Anda di halaman 1dari 28

JEMBATAN

1. Jenis-jenis jembatan:
a. Jembatan rangka

Merupakan jembatan yang konsepnya hampir sama dengan jembatan lengkung disebut
juga sebagai truss bridge. Pembuatan jembatan kerangka yaitu dengan menyusun tiang-
tiang jembatan membentuk kisi-kisi agar setiap tiang hanya menampung sebagian berat
struktur jembatan tersebut. Membutuhkan biaya yang lebih murah untuk membangun
jembatan jenis ini karena penggunaan bahan yang lebih efisien.
Pada gambar berikut ditunjukkan beberapa jenis jembatan kerangka yang biasa
digunakan
b. Jembatan kayu gelondongan

Jembatan kayu gelondongan adalah jembatan yang terjadi karena ada pohon yang
tumbang dan secara kebetulan memotong suatu sungai sehingga dapat digunakan
sebagai jembatan, tetapi dapat juga dengan sengaja direncanakan membangun
jembatan yang terbuat dari kaya gelondongan. Bahan kayu gelondongan yang bisanya
digunakan berupa:
 kayu bulat dari batang kayu yang lurus,
 batang kelapa,
 batang pinang,
 bambu
Batang kelapa banyak digunakan didaerah pedesaan karena mudahnya memperoleh
bahan pohon kelapa, kekuatan yang besar, relatif lurus, dan bisa mencapai panjang 30
meter. Batang kelapa juga digunakan sebagai bahan untuk membangun jembatan
darurat bila jembatan yang ada mengalami kerusakan. Jembatan kayu gelondongan ini
hanya sesuai untuk jembatan dengan bentangan yang pendek. Sedang jembatan
bambu biasanya digunakan untuk jembatan kecil, dan untuk bentang yang pendek,
namun untuk meningkatkan kekuatan dapat dibuat dengan mengadopsi struktur rangka
baja.

c. Jembatan busur

Merupakan jembatan yang sudah dikenal zaman romawi yang dibangun dengan
susunan batu yang diatur sedemikian sehinga beban lalu lintas maupun jembatan itu
sendiri yang dipikul pada jembatan didistribusikan dengan baik pada kedua sisi
abatemen jembatan, untuk jembatan yang panjang digunakan lebih dari dua busur.
Konsep ini kemudian dikembangkan pada pembangunan jembatan modern dengan
menggunakan rangka baja ataupun dari beton. Jembatan seperti ini banyak digunakan di
Indonesia, baik pada jembatan jalan, maupun pada jembatan kereta api.
Berdasarkan letak lantai yang digunakanan untuk lalu lintas kendaraannya serta bentuk
busur, maka beberapa bentuk jenis yang umum dipakai, yaitu :
1. Deck Arch, merupakan salah satu jenis/bentuk jembatan busur dimana letak
lantainya menopang beban lalu lintas secara langsung dan berada pada bagian
paling atas busur, yang mengambil bentuk seperti konsep awalnya.
2. Through Arch, merupakan jenis jembatan busur yang lain dimana letak lantainya
berada tepat di springline busurnya, jembatan seperti ini biasanya dibangun
dengan menggunakan bahan baja,
3. A Half – Through Arch, Salah satu jenis jembatan busur dimana lantainya
kendaraannya berada di antara springline dan bagian busur jembatan, atau
berada di tengah-tengah. Jembatan seperti ini biasanya digunakan untuk
bentang yang panjang.
d. Jembatan balok

Merupakan jembatan yang paling sederhana kalau ditinjau dari bentuk struktural karena
didukung oleh penyangga/ubutment awal dan akhir dari dek jembatan, disebut juga
sebagai beam bridge. Konsep ini pada awalnya dikembangkan dua batang pohon
(terbasuk batang kelapa) yang dipasangin lantai. yang kemudian dikembangkan dengan
menggunakan balok beton pracetak ataupun menggunakan girder baja profil ataupun
kotak (box girder).
Beban yang bekerja pada jembatan bolok ini mengakibatkan permukaan atas balok yang
didorong ke bawah atau dikompresi sedangkan pada bagian bawah ditarik sehingga
mengakibatkan lendutan ditengan jembatan. Atas dasar inilah serta sifat-sifat material
yang akan digunakan dilakukan perhitungan/desain dari jembatan yang akan dibangun.
Balok yang digunakan untuk pembangunan jembatan seperti ini dapat berupa:
 Baja profil I, L atau H
 Baja Box Girder
 Pipa baja
 Beton pratekan
 Beton box girder

e. Jembatan Gantung

Jembatan gantung atau dikenal sebagai Suspension Bridge merupakan digantungkan


dengan menggunakan tali untuk jembatan gantung yang sangat sederhana dan kabel
baja pada jembatan gantung besar. Pada jembatan gantung modern, kabel
menggantung dari menara jembatan kemudian melekat pada caisson (alat berbentuk
peti terbalik yang digunakan untuk menambatkan kabel di dalam air) atau cofferdam
(ruangan di air yang dikeringkan untuk pembangunan dasar jembatan). Caisson atau
cofferdam akan ditanamkan jauh ke dalam lantai danau atau sungai. Jembatan gantung
terpanjang di dunia saat ini adalah Jembatan Akashi Kaikyo di Jepang. Jembatan ini
memiliki panjang 12.826 kaki (3.909 m).
Pada gambar berikut ditunjukkan konsep jembatan gantung
f. Jembatan
kabel
penahan
Seperti
jembatan
gantung,
jembatan ini
ditahan oleh
kabel disebut
juga sebagai
Cable-
Stayed
Bridge.
Bedanya,
selain jumlah
kabel yang
dibutuhkan
lebih sedikit,
jembatan ini
memiliki
menara
penahan
kabel yang
lebih pendek
daripada
jembatan
gantung.
Jembatan
kabel-
penahan
terpanjang di
dunia saat ini
adalah
Jembatan
Sutong yang
melintasi
Sungai
Yangtze di
China. Salah
satu contoh
jembatan
kabel
penahan di
Indonesia
yaitu
Jembatan
Tenggarong
yang runtuh
pada bulan Nopember 2011 diakibatkan kesalah prosedur pada saat melakukan
perawatan.
Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura,
menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya
timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan
terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan
layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge) yang merupakan jembatan
bentang, dan jembatan utama (main bridge) yang merupakan jembatan kabel penahan.

g. Jembatan Penyangga
Jembatan penyangga atau dikenal sebagai cantilever bridge merupakan jembatan balok
disangga oleh tiang penopang dikedua pangkalnya, maka jembatan penyangga hanya
ditopang di salah satu pangkalnya. Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk
mengatasi masalah pembuatan jembatan apabila keadaan tidak memungkinkan untuk
menahan beban jembatan dari bawah sewaktu proses pembuatan. Kelebihan jembatan
jenis ini adalah tidak mudah bergoyang. Tidak heran mengapa banyak jembatan rel
kereta api menggunakan jenis ini

Prinsip Perencanaan Teknis Jembatan


Beberapa prinsip dasar dalam perencanaan jembatan:
1. Perencana harus berpengalaman dan kompeten dibidang perencanaan jembatan, dibuktikan
dengan sertifikasi keahlian yang diterbitkan oleh organisasi atau lembaga yang berwenang
dan terakreditasi.
2. Perencana harus bertanggungjawab penuh pada hasil perencanaannya, termasuk apabila
menggunakan produk standar suatu komponen struktur jembatan yang dibuat pihak lain,
kecuali bila dapat menunjukkan sertifikat kelayakan yang diterbitkan oleh lembaga yang
berwenang di bidang jembatan untuk komponen tersebut. Pertanggungjawaban harus
dinyatakan dengan cara menandatangani setiap lembar gambar rencana dan setiap
dokumen pelaporan perhitungan atau analisis yang mendukungnya.
3. Hasil perencanaan dan perhitungan harus disetujui dan disahkan oleh instansi yang
berwenang, seperti Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum di daerah.
Bila perlu dapat dimintakan untuk diteliti banding atau diverifikasi oleh pihak ketiga yang
independen, sebelum dilakukan persetujuan dan pengesahan oleh instansi yang
berkompeten.
4. Perencana harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam kriteria
perencanaan.
5. Perencanaan harus memperhatikan rencana tata guna lahan di lokasi rencana jembatan,
beserta kendala alinyemen dan kendala lintasan di bawahnya, agar didapat suatu hasil
rancangan geometrik, bentuk dan cara pelaksanaan konstruksi yang optimal.
6. Perencanaan harus berdasarkan hasil survey dan penyelidikan, yang memberikan informasi
yang jelas dan akurat mengenai kondisi lapangan di lokasi rencana jembatan, dan kondisi
teknis lainnya yang mendasari kriteria perencanaan.
7. Perencanaan harus memperhatikan ketersediaan material dan peralatan di sekitar lokasi
jembatan agar diperoleh rancangan jembatan yang praktis dan ekonomis.

Pemilihan bentuk struktur jembatan


Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembangunan jembatan adalah:
1. Kendala geometri
2. Kendala material dan ketersediaannya.
3. Kecepatan pelaksanaan
4. Kesulitan perencanaan dan pelaksanaan
5. Pemeliharaan jembatan
6. Biaya konstruksi
STRUKTUR JEMBATAN

5 Prinsip Pemilihan Konstruksi Jembatan


 Konstruksi Sederhana (bisa dikerjakan masyarakat) bos
 Harga Murah (manfaatkan material lokal)
 Kuat & Tahan Lama (mampu menerima beban lalin)
 Perawatan Mudah & Murah (bisa dilakukan masy)
 Stabil & Mampu Menahan Gerusan Air

Hal Hal Yang Harus Diperhitungkan Dalam Pembuatan Pondasi


 Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta
beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
 Jenis tanah dan daya dukung tanah
 Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
 Alat dan tenaga kerja yang tersedia
 Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
 Waktu dan biaya pekerjaan

Pemilihan Letak Jembatan


1. Pilih Bentang Terpendek
2. Hindari Lokasi Belokan Sungai
3. Hindari Tinggi Abutment yang Tinggi

Bangunan Pelengkap Jembatan


1. Sayap Jembatan

Fungsi : Menahan tebing sungai dan pangkal jembatan


2. Krib

Fungsi : Mengarahkan & mengurangi hantaman air pada sayap & pangkal jembatan yang
terletak di belokan sungai.

3. Oprit

Fungsi : Jalan masuk ke Jembatan & Tanjakan maksimum 12%


Jenis Konstruksi & Batasan Jembatan yang “Biasa” atau“Disarankan” di PPK :
 Berat bangunan yang harus dipikul pondasi berikut beban-beban hidup, mati serta
beban-beban lain dan beban- beban yang diakibatkan gaya-gaya eksternal
 Jenis tanah dan daya dukung tanah
 Bahan pondasi yang tersedia atau mudah diperoleh di tempat
 Alat dan tenaga kerja yang tersedia
 Lokasi dan lingkungan tempat pekerjaan
 Waktu dan biaya pekerjaan

Catatan : Jembatan dengan jenis konstruksi khusus & panjang bentang diluar keempat
jenis diatas, perlu persetujuan dari KMT.

Ada beberapa jenis konstruksi yaitu :

1. Jembatan Gelagar Besi Lantai Kayu

Kelebihan :
 Harga Murah (jika ada kayu di desa setempat)
 Konstruksi Sederhana
 Kekuatan Gelagar (besi) Terjamin
 Perawatan Mudah & Murah
 5.Gelagar Besi Awet (jika terlindung dari karat)
Kekurangan :
 Kayu Lantai Sering Lapuk (apalagi kualitas kayu rendah)
 Kenyamanan Lalu Lintas Kurang
2. Jembatan Beton Bertulang
Kelebihan :
 Awet (tidak mengenal istilah lapuk seperti kayu)
 “Relatif” Tidak Perlu Perawatan
 Nyaman bagi Lalu Lintas
 Harga murah jika dikaitkan dengan umur pakai/manfaat yang panjang krn kualitas
baik
Kekurangan :
 Harga Mahal jika kualitas jelek shg umur pakai pendek
 Konstruksi Lebih Rumit
 Perlu Pengawasan Ketat untuk Menjamin Kualitas Beton
 Pondasi Perlu Lebih Kuat (beban konstruksi lebih berat)
 Lebih Sulit dalam Perbaikan, jika ada kerusakan
 Kesalahan dalam “pengecoran” Sulit Diperbaiki

3. Jembatan Gantung

Kelebihan :
 Bentang Cukup Panjang
 Harga Murah
 Konstruksi Sederhana
 Pelaksanaan Mudah
 Kabel Baja “Awet”
 Tidak Ada Pekerjaan “Pondasi di Air atau Pilar”

Kekurangan :
 Kayu Lantai Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
 Hanya bisa untuk Kend Roda 2 (untuk bisa kend roda 4 harus ada perhitungan yang
rumit)
 Kurang Nyaman (kondisi yang bergoyang)

4. Jembatan Gelagar & Lantai Kayu

Kelebihan :
 Harga Murah (apalagi jika ada kayu di desa setempat)
 Konstruksi Sederhana
 Pelaksanaan Mudah
 Pemeliharaan Cukup Mudah
Kekurangan :
 Kayu Kurang Awet atau Mudah Lapuk (apalagi jika kualitas kayu rendah)
 Sedikit Kurang Nyaman bagi Lalin

Pondasi Jembatan

3 Jenis Pondasi Jembatan yang “Biasa” atau “Disarankan” di PPK :

1. Pondasi Langsung
 Bahan pasangan batu kali atau beton bertulang
 Cocok untuk jenis tanah yang sedang hingga keras

2. Pondasi Pancang Sederhana


 Bahan tiang dari beton bertulang atau kayu
 Cocok untuk jenis tanah yang lunak

3. Pondasi Sumuran
 Bahan dari adukan beton
 Cocok untuk jenis tanah berpasir dimana tanah keras agak dalam

Penjangkaran Tanah (Ground Anchor)

Metode pemboran ini dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan
berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu
bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen
dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian
disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya.
1. Tipe Jangkar

 Penjengkaran dengan tahanan geser


 Penjangkaran dengan plat pemikul
 Penjangkaran gabungan
2. Metode Penjangkaran
 Metode penjangkaran dengan grouting
 Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS)
 Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji)
 Metode penjangkaran plat
 Metode jangkar UAC
3. Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting
 3 Bagian Penting Penjangka- Anchorage- Free stressing (unbonded) length- Bond
length
 Grouting
 Material Tendon
 Spacers & Centralizers

Jenis Pilar Tipikal


Jenis Pilar Tipikal

Bentuk Pilar Lain

Toleransi
1. Denah

 Abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm


 Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm
2. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan
 Panjang bentang 1.0 cm
 Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm pada tiap abutmet atau pilar
3. Elevasi Permukaan
 Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
 Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm
4. Penahan Horizontal
 Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm
5. Perletakan
 Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
 Lokasi 2.0 cm
STRUKTUR JEMBATAN
Tipe Revetment
Gambar 2.1. Beberapa Bentuk Seawall/revetment/Talud Pantai

ambar 2.2. Beberapa Bentuk Seawall/revetment/Talud Pantai


Macam-macam dinding penahan tanah

Anda mungkin juga menyukai