Uji Efektifitas Ekstrak Metanol Jahe Merah - Compressed
Uji Efektifitas Ekstrak Metanol Jahe Merah - Compressed
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Skripsi
Oleh:
04031181320032
i
3
ii
4
iii
5
“I aspire to be a GIVER
A giver of love
A giver of good vibes
And a giver of strength”
iv
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji
Efektivitas Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber Officinale var.rubrum) Terhadap
Daya Hambat pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis”.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW
beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu menyelesaikan skripsi, khususnya kepada:
1. dr. H. Syarif Husin, M. S. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan bantuan
selama penulis menyelesaikan skripsi.
2. drg. Sri Wahyuningsih Rais, M.Kes., Sp.Pros selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya serta selaku
dosen pembimbing akademik yang memberikan bantuan, dukungan, masukan,
serta semangat selama penulis melaksanakan perkuliahan.
3. drg. Sukarman, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran, masukan, semangat dan doa pada penulis dari
awal penulisan hingga tersusunnya skripsi ini.
4. drg. Mellani Cindera Negara, selaku dosen pembimbing skripsi kedua yang
telah memberikan bimbingan, saran, masukan, semangat dan doa pada penulis
dari awal penulisan hingga tersusunnya skripsi ini.
5. drg. Siti Rusdina Puspa Dewi, M.Kes atas kesediaannya menguji,
membimbing, dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
6. dr. Ella Amalia, M.Kes atas kesediaan nyamenguji, membimbing, dan
memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
v
7
7. Seluruh dosen dan staf tata usaha di PSKG FK Unsri yang telah membantu
selama penulis menempuh pendidikan.
8. Kedua orang tuaku tercinta Herta Mince dan Subandi D. SH, keluargaku yang
kusayangi Hengky Roberta, Hermansyah, Harry Wahyudi, Ibrahim, Putri,
Karin dan Jinan.
9. Teman-teman seperjuangan PSKG FK Unsri angkatan 2013, Nina Vella,
Griselda Alodia, Veronita, Artha Suri, Rizky Alfarizy, Miranda Alaska, Bik
Yuli, Marisa Yesika, Leni Dekasari, Aprilia Hanum, Dina Anissa, Ratri Ayu,
Vida Irena, Katherine Efrinda, Diedi Melinda, Ratih Yolanda, Amalia AH,
Nabilah Nazalika, Suci Kurniati, Robih Aflah, Senpai Bebbi, Kak Alfa
Marojahan, Geng Hasan AS serta seluruh keluarga besar KG UNSRI 2013
yang telah banyak memberikan bantuan, dukungan, doa, dan saran dalam
proses pembuatan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah terlibat
dalam proses penyusunan skripsi ini.
Hardiyanti Suci R.
vi
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiii
vii
9
viii
10
DAFTAR TABEL
Halaman
ix
11
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xi
13
Abstrak
xii
ANTIBACTERIAL EFFECTIVITY OF RED GINGER ETHANOL
EXTRACT(Zingiber Officinale var.rumbrum) ON INHIBITION
ZONE Porphyromonas gingivalis
Abstract
xiii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
herbal dinilai memiliki kemampuan antimikroba alami dan efek samping yang lebih
rendah bagi kesehatan. Salah satu tanaman herbal yang telah diketahui memiliki
Masyarakat sering menggunakan jahe merah sebagai obat mual, obat nyeri, obat
penghangat, obat flu, dan migrain.2 Jahe merah juga dikentahui memiliki efek
anti-tumor.3
jamur parasit, golongan bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif.4 Salah satu
bakteri gram negatif yang merupakan faktor etiologi infeksi pada jaringan periodontal
pada plak gigi, dimana bakteri tersebut merupakan bakteri yang menyebabkan
perubahan patologis pada jaringan periodontal dengan menurunkan respon imun dan
1
2
meningkatkan respon inflamatori pada sel host yang secara langsung memengaruhi
Milos N, dkk tahun 2014, membuktikan bahwa ekstrak etanol jahe merah
mirobilis dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 2,5%.7 Priskilia tahun
2015 juga membuktikan bahwa ekstrak etanol jahe merah pada konsentrasi 10%
Hal ini disebabkan karena dalam jahe merah mengandung senyawa aktif yang
dan senyawa saponin. Senyawa aktif tersebut bekerja dengan cara merusak dinding
sel bakteri dan menyebabkan koagulasi protein sehingga sel membran bakteri
mengalami lisis.4
Peranan antibakteri dalam jahe merah yang dianggap telah teruji dapat
mengetahui apakah ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rumbrum)
gingivalis.
3
Apakah ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rumbrum) efektif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
Jahe merah (Zingiber officinale var. rumbrum), merupakan tanaman asli yang
berasal dari wilayah Indo-Malaya, yang banyak tersebar di daerah tropis seperti Asia,
Afrika, Amerika dan Australia.1 Jahe merah atau rimpang Zingiber officinale var.
rubrum yang masih satu famili dengan Zingiberaceae adalah tumbuhan yang sangat
populer digunakan sebagai bumbu selama lebih dari 2000 tahun.2 Jahe merah
memiliki karakteristik bau khas dan rasa yang pedas, selain dapat digunakan sebagai
bumbu masakan jahe merah juga lazim digunakan sebagai bahan obat tradisional
2.1.2. Taksonomi
4
5
2.1.3. Morfologi
bercabang. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga
kemerahan dengan bau khas yang menyengat. Daunnya menyirip dengan panjang 15-
merah tumbuh dari dalam tanah berbentuk bulat dengan panjang 3,5-5 cm dan lebar
berwarna hijau kekuningan, bibir bunga dan kepala putik berwarna ungu, dan tangkai
putik berjumlah dua, tinggi tanaman ini tidak lebih dari 60 cm. Tanaman ini berserat
kasar dengan tekstur batang yang kasar pula, serta batangnya yang berbentuk bulat
Uji fitokimia yang telah dilakukan membuktikan bahwa ekstrak jahe merah
polifenol dan saponin. Tetapi tidak menunjukan kandungan senyawa tanin dan
Flavanoid merupakan salah satu senyawa fenol alami yang tersebar luas pada
tumbuhan yang disintesis dalam jumlah sedikit (0,5-1,5%) dan hampir dapat
aktivitas biologis dan farmakologis dari senyawa flavanoid sangat beragam. Salah
Penyusun utama dari oleoresin jahe merah adalah senyawa turunan fenol
seperti gingerol dan shogaol yang dapat digunakan sebagai senyawa antibakteri.
Keuntungan dari oleoresin adalah lebih hygienis dan aromanya lebih tajam. Oleoresin
memiliki sifat organoleptik dari rempah rempah alamiah yang mengandung pigmen,
limonene, sineol, borneol, dan zingiberol. Komponen minyak atsiri jahe merah yang
menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol, sedangkan linalool dan
zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan
2.1.5. Manfaat
Jahe merah relatif aman sebagai obat herbal. Beberapa komponen kimia yang
terdapat dalam jahe merah memberikan efek farmakologi dan fisiologi seperti
Semua senyawa kimia yang terdapat dalam jahe merah dapat digunakan
sebagai obat. Hasil penelitian diketahui bahwa kandungan unsur kimia pada jahe
merah merupakan komponen senyawa yang banyak dibutuhkan oleh manusia, baik
untuk kesehatan maupun nutrisi dan salah satunya sebagai senyawa anti-bakteri.9
mikroba dan dapat digunakan untuk kepentingan pengobatan infeksi pada manusia,
bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan populasi dan tidak mematikan secara
Proses ekstraksi adalah penarikan atau penyaringan zat zat berkhasiat atau zat-
zat aktif yang diinginkan dari bahan tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
termasuk biota laut dengan menggunakan pelarut yang dipilih sehingga zat yang
diinginkan larut. Zat-zat aktif terdapat didalam sel, namun sel tanaman dan hewan
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Ekstraksi tersebut didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen
ke zat pelarut, perpindahan tersebut mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
a. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang
atau perubahan warna) dan dikocok berulang ulang (kira-kira 3 kali sehari).
mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada satu maserasi tidak memungkinkan
b. Perkolasi
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstraksi yang
dialirkan secara terus menerus dari atas, akan turun secara lambat melintasi
simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Penyegaran bahan pelarut secara
terus menerus akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Pada teknik
c. Sokletasi
Sokletasi dilakukan dengan cara bahan yang akan diekstraksi diletakan dalam
kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi
dari gelas yang bekerja terus menerus (perkulator). Wadah gelas yang
aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui pipa. Labu tersebut berisi
bahan pelarut yang menguap dan jika telah mencapai kedalam pendingin aliran
balik akan terjadi melalui pipet yang terkondensasi didalamnya. Tetesan dari
kertas bahan yang diekstraksi kemudian ditarik keluar. Larutan yang berkumpul
dalam wadah gelas dan telah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis
10
bahwa ekstraksi yang digunakan untuk jahe merah adalah maserasi. Pada proses
ekstraksi tersebut dapat digunakan pelarut etanol, metanol, etil asetat, eter dan
aquadest.4 Penelitian lain menunjukan bahwa ekstrak jehe merah yang di encerkan
bakteri Escherichia coli dibandingkan ekstrak jahe merah yang dilarutkan dengan
aquadest.17
2.2.1. Klasifikasi
Phylum :Bacteroidetes
Class :Bacteroidetes
Ordo :Bacteroisales
Family :Porphyromonadaceae
Genus :Porphyromonas
Species :Porphyromonas gingivalis
2.2.2. Morfologi
membentuk spora, tidak memiliki alat gerak, dan bersifat non-motil. Bakteri yang
berbentuk Cocobacilli dengan panjang 0,5-2 µm. Apabila dibiakan pada agar darah,
maka koloni akan tampak lembut, berkilauan dan terlihat cembung serta 1-2 mm
didalam garis tengah dan menggelap dari tepi koloni kepusat antara 4-8 hari. Koloni
Produk fermentasi yang utama adalah n-butirat dan asam asetat, untuk tingkat yang
lebih rendah juga diproduksi asam propionat, iso-butirat, fenilasetat dan isovaleric,
Media yang baik untuk sebagian besar bakteri anaerob dan dapat digunakan
untuk uji sensitivitas antibakteri adalah mueller hinton agar (MHA). Koloni dapat
berubah dari menit ke menit hingga diameter 3,0 mm dan warnanya mulai menggelap
dari tepi kearah pusat setelah 6-10 hari. Terkadang, koloni berubah menjadi hitam
adanya kabohidrat, substrat nitrogen seperti proteose pepton, trypticase dan ekstrak
yeast dengan nyata dapat meningkatkan pertumbuhan. Produk fermentasi yang utama
dari media yang terkandung pada substrat ini adalah n-butyric, propionic dan asam
12
asetat dengan tingkat yang lebih rendah untuk isobutil, isovaleric, suksinat dan asam
fenilasetat.20
2.2.3. Patogenesis
yang dapat memetabolisme asam amino dan menghasilkan sejumlah produk akhir
Koloni sekunder dari plak yang terbentuk dalam waktu 1 minggu atau lebih
periodontal. Hal ini ditandai dengan bergantinya flora sub gingiva dari bakteri aerob
patogen jaringan periodontal yang agresif memiliki alat gerak berupa fimbrae yang
berfungsi sebagai adhesi dan kapsul yang dapat mencegah terjadinya fagositosis.22
hemaglutinin yang dapat menghambat respon imun host dengan cara menghambat
induksi kemokin pada sel dendrit, dengan menurunnya induksi kemokin maka
yang dihasilkan oleh Porphyromonas gingivalis seperti Arg-gingipain (Rgp) dan Lys-
Proses ini berlangsung selama 7-11 hari. Efek lanjut dari invasi
epitel jungsional dan tahap lanjut dapat terjadi kehilangan perlekatan pada puncak
tulang alveolar.24
2.3.1. Definisi
permukaan gigi, area supra gingiva terutama sepertiga gingiva dan sub gingiva
terutama pada bagian permukaan kasar, berlubang atau tepi restorasi. Plak gigi
berwarna putih keabu-abuan, kuning dan memiliki penampakan globular. Rose dan
Maley tahun 2004, mendefinisikan bahwa plak gigi merupakan akumulasi mikroba
yang kompleks, berwarna kuning keabuan, dengan komposisi utama berupa bakteri
Plak terdiri dari 70% mikroorganisme dan 30% matriks plak, matriks plak
terdiri dari 80% air dan 20% fraksi padat dimana fraksi padat mengandung 45%
protein, 15% karbohidrat dan 12% lemak. Protein plak dapat berasal dari bakteri
berasal dari saliva yaitu berupa amilase, lisozim, laktoferin, laktoperidase, igA dari
cairan sulkus gingiva yaitu albumin dan igG. Karbohidrat dalam palak berupa
(komponen diding sel dan lipopolisakarida) sedangkan lipid dalam plak berupa
fosfolipid.26
Carranza dkk tahun 2012, menyatakan bahwa satu gram plak (berat kering)
mengandung lebih dari 500 spesies bakteri sebanyak 1010. Awal pembentukan plak,
kokus gram positif merupakan jenis paling banyak dijumpai seperti Streptococcus
ditemukan dalam plak meliputi spesies ragi, protozoa dan virus. Unsur lain yang
terdapat pada plak gigi adalah sel epitel, sel darah putih, eritrrosit, protozoa, partikel
makanan dan komponen lain seperti fragmen halus sementum dan fragmen sel.5
Mekanisme plak gigi terjadi dalam tiga tahap yaitu pembentukan pelikel,
kolonisasi bakteri dan maturasi plak. Pembentukan plak dimulai dengan fase awal
yaitu pembentukan pelikel gigi. Permukaan di dalam mulut ditutupi oleh glikoprotein
sehingga terbentuklah pelikel.5 Pelikel merupakan deposit dengan lapisan yang tipis
(0,5 µm), translusen, halus, tidak berwarna dan terbentuk setelah menyikat gigi.
15
Komponen utama pelikel adalah glikoprotein (mucin) yang terdapat pada permukaan
gigi dan restorasi. Pelikel melindungi email dari aktivitas asam dan berperan sebagai
perekat dua sisi, sisi yang satu melekat pada permukaan gigi dan sisi yang lain
perlekatan bakteri. Fase ini terdapat 4 tahap, yaitu transpor bakteri pada permukaan
gigi, inisiasi adhesi, perlekatan bakteri, serta kolonisasi permukaan dan pembentukan
gram positif seperti S. sanguis, S. salivarius, dan S. mutans. Bakteri- bakteri ini
melekat pada pelikel melalui Adhesin, yaitu molekul spesifik yang ada pada pada
permukaan sel bakteri. Adhesin ini akan berinteraksi dengan reseptor dalam pelikel
gigi membuat massa plak menjadi matang, sehingga terjadilah transisi dari
Fase berikutnya yaitu kolonisasi sekunder maturasi plak, fase ini ditandai
dengan menurunnya jumlah bakteri gram positif dan meningkatnya golongan bakteri
2.4.1. Definisi
Secara umum, penyakit ini dapat diklasifikasikan menjadi gingivitis dan periodontitis.
Penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada orang dewasa.
Peridontitis merupakan salah satu penyakit yang paling luas penyebarannya pada
migrasi epitel jungsional ke apikal, serta kehilangan perlekatan dan puncak tulang
periodontitis dan gingivitis adalah ada tidaknya attachment loss yang terdeteksi
Keadaan gingiva pada periodontitis secara klinis digambarkan dengan adanya derajat
variasi warna biru hingga merah. Konsistensinya bervariasi dari lunak dan edematous
dan disertai dengan adanya perdarahan pada saat probing, serta ditemukannya poket
a. Initial
b. Predisposition
c. Aggregating
Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang berhubungan dengan
d. Modified sekunder
e. Perpetuating
afrika atau meksiko yang memiliki “attachment loss” gingiva lebih besar dari
Plak supra gingiva berada diatas atau pada tepi gingiva sedangkan plak sub
gingiva berada berada dibawah tepi gingiva yang terletak diantara gigi dan epitel
poket gingiva. Mikroba yang ditemukan pada plak sub gingiva berbeda dari mikroba
yang ada pada plak supra gingiva. Hal ini dikarenakan kemampuan daerah sub
menyebabkan daerah sub gingiva menjadi anaerob. Secara klinis, plak sub gingiva
Porphyromonas gingivalis.25
19
Tabel 1. Spesies bakteri yang terlibat sebagai patogen pada penyakit periodontitis.
Spesies gram negatif Spesies gram negatif Spesies gram positif anaerob
anaerob fakultatif
Porphyromonas gingivalis Actinobaccilus Eubacterium nodatum
Tannerella forsythia actinomycetemcomitans Peptostreptococcus micros
Fusobacterium nucleatum Eikonella corrodens Streptococcus intermedia
Provontella intermedia
Provontella ningrescens
Campylobactervrectus
Treponema denticola
Spirokheta
yang selektif, artinya bahwa bahan antibakteri berbahaya bagi parasit dan tidak
membahayakan bagi manusia karena sel parasit dengan sel manusia memiliki
perbedaan dalam hal dinding sel, komponen membran sel, struktur ribosom dan
metabolismenya.32
Bahan antibakteri alami atau sintetik, salah satu antibakteri alami yang
terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri yaitu jahe merah, jahe merah
dinilai memiliki daya antibakteri karena dalam jahe merah terdapat bebrapa zat-zat
20
aktif seperti minyak atsri, flavonoid, tanin dan saponin yang mampu menghambat dan
dapat menyebabkan sel menjadi lisis. Dinding sel bakteri terdiri dari
Minyak atsiri dalam jahe merah memiliki beberapa kandungan zat aktif yang
bertindak sebagai anti bakteri seperti linalool, geraniol dan sitral. Linalool
pada sel bakteri. Senyawa saponin dalam jahe merah terbukti memiliki sifat
Bakteri memiliki ribosom dengan 70s, sedangkan manusia memiliki 80s. Unit
ribosom pada bakteri adalah 30s dan 50s. Sintesis protein dihambat dengan
sel. Pada uji fitokimia kandungan senyawa flavanoid yang terdapat dalam jahe
dan membran sel bakteri mengalami lisis. Senyawa flavanoind juga terbukti
Beberapa zat aktif yang berfungsi sebagai anti bakteri dalam jahe merah.
seperti minyak atsiri, flavonoid, dan saponin yang bekerja secara bersama sama dapat
Bakteri lisis
2.5 Hipotesis
H0 : Ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rumbrum) tidak efektif dalam
H1: Ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rumbrum) efektif dalam
BAB 3
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah post test-only control group design.
dibiakan pada cawan petri dengan media agar coklat, Porphyromonas gingivalis
25
26
merupakan bakteri anaerob gram negatif, tidak berspora (non-spore forming) dan tak
punya alat gerak (non motil), berbentuk cocobacilli dengan panjang 0,5-2 µm, bakteri
( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15
Keterangan:
t = jumlah perlakuan
r = jumlah replikasi
Besar sampel diperoleh dari hasil kali jumlah replikasi sampel dengan 7
(tujuh) jumlah kelompok perlakuan. Jumlah replikasi untuk tiap perlakuan yang
diperoleh adalah:
( 7 – 1 ) ( r – 1) ≥ 15
6(r–1) ≥ 15
r–1 ≥ 15 / 6
r–1 ≥ 2,5
r ≥ 2,5 + 1
r ≥ 3,5
r =4
27
Pada penelitian ini dibuat 5 jenis konsentrasi ekstrak etanol jahe merah yaitu
konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20%, 40%, disertai dengan kontrol positif (+) berupa
metronidazole dan kontrol negatif (-) berupa aquadest. Pemilihan berbagai macam
pada setiap variabel bebas yang akan digunakan pada penelitian ini, maka jumlah
3.4.1. Alat
1. Inkubator
2.Oven blower
3. Jangka sorong
4. Cawan petri
5. Lampu bunsen
6. Pipet tetes
7. Corong
8. Labu ukur
9. Autoclaf
12. Pinset
14. Kapas
17. Pisau
19. Blender
22. Pengaduk
3.4.2. Bahan
3. Etanol 96%
4. Aquadest
6. NaCl fisiologi
rpm sehingga akan diperoleh ekstrak kental jahe merah yang siap
digunakan.
V1 . M1 = V2. M2
Keterangan:
aquadest.
V1 = 0,25 ml
Jadi 0,25 ml ekstrak jahe merah diencerkan dengan 9,75 ml aquadest hasil
V1 = 0,5 ml
Jadi 0,5 ml ekstrak jahe merah diencerkan dengan 9,5 ml aquadest hasil
V1 = 1 ml
V1 = 2 ml
V1 = 4 ml
dilakukan pada medium padat, cair dan alat-alat gelas yang sebelumnya
diuji kekeruhan Mc farland 0,5 pada suhu 45-55°C. Setelah itu larutan
dimasukan kedalam cawan petri kaca setinggi 0,4 cm (20 ml) dan dibiakan
sumuran bakteri. Kegiatan tersebut dilakukan dalam lamina flow carbinet agar
Uji daya hambat ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum)
dilakukan dengan metode sumuran yaitu dengan cara meneteskan larutan ekstrak
pada sumuran yang dibuat dengan diameter tertentu pada media agar. Medium agar
33
yang telah padat dibuat sumuran dengan perforator yang berdiameter 7 mm sebanyak
7 lubang pada setiap cawan petri yang ditandai. Kemudian 5 konsentrasi ekstrak dan
yang terbentuk disekitar sumuran menggunakan jangka sorong. Data yang diperoleh
dengan jangka sorong pada dua sisi yang berlainan (saling tegak lurus) dikurangi
Keterangan:
Pembacaan zona radikal ekstrak etanol jahe merah (Zingiber officinale var.
rumus:
sebagai berikut:
d. Kondisi anaerob
e. Kondisi asepsis
terhadap dua variabel yang diteliti yaitu (variabel dependent dan independent) dengan
menggunkan uji One Way ANOVA, dilanjutkan dengan uji Post hoc (p < 0,05) untuk
etanol jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) dengan kelompok kontrol. data-
dengan konsentrasi
Data Hasil
pengukuran diolah
dan dianalisis.
39
BAB 4
4.1. Hasil
(BBLK) Palembang pada tanggal 10-13 Mei 2017 dengan tujuan untuk mengetahui
berbagai macam konsentrasi ekstrak etanol jahe merah dalam media agar coklat
dengan metode well diffusion ( metode sumur). Larutan ekstrak dengan 5 konsentrasi
yang berbeda serta kelompok kontrol di berikan pada sumur biakan, kemudian di
inkubasi dan dilakukan pengukuran terhadap diameter zona hambat yang terbentuk
Gambar 5. Bahan uji penelitian ekstrak etanol jahe merah dalam konsentrasi 2,5%, 5%,
10%, 20 % dan 40% serta bahan uji kontrol (+) metronidazole 5µg/ml dan kontrol (-)
aquadest sebelum dimasukkan kedalam inkubator.
39
40
Gambar 6. Diameter zona hambat bakteri Porphyromonas gingivalis terhadap ekstrak etanol
jahe merah dalam konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, 20 % dan 40% serta bahan uji kontrol (+)
metronidazole 5µg/ml dan kontrol (-) setelah di inkubasi selama 48 jam.
Tabel 3. Distribusi frekuensi uji statistik rata-rata daya hambat ekstrak etanol jahe merah
terhadap pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis pada kelompok kontrol dan
perlakuan berdasarkan konsentrasi tertentu.
Zona daya hambat ekstrak etanol jahe
Konsentrasi n merah (mm)
χ ± SD
(-) Aquadest 4 0,00 ± 0,000a
(+) Metronidazole 4 10,00 ± 0,000b
2,5% 4 0,00 ± 0,000a
5% 4 0,00 ± 0,000a
10% 4 8,00 ± 0,816c
20% 4 11,75 ± 1,258d
40% 4 14,25 ± 0,500e
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah yang tidak
gingivalis adalah ekstrak etanol jahe merah pada konsentrasi 2,5% dan 5% karena
diameter zona hambat yang terbentuk sebesar 0,00 mm dengan standar deviasi 0,000.
41
ditandai dengan terbentuknya diameter zona hambat sebesar (8,00 ± 0,816) mm, dan
terus menunjukkan peningkatan diameter zona hambat pada konsentrasi 20% dengan
kelompok kontrol (+) dimana dalam penelitian ini diameter zona hambat
metronidazole yaitu sebesar (10,00 ± 0,000) mm. Hasil diameter zona hambat pada
tinggi konsentrasi ekstrak etanol jahe merah maka semakin luas diameter zona
Uji one-way ANOVA menunjukkan nilai p adalah 0,000 hal ini berarti,
terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05) antara 5 konsentrasi ekstrak etanol jahe
merah dan kelompok kontrol. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat
diantara masing-masing ekstrak etanol jahe merah dan kelompok kontrol dilakukan
analisis lanjutan yaitu uji Post hoc menggunakan metode komparasi ganda (LSD).
Hasil analisis Post hoc metode komparasi ganda (LSD) menunjukkan bahwa
antara kelompok kontrol (+) metronidazole dengan ekstrak etanol jahe merah 2,5%,
5%, 10%, 20%, 40% dan kelompok kontrol (-) berbeda secara bermakna dengan nilai
p < 0,05. Sedangkan kelompok kontrol negatif (-) aquadest dengan ekstrak etanol
jahe merah 2,5%, 5%, ekstrak etanol jahe merah 2,5% dengan ekstrak etanol jahe
42
merah 5% tidak memiliki perbedaan yang bermakna dimana nilai p > 0,05 atau p =
1,000.
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada ekstrak etanol
jahe merah mulai dari konsentrasi 10% mempunyai efek antibakteri terhadap bakteri
hitung > F tabel (426,633 > 3,592) maka H0 ditolak H1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa ektrak etanol jahe merah (Zingiber Officinale var.rubrum) efektif
4.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol jahe merah pada
Milos dkk tahun 2014 yang menyebutkan bahwa konsentrasi 2,5% efektif dalam
menghambat bakteri gram negatif 7 dan Arifin tahun 2012 yang menyebutkan bahwa
bakteri gram positif maupun gam negatif.4 Hal ini diduga karena pada penelitian
hasil maserasi ekstrak etanol jahe merah. Dimethyl sulfoxide (DMSO) merupakan
pelarut polaritas aprotik yang efektif melarutkan berbagai bahan kimia organik dan
anorganik yang dapat menarik semua senyawa aktif dalam jahe merah dengan
43
sempurna37, sehingga menyebabkan esktrak etanol jahe merah dalam konsetrasi 2,5%
Respon daya hambat mulai terlihat pada konsentrasi 10% yang ditandai
dengan terbentuknya diameter zona hambat pada media agar biakan sebesar (8,00 ±
ekstrak. Hal ini sejalan dengan penelitian Priskilia tahun 2015 yang menyebutkan
bahwa ekstrak etanol jahe merah 10% merupakan konsentrasi efektif minimum dalam
yang sama dengan penelitian tersebut yaitu menggunakan aquades sebagai pelarut
hasil maserasi pada ekstrak jahe merah. Mengacu pada penentuan kategori standar
aktivitas antibakteri terhadap mikroba menurut Morales dkk 2003 maka ekstrak
etanol jahe marah yang memiliki nilai rata-rata zona hambat sebesar 11-19 mm dapat
dinyatakan bahwa jahe merah berada pada kategori daya hambat yang kuat.36
adanya kandungan senyawa minyak atsiri, saponin, polifenol, dan flavonoid dalam
dengan menggangu proses terbentuknya dinding sel, sehingga dinding sel tersebut
dan oleoresin dalam jahe merah merupakan senyawa kimia yang mampu
bakteri dan merusak sistem kerja sel dengan cara mendenaturasi struktur protein yang
menyebabkan asam amino pada bakteri tetap utuh namun tidak dapat lagi melakukan
fungsinya. Saponin merupakan Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel
intraselular pada sel bakteri. Senyawa saponin dalam jahe merah terbukti memiliki
sifat anti bakterial yang dapat menyebababkan penurunan tegangan permukaan sel
Flavonoid yang merupakan turunan fenol yang dapat berinteraksi dengan sel
turunan fenol dapat berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorbsi dengan
melibatkan ikatan hidrogen. Fenol pada kadar rendah berinteraksi dengan protein
membentuk kompleks protein fenol. Ikatan antara protein dan fenol adalah ikatan
yang lemah dan segera mengalami peruraian. Fenol yang bebas, akan berpenetrasi
kedalam sel, menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol
disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel
bakteri. Membran sel yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan terhadap zat
menyebabkan tergangunya transport nutrisi (senyawa dan ion) sehingga sel bakteri
BAB 5
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian dan pembahasan uji efekivitas ekstrak etanol jahe merah
2. Efek daya hambat ekstrak etanol jahe merah terhadap pertumbuhan bakteri
3. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol jahe merah semakin kuat daya
Porphyromonas gingivalis lebih lemah dari pada daya hambat ekstrak etanol jahe
45
46
1.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan sesuai dengan hasil penelitian dan
konsentrasi yang lebih tinggi untuk mengkaji apakah terdapat perbedaan yang
Daftar Pustaka
17. DA Putri. Pengaruh metode ekstraksi dan konsentrasi terhadap aktivitas jahe
merah (zingiber officinale var. rubrum) sebagai antibakteri Escherichia coli.
Jurnal Universitas Bengkulu, Bengkulu. 2014;1(1): 23-29.
18. Mims C, Playfair J, Roitt L. Medical microbiology. 3thed. London: Mosby
International. 2014
19. Farquharson SI, Germaine GR, Gray GR. Isolation and characterization of the
cell-surface polysaccharides of porphyromonas gingivalis ATCC 53978. Oral
Microbiology. 2014;13(1): 85-92.
20. Bramanti T, Wong GG, Weintraub ST. Chemichal and biologic properties of
lypopolisacharide from bacteri Porphyromonas gingivalis W50, W83 and ATCC
33277. Oral microbiology. 2012(3): 152-160.
21. Segura V, Georgio N, Valentino. Etiology and microbiology of periodontal
diseases: a review. African Journal of Microbiology Research. Dental School,
Coahuila Autonomus University, Mexico. 2015;11(4): 2301-2306.
22. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. Medical biology 22th ed. North America:
Mc Graw-Hill Company. 2001.
23. Amano A, Jose R, Selenio. Distruption of epithelial barrier and impairment of
cellular function by Porphyrmonas gingivalis. Biosci. 2007;3(6): 72-79.
24. Naito M, Hirakawa H, Yamashita A, Ohara N. Determination of the genome
sequence of Porphyromonas gingivalis Strain ATCC 33277 and genomic
comparison with strain W83 revealed extensive genome rearrangements in P.
Gingivalis, DNA Research. 2008;3(5): 15-25.
25. Rose R, Maley T. Classification of disease and condition affecting the
periodontium clinical periodontolog 9th ed. Philadelphia. 2004.
26. Samaranayake LP, Dunn WA, Progulske-Fox A. Essential microbiology for
dentistry. Toronto: Churchill Livingstone Elsevier. 2002.
27. Kumar V, Cotran R. Basic phatology 6th ed. w. B. Sounders Company.
Pennsylvania. 2012.
28. C Leslie. Topley Wilson’s. Microbiology and microbial infection: Systematic
Bacteriology 9th ed. New York: Oxford University Press,Inc. 2012.
29. Madigan J, Martinko J, Parker. Brock biology of microorganism 10th ed. Pearson
Education. New york. 2013.
30. Loe H, Chirstopher A, Thomas. Periodontal diseases: a brief historical
perspective. Periodontal. 2000;5(8): 7-12.
31. Kumar PS, Griffen AL, Barton JA. New bacterial species associate with chronic
periodontitis. J Dent Res. 2003;3(1): 82-89.
32. Sa-nguanpuang K, Sirichai K, Varit S. Ginger (zingiber officinale) oil as
antimicrobial agent ror minimally processed produce: a case study in shredded
green papaya. International journal of Agriculture and Biology. King Mongkut’s
University of Technology Thonburi, Tangkok. Thailand. 2011;13(6): 895-901.
33. Auta KI, Hosein E. Antimicrobial properties of the ethanolic extract of zingiber
officinale (ginger) on Eschericia coli and Pseudomonas aeruginosa. Reserch
journal of biological sciences. 2011; 9(3): 37-39.
49