian ini perlu didukung dengan aspek

permodalan yang kuat. Modal merupakan faktor yang amat penting bagi

perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat.

Setiap penciptaan aktiva, di samping berpotensi menghasilkan keuntungan juga

berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu modal juga harus

dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas

investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau

masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus secara

simultan dibarengi dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna

melindungi kepentingan para pemilik dana.

Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh

perusahaan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan selalu berputar. Aktiva

lancar adalah aktiva yang pada umumnya akan menjelma menjadi uang kas dalam

satu periode akuntansi atau satu tahun. Didalam penjelmaan aktiva lancar itu

menjadi uang kas melewati beberapa tahap. Tahap-tahap itu tercermin dalam pos-

pos neraca.

                                                            
4
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.VII, (Jakarta: Azkia Publisher,
2009), h.12.

 

Besar kecilnya kebutuhan dari modal kerja dapat disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu volume penjualan, pengaruh musim, kemajuan teknologi.

Volume penjualan adalah faktor yang paling utama karena perusahaan

memerlukan modal kerja untuk menjelaskan aktivitasnya yang mana puncak dari

aktivitasnya itu adalah aktivitas penjualan. Pengaruh Musim penyebabnya adalah

musim akan dapat mempengaruhi permintaan dari barang ataupun jasa. Dengan

adanya pengaruh musim terhadap permintaan ini, maka penjualan akan

berfluktuasi. Fluktuasi penjualan akan mengakibatkan perbedaan-perbedaan

jumlah kebutuhan modal kerja dan hal inilah yang menimbulkan adanya modal

kerja variabel. Semakin cepat perputaran modal kerja, maka kreditur dan

pemegang saham akan beranggapan bahwa tingkat keamanan lebih tinggi

dibandingkan dengan perputaran modal kerja yang lambat. Artinya kreditur akan

lebih berminat menanamkan modal kerjanya pada perusahaan-perusahaan yang

perputaran modal kerjanya relatif cepat. Adanya modal kerja yang cukup,

memungkinkan perusahaan beroperasi seekonomis mungkin sehingga diperlukan

kebijaksanaan yang tepat dalam modal kerja.

Suatu bank dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik adalah dengan

melihat seberapa efisien bank tersebut dalam mengelola asset dan modal yang

dimiliki.

Untuk mengukur efisiensi tersebut digunakan analisis rasio keuangan

perbankan yaitu: Rasio Rentabilitas, terdiri dari Return On Assets (ROA), Return

 

On Equity (ROE), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Net

Profit Margin (NPM). 5

Masalah rentabilitas merupakan masalah penting dalam menentukan

keuntungan, karena laba yang besar belum tentu menunjukkan bahwa bank

tersebut bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan

membandingkan laba yang diperoleh dengan modal kerja yang menghasilkan laba

tersebut.

Berdasarkan ilustrasi di atas dan untuk mengetahui bagaimana tingkat

efisiensi pengelolaan modal kerja berpengaruh pada tingkat rentabilitas maka

dirasa perlu untuk dilakukannya penelitian mengenai hal ini dengan judul

PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT

RENTABILITAS PADA PT BNI SYARIAH. Pada kesempatan ini, penelitian

akan dilakukan pada PT BNI Syariah antara tahun 2007-2009.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup komponen-komponen perbankan,

dalam hal ini penulis membatasi pembahasan dalam skripsi ini kepada

                                                            
5
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1995),
h.217-229. Lihat juga Husnan, Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
1994), h.70-77.

 

pengelolaan modal kerja, maka penulis akan membicarakan seputar Pengaruh

Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Rentabilitas PT BNI Syariah.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan diatas, maka pokok masalah

yang dirumuskan ke dalam beberapa bentuk pertanyaan, sebagai berikut:

a. Bagaimana efektifitas modal kerja pada BNI Syariah?

b. Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah selama kurun

watu tiga tahun (2007- 2009)?

c. Bagaimana pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas

pada BNI Syariah?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus akan menelaah lebih dalam mengenai:

a. Pengelolaan modal kerja pada BNI Syariah.

b. Perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah.

c. Pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas.



 

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis

Sebagai mahasiswa yang tengah melakukan studi muamalat, penulis

mengharapkan mendapat suatu pemahaman yang dipandang cukup

mendalam tentang pengelolaan modal kerja dan bagaimana pengaruhnya

terhadap tingkat rentabilitas.

b. Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang

pengaruh pengelolaan modal kerja terhadap tingkat rentabilitas dan dapat

digunakan sebagai bahan perbandingan bagi yang tertarik sehingga dapat

dikembangkan lebih lanjut.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

analisis. Metode deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran

atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap

obyek yang diteliti. 6

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,
                                                            
6
Ronny Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, cet.III, (Jakarta:
PPM, 2005), h.105. Lihat juga Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), h.54.  

 

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki kemudian dianalisis.

Penelitian analitis merupakan penelitian yang ditujukan untuk meneliti secara

terperinci suatu aktifitas atau kejadian, dan hasil dari penelitian tersebut dapat

memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan

datang. 7

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini memakai pendekatan statistik inferensial

parametrik, artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada

populasi dengan memakai rasio yang digunakan berdasarkan populasi yang

berdistribusi normal.

3. Jenis dan Sumber Data

Dalam studi Metode Penelitian, terkait dengan jenis dan sumber data

diketahui adanya data primer dan data sekunder. Data primer tentunya

merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, adapun data sekunder

merupakan data yang telah diolah baik dalam bentuk data statistik, grafik, dan

lain-lain. Sementara itu, sumber data bisa diperoleh dari perusahaan serta

lainnya sesuai kebutuhan. Secara sederhana, kategorisasi data, dapat dilihat

sebagai berikut:

                                                            
7
Nazir, Metode Penelitian, h.54. Lihat juga Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi
dan Tesis Bisnis, cet.II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.22.

 

a. Data Primer

Wawancara, mewawancarai beberapa orang terkait dengan tema yang

penulis bahas.

b. Data Sekunder

1) Dokumentasi dari arsip atau data yang berhubungan dengan penelitian.

2) Penelitian kepustakaan dari buku, artikel dan karya ilmiah yang

berkaitan dengan penelitian.

4. Teknik Analisis Data

Untuk dapat mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan

dari variabel independen terhadap variabel dependen, memerlukan teknis

analisis data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Regresi Sederhana. Regresi Sederhana dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana satu variabel berpengaruh pada variabel lainnya. Adapun persamaan

regresi yang digunakan adalah uji regresi linier sederhana yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel Modal Kerja dengan Rentabilitas.

Dengan begitu, diperlukan adanya uji analisis regresi sederhana sesuai

kebutuhan.

Uji analisis regresi hanya dapat dan perlu dilakukan, jika telah diketahui

bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel yang bersangkutan


10 
 

dengan variabel x, yang disebut variabel bebas (independent), dalam analisis

regresi disebut sebagai Prediktor, sedangkan variabel y, yang sebagai variabel

terikat (dependent) disebut sebagai variabel kriterium. 8

a. Perhitungan Regresi Sederhana

Analisis Regresi digunakan untuk menaksir nilai variabel Y

berdasarkan nilai variabel X serta taksiran perubahan variabel Y untuk setiap

satuan perubahan variabel X. Bentuk persamaan dari regresi linier sederhana

ini yaitu:

Y= a + bX

Dimana :

Y = Rentabilitas

X = Modal Kerja

a = Konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat

variabel bebasnya adalah 0 (X = 0)

b = Koefisien regresi sederhana antara variabel bebas X terhadap variabel

terikat Y

b = n ΣXY – ΣX ΣY

n ΣX² – (ΣX)²

                                                            
8
Burhan Nurgiyantoro, Statistika Penerapan Untuk Pnelitian Ilmu-ilmu Sosial (Yogyakarta:
Gajah Mada University Press, 2004), h.271. Lihat juga Stanislaus Uyanto, Pedoman Analisis Data
Dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.233.
11 
 

a = ΣY – bΣX

Dimana:

n = Jumlah Korelasi atau pengukuran

Arti Koefisien b adalah jika nilai b positif (+), hal tersebut

menunjukan hubungan yang searah antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Dengan kata lain peningkatan atau penurunan besarnya variabel bebas

akan diikuti oleh peningkatan atau penurunan besarnya variabel terikat.

Sedangkan jika nilai b negatif (-), menunjukan hubungan yang berlawanan

antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan kata lain setiap

peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh besarnya nilai

variabel terikat, dan sebaliknya.

b. Konsultasi tabel-tabel nilai-nilai r-Product moment

Hasil perhitungan korelasi (r) antara variabel predictor (x) dengan

variabel kriterium (y) kemudian dikonsultasikan dengan t-tabel.


12 
 

Rumus r-Product moment: 9

                       n Σxy – (Σx) (Σy)


r xy = (n Σx² – (Σx)²) (n Σy)² – (Σy)²

Dimana :

x = Modal Kerja

y = Rentabilitas

n = Jumlah Sampel

5. Operasionalisasi Variabel

Pada penelitian ini penulis menerapkan analisis bivariate (dua

variabel) dimana analisis tersebut pada umumnya mempunyai tujuan untuk

menguji perbedaan dan mengukur hubungan antara dua variabel penelitian.

Variabel independent atau variabel yang tidak tergantung pada

variabel lain, yaitu variabel X adalah Modal Kerja. Variabel dependen adalah

variabel yang tergantung atas variabel lain, yaitu: variabel Y adalah

Rentabilitas.

                                                            
9
Eli Mauludi AC,MA, Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT. Prima
Heza Lestari, 2006), h.93. Lihat juga Danang Sunyoto, Uji Khi Kuadrat & Regresi Untuk Penelitian
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h.51.
13 
 

6. Hipotesa

Hipotesa adalah dugaan sementara atau jawaban sementara atas

permasalahan penelitian dimana memerlukan data untuk menguji kebenaran

dugaan tersebut. 10

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada

tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.

Adapun perumusan HO dan H1 adalah sebagai berikut:

HO = Pengelolaan Modal Kerja tidak memiliki pengaruh terhadap

Rentabilitas.

H1 = Pengelolaan Modal Kerja memiliki pengaruh terhadap Rentabilitas.

Bertitik tolak dari pemaparan bentuk hipotesis di atas penulis

merumuskan hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

“Pengelolaan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap tingkat

rentabilitas”.

7. Uji Signifikan

Uji signifikansi adalah uji untuk mengetahui nyata dan tidak nyata

atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara 1 variabel atau

lebih. 11
                                                            
10
  Kountur, Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, h.93. Lihat juga
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV ALFABETA, 2006), h.81.
11
Consuelo G Sevilla. dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI-Press, 1993), h.102.
14 
 

Pengujian Hipotesa akan dilakukan dengan menggunakan tingkat

signifikansi sebesar 0,05 (α = 95%) atau tingkat keyakinan sebesar 0,95

karena tingkat signifikan ini dianggap cukup tepat untuk mewakili hubungan

antar variabel yang diteliti. Disini penulis akan melakukan hipotesis dengan

uji t-test.

Kegunaan uji signifikansi adalah untuk menjeneralisasi populasi,

artinya apa yang terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi

dimana sampel diambil. Maksudnya apabila pada sampel terdapat hubungan

positif (+), maka setelah diuji signifikan, ternyata hubungan positif pula,

maka hubungan positif berlaku pada populasi, apabila pada sampel terdapat

hubungan negatif (-) maka setelah diuji signifikan, ternyata ada hubungan

negatif, berlaku pula pada populasi. Akan tetapi pada sampel ada hubungan

positif (+) atau negatif (-), setelah diuji signifikan ternyata tidak ada

hubungan (maksudnya menerima Ho), maka hubungan positif (+) dan

hubungan negatif (-) yang terdapat pada sampel tidak signifikan, artinya tidak

bisa diberlakukan kepada populasi, dengan demikian pada populasi tidak ada

hubungan.

E. Review Studi Terdahulu

Untuk menghindari penelitian dengan objek yang sama, maka diperlukan

kajian terdahulu. Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan baik oleh praktisi
15 
 

ataupun oleh mahasiswa mengenai fenomena yang berkaitan dengan penelitian,

yaitu :

1. Analisis Pengaruh Rasio Biaya dan Rasio Kualitas Aktiva Produtif

Terhadap Rentabilitas Modal Sendiri (Studi pada Bank Syariah Mandiri

Jakarta) – Meilina Rahmadini (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah,

2009).

Penelitian ini membahas tentang bagaimana tingkat efisiensi, jumlah

aktiva produktif, dan kualitas aktiva produktif berpengaruh pada tingkat

rentabilitas modal sendiri.

Berdasarkan uji hipotesis dengan menggunakan uji T dan uji F. Dapat

disimpulkan bahwa secara simultan kedua variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Dengan nilai signifikansi sebesar 113,951.

Namun, bisa dilihat secara parsial, yang berpengaruh terhadap ROE adalah

rasio BOPO dengan signifikansi sebesar -14,435. Hasil pengujian negatif

menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antara rasio BOPO dengan

ROE. Semakin kecil nilai rasio BOPO maka nilai ROE semakin tinggi.

Sedangkan kualitas aktiva produktif tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap ROE. Terlihat dari hasil uji T untuk variabel kualitas aktiva

produktif yang bernilai 0,542.


16 
 

2. Pengaruh Rentabilitas Aktiva dan Financial Leverage Terhadap

Rentabilitas Modal Sendiri Studi Kasus Perusahaan Tekstil di BEJ

Tahun 1999-2003 – Aminah Murpida (FSH/Muamalat-Perbankan

Syariah, 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perubahan rentabilitas

aktiva terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan

modal asing adalah berbanding lurus, jika ada kenaikan rentabilitas aktiva

akan menunjukkan rentabilitas modal sendiri. Dan keadaan sebaliknya akan

terjadi bila situasi ekonomi memburuk. Atau dengan kata lain pengaruh

rentabilitas aktiva terhadap rentabilitas modal sendiri selalu positif bila

faktor-faktor lain tetap.

3. Analisa Modal Kerja dan Hubungannya Terhadap Rentabilitas pada

BMT Al-Karim – Rusmiati (FSH/Muamalat-Perbankan Syariah, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan modal kerja akibat

dari kenaikan dana pihak ketiga akan menambah aktiva lancar dalam bentuk

pembiayaan. Ada hubungan positif antara modal kerja dengan ROA dan

ROE, dimana bila ada kenaikan ROA dan ROE akan meningkatkan modal

kerja. Hubungan negatif antara modal kerja dengan BOPO dan NPM, artinya

jumlah NPM dan BOPO tidak mempengaruhi besarnya modal kerja.


17 
 

Penulis memberikan perbedaan pada skripsi diatas terhadap skripsi

penulis. Perbedaan antara skripsi penulis dengan sumber pertama adalah dalam

penelitian ini lebih khusus menganalisa pengaruh pengelolaan modal kerja,

sedangkan dalam studi terdahulu menganalisa tingkat efisiensi, jumlah aktiva

produktif, dan kualitas aktiva produktif berpengaruh pada tingkat rentabilitas

modal sendiri.

Adapun perbedaan dari sumber yang kedua adalah penulis skripsi tersebut

hanya menjelaskan perubahan rentabilitas aktiva terhadap rentabilitas modal

sendiri, sedangkan dalam skripsi ini menjelaskan pengaruh pengelolaan modal

kerja terhadap tingkat rentabilitas. Perbedaan antara sumber yang ketiga adalah

sumber terdahulu membahas analisa modal kerja dan hubungannya terhadap

rentabilitas, sedangkan dalam skripsi ini membahas pengaruh pengelolaan modal

kerja terhadap tingkat rentabilitas.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang dibuat dalam karya karya ilmiah ini dibagi

dalam lima bab. Dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun

sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan, pada bab ini penulis menguraikan secara singkat

mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan


18 
 

masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, metode penelitian,

review studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori, dalam bab ini diuraikan tentang pengertian-pengertian

dan teori-teori seperti pengertian modal kerja dan rentabilitas, fungsi

modal kerja dan rentabilitas, konsep efisiensi dan efektifitas, dan

rasio-rasio pengukuran rentabilitas.

BAB III Gambaran umum BNI Syariah, dalam bab ini diuraikan tentang

sejarah singkat dan perkembangan BNI Syariah, visi dan misi BNI

Syariah, tujuan pendirian BNI Syariah, produk-produk BNI Syariah,

dan struktur organisasi BNI Syariah.

BAB IV Analisis hasil penelitian, Dalam bab ini penulis memaparkan potret

pengelolaan modal kerja dan rentabilitas pada BNI Syariah, pengujian

hipotesis dan analisis data.

BAB V Penutup, bab ini berisi berbagai macam kesimpulan yang dapat

ditarik, berdasarkan atas hasil penelitian yang diperoleh. Kemudian

penulis juga memberikan berbagai saran yang mungkin dapat

digunakan oleh PT BNI Syariah untuk memperbaiki pengelolaan

modal kerjanya.
19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Modal Kerja

Sebelum dikemukakan pengertian modal kerja, terlebih dahulu

dikemukakan tentang konsep pengelolaan. Kata “pengelolaan” dapat dikaitkan

dengan istilah manajemen yang menurut Kamus Ilmiah Populer berarti:

pengelolaan usaha; kepengurusan atau ketatalaksanaan penggunaan sumber daya

secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan direksi. 1

Adapun menurut Kamus Istilah Ekonomi, diungkapkan bahwa

“pengelolaan” merupakan autorisasi pimpinan puncak atau menengah yang

meliputi kombinasi dua bidang kebijaksanaan dan administrasi dalam arti untuk

mencapai tujuan perusahaan. 2

Sejalan dengan pengertian–pengertian di atas, konsep “pengelolaan”

dalam lingkup Bank Syariah, kata tersebut terkait dengan istilah dalam bahasa

Arab dengan sebutan idarah. Dalam konteks ini, kata idarah (pengelolaan) adalah

sebagai alat untuk merealisasikan tujuan umum. Yaitu suatu aktivitas khusus

menyangkut kepemimpinan, pengarahan, pengembangan personal, perencanaan

1
Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006), h.295.
2
Win’s Anorga, Kamus Istilah Ekonomi (Bandung: M2S, 1994), h.136.
20

dan pengawasan terhadap pekerjaan-pekerjaan yang berkenaan dengan unsur-

unsur pokok dalam suatu proyek. 3

Dari pengungkapan tentang pengelolaan dari beberapa literatur di atas,

dapat ditegaskan bahwa pengelolaan terkait erat dengan aktivitas teratur dari

Sumber Daya Manusia dalam lingkup organisasi perusahaan sebagai upaya untuk

mencapai tujuan, yang dalam hal ini terkait pula dengan konsep “modal kerja”.

Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh

perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar

dalam periode tertentu. Menurut Car L. Moore dan Robert K. Jaedicks (1980)

mengatakan bahwa modal kerja adalah investasi yang dilakukan perusahaan

dalam aktiva lancar yang digunakan untuk operasi perusahaan. Modal kerja juga

dapat diartikan sebagai kelebihan aktiva lancar dari kewajiban lancar. 4

Lebih jauh, modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat

penting dalam perusahaan, karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat

memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Senada dengan

pernyataan di atas, Sutrisno mengungkapkan bahwa “modal kerja adalah dana

yang diperlukan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan

sehari-hari.” 5

3
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari’ah, h. 14.
4
Andra Ilham, “PENGARUH EFEKTIFITAS KOMPONEN MODAL KERJA TERHADAP
PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI INDONESIA”,
diakses pada 20 Maret 2010 dari http://one.indoskripsi.com.
5
Diakses pada 20 Maret 2010 dari http://proposal-skripsi-ekonomi-keuangan.blogspot.com.
21

Dalam perspektif definisi modal kerja bersifat kualitatif dan kuantitatif,

lazim dipergunakan pengertian sebagai berikut.6

1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek.

Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Definisi ini bersifat kualitatif.

Pemahaman demikian, karena definisi tersebut menunjukkan kemungkinan

tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan

menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin

kelangsungan usaha di masa mendatang.

2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal

kerja bruto. Adapun definisi secara demikian bersifat kuantitatif. Dipahami

demikian, karena definisi ini menunjukkan jumlah dana yang digunakan

untuk maksud-maksud operasi jangka pendek.

Munawir menyebutkan “Modal kerja berarti kelebihan aktiva lancar

terhadap hutang lancar, sedang untuk modal kerja sebagai aktiva lancar digunakan

istilah modal kerja bruto”. 7

Bertitik tolak dari definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, secara

sederhana dapat dikemukakan bahwa, modal kerja didefinisikan sebagai investasi

perusahaan dalam aktiva lancar. Aktiva lancar itu sendiri sebagaimana

didefinisikan menurut akuntansi adalah aktiva yang harus habis dalam satu kali

6
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.66.
7
S. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, cet.XIII, (Yogyakarta: Liberty, 2004), h.116.
22

berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka

waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).

Adapun mengenai pengertian modal kerja dapat dikemukakan tiga konsep

modal kerja yang digunakan, yaitu: (1) konsep kuantitatif; (2) konsep kualitatif;

(3) konsep fungsional. 8

1. Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kuantitas yang diperlukan untuk

mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat

rutin, atau menunjukkan jumlah yang tersedia untuk tujuan operasi jangka

pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah

aktiva lancar. Modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi

yang akan datang serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang

bersangkutan.

2. Konsep kualitatif

Konsep ini menitikberatkan pada kualitas modal kerja, dimana dalam

konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap

hutang jangka pendek, yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman

jangka panjang maupun dari pemilik perusahaan.

8
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.114-116. Lihat juga Kasmir, Analisa Laporan
Keuangan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.250-251.
23

Definisi ini bersifat kualitatif, karena:

a. Menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang

lancarnya (hutang jangka pendek).

b. Menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek.

c. Menunjukkan jaminan kelangsungan operasi di masa mendatang dan

kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka

pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.

3. Konsep Fungsional

Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam

rangka menghasilkan pendapatan dari usaha pokok perusahaan. Pada

dasarnya seluruh dana perusahaan akan digunakan tetapi tidak semua dana

digunakan untuk menghasilkan laba periode ini. Sebagian dana akan

digunakan untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang, misalnya

bangunan, mesin dan alat kantor.

Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan di atas, dapat

ditegaskan bahwa, pada dasarnya modal kerja meliputi kebijakan manajemen

yang berupa:

1. Penentuan besarnya aktiva lancar yang harus dipertahankan atau berapa

banyak sumber-sumber keuangan perusahaan yang harus diinvestasikan pada

aktiva lancar.
24

2. Kebijakan yang menyangkut hubungan antara berbagai jenis aktiva dan cara

pembiayaannya.

B. Fungsi Modal Kerja

Tersedianya modal kerja yang segera digunakan dalam operasi tergantung

pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti: kas, piutang dan persediaan.

Tetapi modal kerja harus cukup artinya harus mampu membiayai pengeluaran-

pengeluaran perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan

menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan untuk beroperasi

secara efisien dan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Fungsi modal kerja adalah: 9

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

aktiva lancar

2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada

waktunya

3. Memungkinkan agar memiliki persediaan untuk melayani para konsumennya

4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih

menguntungkan bagi pelanggan

5. Memungkinkan perusahaan untuk beroperasi dengan lebih efisien karena tidak

ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.

9
  Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.116-117. Lihat juga Kasmir, Analisa Laporan
Keuangan, h.253-254.
25

C. Konsep Efisiensi dan Efektifitas

1. Efisiensi

Efisiensi adalah kata yang menunjukkan keberhasilan seseorang atau

organisasi atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber

yang digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Dengan kata

lain, efisiensi merupakan perbandingan antara sumber dan hasil. 10

Sedangkan arti kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia

yaitu:

“Tepat atau sesuai untuk mengerjakan atau menghasilkan sesuatu dengan

tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya, serta mampu menjalankan

tugas dengan tepat dan cermat.” 11

Efisiensi dalam ilmu ekonomi digunakan untuk merujuk pada

sejumlah konsep yang terkait pada kegunaan pemaksimalan serta

pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.

Pengertian efisiensi menurut Mulyamah yaitu: “Efisiensi merupakan

suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan

penggunaan yang direalisasikan.” 12

Efisiensi penggunaan modal kerja berarti bagaimana mengupayakan

agar modal kerja yang tersedia tidak kelebihan dan tidak juga kekurangan.
10
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h.165.
11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet.III, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1990), h.219.
12
Diakses pada 22 September 2010 dari
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi.
26

Dari segi ekonomis, efisiensi yang paling baik adalah suatu tingkat yang

diperoleh dari hasil yang optimal dengan biaya yang rasional.

2. Efektifitas

Secara bahasa efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti ada

efeknya; akibatnya, keadaan berpengaruh, berguna. 13

Menurut ahli manajemen Peter Drucker efektifitas adalah melakukan

pekerjaan yang besar. 14

Konsep efektifitas sesungguhnya merupakan suatu konsep yang luas,

mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar organisasi. Konsep

efektifitas ini oleh para ahli belum ada keseragaman pandangan, dan hal

tersebut dikarenakan sudut pandang yang dilakukan dengan pendekatan

disiplin ilmu yang berbeda, sehingga melahirkan konsep yang berbeda pula di

dalam pengukurannya. Namun demikian, banyak juga ahli dan peneliti yang

telah mengungkapkan apa dan bagaimana mengukur efektifitas itu.

Efektifitas yaitu hubungan antara hasil dan tujuan. Efektifitas juga

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik

sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

yang merupakan sasaran yang telah ditentukan.

13
 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.286.
14
T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPPE, 1993), h.7.
27

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa

efektifitas merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu

memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam

mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektifitas merupakan

tingkat ketercapaian tujuan dari pengaktifan-pengaktifan yang telah

dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Badudu efektif bermakna: “1) mempunyai efek, pengaruh

atau akibat, 2) memberikan hasil yang memuaskan, 3) memanfaatkan waktu

dengan sebaik-baiknya, bekerja dengan sebaik-baiknya. 15

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa

suatu tujuan tersebut berjalan secara efektif sesuai rencana yaitu: 16

a. Kegunaan: agar berguna bagi manajemen dalam melaksanakan fungsi-

fungsinya yang lain, suatu rencana harus fleksibel, stabil,

berkesinambungan, dan sederhana.

b. Ketetapan dan obyektifitas: rencana harus dievaluasi untuk mengetahui

apakah jelas, ringkas, nyata, dan akurat. Berbagai keputusan dan kegiatan

hanya efektif bila didasarkan atas informasi yang tepat.

c. Ruang lingkup: perencanaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip

kelengkapan, keadaan, dan konsisten.

15
Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001), h.371.
16
  T. Hani Handoko, Manajemen, h.103. 
28

d. Biaya: dalam hal ini menyangkut biaya usaha dan aliran emosional serta

keuntungan.

e. Akuntabilitas: terdiri dari dua aspek yaitu tanggung jawab atas

pelaksanaan dan tanggung jawab atas implementasinya.

f. Ketepatan waktu: berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat akan dapat

menyebabkan suatu rencana tidak tepat atau sesuai untuk berbagai

perbedaan waktu.

Jadi efektifitas secara sederhana dapat diartikan sebagai adanya suatu

usaha atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan yang telah

ditetapkan agar tercapai hasil yang memuaskan.

D. Pengertian Rentabilitas

Secara oprasional dan fungsional, pengertian bank adalah organisasi

perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.

Tujuan utama perusahaan adalah mencapai profitabilitas yang tinggi.

Dalam situasi saat ini bank dituntut untuk memperoleh laba semaksimal

mungkin, karena salah satu sumber utama pertambahan modal adalah laba. Laba

merupakan sumber utama pertambahan modal. Pertambahan modal dari sumber-

sumber lain tidak dapat banyak diharapkan oleh bank.

Dari laporan keuangan yang telah disusun oleh perusahaan maka pihak

manajemen perusahaan akan dapat melakukan rencana-rencana untuk menentukan


29

tujuan perusahaan. Salah satu rencana perusahaan adalah melakukan analisa

rentabilitas yang berikaitan dengan peningkatan efisiensi kerja perusahaan.

Menurut pendapat S. Munawir, dalam bukunya berjudul Analisa Laporan

Keuangan dikemukakan pengertian tentang rentabilitas sebagai berikut:

“Rentabilitas atau profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.” 17

Kemudian menurut Bambang Riyanto pengertian rentabilitas adalah

sebagai berikut: “Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara

laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain

rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu.” 18

Adapun menurut Alex S. Nitisemito mengatakan sebagai berikut:

“Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dengan

prosentase.” 19

Rentabilitas sering disebut profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk

mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang

bersangkutan. 20

17
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.33.
18
 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, h.35. 
19
Yaumil Nikmat, “ANALISIS RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR EFISIENSI
KINERJA PERUSAHAAN PADA CV PANDAN HARUM DI BALIKPAPAN”, diakses pada 28 April
2010 dari www.guruvalah.20 m.com.
20
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.279.
30

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa rentabilitas

suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan yang

bersangkutan untuk mendapatkan keuntungan.

Oleh karena rentabilitas merupakan pencerminan efisiensi suatu

perusahaan di dalam menggunakan modal kerjanya, maka cara menggunakan

tingkat rentabilitas untuk ukuran efisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang

baik.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa rentabilitas merupakan suatu hal

yang sangat penting bagi suatu perusahaan, sebagai suatu usaha efisiensi di mana

setiap perusahaan dalam operasinya selalu berusaha meningkatkan labanya agar

asset rentabilitas sesuai dengan standar.

Maka dari itu, cara untuk menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah

bermacam-macam dan tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang

akan diperbandingkan satu dengan lainnya. Apakah yang akan diperbandingkan

itu laba yang berasal dari operasi atau usaha, atau laba netto setelah pajak dengan

keseluruhan aktiva operasi atau laba netto sesudah pajak dengan keseluruhan

aktiva berwujud ataukah yang akan diperbandingkan itu laba neto sesudah pajak

dengan jumlah modal sendiri.


31

 E. Fungsi Rentabilitas

Seperti rasio-rasio yang lain, rasio rentabilitas juga memiliki fungsi, tidak

hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar

perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan

dengan perusahaan.

Fungsi dari rasio rentabilitas adalah untuk: 21

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode;

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang;

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

F. Rasio-rasio Pengukuran Rentabilitas

Pada dasarnya, ada beberapa rasio pengukuran rentabilitas. Hanya saja

rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja

profitabilitas atau rentabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) dan ROA

21
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.198.
32

(Return on Assets). Dalam pembahasan mengenai analisis rentabilitas ini

dilakukan dengan cara menghitung ROA.

Beberapa jenis rasio rentabilitas dapat dikemukakan sebagai berikut: 22

1. Profit Margin

Laba operasional
Profit Margin = x 100%
Total Pendapatan

Angka ini menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih

yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik

karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup

tinggi.

2. Return on Equity

Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak

pemilik modal sendiri. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut.

Laba Bersih
Return on Equity = x 100%
Modal Pemegang Saham

3. Return on Aset

Laba
Return on Aset = x 100%
Total Aktiva

22
Sofyan Safri Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), h.304-305. Lihat juga Kasmir, Manajemen Perbankan, h. 279-288. Lihat juga
Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, h. 159-160.
33

Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume

penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva

dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

4. BOPO

Biaya Operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan Operasional

BOPO adalah rasio yang menjelaskan perbandingan antara biaya

operasional dan pendapatan operasional yang diterima oleh bank.


34 

BAB III

GAMBARAN UMUM BNI SYARIAH

A. Sejarah Singkat dan Perkembangan BNI Syariah

Dalam realitas dinamika perbankan, sistem Syariah yang terbukti dapat

bertahan dalam terpaan krisis moneter 1997, meyakinkan masyarakat bahwa

sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang

transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998,

mulailah PT Bank Negara Indonesia (Persero) merintis Divisi Usaha Syariah.

Unit Usaha Syariah BNI didirikan sejak tahun 1999. Setelah memperoleh

izin prinsip dan usaha dari Bank Indonesia, pada 29 april 2000, BNI meresmikan

lima kantor cabang syariah sekaligus. Uniknya, kantor cabang itu tidak didaerah

yang potensial seperti Jakarta melainkan di daerah seperti Yogyakarta, Malang,

Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Baru pada tahun 2001 sesuai Surat Izin BI

No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei 2001, BNI Syariah membuka dua cabang

syariah di Jakarta, satu di Bandung.

Pada tahun 2008, BNI Syariah telah memiliki 24 Kantor Cabang Syariah

dan 30 Kantor Cabang Pembantu Syariah. Selain itu, BNI Syariah juga

menerapkan syariah channelling outlet di 647 cabang BNI konvensional. Hal

tersebut berdasarkan PBI No 8/3/2006 tentang pembukaan layanan syariah di

kantor cabang konvensional.

 
35 

Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-

cabang BNI konvensional untuk memberikan layanan pembukaan rekening

syariah. Cabang-cabang BNI tersebut dinamakan Syariah Chanelling Outlet.

Dengan adanya fasilitas Syariah Chanelling Outlet yang disediakan oleh

BNI Syariah, di harapkan dapat membantu masyarakat memperoleh kemudahan

untuk mendapatkan layanan syariah di cabang-cabang BNI konvensional. Inilah

salah satu strategi BNI syariah untuk mendekatkan diri dengan masyarakat.

Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap

memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan

penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia pada tahun 2004 sebagai Perbankan

Syariah Terbaik.

Kinerja BNI Syariah sendiri dari tahun ke tahun memperlihatkan

pertumbuhan yang positif dengan posisi semester satu Juni 2008, aset BNI Syariah

mencapai Rp. 3,38 triliun dengan pembiayaan sebesar Rp. 2,69 triliun dan dana

pihak ketiga sebesar Rp. 2,63 triliun. 1

Sedangkan pertumbuhan pembiayaan BNI Syariah didukung oleh

keberhasilan penyaluran produk BNI Wirausaha Syariah sekitar Rp55,52 miliar

dan BNI Tunas Usaha sebesar Rp18,82 miliar.2

                                                            
1
  Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 dari
http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.
2
  Diakses pada tanggal 18 Mei 2010 dari
http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx.  
 

 
36 

Pada tahun 2001 sesuai Surat Izin BI No.3/1/DpD/DPIP tanggal 3 Mei

2001, BNI Syariah membuka dua cabang syariah di Jakarta Selatan dan Jakarta

Timur, satu di Bandung.

Dalam perkembangannya BNI Syariah Jakarta Selatan sangat pesat

terbukti dengan seringnya mendapat penghargaan sebagai kategori Bank Syariah

yang paling Untung, dengan Kantor Cabang Pembantu Syariah yang dimiliki

yaitu, Kantor Cabang Pembantu Syariah (KCPS) UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Pusat dan KCPS Depok. Dan tahun 2006 BNI Syariah Jakarta Selatan naik level

menjadi kantor cabang kelas satu, ini berarti BNI Syariah Jakarta Selatan

merupakan Bank Syariah pertama yang berstatus kelas satu yang dimiliki oleh PT.

BNI (Persero).

Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan

layanan pembukaan rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki

untuk melakukan investasi mudharabah melalui deposito syariah, tabungan

syariah atau menitipkan dana melalui giro syariah dan tabungan wadiah, atau

bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji melalui tabungan iB Haji, dan

juga tabungan perencanaan iB Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang

BNI terdekat.

Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan

rekening syariah berjumlah lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini

 
37 

terus meningkat sesuai dengan misi untuk memaksimalkan layanan dan kinerja

sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.

Kendala yang saat ini menghambat perkembangan BNI Syariah antara

lain masih kuatnya budaya sistem perbankan lama yang memberikan hasil lebih

pasti berupa bunga, dibanding perbankan syariah yang returnnya tergantung pada

hasil yang diterima oleh Bank. Begitupula realitas masyarakat sebagai pengguna

jasa perbankan syariah potensial meskipun secara kuantitas mayoritas muslim,

tetapi menjadikan perbankan sebagai gaya hidup belum lekat dan popular.

Untuk mengatasi kendala tersebut antara lain dengan melakukan kegiatan

promosi atau seminar-seminar bersama dengan bank syariah lainnya untuk

memberikan penjelasan mengenai bank syariah dan produk-produknya.

B. Visi dan Misi BNI Syariah

VISI

Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan

menjalankan bisnis sesuai kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.

MISI

Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan

layanan perbankan dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank

syariah kebanggaan anak negeri.

 
38 

C. Tujuan Pendirian BNI Syariah

BNI Syariah didirikan dengan memanfaatkan jaringan BNI konvensional

yang ada baik fasilitas ATM maupun kantor cabang BNI konvensional dengan

melalui Syariah Production Counter. Dengan demikian layanan syariah ini selain

di Cabang Syariah juga dapat dilayani di Kantor Cabang Konvensional, misalnya

transaksi pembukaan rekening tabungan dan deposito.

Tujuan utama manajemen PT BNI dalam pengembangan Bank Syariah

adalah dalam rangka menjadi Universal Banking perlu mengakomodir kebutuhan

masyarakat yang ingin menyalurkan keuangannya melalui perbankan syariah serta

sebagai alternatif dalam menghadapi krisis yang mungkin timbul dikemudian hari,

mengingat kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tidak terkena negatif spread

seperti yang dialami oleh Bank-bank konvensional.

D. Produk-produk BNI Syariah

BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah,

seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan

yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. Tentu saja, sebagai produk

layanan bersifat jasa tentu masih mempunyai titik-titik persamaan dengan sistem

pelayanan dalam perbankan konvensional pada umumnya.

Dengan demikian, tantangan yang dihadapi BNI Syari’ah menyangkut

berbagai komponen perbankan yang secara oprasional berkaitan dengan sumber

 
39 

daya yang tersedia. Tentu saja bukan hanya terkait kesediaan modal kerja,

melainkan juga kemampuan SDM BNI Syari’ah dalam menguasasi konsep-

konsep terkait perbankan syari’ah.

BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan

syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh

seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan

yang nyaman, adil, dan modern.

Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas

produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus-menerus melakukan

penyempurnaan pada fitur-fiturnya.

Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah: 3

1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga

asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank selaku

penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan cara

diangsur

2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil antara bank dan

nasabah pembiayaan dimana Bank menyediakan sebagian besar modal pada

suatu usaha yang disepakati.

                                                            
3
  Diakses pada tanggal 17 Mei 2010 dari
http://www.bni.co.id/Syariah/tabid/174/Default.aspx. Lihat juga Adiwarman Karim, Bank Islam:
Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h. 86-101.  
 

 
40 

3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung

bertindak sebagai shahibul maal sedangkan bank bertindak sebagai mudharib

yang akan menginvestasikan dana ke sektor-sektor riil yang sesuai syariah.

Antara investor dan pihak Bank sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah

keuntungan yang akan dibagi. Jadi penabung tidak mendapatkan bunga

namun akan mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati.

4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha

antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah

pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan

ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.

5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas barang /

jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip

jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek transaksinya

adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.

Pada BNI Syariah dewan pengawas yang disebut dengan Dewan Pengawas

Syariah. Setiap produk yang saat ini dimiliki oleh BNI Syariah telah mendapatkan

pengesahan dari DPS, dan demikian juga dengan produk-produk yang nantinya

akan diluncurkan oleh BNI Syariah, terlebih dahulu juga harus mendapatkan

pengesahan dari DPS sebelum dilaunching kepada masyarakat.

 
41 

Produk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, di kategorikan menjadi

tiga produk yaitu:

1. Penghimpunan dana;

2. Pembiayaan, dan

3. Pelayanan Jasa Lainnya.

Agar lebih jelas dapat dilihat dari gambar berikut ini :

 
42 

PRODUK-PRODUK PT. BNI SYARIAH

PRINSIP YANG
JENIS PRODUK PRODUK
DIGUNAKAN
Wadi’ah · Giro Wadi’ah
Penghimpun
• Tabungan Mudharabah
Dana Mudharabah
• Deposito Mudharabah

Jual Beli (Buyu’) • Murabahah

Pembiayaan Bagi Hasil • Mudharabah

Jasa • Rahn/Qardh

• Kiriman Uang
Wakalah
Jasa Perbankan • Inkaso dan LC
Kafalah · Bank Garansi

Gambar 3.1

 
43 

E. Struktur Organisasi BNI Syariah

Secara organisasi, BNI Syariah merupakan salah satu unit dari BNI secara

keseluruhan, dengan kata lain direktur BNI Syariah dengan BNI masih sama. BNI

Syariah juga memanfaatkan jaringan BNI konvensional seperti ATM dan sebagian

cabang, sehingga meskipun jumlah Cabang Bank Syariah masih sedikit, tapi

dengan memanfaatkan jaringan ini nasabah BNI Syariah tidak perlu khawatir jika

berada di tempat yang jauh dari lokasi cabang BNI Syariah.

Namun demikian perlu digariskan di sini bahwa khusus untuk pengelolaan

dana masyarakat dilakukan terpisah. Dengan kata lain dana masyarakat yang

disimpan di BNI Syariah tidak akan dipergunakan oleh BNI Konvensional dan

sebaliknya, bahkan dari awal pembukuan secara akuntansi dilakukan secara

terpisah. Hal ini untuk menjamin pengelolaan dana masyarakat di BNI Syariah

dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Struktur organisasi yang ada di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan, memenuhi standar berdirinya sebuah

institusi yang bergerak dalam pelayanan masyarakat, dan didukung oleh Sumber

Daya Insani yang mengacu pada keunggulan dan profesionalisme. Dengan

demikian, Sumber Daya Insani dapat menunaikan tugasnya sesuai dengan

tuntutan struktur organisasi kekinerjaan.

Adapun secara konkret gambaran struktur organisasi dan kekinerjaannya

dalam konteks uraian kerja dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

 
44 

 
45 

Pada gambar diatas terlihat bahwa PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta Selatan dipimpin oleh seorang Pemimpin

cabang dan dalam operasionalnya dibantu oleh Pemimpin Operasional dan

pemimpin Cabang Pembantu, serta beberapa Penyelia (Pemasaran, Operasional,

Umum dan Keuangan, dan Pelayanan Nasabah), selain itu juga para penyelia

dibantu oleh beberapa asisten yang sesuai dengan keahliannya.

1. Penyelia Pemasaran Bisnis

Adalah tidak realistis apabila perusahaan mencoba melayani semua

pelanggan sekarang maupun calon pelanggan dalam satu sistem pelayanan.

Karena pelanggan begitu banyak jumlahnya dan tersebar di mana-mana

dengan keragaman kebutuhan serta perilaku pengguna jasanya. Hal demikian

mengarahkan kepada suatu proses pemasaran jasa dengan mengacu kepada

strategi fokus.

Terkait dengan strategi fokus, Christopher H. lovelock dan Lourent K.

Wright dalam bukunya Manajemen Pemasaran Jasa 4 mengungkapkan, ada

empat strategi fokus, yaitu: kepemimpinan jasa, fokus, fokus pasar dan fokus

jasa.

Kepemimpinan jasa, merupakan suatu upaya mencapai dan

mempertahankan reputasi perusahaan dalam hal inovasi dan differensiasi jasa

                                                            
4
Christopher H. Lovelock dan Lourent K. Wright, Manajamen Pemasaran Jasa (Jakarta: PT
Indeks Kelompok Gramedia, 2005), h.165.
 

 
46 

yang berarti dalam berbagai bentuk untuk menciptakan keunggulan bersaing

dalam pasar yang dipilih. Kemudian Fokus, menyangkut penyediaan bauran

produk yang relatif sedikit untuk segmen pasar tertentu.

Lalu, fokus pasar yaitu menyangkut sejauh mana suatu perusahaan

mampu melayani beberapa atau banyak pasar yang dalam hal ini terutama

adalah ummat Islam yang mulai tertarik kepada perbankan syariah.

Adapun fokus jasa, berkaitan dengan sejauh mana suatu perusahaan

menawarkan beberapa atau banyak produk jasa, tentu saja produk-produk

yang terkait dengan perbankan syariah seperti mudharabah, dan lain-lain.

Meskipun demikian, sesuai dengan pembatasan dan keterbatasan yang

ada, maka fokus utama dalam pembahasan BNI Syariah ini, menyangkut

produk-produk perbankan syariah dalam lingkup BNI Syariah.

Sebagai langkah awal, bagian Pemasaran membuat rencana target,

baik untuk produk pendanaan maupun pembiayaan. Dalam menyusun target,

Kantor Cabang menyesuaikan dengan rencana kerja operasional bank syariah

yang dibuat oleh Divisi Usaha Syariah.

Kegiatan pemimpin pemasaran dibantu oleh beberapa analis yang

bertugas memberikan analisa dan masukan terhadap proyek yang diajukan

oleh para nasabah.

 
47 

Salah satu unit yang ada di Pemasaran ini adalah rahn, karena rahn

ini termasuk salah satu produk yang dikembangkan dan dikelola oleh bagian

pemasaran.

2. Penyelia Operasional

Melakukan aktivitas operasional perusahaan, yang dibantu oleh

assisten kliring dan assisten Administrasi Kredit, merekap Transaksi-

transaksi tunai: setoran dan pembayaran, dan Laporan kas harian.

3. Penyelia Keuangan dan Umum

a. Kesekretariatan

1) Surat-menyurat;

2) Arsip dan Dokumen.

b. Inventaris

1) Inventarisasi kebutuhan sesuai dengan anggaran;

2) Belanja barang investasi dan biaya;

3) Membuat penyusutan

c. Personalia

1) Urusan gaji karyawan dan jaminan sosial;

2) Penyelenggaraan kartu pegawai dan data pegawai;

3) Pendidikan dan pembinaan karyawan.

 
48 

d. Urusan Rumah Tangga Kantor

1) Keamanan dan tata tertib kantor;

2) Pemeliharaan kantor dan pemeliharaan Inventarisasi kantor serta

perlengkapan kantor;

e. Akuntansi Cabang

1)Mendownload neraca dan daftar laba/rugi harian;

2) Mendownload neraca dan daftar laba/rugi bulanan;

3) Laporan ke bank Indonesia;

4) Membuat laporan pajak;

5) Membuat slip gaji pegawai;

6) Mengurus kenaikan gaji dan pangkat;

4. Penyelia Pelayanan Nasabah

Memberikan pelayanan kepada nasabah seperti membuka tabungan,

setoran uang, atau aplikasi kirim uang. Dan hal yang berhubungan dengan

pemenuhan kebutuhan nasabah.

Posisi Branch Quality Assurance tugasnya mengawasi serta

mengoreksi apabila ada temuan-temuan pada pelaksanaan kegiatan Bank

sehari-hari apakah sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan atau belum, BQA

ini bisa disebut juga dengan auditor internal.

Cabang Pembantu merupakan salah satu cara Kantor Cabang untuk

memperluas jaringannya dan juga untuk menjangkau para nasabah yang ingin
 

 
49 

bertransaksi dengan sistem nonribawi, dan dipimpin oleh seorang pemimpin

KCPS dibantu oleh seorang pegawai teller dan customer service, Fungsi KCPS

tidak jauh berbeda dengan kantor Agen, karena kantor cabang pembantu tidak

membuat laporan keuangan sendiri.  

 
50 

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Potret Pengelolaan Modal Kerja dan Rentabilitas pada BNI Syariah

1. Potret Pengelolaan Modal Kerja pada BNI Syariah

Secara umum pembicarakan tentang investasi pada berbagai aktiva dan

operasionalnya adalah biasa dilakukan dalam dunia perbankan. Terutama

dalam hal istilah aktiva lancar dan aktiva tetap. Barangkali berdasarkan tradisi,

telah dilakukan pemisahan antara aktiva lancar (pembelanjaan jangka pendek)

dan aktiva tetap (pembelanjaan jangka panjang). Sebagaimana telah

dikemukakan pada bab sebelumnya, definisi aktiva lancar adalah aktiva yang

bisa diubah menjadi kas dalam jangka waktu, normalnya satu tahun. Maka

manajemen modal kerja biasanya dimaksudkan sebagai pengaturan aktiva-

aktiva tersebut, yaitu kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan,

serta pengaturan utang lancar. Pengaturan aktiva tetap (aktiva yang tidak

berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun), biasanya dimasukkan dalam

penganggaran modal, sedangkan pengaturan tentang pembelanjaan jangka

panjang menyangkut pertimbangan struktur modal.

Pemisahan demikian, sebenarnya tidak menguntungkan, karena

cenderung mengaburkan pengaruh berbagai keputusan terhadap penilaian

perusahaan secara keseluruhan. Manajer keuangan umumnya menghabiskan

 
51 

waktunya untuk mengelola aktiva dan utang lancar, suatu konsentrasi yang

berulang-ulang dan seringkali menghasilkan pendekatan jangka pendek.

Sebagian besar pekerjaan yang menyangkut manajemen modal kerja

dicurahkan pada sisi kiri neraca, apakah itu diarahkan untuk mengoptimalkan

jumlah kas dan surat-surat berharga, piutang dan persediaan. Untuk sebagian

optimasi aktiva-aktiva lancar ini terpisahkan dari optimasi aktiva-aktiva lancar

dan penilaian keseluruhan perusahaan.

Menurut Dr. Suad Husnan, M.B.A. dalam bukunya “Manajemen

Keuangan Teori dan Penerapan” 1 mengungkapkan bahwa secara konsepsional,

sebenarnya tidak ada dasarnya memisahkan berbagai komponen manajemen

modal kerja dari keputusan-keputusan yang lebih bersifat fundamental dalam

investasi dan pembelanjaan.

Dalam praktik, kita harus mengakui bahwa perusahaan-perusahaan ada

yang membedakan manajemen modal kerja dengan aspek-aspek lain

manajemen keuangan. Pada akhir-akhir ini telah muncul berbagai model untuk

menentukan tingkat kas, piutang dan persediaan yang optimal. Model-model

tersebut menggunakan dasar pemikiran apakah manfaat untuk mempunyai

jumlah aktiva-aktiva tersebut lebih banyak bisa dibenarkan apabila kita

bandingkan dengan biaya (yang telah memasukkan resiko) untuk memilikinya.

Meskipun model-model tersebut memberikan keputusan hukum yang efisien,


                                                            
1
Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Yogyakarta: BPFE, 1995), h.4.

 
52 

sesungguhnya model-model tersebut mengoptimalkan dalam pengertian

keseimbangan yang partial atau tidak menyeluruh. Jelaslah bahwa yang

diperlukan adalah pemahaman tentang keputusan-keputusan aktiva lancar dan

utang lancar dalam kaitan dengan keseluruhan penilaian perusahaan secara

keseluruhan.

Dengan demikian, kebijakan perusahaan dalam mengelola usahanya

akan berpengaruh terhadap pencapaian laba perusahaan dan akan berpengaruh

juga terhadap rentabilitas perusahaan. Hal ini dapat dicapai melalui

pengelolaan perusahaan secara efektif dan efisien. Dalam hal ini termasuk pula

pengelolaan aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Melalui manajemen

modal kerja agar menghasilkan tingkat efisiensi yang tinggi dan terjaminnya

modal kerja yang layak diterima.

Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan oleh suatu

perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis. Faktor-faktor

tersebut, adalah: 2

a. Sifat umum atau tipe perusahaan

Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif

kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar

cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang relatif

rendah. Fluktuasi dalam pendapatan bersih pada perusahaan jasa juga relatif
                                                            
2
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.69-71. Lihat juga
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, cet.XIII, (Yogyakarta: Liberty, 2004), h.117-119.
 

 
53 

kecil bila dibandingkan dengan perusahaan industri dan perusahaan

keuangan.

b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan

ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu.

Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung

dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual.

Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau untuk

memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang

dibutuhkan. Selain itu harga pokok per satuan barang juga akan

mempengaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar

harga pokok per satuan barang yang dijual akan semakin besar pula

kebutuhan akan modal kerja.

c. Syarat pembelian dan penjualan

Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil

kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya

bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka

kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih

besar. Modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang.

Semakin jangka kredit yang diberikan kepada pelanggan lebih panjang

maka akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan

dalam piutang.

 
54 

d. Tingkat perputaran persediaan

Semakin sering persediaan diganti maka kebutuhan modal kerja

yang ditanamkan dalam bentuk persediaan akan semakin rendah. Untuk

mencapai tingkat perputaran persediaan yang tinggi diperlukan

perencanaan dan pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi

perputaran persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan

harga, perubahan permintaan, juga menghemat ongkos penyimpanan dan

pemeliharaan dari persediaan.

e. Tingkat perputaran piutang

Apabila piutang terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan

akan modal kerja menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai

tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang

yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan

kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta

penagihan piutang.

f. Pengaruh keadaan perekonomian

Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan

perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga

yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan.

 
55 

g. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek

Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat

berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja.

Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan

modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek

yang sudah jatuh tempo.

h. Pengaruh musim

Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah

maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek.

i. Kemampuan perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek

Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat

berharga, yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya

tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas

tergantung pada: (a) kemampuan perusahaan meminjam uang dalam jangka

pendek, (b) perputaran persediaan dan piutang, dan (c) kesempatan

mendapatkan potongan harga dalam penelitian.

Perkembangan besarnya modal kerja BNI Syariah diambil dari laporan

keuangan pada tahun 2007 sampai dengan 2009. Aktiva lancar BNI Syariah

terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia,

penempatan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, piutang, dan

 
56 

pembiayaan. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan tabel perkembangan

aktiva lancar BNI Syariah selama kurun waktu tiga tahun.

Tabel 4.1

Aktiva Lancar PT BNI Syariah

Tahun 2007-2009

Tahun Aktiva Lancar

(Modal Kerja)

Dalam Jutaan Rupiah

2007 2,505,175

2008 3,966,172

2009 4,745,838

Total 11,217,185

Sumber: Data diolah

Tabel 4.1 di atas menunjukkan perubahan unsur-unsur modal kerja pada

BNI Syariah yang diperoleh dengan cara membandingkan unsur-unsur aktiva

lancar pada tahun 2007 sampai dengan 2009. Dari tabel tersebut dapat dilihat

komposisi dari modal kerja bank beserta perubahan yang terjadi pada masing-

masing unsur modal kerja selama periode tersebut. Perubahan-perubahan nilai

modal kerja tersebut menunjukkan upaya bank dalam menjalankan kewajiban

jangka pendek.

 
57 

Kendala yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja

berasal dari faktor resiko. Resiko yang tinggi akan mengakibatkan bank enggan

menyalurkan dana. Selain itu kendala lainnya adalah masalah ketersediaan

dana. 3

Solusi yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat

berjalan dengan baik adalah dengan memberikan target-target pencapaian

kepada seluruh kantor cabang tanpa harus mengesampingkan unsur kehati-

hatian. Dan jika ada dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan

diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.4

Jika dihitung kenaikan pertumbuhan modal kerja perbankan dalam BNI

Syariah berdasarkan tabel 4.1 di atas, berdasarkan perhitungan pertahun dibagi

jumlah total dari periode tiga tahunan dan dibuat dalam prosentase, besarannya

diketahui sebagai berikut:

                                                            
3
Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Keuangan BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan.
Jakarta, 18 Mei 2010.
4
Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Keuangan BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan.
Jakarta, 18 Mei 2010.
 

 
58 

Tabel 4.2

Perkembangan Aktiva Lancar PT BNI Syari’ah

Tahun 2007-2009

Tahun Aktiva Lancar Perkembangan Aktiva Lancar

(Modal Kerja) (Modal Kerja)

Dalam Jutaan Rupiah Dalam %

2007 2,505,175 22.33

2008 3,966,172 35.36

2009 4,745,838 42.31

Total 11,217,185 100.00

Sumber: Data yang diolah

Berdasarkan angka-angka prosentase pada tabel di atas, menunjukkan

adanya suatu langkah perkembangan modal kerja BNI Syariah yang secara

umum dapat dikatakan cukup tinggi signifikansinya.

2. Potret Rentabilitas pada BNI Syariah

Untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai efektivitas

modal kerja pada BNI Syariah, maka perlu dilakukan analisis dan penafsiran

terhadap rasio keuangan. Dalam hal ini rasio yang digunakan adalah rasio

rentabilitas.

 
59 

Rasio rentabilitas merupakan hasil bersih dari berbagai kebijakan dari

keputusan, menunjukkan efektivitas dari manajemen secara keseluruhan

sebagaimana ditunjukkan dari laba yang diperoleh dari hasil penjualan produk

dan investasi. Rasio rentabilitas merupakan jawaban akhir dari rasio-rasio lain

tentang seberapa efektif perusahaan dikelola dan merupakan kriteria penilaian

yang secara luas dan dianggap paling tepat untuk digunakan sebagai alat ukur

mengenai hasil pelaksanaan operasi perusahaan.

Terdapat beberapa macam cara untuk menilai rentabilitas suatu

perusahaan, tergantung pada laba dan aktivitas atau modal mana yang akan

diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Pada umumnya rentabilitas suatu

perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal

yang menghasilkan laba tersebut.

Tinggi rendahnya rentabilitas ditentukan oleh 2 (dua) faktor yaitu: 5

a. Profit margin yaitu perbandingan antara laba operasional dengan total

pendapatan, perbandingan dinyatakan dengan persentase.

b. Tingkat perputaran aktiva usaha yaitu kecepatan perputaran aktiva usaha

dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan

membagi antara pendapatan operasional dengan aktiva usaha.

                                                            
5
 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, h.89.  

 
60 

Apabila ingin memperbesar rentabilitas dengan memperbesar profit

margin, ini berarti hubungan dengan usaha untuk mempertinggi efisiensi di

bidang penjualan dan pembenahan administrasi.

Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas yakni dengan memperbesar

perputaran aktiva usaha, maka berhubungan dengan kebijaksanaan investasi

dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap.

Adapun beberapa cara untuk meningkatkan rentabilitas perusahaan

antara lain seperti: 6

a. Menaikkan profit margin yaitu dengan menambah biaya usaha sampai

tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan yang sebesar-

besarnya.

b. Menaikkan profit margin dengan mengurangi biaya usaha relatif besar

daripada berkurangnya pendapatan dari penjualan.

c. Menaikkan perputaran aktiva usaha yaitu dengan menambah modal usaha

sampai pada tingkat tertentu diusahakan tercapainya tambahan penjualan

yang sebesar-besarnya.

d. Menaikkan perputaran aktiva usaha dengan mengurangi penjualan sampai

tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan modal usaha

sebesar-besarnya.

                                                            
6
 Yaumil Nikmat, “ANALISIS RENTABILITAS UNTUK MENGUKUR EFISIENSI KINERJA
PERUSAHAAN PADA CV PANDAN HARUM DI BALIKPAPAN”, diakses pada 28 April 2010 dari
www.guruvalah.20 m.com.  
 

 
61 

e. Menaikkan profit margin dan sekaligus perputaran aktiva usaha yaitu

mengusahakan kenaikan profit margin dan sekaligus perputaran aktiva

usaha.

Analisis terhadap rentabilitas BNI Syariah dilakukan dengan

membandingkan rasio rentabilitas bank dari tahun 2007 sampai dengan tahun

2009, untuk kemudian dipelajari apakah ada kemajuan atau kemunduran

prestasi pada kondisi keuangan bank selama periode tersebut. Rasio rentabilitas

yang digunakan adalah Return on Asset (ROA).

Return on Asset menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume

penjualan.

Laba
Return on Aset = x 100%
Total Aktiva

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Return on Asset PT BNI Syariah

Tahun 2007-2009

Tahun Laba Total Aktiva ROA

2007   Rp        19,237,000,000    Rp      2,546,844,000,000   0.76%

2008   Rp        34,439,000,000    Rp      4,017,502,000,000   0.86%

 
62 

2009   Rp   (186,509,000,000)   Rp      4,799,247,000,000   ‐3.89%

Sumber: Data diolah

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa selama kurun waktu tiga

tahun tersebut menunjukkan adanya peningkatan Return on Asset, yaitu sebesar

0.76% pada tahun 2007 dan 0.86% pada tahun 2008, kecuali pada tahun 2009

mengalami penurunan sebesar -3.89%. Dengan demikian, jika ROA pada tahun

2007 dan tahun 2008 menunjukkan perolehan laba yang signifikan, maka ROA

pada tahun 2009 mengalami hal yang sebaliknya.

Jika ditelaah lebih lanjut, mengapa ROA BNI Syariah pada tahun 2009

mengalami kerugian? Tentunya dapat diidentifikasi kemungkinan adanya

faktor-faktor yang ikut menimbulkan terjadinya kerugian itu. Hal yang sudah

pasti, tentu saja terjadi bahwa beban biaya operasional lebih besar dari

pendapatan bersih.

Beberapa penyebab sebagai kemungkinan terjadinya ROA pada tahun

2009 mengalami penurunan, di antaranya :

a. Pengeluaran biaya operasional terlalu tinggi yang melampaui kemampuan

perusahaan membiayai hal tersebut.

b. Kompetensi yang dimiliki SDM BNI Syariah masih belum maksimal

dalam pemahaman perbankan syariah baik secara konsepsi maupun

operasionalisasi. Bahkan boleh jadi, adanya beberapa ketenagaan yang

tidak berlatar belakang pendidikan perbankan.


 

 
63 

c. Terjadinya sekian banyak nasabah yang mangkir dalam memenuhi

kewajibannya sebagai debitur.

d. Adanya suatu kebijakan perbankan yang diberlakukan, yaitu menghindari

penyitaan jaminan, mengingat adanya semangat fungsi dan peranan bank

syariah adalah untuk membantu perekonomian ummat.

Bertitik tolak dari faktor-faktor kemungkinan di atas, dapat ditegaskan

bahwa penyebab utama terjadinya penurunan ROA tersebut adalah poin kedua,

ketiga dan keempat, karena poin pertama tentu saja akan berpedoman kepada

sistem yang relatif sudah baku. Contohnya, biaya gaji karyawan. Hal yang

sudah lazim dilakukan dalam perbankan syariah jika terjadi adanya nasabah

yang mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban-kewajibannya, adalah

Rescheduling (penjadwalan ulang) pembayaran kewajiban sebagai debitur.

B. Pengujian Hipotesis dan Analisis Data

1. Korelasi

Korelasi adalah ukuran hubungan antara dua variabel. Rumusan

statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini,

menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Digunakan untuk

mengukur kekuatan hubungan linier antara dua variabel. Dalam

perhitungannya, menggunakan program SPSS versi 16. Adapun hasil uji

hipotesis yang didapatkan maka diperoleh nilai koefisien korelasi antara modal
 

 
64 

kerja dengan rentabilitas adalah 0,353. Nilai korelasi tersebut dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 4.4

Correlations

modalkerja ROA

Modalkerja Pearson Correlation 1 .353*

Sig. (2-tailed) .035

N 36 36

ROA Pearson Correlation .353* 1

Sig. (2-tailed) .035

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil korelasi r-product moment yang diolah dengan program SPSS 16.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai koefisien korelasinya

sebesar 0,353. Hal ini menunjukkan adanya korelasi (hubungan) yang rendah

antara modal kerja dengan ROA. Angka koefisien korelasi bertanda positif (+)

menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat

berbanding lurus, artinya bila jumlah modal kerja meningkat, maka ROA akan

meningkat. Demikian pula sebaliknya.

 
65 

Untuk lebih memantapkan pemahaman di atas, dapat dilihat tabel

interpretasi r-product moment untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan

antara kedua variabel tersebut.

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat kuat

Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan Hipotesis:

H0 : Tidak ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel

H1 : Ada hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel

Pengujian berdasarkan uji probabilitas:

Jika Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Pada bagian output (kolom Sig. (2-tailed)), untuk korelasi variabel

modal kerja dengan tingkat ROA didapat angka probabilitas sebesar 0,035 atau

probabilitas dibawah 0,05 (0,035 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak atau hal

ini berarti bahwa terdapat hubungan antara modal kerja dengan tingkat ROA

dan hubungan tersebut signifikan.

 
66 

2. Koefisien Determinasi

Berikut adalah hasil pengolahan data untuk mengetahui nilai koefisien

determinasi dengan menggunakan SPSS 16.

Tabel 4.5

Korelasi dan Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of Durbin-

Model R R Square Square the Estimate Watson

1 .353a .124 .099 .01608 .831

a. Predictors: (Constant), modalkerja

b. Dependent Variable: ROA

Sumber: Hasil koefisien determinasi yang diolah dengan program SPSS 16.

Dari tabel Model Summary di atas, kita peroleh nilai koefisien korelasi

(R) sebesar 0,353 dan nilai koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,124 atau

12,4%. Nilai koefisien determinasi sebesar 0,124 atau 12,4% menunjukkan

bahwa tingkat ROA dipengaruhi sebesar 12,4% oleh modal kerja. Sedangkan

sisanya, 87,6% dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya.

 
67 

3. Regresi

Persamaan regresi adalah sebuah formula yang menggambarkan

hubungan dengan peubah. Persamaan regresi bisa juga digunakan untuk

meramalkan nilai suatu variabel. Variabel yang ingin kita duga disebut variabel

terikat, dilambangkan dengan huruf Y. Variabel Y ini sering ditunjukkan

sebagai variabel respon. Variabel yang digunakan untuk menduga atau

menggambarkan variabel respon disebut dengan variabel bebas, dan

dilambangkan dengan X. 7

Berikut ini adalah hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16

untuk memperoleh persamaan regresi.

Tabel 4.6

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) -.016 .009 -1.880 .069

modalkerja 1.657 .000 .353 2.197 .035

a. Dependent Variable: ROA


Sumber: Hasil koefisien regresi yang diolah dengan program SPSS 16.

                                                            
7
Ety Rochaety dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS (Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007), h.131. Lihat juga Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: CV
ALFABETA, 2006), h. 243.
 

 
68 

Dari persamaan regresi yang didapatkan, akan dilakukan pengujian

apakah nilai konstanta dan koefisien memberikan pengaruh yang signifikan

atau tidak terhadap nilai Y. Pengujian ini bisa dilakukan dengan dua metode.

Pertama, dengan menggunakan uji t yaitu membandingkan nilai thitung dengan

ttabel. Kedua, dengan menggunakan uji signifikansi. Langkah pengujiannya

dapat dilihat dalam pemaparan di bawah ini.

Berikut adalah langkah pengujiaannya:

a. Menguji signifikansi konstanta (a) pada model regresi:

Berikut adalah hipotesis yang diajukan:

H0 : a = 0 (konstanta a tidak signifikan)

H1 : a ≠ 0 (konstanta a signifikan)

Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima

Terlihat bahwa thitung untuk konstanta a adalah -1,880,

dimutlakkan menjadi 1,880. Sedangkan ttabel bisa didapat pada tabel t-test,

dengan α (alpha) = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika

mencari ttabel, nilai α dibagi menjadi dua menjadi 0,025, dan df = 34

(didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 36 - 2 = 34).

Didapat ttabel adalah 2,042.


 

 
69 

Oleh karena itu thitung < ttabel, (1,880 < 2,042), maka H0 diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa konstanta a berpengaruh tidak

signifikan terhadap ROA.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05:

Jika probabilitas > 0 ,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,069

atau probabilitas di atas 0,05 (0,069 > 0,05). Dengan demikian H0

diterima, sehingga kesimpulannya adalah konstanta a berpengaruh tidak

signifikan terhadap ROA. Kesimpulan ini sama dengan kesimpulan uji t

(t-test).

b. Menguji signifikansi koefisien b (modal kerja) pada model regresi.

Berikut adalah hipotesis yang diajukan:

H0 : b = 0 [koefisien b (modal kerja) tidak signifikan]

H1 : b ≠ 0 [koefisien b (modal kerja) signifikan]

Pengambilan keputusan didasarkan atas dua metode:

1) Berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan ttabel

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak

Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima

 
70 

Terlihat bahwa thitung untuk koefisien modal kerja adalah 2,197.

Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, nilai α (alpha) 0,025, dan df =

34, diperoleh ttabel sebesar 2,042.

Oleh karena thitung > ttabel, (2,197 > 2,042), maka H0 ditolak,

sehingga dapat disimpulkan bahwa koefisien modal kerja berpengaruh

signifikan terhadap ROA.

2) Berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05:

Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak

Terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,035 atau

probabilitas di bawah 0,05 (0,035 < 0,05). Dengan demikian H0 ditolak,

sehingga kesimpulannya adalah koefisien modal kerja berpengaruh secara

signifikan terhadap ROA. Kesimpulan ini sama dengan kesimpulan uji t (t-

test).

4. Uji Signifikansi (Uji F)

Uji berikutnya adalah Uji Signifikansi (Uji F) yang bertujuan untuk

mengetahui signifikansi pengaruh antara variabel terikat dan variabel bebas.

Selain itu, uji ini dapat dipakai untuk memutuskan apakah model regresi yang

telah diperoleh dapat dipergunakan untuk memprediksi. Berikut ini adalah tabel

ANOVA hasil olahan SPSS 16.

 
71 

Tabel 4.7

ANOVAb

Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression
.001 1 .001 4.826 .035a

Residual .009 34 .000


Total .010 35
a. Predictors: (Constant), modalkerja

b. Dependent Variable: ROA

Sumber: Hasil analysis of varians (ANOVA) yang diolah dengan program SPSS 16.

Pada tabel Anova ditampilkan hasil uji F yang dapat dipergunakan

untuk memprediksi kontribusi modal kerja terhadap variabel ROA. Dari

perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 4,826. Dengan tingkat signifikansi

(alpha) sebesar 5% dan df1 = 1 dan df2 = 34, didapat nilai Ftabel = 4,13. Karena

nilai Fhitung 4,826 lebih besar daripada nilai Ftabel 4,13 (Fhitung > Ftabel), maka

dapat disimpulkan bahwa variabel modal kerja memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel ROA.

 
71 
 

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulis melakukan pembahasan pokok dan permasalahan berdasarkan data

dari PT BNI Syariah selama kurun waktu tiga tahun, dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdapat

pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengelolaan modal kerja PT BNI Syariah dilaksanakan dengan tujuan

menghasilkan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja yang lebih tinggi.

Untuk mengetahui perkembangan modal kerja yang baik tidak hanya dilihat

dari peningkatan modal kerjanya, tetapi hendaknya dikaitkan pula oleh

seluruh aset yang lain (aktiva tetapnya) yang turut serta dalam menghasilkan

pendapatan bagi bank. Sehingga dapat disimpulkan modal kerja selama kurun

waktu tiga tahun secara keseluruhan menunjukkan adanya peningkatan. Hal

ini berarti pengelolaan modal kerja bank dilakukan secara efektif dan efisien.

2. Return on Asset selama periode 2007 sampai dengan tahun 2009

menunjukkan peningkatan, kecuali untuk tahun 2009 mengalami penurunan.

Penurunan ini disebabkan oleh penurunan pada faktor yang mempengaruhi

rentabilitas, yaitu laba, karena laba pada tahun 2009 mengalami penurunan
72 
 

dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan ROA PT BNI Syariah dari tahun

2007 sampai dengan tahun 2009 adalah 0,76%; 0,86%; -3,89%.

3. Dari hasil uji statistik dihasilkan nilai koefisien korelasi pada PT BNI Syariah

adalah bersignifikansi rendah. Meskipun demikian, hal ini masih bersifat

positif sebesar 0,353. Berdasarkan uji koefisien determinasi menunjukkan

bahwa tingkat ROA dipengaruhi sebesar 12,4% oleh modal kerja. Ini artinya,

terdapat pengaruh dari besaran modal kerja PT BNI Syariah terhadap ROA

meskipun tidak terlalu tinggi. Hasil uji signifikansi konstanta (a) pada model

regresi terlihat bahwa nilai probabilitas pada kolom Sig adalah 0,069 atau

probabilitas di atas 0,05 (0,069 > 0,05). Dengan demikian konstanta a

berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA. Sementara uji signifikansi

koefisien b (modal kerja) pada model regresi terlihat bahwa nilai probabilitas

pada kolom Sig adalah 0,035 atau probabilitas di bawah 0,05 (0,035 < 0,05).

Dengan demikian koefisien modal kerja berpengaruh secara signifikan

terhadap ROA. Sementara pada uji Anova didapat nilai F hitung sebesar

4,826 lebih besar daripada nilai Ftabel 4,13 (Fhitung > Ftabel), maka dapat

disimpulkan bahwa variabel modal kerja memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel ROA.


73 
 

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan mengenai pengelolaan

modal kerja dan rentabilitas, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai

berikut:

1. Terlepas dari besaran pengaruh dari suatu proses pengelolan modal kerja

terhadap rentabilitas yang mengemuka, bagaimanapun hal itu sudah

menunjukkan adanya hubungan pengaruh yang signifikansi dari variabel

independen terhadap variabel dependen. Hal yang perlu dilakukan selnjutnya

adalah meningkatkan efektifitas disertai pula efisiensi kinerja SDM Unit

Syariah dengan mengacu kepada tuntutan prinsip-prinsip manajemen sesuai

dengan perkembangan dan karakteristik produk jasa perbankan. Tentu saja

hal yang tidak bisa dihindari adalah pemahaman maksimal terhadap konsep-

konsep syariah perbankan yang secara aplikasi semakin meyakinkan nasabah.

2. Perkembangan modal kerja yang terdapat pada PT BNI Syariah sudah cukup

baik dan efisien, sehingga perusahaan hendaknya mempertahankan

manajemen modal kerjanya. Hanya saja diperlukan suatu langkah strategi

yang jitu dalam hal penyaluran modal kerja kepada sektor-sektor produk-

produk perbankan syariah dengan proporsi yang operasionalnya lebih

prospektus.

3. Return on Aset pada tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan yang

disebabkan peningkatan total aktiva lebih besar daripada peningkatan laba.


74 
 

Maka dari itu, untuk tahun-tahun selanjutnya PT BNI Syariah harus

mencermati perputaran aktiva yang meningkat seiring dengan peningkatan

laba. Pada gilirannya sektor-sektor produk perbankan syariah yang tinggi

tingkat perputaran modalnya mendapatkan perhatian lebih dalam konteks

kepengelolaan modal. Sementara itu, pada tataran sektor-sektor produk

perbankan yang belum tinggi tingkat perputaran modalnya, dilakukan upaya

terobosan yang bersifat promotif melalui brosur, dan lain-lain.

 
DAFTAR PUSTAKA

A. Djazuli dan Janwari, Yadi. Lembaga-lembaga Perekonomian Umat (Sebuah


Pengenalan). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.

Anorga, Win’s. Kamus Istilah Ekonomi. Bandung: M2S, 1994.

Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, cet.VII. Jakarta: AZKIA Publisher,
2009.

Badudu. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. 2005.

Gitosudarmo, Indriyo. Manajemen keuangan. Yogyakarta: BPFE, 1999.

Handoko, T Hani. Manajemen. Yogyakarta: BPPE, 1993.

Harahap, Sofyan Safri. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004.

Hasibuan, Malayu. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.

Husnan, Suad . Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1994.

______________. Manajemen Keuangan; Teori dan Penerapan. Yogyakarta: BPFE, 1995.

http://dansite.wordpress.com.

http://economy.okezone.com.

http://proposal-skripsi-ekonomi-keuangan.blogspot.com.

http://www.bni.co.id.
http://www.datacon.co.id.

Ilham, Andra. “Pengaruh Efektifitas Komponen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas


Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Indonesia”. Diakses pada 20
Maret 2010 dari http://one.indoskripsi.com.

Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Jusup, Haryono. Dasar-dasar Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN, 1997.

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: IIIT Indonesia,
2003.

Kasmir. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers, 2009.

______________. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Kountur, Ronny. Metode Penelitian: Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, cet.III. Jakarta:
PPM, 2005.

Lovelock, Christopher dan Wright, Lourent. Manajamen Pemasaran Jasa. Jakarta: PT


Indeks Kelompok Gramedia, 2005.

Mauludi, Eli. Statistika I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial. Jakarta, PT. Prima Heza
Lestari, 2006.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta: EKONISIA, 2005.

Munawir. Analisa Laporan Keuangan, cet.XIII. Yogyakarta: Liberty, 2004.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999.

Nikmat, Yaumil. “Analisis Rentabilitas Untuk Mengukur Efisiensi Kinerja Perusahaan


Pada CV PANDAN HARUM di Balikpapan”. Diakses pada 28 April 2010 dari
www.guruvalah.20 m.com.
Nurgiyantoro, Burhan. Statistika Penerapan Untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004.

Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta, 2001.

Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra
Wacana Media, 2007.

Rodoni, Ahmad dan Hamid, Abdul. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Media
Intelektual, 2008.

Sevilla, Consuelo, dkk. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI-Press, 1993.

Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV ALFABETA, 2006.

Sulaiman, Wahid. Analisis Regresi Menggunakan SPSS; Contoh Kasus & Pemecahannya.
Yogyakarta: ANDI, 2004.

Sunyoto, Danang. Uji Khi Kuadrat & Regresi Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, cet.III. Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Tim Prima Pena. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gitamedia Press, 2006.

Umar, Husein. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, cet.II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.

Uyanto, Stanislaus S. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.

Wawancara Pribadi dengan salah satu staff Keuangan BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan.
Jakarta, 18 Mei 2010.
FORMAT WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010
Tempat : Kantor BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2 dan A1-3
Jalan Rumah Sakit Fatmawati – Jakarta Selatan
Jakarta 12150 Telp. (021) 72798266
Fax. (021) 72798733

DAFTAR PERTANYAAN
1. Bagaimana pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah agar
seluruh aktivitas usaha dapat berjalan dengan lancar?
2. Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah, apakah sudah dapat
menunjukkan bahwa bank bekerja dengan efisien?
3. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja dan tingkat
rentabilitas bank?
4. Kendala apa saja yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja?
5. Ketentuan atau standar seperti apa yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas?
6. Kinerja keuangan seperti apa yang telah dilakukan oleh BNI Syariah mengenai
modal kerja dan rentabilitas?
7. Solusi apa yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat
berjalan dengan baik?

DATA YANG DIPERLUKAN


Laporan keuangan BNI Syariah tahun 2007 – 2009.
HASIL WAWANCARA
PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJA
TERHADAP TINGKAT RENTABILITAS PT BNI SYARIAH
CABANG JAKARTA SELATAN
Hari/Tanggal : Selasa, 18 Mei 2010
Tempat : Kantor BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan
ITC Dutamas Fatmawati Blok A1-2 dan A1-3
Jalan Rumah Sakit Fatmawati – Jakarta Selatan
Jakarta 12150 Telp. (021) 72798266
Fax. (021) 72798733

Pertanyaan dan jawaban


Tanya : Bagaimana pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah agar

seluruh aktivitas usaha dapat berjalan dengan lancar?

Jawab : Pengelolaan modal kerja yang diterapkan oleh BNI Syariah menggunakan prinsip-

prinsip syariah, dan mengalokasikan dana ke pembiayaan.

Tanya : Bagaimana perkembangan tingkat rentabilitas BNI Syariah, apakah sudah dapat

menunjukkan bahwa bank bekerja dengan efisien?

Jawab : Dilihat dari laporan keuangan konsolidasi, perkembangan rentabilitas BNI Syariah

mengalami peningkatan tiap tahunnya. Maka dengan demikian bank dapat

dikatakan sudah bekerja secara efisien.

Tanya : Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perubahan modal kerja dan tingkat

rentabilitas bank?

Jawab : Faktor yang mempengaruhi perubahan modal kerja yang pertama dari sisi

pelanggan, yakni tergantung pada permintaan. Jika banyak permintaan pembiayaan


dari nasabah maka modal kerja akan bertambah, begitupun sebaliknya. Yang

kedua, tergantung pada DPK (Dana Pihak Ketiga). Kemudian faktor yang

mempengaruhi tingkat rentabilitas bank dapat dilihat dari sejauh mana bank bisa

menginvestasikan dana untuk menghasilkan keuntungan.

Tanya : Kendala apa saja yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja?

Jawab : Kendala yang dihadapi BNI Syariah dalam pengelolaan modal kerja berasal dari

faktor resiko. Resiko yang tinggi akan mengakibatkan bank enggan menyalurkan

dana. Selain itu kendala lainnya adalah masalah ketersediaan dana.

Tanya : Ketentuan atau standar seperti apa yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas?

Jawab : Ketentuan atau standar yang ditetapkan BI mengenai rentabilitas meliputi

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. Pencapaian return on assets (ROA), return on equity (ROE), net interest margin

(NIM), dan tingkat efisiensi bank.

b. Perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip

akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba

operasional.

Tanya : Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh BNI Syariah mengenai pengelolaan

modal kerja dan menjaga tingkat rentabilitas?

Jawab : Upaya yang dilakukan BNI Syariah dalam mengelola modal kerja dan menjaga

tingkat rentabilitas adalah dengan memberikan target-target kepada seluruh kantor

cabang. Dan agar percapaian optimal, maka harus diperhatikan pula unsur kehati-
hatiannya. Jika ada dana-dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan

diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.

Tanya : Solusi apa yang dilakukan BNI Syariah agar pengelolaan modal kerja dapat

berjalan dengan baik?

Jawab : Solusi yang dilakukan BNI Syariah adalah dengan memberikan target-target

pencapaian kepada seluruh kantor cabang tanpa harus mengesampingkan unsur

kehati-hatian. Dan jika ada dana yang tidak bisa diinvestasikan, maka akan

diinvestasikan ke portofolio lain yang lebih menguntungkan.

Jakarta, 17 Juli 2010


Yang mewawancarai Mengetahui,
BNI Syariah Cabang Jakarta Selatan

Ary Nurhayati
Mahasiswi
Regression

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .353a .124 .099 .01608 .831

a. Predictors: (Constant), modalkerja

b. Dependent Variable: ROA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .001 1 .001 4.826 .035a

Residual .009 34 .000

Total .010 35

a. Predictors: (Constant), modalkerja

b. Dependent Variable: ROA

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -.016 .009 -1.880 .069

modalkerja 1.657 .000 .353 2.197 .035

a. Dependent Variable: ROA


Correlations

Correlations

modalkerja ROA

modalkerja Pearson Correlation 1 .353*

Sig. (2-tailed) .035

N 36 36

ROA Pearson Correlation .353* 1

Sig. (2-tailed) .035

N 36 36

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai