Anda di halaman 1dari 12

Konsep Keperawatan Kesehatan Kerja

A. Pengertian kerja, dan kesehatan kerja


a. Pengertian kesehatan kerja
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,
atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
2. pekerjaan untuk kesejahteraan hidup & meningkatan produksi &
produktivitas nasional.
3. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
4. Sumber produksi dipelihara & dipergunakan secara aman & efisien

B. Kebijakan dan aspek legalitas ssistem manajemen K3 (SMK3)


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses
dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam
rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang
atau lebih dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja

1
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan Sistem Manajemen K3.
Langkah awal untuk mengimplementasikan SMK3 adalah dengan
menunjukkan komitmen serta kebijakan K3, yaitu suatu pernyataan tertulis yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi
dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan K3, kerangka dan
program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang
bersifat umum dan/atau operasional.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga
kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau
ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah:
UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
1. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3. Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan atau
yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau
lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus orang tetapi
menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan
terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesja


1. Lingkungan
a. Faktor Fisik antara lain : Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/dingin),
Vibrasi (Getaran), Tekanan Udara (Hiperbarik/Hipobarik), Pencahayaan.
Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan ini :
1) Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator, bengkel reparasi
alat, dll)
2) Heat stress, (misalnya ruang Generator, dapur, laundry, dll)
3) Raynaud’s syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll)
4) Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)
5) Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang,

2
6) Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di lift, dll
b. Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua bahan
kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja yang berbentuk :
1) Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)
2) Uap (Uap logam)
3) Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)

c. Larutan (asam kuat atau basa kuat)


Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :
1) Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dll) dapat
menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis
2) Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan
gangguanpernafasan
3) Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan kecelakaan
misalnya luka.
4) Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat menyebabkan Gangguan
Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paru-paru dalam jangka panjang
5) Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)
6) Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.
d. Faktor Biologi
1) BAKTERI. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, misalnya: penyakit
antraks, Penyakit TBC,dll
2) VIRUS. Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya : Hepatitis (nakes di
RS), Rabies (petugas laboratorium), dll
3) JAMUR,misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang cuci, dll.
4) PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang biasanya diderita
oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan, dll
e. Faktor Faal ergonomic
Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran
tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan
kelelahan secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan,
misalnya : Carpal tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain sebagainya.
Faktor Psikologi Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya
pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg kurang baik,
dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala psikosomatis
berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung berdebar-debar, dll.
2. Perilaku Pekerja
a. Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan-
kebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktor-faktor
ekonomi, sosial &budaya.
b. Perilaku kerja akan mempengaruhi kapasitas kerja, beban kerja serta cara
melaksanakan pekerjaan.

3
3. Pelayanan Kesehatan Kerja
Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :
1. Pelayanan promotif
2. Pelayanan preventif
3. Pelayanan kuratif
4. Pelayanan rehabilitatif.
5. Faktor Genetik (Herediter)
Dibandingkan denganKetiga faktor lainnya faktor genetik ini sangat kecil
peranannya terhadap status kesehatan seorang pekerja. Namun faktor genetik
seseorang dpt menyebabkan seorang pekerja lebih rentan terkena suatu penyakit.
Ok, sahabat K3 untuk pembahasan singkat tentang prinsip dasar kesehatan kerja
cukup sekian dulu. Semoga Bermanfaat, sampai ketemu di postingan materi
selanjutnya

D. Sasaran-sasaran kesehatan kerja


Tujuan kesehatan kerja adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua
lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan
oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan
bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari
dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif
tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
debu, parasit, dan lain-lain.

E. Trend dan issue masalah kesehatan: penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
kerja

4
beberapa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit-penyakit akibat
kerja:
a. Penyebab Langsung (Immediate Causes)
Penyebab langsung Kecelakaan Adalah suatu keadaan yang biasanya bisa
dilihat dan di rasakan langsung, yang di bagi 2 kelompok:
1. . Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) yaitu Perbuatan berbahaya dari
dari manusia yang dalam beberapa hal dapat dilatar belakangi antara lain:
 Cacat tubuh yang tidak kentara (bodilly defect)
 Keletihan dan kelesuan (fatigiue and boredom)
 Sikap dan tingka laku yang tidak aman
 Pengetahuan

2. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:
 Mesin, peralatan, bahan.
 Lingkungan
 Proses pekerjaan
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja

b. Penyebab Dasar (Basic causes)


Penyebab Dasar (Basic Causes), terdiri dari 2 faktor yaitu:
1. Faktor manusia/personal (personal factor)
 Kurang kemampuan fisik, mental dan psikologi
 Kurangnya /lemahnya pengetahuan dan skill
 Stres
 Motivasi yang tidak cukup/salah
2. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)
 Factor fisik yaitu, kebisingan, radiasi, penerangan, iklim dll.
 Factor kimia yaitu debu, uap logam, asap, gas dst
 Factor biologi yaitu bakteri,virus, parasit, serangga
 Ergonomi dan psikososial
Beberapa pendapat para ahli mengenai penyebab kecelakaan:
 Menurut Henrich faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor
Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 80 % dan Kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) 20%.
 Menurut Suma’mur faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh faktor
Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan Kondisi yang tidak aman
(unsafe condition) 15 %.

5
 Menurut Hastuti dan Adiatma faktor penyebab kecelakaan disebabkan oleh
faktor Tindakan-tindakan tidak aman (unsafe acts) 85 % dan Kondisi yang tidak
aman (unsafe condition) 10% dan faktor alam (act of god) 5%.
 Menurut Phoon (1988), penyebab kecelakaan sangat banyak, beraneka ragam,
dan kompleks

Faktor utama yang menyebabkan kecelakaan adalah:


 Lingkungan kerja
 Metode kerja
 Pekerja sendiri
Namun pada akhirnya semua kecelakaan baik langsung maupun tidak langsung, di
akibatkan kesalahan manusia.
Selalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada SETIAP PROSES/
AKTIFITAS pekerjaan. Dan saat kecelakaan kerja (work accident) terjadi,
seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa
mungkin dan sedini mungkin, kecelakaan/potensi kecelakaan kerja harus dicegah/
dihilangkan, atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya.
Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus
dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara
parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.
Salah satu bentuk keseriusan itu adalah resourcing, baik itu finansial dan MSDM.
 Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:
 Kelelahan (fatigue)
 Kondisi tempat kerja (enviromental aspects) dan pekerjaan yang tidak aman
(unsafe working condition)
 Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab
awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
 Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Hubungan antara karakter pekerjaan dan kecelakaan kerja menjadi fokus
bahasan yang cukup menarik dan membutuhkan perhatian tersendiri. Kecepatan
kerja (paced work), pekerjaan yang dilakukan secara berulang (short-cycle
repetitive work), pekerjaan-pekerjaan yang harus diawali dengan “pemanasan
prosedural”, beban kerja (workload), dan lamanya sebuah pekerjaan dilakukan
(workhours) adalah beberapa karakteristik pekerjaan yang dimaksud.
Penyebab-penyebab di atas bisa terjadi secara tunggal, simultan, maupun
dalam sebuah rangkain sebab-akibat (cause consequences chain).

F. Perencanaan keselamatan kesehatan kerja dan peran fungsi perawat


dalam kesja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan
proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah

6
Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi
dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-
pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut,
maka dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

 Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah
tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan,
maka fungsinya adalah :
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di
perusahaan
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah
sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

7
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka pimpinan
paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua
usaha perawatan

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


A. Devinisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.

B. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Tujuan utama dalam Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 mengenai Keselamatan Kerja yaitu diantaranya :

1. Melindungi dan menanggung keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain ditempat kerja.
2. Menanggung setiap sumber produksi dapat dipakai dengan cara aman dan
efektif.
3. Tingkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan tenaga kerja


Beban kerja : Fisik, Mental
Kapasitas kerja : keterampilan, status kesehatan, usia, jenis kelamin
Faktor lingkungan : Fisik : bising, getaran, radiasi
Kmia : debu. gas, uap
Biologi : virus, bakteri, jamur
D. Pelayanan kesehatan kerja per menakertrnas No. 03/1982
Peraturan perundangan yang terkait dengan PKK
Peraturan perundangan yang terkait dengan penyelenggaran pelayanan
kesehatan kerja adalah permennaker No. Per. 03 Men/1982 tentang pelayanan
kesehatan kerja. Selain itu terdapat juga petunjuk pelaksanaan permennaker
No. Per. 03/Men/1982. Dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan tenaga
kerja pengurus wajib menyampaikan laporannya sesuai dengan keputusan
Dirjen binawas No. Kep. 157/M/BW/1989 tentang tata cara dan bentuk
laporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.

E. Masalah kesehatan kerja

8
a). Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30-40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan
35% kekurangan zat besi tanpa anemia.
Kondisi kesehatan seperti ini tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk
bekerja dengan produktivitas yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan
kenyataan bahwa angkatan kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh
petugas kesehatan dan non kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan,
sehingga untuk dalam melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala
terutama menyangkut masalah PAHK dan kecelakaan kerja.
b) Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi 8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan
pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan tugas/jaga malam.
Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat,
akibat terjadinya perubahan pada bioritmik (irama tubuh). Faktor lain yang
turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan sosial bagi
pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa
melakukan kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka
waktu lama dapat menimbulkan stres.
c) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi
kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational
Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(Occupational Disease & Work Related Diseases).

F. Tahap pengkajian
Histori
a. Kapan mulai bekerja
 Usia mulai bekerja
 Alasan bekerja
 Pengalaman pekerja
b. Demografi
Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, jenis pendidikan,
kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja jumlah tanggungan, pekerjaan sampingan
pekerja, kebiasaan pekerja, jenis olahraga. Subsistem
c. Lingkungan Fisik

9
 Iklim/cuaca
 Suhu ruangan
 Tingkata kebisingan, paparan zat kimia
 Penataan ruangan kerja
 Penataan eksterior perusahaan
 Pengaruh penataan terhadap pekerja
 Dampak lingkungan fisik terhadap pekerja
d. Pendidikan
 Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
 Jenjang karir dan pendidikan
 Penghargaan terhadap pendidikan pekerja dan keluarga
 Fasilitas pendidikan di perusahaan
 Jenis pendidikan yang diberikan
e. Keamanan dan Transportasi
 Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerja dan keluarga

G. Analisa Data
Analisa data
Prioritas :
 Masalah (aktual, resiko, potensial)
 Ketersediaan sarana
 Kemauan pekerja dan keluarga
 Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus, anatara lain :
 Kecelakaan kerja yg sering terjadi
 Perilaku yg tidak sehat
 Lingkungan yg tidak sehat
 Penyakit akibat kerja
 Pengetahuan yg kurang
 Kurangnya fasilitas pendukung

H. Perumusan Diagnosa

10
1. Resiko peningkatan penyakit akibat kerja berhubungan dengan kurang
pengetahuan pekerja dan pemilik usaha tentang standar keselamatan
dan kesehatan kerja, dan tidak menggunakan APD
2. Risiko gangguan pernapasan pada pekerja berhubungan dengan tingkat
pengamanan pekerja yang rendah dan paparan debu dalam jangka
waktu yang lama.

I. Rencana keperawatan
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien.
1. Lakukan pendidikan kesehatan keselamatan kerja
2. Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
3. Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan kesehatan kerja
4. Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

Program Kesehatan Kerja


 Komonen Pokok
1. Pemeriksaan kesehatan pekerja
2. Dignosa dan pengobatan atau kecelakaan akibat kerja
3. Pengobatan darurat dan pengobatan atas kecelakaan yang bukan
akibat kerja
4. Imunisasi terhadap penyakit infeksi
5. Ikut serta dalam penentuan dan evaluasi dari asuransi pekerja
 Komponen pilihan
1. Penyediaan tempat pengobatan ( klinik )
2. Pendidikan kesehatan dan konsultasi

11
12

Anda mungkin juga menyukai